Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ETIKA KRISTEN

Nama : CALVIN RIKO PILYAI


NPM : 12114201160016
Kelas :E

Program Studi Keperawatan

Fakultas Kesehatan

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

Ambon

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas dengan judul “Nilai Kejujuran” dalam
makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan dalam Mata Kuliah ETIKA KRISTEN.

Dalam penulisan makalah ini ,penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat di harapkan, demi untuk
penyempurnaan makalah ini kedepan.Kuramg dan lebihnya penulis mengucapkan sekian dan
terima kasih.

Ambon, 25 juli 2019

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Kata Pengatar

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN

A. Hakikat Kejujuran
B. Metode Role Playing

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Merujuk pada sebuah pepatah yang menyatakan “Kejujuran bagaikan emas permata bagi
kehidupan”, maka menanamkan sikap jujur pada setiap anak/individu adalah mutlak
diperlukan. Baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun dalam lingkungan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena bila suatu keluarga, lembaga, organisasi bahkan
Negara sekalipun bila dihiasi perilaku jujur oleh para anggotanya/warganya maka akan
menghasilkan suatu kehidupan yang aman, tentram, adil dan endingnya tercipta suatu
kehidupan yang sejahtera bahagia untuk semuanya.
Jika kita semua berprilaku jujur maka akan menjadikan kita sebagai manusia yang
amanah baik “amanatum minallah” ataupun amanatum minannas juga akan menghapus atau
paling tidak mengurangi prasangka buruk diantara kita baik sebagai bagian dari kehidupan
keluarga, lembaga sosial, organisasi maupun sebagai bagian kehidupan berbangsa dan
bernegara. Berkata tentang kejujuran memang mudah tapi berperilaku jujur memerlukan
adanya suatu proses panjang. Perlu adanya proses internalisasi yang berkesinambungan.
Berbagai cara dan upaya telah dilakukan untuk menanamkan sikap jujur, baik oleh lembaga
keluarga, pemerintah maupun lembaga masyarakat.
Salah satu cara yang ditawarkan oleh pemerintah adalah dengan diterapkannya kantin
kejujuran di lembaga-lembaga sekolah. Kantin kejujuran tersebut bertujuan untuk melatih
kejujuran para siswa dalam membayar makanan yang mereka ambil, yang kemudian hal ini
menjadi salah satu indikator dalam menilai kejujuran dari siswa sekolah. Kejujuran yang
telah ditanamkan sejak dini tentu saja akan berpengaruh pada kehidupan dewasa para siswa
tersebut. Diharapkan kedepannya mereka tetap menjunjung tinggi kejujuran, sehingga
terhindar dari tindakan korupsi. Telah kita ketahui bersama, bahwa Indonesia telah lama
dilanda krisis moral yang mengakibatkan kebohongan menjadi hal biasa, termasuk
pemerintahan Indonesia dalam melakukan korupsi.
Korupsi memang dari dulu hingga sekarang menjadi musuh terbesar dalam kehidupan di
Indonesia, terutama kehidupan pemerintahan di Indonesia. Salah satu cara untuk mengurangi
tindakan korupsi bagi generasi muda Indonesia, maka salah satunya dapat dengan
menggunakan media pembelajaran role playing. Sebagai contoh dari role playing yang
mudah untuk dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi siswa
SD yang merupakan obyek karya tulis ini adalah dengan tema kantin kejujuran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penanaman nilai kejujuran dalam pembelajaran PKn melalui metode role
playing pada siswa Sekolah Dasar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana penanaman nilai kejujuran dalam pembelajaran PKn
melalui metode role playing pada siswa Sekolah Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Kejujuran
Secara etimologi, jujur merupakan lawan kata dusta. Dalam bahasa Arab diungkapkan
dengan "Ash-Shidqu" sedangkan "Ash-Shiddiq" adalah orang yang selalu bersikap jujur baik
dalam perkataan maupun perbuatan. Kejujuran adalah akhlak terpuji. Seseorang dikatakan
jujur apabila dia menyatakan kebenaran sesuai dengan fakta yang ada tanpa menambah dan
menguranginya. Jujur harus menjadi akhlak dalam perkataan dan tindakan, termasuk isyarat
tangan dan menggelengkan kepala. Terkadang diam pun bisa termasuk bagian dari ungkapan
kejujuran.
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu
berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka
dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana
seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.
Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah
menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya).
Ada 3 tingkatan kejujuran diantaranya:
1) Kejujuran dalam ucapan, yaitu kesesuaian ucapan dengan realiti.
2) Kejujuran dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara ucapan dan perbuatan.
3) Kejujuran dalam niat, yaitu kejujuran tertinggi di mana ucapan dan perbuatan semuanya
hanya untuk Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering sekali kita melihat bahkan juga ikut terlibat dalam
berbagai macam bentuk aktivitas interaksi sosial dimasyarakat. Salah satunya wujud realisasi
dari sikap tidak jujur dalam skala yang sangat bervariasi, seperti: dapat kita lihat pada
kegiatan belajar disekolah. Siswa yang duduk dibangku sekolah dasar, sering mengalami
kesulitan dalam menerapkan sikap jujur ketika proses belajar berlangsung. Terkadang
mereka terlihat bertingkah laku dengan jujur, tapi tanpa kita sadari ketika materi yang
diberikan oleh guru bidang studi belum dapat dipahami, mereka menyembunyikan hal itu.
Mereka bahkan mengatakan bahwa mereka telah memahami materi tersebut. Hal ini dengan
sendirinya akan mengajak mereka untuk berbuat tidak jujur terhadap mata pelajaran yang
mereka pelajari.
B. Metode Role Playing
Metode Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan
dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Role Playing sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya
seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini
pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
diperankan.

