Fakultas Kesehatan
Ambon
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas dengan judul “Nilai Kejujuran” dalam
makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan dalam Mata Kuliah ETIKA KRISTEN.
Dalam penulisan makalah ini ,penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat di harapkan, demi untuk
penyempurnaan makalah ini kedepan.Kuramg dan lebihnya penulis mengucapkan sekian dan
terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Kata Pengatar
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Hakikat Kejujuran
B. Metode Role Playing
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Hakikat Kejujuran
Secara etimologi, jujur merupakan lawan kata dusta. Dalam bahasa Arab diungkapkan
dengan "Ash-Shidqu" sedangkan "Ash-Shiddiq" adalah orang yang selalu bersikap jujur baik
dalam perkataan maupun perbuatan. Kejujuran adalah akhlak terpuji. Seseorang dikatakan
jujur apabila dia menyatakan kebenaran sesuai dengan fakta yang ada tanpa menambah dan
menguranginya. Jujur harus menjadi akhlak dalam perkataan dan tindakan, termasuk isyarat
tangan dan menggelengkan kepala. Terkadang diam pun bisa termasuk bagian dari ungkapan
kejujuran.
Jujur bermakna keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu
berita sesuai dengan keadaan yang ada, maka dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, maka
dikatakan dusta. Kejujuran itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana
seorang yang melakukan suatu perbuatan, tentu sesuai dengan yang ada pada batinnya.
Seorang yang berbuat riya’ tidaklah dikatakan sebagai seorang yang jujur karena dia telah
menampakkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan (di dalam batinnya).
Ada 3 tingkatan kejujuran diantaranya:
1) Kejujuran dalam ucapan, yaitu kesesuaian ucapan dengan realiti.
2) Kejujuran dalam perbuatan, yaitu kesesuaian antara ucapan dan perbuatan.
3) Kejujuran dalam niat, yaitu kejujuran tertinggi di mana ucapan dan perbuatan semuanya
hanya untuk Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari, sering sekali kita melihat bahkan juga ikut terlibat dalam
berbagai macam bentuk aktivitas interaksi sosial dimasyarakat. Salah satunya wujud realisasi
dari sikap tidak jujur dalam skala yang sangat bervariasi, seperti: dapat kita lihat pada
kegiatan belajar disekolah. Siswa yang duduk dibangku sekolah dasar, sering mengalami
kesulitan dalam menerapkan sikap jujur ketika proses belajar berlangsung. Terkadang
mereka terlihat bertingkah laku dengan jujur, tapi tanpa kita sadari ketika materi yang
diberikan oleh guru bidang studi belum dapat dipahami, mereka menyembunyikan hal itu.
Mereka bahkan mengatakan bahwa mereka telah memahami materi tersebut. Hal ini dengan
sendirinya akan mengajak mereka untuk berbuat tidak jujur terhadap mata pelajaran yang
mereka pelajari.
B. Metode Role Playing
Metode Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan
dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Role Playing sering kali
dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas dimana pembelajar membayangkan dirinya
seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran orang lain (Basri Syamsu, 2000).
Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui
pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan
dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini
pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang
diperankan.
Pembelajaran metode Role playing adalah menanamkan nilai kejujuran dan kontrol sosial
dalam pembelajaran ini. Pada Pembelajaran ini anak-anak usia sekolah dasar dikenalkan
apa itu kejujuran dan kontrol diri. Pengenalan itu berupa apa arti kejujuran, kemudian
kalau tidak jujur akan mendapatkan sanksi. Sanksi ini dikenalkan dari pengadilan dan
dari Tuhan Yang Maha Esa. Dari pengenalan itu siswa akan paham tentang kejujuran dan
kontrol diri.
Guru harus menjelaskan dulu teknik metode ini secara jelas kepada siswa yang akan
melaksanakannya. Selanjutnya guru memilih dan menentukan topik atau pokok bahasan
yang komprehensif yang dapat didramatisasikan. Melalui latihan yang baik dan teratur,
pokok bahasan ini dapat dilakonkan di muka kelas. Dengan cara ini, minat dan perhatian
murid terhadap pelajaran yang terlalu kaku dan menjemukan, dapat disegarkan kembali
melalui metode ini. Dalam pembelajaran ini, metode Role Playing difokuskan pada tema
“ kantin Kejujuran”. Alasan mengapa memilih penerapan Role Playing ini karena
banyak sekali keuntungan menurut Cheppy H.C. (1980:124-125) dari penggunaan
metode Role Playing untuk :
1) Membantu anak didik untuk berlaku, berpikir dan merasakan apa yang dirasakan
orang lain.
2) Menggambarkan situasi hubungan antarmanusia secara realistis.
3) Dapat mengungkapkan sejarah kehidupan untuk anak didik.
4) Mengembangkan daya imajinasi anak didik.
5) Memperkaya hal-hal baru dalam belajar mengajar.
6) Menumbuhkan perasaan dan emosi dalam belajar.
7) Memberanikan anak didik berhubungan dengan masalah-masalah kontroversial
dengan cara yang realistis.
8) Berguna untuk mengubah sikap.
