Allergen dapat disebabkan oleh berbagai bahan yang ada di sekitar penderita
asma seperti misalnya kulit, rambut, dan sayap hewan. Selain itu debu rumah yang
mengandung tungau debu rumah (house dust mites) juga dapat menyebabkan alergi.
Hewan seperti lipas (cockroaches, kecoa) dapat menjadi pemicu timbulnya alergi
bagi penderita asma. Bagian dari tumbuhan seperti tepung sari dan ilalang serta
Irritans atau iritasi pada penderita asma dapat disebabkan oleh berbagai hal
seperti asap rokok, polusi udara. Faktor lingkungan seperti udara dingin atau
perubahan cuaca juga dapat menyebabkan iritasi. Bau-bauan yang menyengat dari
cat atau masakan dapat menjadi penyebab iritasi. Selain itu, ekspresi emosi yang
berlebihan (menangis, tertawa) dan stres juga dapat memicu iritasi pada penderita
asma.
sampel (n = 436). 133 pasien dikategorikan tidak terkontrol berdasarkan tingkat kontrol
spesialis (tidak terkontrol sama sekali, kontrol buruk, dapat dikatakan terkontrol) nilai
reliabiliti konsistensi internal dari survei 5 pertanyaan ACT adalah 0,83. Nilai reliabiliti
konsistensi internal dari survei 5 pertanyaan ACT pada 303 pasien dengan kategori terkontrol
(terkontrol dengan baik atau terkontrol penuh) adalah 0,79. Terdapat korelasi sedang sampai
rendah antara ACT, VEP1, tingkat kontrol spesialis. Koefisien korelasi tertinggi terdapat
antara tingkat kontrol spesialis and nilai ACT (r = 0,45; p = 0,0001). Korelasi antara tingkat
kontrol spesialis dan VEP1 dalam tingkatan sedang (r = 0,37; p = 0,0001). Korelasi antara
KVP1 dan ACT rendah (r = 0,19; P = 0001) 19 Michael dkk. menyatakan bahwa penggunaan
ACT sama efektifnya dibandingkan spirometri dalam mengidentifikasi asma tidak terkontrol
1
Berdasarkan beberapa alat ukur yang digunakan untuk menilai tingkat kontrol asma,
kuesioner yang paling sering digunakan yaitu kuesioner Asthma Control Test (ACT)
(Sundaru, 2011). ACT lebih valid, reliable, mudah digunakan dan lebih komprehensif
dibandingkan jenis kuesioner lain sehingga dapat digunakan secara luas (Edisworo, 2009).
ACT adalah suatu uji skrining berupa kuesioner tentang penilaian klinis seorang pasien asma
untuk mengetahui asmanya terkontrol atau tidak. Kuesioner ini terdiri dari lima pertanyaan,
dikeluarkan oleh American Lung Association bertujuan memberi kemudahan kepada petugas
kesehatan dan pasien untuk mengevaluasi asma pada pasien yang berusia diatas 12 tahun dan
menetapkan terapi pemeliharaannya. ACT tidak memakai kriteria faal paru untuk menilai
kontrol asma (Nathan et al, 2004 dalam Widysanto dkk, 2009). Parameter yang dinilai dalam
kuesioner ACT adalah gangguan aktivitas harian akibat asma, frekuensi gejala asma, gejala
malam, penggunaan obat pelega dan persepsi terhadap kontrol asma (Zaini, 2011).
Pertanyaan pada Asthma Control Test berjumlah lima buah dan tiap pertanyaan diskor mulai
1
Ii and Pustaka, “Materi Skripsi 2.”
dari 1 sampai dengan 5. Telah dilakukan uji validasi dengan sensitifitas 68,4% dan
spesifisitas 76,2% (Eddy, 2008 dalam Kusumawati, 2010). Interpretasi hasil yaitu apabila
jumlah nilai sama atau lebih kecil dari 19 adalah asma tidak terkontrol, apabila nilai 20-24
Kedokteran, Fakultas, and Universitas Andalas. “Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1,”
2013, 1–9.
Qoriah, Siti, Yuli Widyastuti, and Cemi Nur Fitria. “Pengaruh Tehnik Prnapasan Buteyko
2
Kedokteran and Andalas, “Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1.”
3
Qoriah, Widyastuti, and Nur Fitria, “Pengaruh Tehnik Prnapasan Buteyko Terhadap Control Pause Pada
Penderita Asma.”