1. Tujuan pembelajaran Role Playing.


Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk:
a) Menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan
berdasarkan pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan,
karena akan lebih jelas dan dapat dihayati oleh anak
b) Melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-masalah sosial-
psikologis
c) Melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi
pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.
2. Manfaat Metode Role Playing
Manfaat yang dapat diambil dari role playing adalah:
a) Role playing dapat memberikan semacam hidden practise, dimana murid tanpa sadar
menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah dan sedang mereka
pelajari.
b) Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas besar.
c) Role playing dapat memberikan murid kesenangan karena role playing pada dasarnya
adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena bermain adalah
dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby
DePorter,2000:12)
3. Kelebihan dan Kekurangan Role Playing
a) Kelebihan Metode Role Playing
Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai
kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat
belajar menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan metode ini
adalah, sebagai berikut:
1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan
waktu yang berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu
melakukan permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping
merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan
penuh antusias.
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik
butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri.
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat
menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
b) Kelemahan Metode Role Playing
Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna,semua
ilmu ada kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam
cakupan cara dalam prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya
selain kelebihan terdapat kelemahan.
Kelemahan metode role palying antara lain:
1) Metode bermain peranan memerlukan waktu yang relatif panjang/banyak.
2) Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid.
Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan
suatu adegan tertentu.
4) Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan
saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak
tercapai.
4. Penanaman nilai Kejujuran Melalui Metode Role Playing
Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan
tahapan pembelajaran bermain peran (Role Playing) meliputi:
a) Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik.
Menghangatkan suasana kelompok termasuk mengantarkan peserta didik terhadap
masalah pembelajaran yang perlu dipelajari. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi masalah, menjelaskan masalah, menafsirkan cerita dan
mengeksplorasi isu-isu, serta menjelaskan peran yang akan dimainkan.
Tahap ini lebih banyak dimaksudkan untuk memotivasi peserta didik agar tertarik
pada masalah karena itu tahap ini sangat penting dalam bermain peran dan paling
menentukan keberhasilan. Bermain peran akan berhasil apabila peserta didik menaruh
minat dan memperhatikan masalah yang diajukan guru.
b) Memilih peran
Memilih peran dalam pembelajaran, tahap ini peserta didik dan guru
mendeskripsikan berbagai watak atau karakter, apa yang mereka suka, bagaimana
mereka merasakan, dan apa yang harus mereka kerjakan, kemudian para peserta didik
diberi kesempatan secara sukarela untuk menjadi pemeran.
c) Menyusun tahap-tahap peran
Menyusun tahap-tahap baru, pada tahap ini para pemeran menyusun garis-garis
besar adegan yang akan dimainkan. Dalam hal ini, tidak perlu ada dialog khusus
karena para peserta didik dituntut untuk bertindak dan berbicara secara spontan.
d) Menyiapkan pengamat
Menyiapkan pengamat, sebaiknya pengamat dipersiapkan secara matang dan
terlibat dalam cerita yang akan dimainkan agar semua peserta didik turut mengalami
dan menghayati peran yang dimainkan dan aktif mendiskusikannya.
e) Pemeranan
Pada tahap ini para peserta didik mulai beraksi secara spontan, sesuai dengan
peran masing-masing. Pemeranan dapat berhenti apabila para peserta didik telah
merasa cukup, dan apa yang seharusnya mereka perankan telah dicoba lakukan. Ada
kalanya para peserta didik keasyikan bermain peran sehingga tanpa disadari telah
mamakan waktu yang terlampau lama. Dalam hal ini guru perlu menilai kapan
bermain peran dihentikan.
f) Diskusi dan evaluasi
Diskusi akan mudah dimulai jika pemeran dan pengamat telah terlibat dalam
bermain peran, baik secara emosional maupun secara intelektual. Dengan
melontarkan sebuah pertanyaan, para peserta didik akan segera terpancing untuk
diskusi.
g) Pemeranan ulang
Pemeranan ulang, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dan diskusi mengenai
alternatif pemeranan. Mungkin ada perubahan peran watak yang dituntut. Perubahan
ini memungkinkan adanya perkembangan baru dalam upaya pemecahan masalah.
Setiap perubahan peran akan mempengaruhi peran lainnya.
h) Diskusi dan evaluasi tahap dua
Diskusi dan evaluasi tahap dua, diskusi dan evaluasi pada tahap ini sama seperti
pada tahap enam, hanya dimaksudkan untuk menganalisis hasil pemeranan ulang, dan
pemecahan masalah pada tahap ini mungkin sudah lebih jelas.
i) Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan
Pada tahap ini para peserta didik saling mengemukakan pengalaman hidupnya
dalam berhadapan dengan orang tua, guru, teman dan sebagainya. Semua pengalaman
peserta didik dapat diungkap atau muncul secara spontan.
Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam
‘pertunjukan’ dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan
peran. Model ini dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai-nilai
sosial dan moral dan pencerminannya dalam perilaku. Di samping itu model ini
digunakan pula untuk membantu para siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan
isu-isu moral dan sosial, mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya
memperbaiki keterampilan sosial. Sebagai model mengajar, model ini mencoba
membantu individu untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial dan
berupaya memecahkan dilema-dilema sosial dengan bantuan kelompok. Karena itu
pada dimensi sosial model ini memungkinkan individu untuk bekerjasama dalam
menganalisis situasi sosial, terutama permasalahan interpersonal melalui cara-cara
yang demokratis guna menghadapi situasi tersebut.