Dari dasar tersebut dalam pembentukan karakter kejujuran dan kontrol diri dapat
mengkombinasikan penggunaan Penerapan Metode Role playing. Kenapa memilih
memerankan “ Kantin Kejujuran?” Dalam hal ini alasan mengapa memilih kantin
kejujuran adalah pembelajaran kejujuran. Kantin kejujuran adalah berjualan barang-
barang namun di dalam tempat itu tidak dijaga oleh penjaga dan proses pembayaran
dilakukan tanpa pengawasan orang lain. Maka jelas yang menjadi point utama adalah
kejujuran dan kontrol diri.
Memilih tema “kantin kejujuran “sebagai tema untuk metode Role Playing, karena
tema drama ini sangat mudah di visualisasikan, penulis menentukan tema ini dengan
pertimbangan tema ini cocok untuk usia sekolah dasar. Dalam drama “kantin kejujuran”
ini siswa dikondisikan sebagai pembeli dan penjual. Penjual hanya menitipkan barang
dagangannya di kantin tersebut dan menyediakan tempat untuk meletakkan uang.
Pembeli membayar sesuai dengan barang yang dibeli. Namun dalam cerita ini ada
penyimpangan-pennyimpangan yaitu siswa banyak yang tidak membayar. Akibatnya
penjual tersebut mengalami kerugian dan pembelinya yang tidak jujur di laporkan kepada
kepala sekolah sebagai pihak yang paling bertanggungjawab di sekolah.
Dari penjabaran singkat cerita ini bisa diibaratkan bahwa siapa yang tidak jujur dan
tidak memiliki sikap kontrol diri yang kuat akan mendapatkan hukuman berupa dari
pihak berwajib dan nama baiknya menjadi jelek serta dijauhi oleh teman karena orang
tidak jujur dan tukang maling pasti dijauhi karena takut dimaling. Kemudian bisa
diibaratkan juga orang yang berjualan itu ialah uang fasilitas negara atau fasilitas umum
dimana ketika kita ingin mendapatkan fasilitas itu perlu membayar. Namun kalau tidak
membayar atau menggunakan fasilitas itu dengan atas nama pribadi, itu sama saja
korupsi yang dilakukan oleh elit politik kita.
Jadi dalam makalah ini menitik beratkan bahwa pendidikan anti korupsi dapat
dilakukan dengan pembelajaran tentang kejujuran dan kontrol diri. Dua karakter ini
merupakan pokok karakter yang menjadi pengontrol hawa nafsu kita untuk tidak korupsi.
Elit politik melakukan korupsi karena kontrol diri yang lemah dan adanya kesempatan
untuk melakukan hal tersebut. Kotrol diri dapat dialtih dengan cara penanaman karakter
jujur dan kontrol diri. Penanaman karakter ini juga dapat digali dari penerapan metode
pembelajran yang siswa itu berperan aktiv dalam penanaman karakter. Maka dengan
metode Role playing atau dramatisasi siswa akan masuk ke dalam kondisi drama tersebut
otomatis dengan dramatisasi itu dapat mengubah sikap dan menanamkan sikap karakter
jujur lewat penerapan Role playing dengan tema “ Kantin Kejujuran Di Sekolah “
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penanaman nilai kejujuran dalam pembelajaran pkn melalui metode role playing pada
siswa sekolah dasar dilakukan dengan lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat
dalam ‘pertunjukan’ dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan
peran. Model ini dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai-nilai
sosial dan moral dan pencerminannya dalam perilaku. Di samping itu model ini
digunakan pula untuk membantu para siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-
isu moral dan sosial, mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya
memperbaiki keterampilan sosial. Sebagai model mengajar, model ini mencoba
membantu individu untuk menemukan makna pribadi dalam dunia sosial dan berupaya
memecahkan dilema-dilema sosial dengan bantuan kelompok. Karena itu pada dimensi
sosial model ini memungkinkan individu untuk bekerjasama dalam menganalisis situasi
sosial, terutama permasalahan interpersonal melalui cara-cara yang demokratis guna
menghadapi situasi tersebut.
Maka dengan metode Role playing atau dramatisasi siswa akan masuk ke dalam
kondisi drama tersebut otomatis dengan dramatisasi itu dapat mengubah sikap dan
menanamkan sikap karakter jujur lewat penerapan Role playing dengan tema “ Kantin
Kejujuran Di Sekolah “ .
B. Saran
Model pembelajaran role playing merupakan model pembelajaran yang baik untuk
digunakan dalam rangka pembelajaran PKn bagi peserta didik. Selain itu, model
pembelajaran ini bisa digunakan mata pelajaran lain. Oleh karena itu, para pengajar dapat
menggunakan model pembelajaran role playing ini sebagai model pembelajaran alternatif
yang layak dikembangkan untuk mutu proses dan hasil pembelajaran bagi para siswa di
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Maulida, Hilda. 2015. Menumbuhkan Nilai-Nilai Kejujuran Siswa. Serial Online 09 Desember
2015.
Kyeopta, Nunung. 2012. Penerapan Role Playing Dengan Tema Kantin Kejujuran.
Hidayat, Arif. 2013. Role Playing Metode Pembelajaran Inovatif.
Sari. 2015. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing Atau Bermain Peran. Se
Arasitomorang. 2013. Kejujuran Dalam Berbangsa Dan Bernegara.
Abineno Dr.J.L.Ch.(1993),Sekitar Etika dan Soal-Soal Etis”, PT. BPK Gunung Mulia,Jakarta.
Sirait, Drs. Jerry. R.H. dkk (1993), “Diklat mata pendidikan Etika (Kristen)”.
Verkuyl, DR. J. (2000), “Etika Kristen”.