Pembelajaran metode Role playing adalah menanamkan nilai kejujuran dan kontrol sosial
dalam pembelajaran ini. Pada Pembelajaran ini anak-anak usia sekolah dasar dikenalkan
apa itu kejujuran dan kontrol diri. Pengenalan itu berupa apa arti kejujuran, kemudian
kalau tidak jujur akan mendapatkan sanksi. Sanksi ini dikenalkan dari pengadilan dan
dari Tuhan Yang Maha Esa. Dari pengenalan itu siswa akan paham tentang kejujuran dan
kontrol diri.
Guru harus menjelaskan dulu teknik metode ini secara jelas kepada siswa yang akan
melaksanakannya. Selanjutnya guru memilih dan menentukan topik atau pokok bahasan
yang komprehensif yang dapat didramatisasikan. Melalui latihan yang baik dan teratur,
pokok bahasan ini dapat dilakonkan di muka kelas. Dengan cara ini, minat dan perhatian
murid terhadap pelajaran yang terlalu kaku dan menjemukan, dapat disegarkan kembali
melalui metode ini. Dalam pembelajaran ini, metode Role Playing difokuskan pada tema
“ kantin Kejujuran”. Alasan mengapa memilih penerapan Role Playing ini karena
banyak sekali keuntungan menurut Cheppy H.C. (1980:124-125) dari penggunaan
metode Role Playing untuk :
1) Membantu anak didik untuk berlaku, berpikir dan merasakan apa yang dirasakan
orang lain.
2) Menggambarkan situasi hubungan antarmanusia secara realistis.
3) Dapat mengungkapkan sejarah kehidupan untuk anak didik.
4) Mengembangkan daya imajinasi anak didik.
5) Memperkaya hal-hal baru dalam belajar mengajar.
6) Menumbuhkan perasaan dan emosi dalam belajar.
7) Memberanikan anak didik berhubungan dengan masalah-masalah kontroversial
dengan cara yang realistis.
8) Berguna untuk mengubah sikap.
Dari dasar tersebut dalam pembentukan karakter kejujuran dan kontrol diri dapat
mengkombinasikan penggunaan Penerapan Metode Role playing. Kenapa memilih
memerankan “ Kantin Kejujuran?” Dalam hal ini alasan mengapa memilih kantin
kejujuran adalah pembelajaran kejujuran. Kantin kejujuran adalah berjualan barang-
barang namun di dalam tempat itu tidak dijaga oleh penjaga dan proses pembayaran
dilakukan tanpa pengawasan orang lain. Maka jelas yang menjadi point utama adalah
kejujuran dan kontrol diri.
Memilih tema “kantin kejujuran “sebagai tema untuk metode Role Playing, karena
tema drama ini sangat mudah di visualisasikan, penulis menentukan tema ini dengan
pertimbangan tema ini cocok untuk usia sekolah dasar. Dalam drama “kantin kejujuran”
ini siswa dikondisikan sebagai pembeli dan penjual. Penjual hanya menitipkan barang
dagangannya di kantin tersebut dan menyediakan tempat untuk meletakkan uang.
Pembeli membayar sesuai dengan barang yang dibeli. Namun dalam cerita ini ada
penyimpangan-pennyimpangan yaitu siswa banyak yang tidak membayar. Akibatnya
penjual tersebut mengalami kerugian dan pembelinya yang tidak jujur di laporkan kepada
kepala sekolah sebagai pihak yang paling bertanggungjawab di sekolah.
Dari penjabaran singkat cerita ini bisa diibaratkan bahwa siapa yang tidak jujur dan
tidak memiliki sikap kontrol diri yang kuat akan mendapatkan hukuman berupa dari
pihak berwajib dan nama baiknya menjadi jelek serta dijauhi oleh teman karena orang
tidak jujur dan tukang maling pasti dijauhi karena takut dimaling. Kemudian bisa
diibaratkan juga orang yang berjualan itu ialah uang fasilitas negara atau fasilitas umum
dimana ketika kita ingin mendapatkan fasilitas itu perlu membayar. Namun kalau tidak
membayar atau menggunakan fasilitas itu dengan atas nama pribadi, itu sama saja
korupsi yang dilakukan oleh elit politik kita.
Jadi dalam makalah ini menitik beratkan bahwa pendidikan anti korupsi dapat
dilakukan dengan pembelajaran tentang kejujuran dan kontrol diri. Dua karakter ini
merupakan pokok karakter yang menjadi pengontrol hawa nafsu kita untuk tidak korupsi.
Elit politik melakukan korupsi karena kontrol diri yang lemah dan adanya kesempatan
untuk melakukan hal tersebut. Kotrol diri dapat dialtih dengan cara penanaman karakter
jujur dan kontrol diri. Penanaman karakter ini juga dapat digali dari penerapan metode
pembelajran yang siswa itu berperan aktiv dalam penanaman karakter. Maka dengan
metode Role playing atau dramatisasi siswa akan masuk ke dalam kondisi drama tersebut
otomatis dengan dramatisasi itu dapat mengubah sikap dan menanamkan sikap karakter
jujur lewat penerapan Role playing dengan tema “ Kantin Kejujuran Di Sekolah “
tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penanaman nilai kejujuran dalam pembelajaran pkn melalui metode role playing pada
siswa sekolah dasar dilakukan dengan lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat
dalam ‘pertunjukan’ dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan
peran. Model ini dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai-nilai
sosial dan moral dan pencerminannya dalam perilaku. Di samping itu model ini
digunakan pula untuk membantu para siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-
isu moral dan sosial, mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya
memperbaiki keterampilan sosial. Sebagai model mengajar, model ini mencoba
membantu individu untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial dan berupaya
memecahkan dilema-dilema sosial dengan bantuan kelompok. Karena itu pada dimensi
sosial model ini memungkinkan individu untuk bekerjasama dalam menganalisis situasi
sosial, terutama permasalahan interpersonal melalui cara-cara yang demokratis guna
menghadapi situasi tersebut.
Maka dengan metode Role playing atau dramatisasi siswa akan masuk ke dalam
kondisi drama tersebut otomatis dengan dramatisasi itu dapat mengubah sikap dan
menanamkan sikap karakter jujur lewat penerapan Role playing dengan tema “ Kantin
Kejujuran Di Sekolah “ .
B. Saran
Model pembelajaran role playing merupakan model pembelajaran yang baik untuk
digunakan dalam rangka pembelajaran PKn bagi peserta didik. Selain itu, model
pembelajaran ini bisa digunakan mata pelajaran lain. Oleh karena itu, para pengajar dapat
menggunakan model pembelajaran role playing ini sebagai model pembelajaran alternatif
yang layak dikembangkan untuk mutu proses dan hasil pembelajaran bagi para siswa di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Maulida, Hilda. 2015. Menumbuhkan Nilai-Nilai Kejujuran Siswa. Serial Online 09 Desember
2015.
Kyeopta, Nunung. 2012. Penerapan Role Playing Dengan Tema Kantin Kejujuran.
Hidayat, Arif. 2013. Role Playing Metode Pembelajaran Inovatif.
Sari. 2015. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing Atau Bermain Peran. Se
Arasitomorang. 2013. Kejujuran Dalam Berbangsa Dan Bernegara.
Abineno Dr.J.L.Ch.(1993),Sekitar Etika dan Soal-Soal Etis”, PT. BPK Gunung Mulia,Jakarta.
Sirait, Drs. Jerry. R.H. dkk (1993), “Diklat mata pendidikan Etika (Kristen)”.
Verkuyl, DR. J. (2000), “Etika Kristen”.

Anda mungkin juga menyukai