Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MAKSIM KEBIJAKSANAAN, MAKSIM KEDERMAWANAN, DAN

MAKSIM PENGHARGAAN

DOSEN PENGAMPU : RINI AGUSTINA, M.Pd.

KELAS A PAGI

KELOMPOK 7 :
1. SELVI FATINA 311910005

2. VICKY YULIRANVIARI 311910172

3. YOHANA JENIFER JELITA 311910192

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT
karena atas segala limpahan rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah ini
dengan tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa tercurahkan kepada
junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya,
sahabatnya dan seluruh umatnya sampai akhir zaman.
Makalah  ini membahas tentang “Maksim Kebijaksanaan, Maksim
Kedermawanan, dan Maksim Penghargaan”. Dalam penyusunan makalah ini,
kami banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah yang kami buat. Terutama ucapan
terima kasih ditujukan kepada Dosen mata kuliah Pragmatik yaitu Ibu Rini
Agustina, M.Pd.
Adapun isi di makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan
kemampuan, baik kemampuan mengolah konsepsi ataupun kemampuan
apersepsi. Sehingga harap dimaklumi apabila isi makalah ini banyak kekurangan,
maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun
maupun pembaca dan menjadi tambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Pontianak, 07 Juni 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG...............................................................................
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................
C. TUJUAN....................................................................................................
D. MANFAAT...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. MAKSIM KEBIJAKSANAAN................................................................
B. MAKSIM KEDERMAWANAN...............................................................
C. MAKSIM PENGHARGAAN...................................................................
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN...............................................................................................
B. SARAN......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Maksim kebijkasanaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para peserta pertuturan
hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan dirinya sendiri dan
memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur.Orang bertutur yang berpegang
dan melaksanakan maksim kebijaksanaanakan dapat dikatakan sebagai orang santun. . Orang
bertutur yang berpegang dan melaksanakan maksim kebijaksanaan akan dapat dikatakan sebagai
orang santun. maksim kebijaksanaan dapat dikatakan sebagai orang santun. Dari contoh dapat
dipahami dalam maksim ini, kesantunan berbahasa terjadi jika sebuah penuturan bersifat
mengedepankan keuntungan orang lain (mitra tutur) sehingga bisa disebut sebagai sifat
kebijaksanaan dalam bertutur.

Maksim kedermawanan atau maksim kemurahan hati, para peserta pertuturan diharapkan
dapat menghormati orang lain.Penghormatan terhadap oranglain akan terjadi apabila orang dapat
mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain.

Maksim penghargaan dijelaskan bahwa seseorang akan dapat dianggap santun apabila dalam
bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim ini,
diharapkan agar para peserta pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling
merendahkan pihak lain. karena tindakan mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang
lain. Maksim penghargaan bertujuan untuk memuji mitra tutur dalam sebuah penuturan sehingga
mitra tutur merasa dihormati oleh diri kita sehingga terjadi kesantunan dalam sebuah
komunikasi.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Maksim Kebijaksanaan ?
2. Bagaimana Contoh dari Maksim kebijaksanaan ?
3. Apa Pengertian Maksim Kedermawanan ?
4. Bagaimana Contoh dari Maksim Kedermawanan ?
5. Apa Pengertian Maksim Penghargaan ?
6. Bagaimana Contoh dari Maksim Penghargaan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari maksim Kebijaksanaan.
2. Untuk mengetahui contoh dari Maksim Kebijaksanaan.
3. Untuk mengetahui Pengertian Maksim Kedermawanan.
4. Untuk mengetahui contoh dari Maksim Kedermawanan.
5. Untuk Mengetahui Pengertian Maksim Penghargaan.
6. Untuk Mengetahui contoh dari Maksim Penghargaan.

D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa
tentang Maksim Kebijaksanaan, Maksim Kedermawanan, dan Maksim Penghargaan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Maksim Kebijaksanaan

Tarigan, 2009 (dalam buku Medeami 2021:286) berpendapat bahwa maksim


kebijaksanaan setiap penutur diharuskan untuk meminimalkan kerugian orang lain atau
memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Orang bertutur yang berpegang dan
melaksanakan maksim kebijaksanaan akan dapat dikatakan sebagai orang santun. Apabila
di dalam bertutur orang berpegang teguh pada maksim kebijaksanaan, dia akan dapat
menghindarkan sikap dengki, iri hati, dan sikap-sikap lain yang kurang santun terhadap
mitra tutur.
Maksim kebijaksanaan diungkapkan dengan tuturan impositif atau direktif dan
komisif. Tuturan impositif dan komisif merupakan klasifikasikan tindak ilokusi yang
meliputi asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif. Tindak ilokusi direktif atau
impositif dimaksudkan untuk menimbulkan efek melalui tindakan sang penyimak,
misalnya memesan, memerintahkan, memohon, meminta, menyarankan, menyuruh,
menganjurkan, menasehatkan. Tuturan komisif melibatkan pembicara pada beberapa
tindakan yang akan datang, misalnya menjanjikan, bersumpah, menawarkan, dan
memanjatkan doa.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa semakin panjang tuturan seorang semakin
besar pula keinginan orang itu untuk bersikap sopan kepada lawan bicaranya. Dengan
perkataan lain, menurut maksim ini kesantunan dalam bertutur dapat dilakukan apabila
maksim kebijaksanaan dilaksanakan dengan baik.

Contoh dari maksim kebijaksanaan :


(1) Tutup pintunya!
(2) Tolong tutup pintunya!
(3) Sudikah anda menutup pintu itu !

5
Dari tiga contoh diatas, dapat dilihat bahwa tuturan (1) memiliki tingkat
kesopanan yang lebih rendah dibandingkan tuturab (2) dan (3). Jadi, dapat dikatakan
semakin panjang tuturan seseorang, maka semakin sopanlah tuturannya. Jika dalam
berbicara penutur berusaha memaksimalkan keuntungan orang lain, maka lawan bicara
wajib pula memaksimalkan kerugian pada dirinya. Ini bisa disebut dengan paradoks
pragmatik.

Ibu : “Ayo, dimakan sotonya! Di dalam masih banyak, kok.”


Rekan ibu : “Wah, segar sekali. Siapa yang memasak ini tadi, Bu?”

Pemaksimalan keuntungan bagi pihak mitra tutur tampak sekali pada tuturan sang
ibu, yakni Ayo, dimakan sotonya! Di dalam masih banyak, kok. Tuturan itu disampaikan
kepada sang tamu sekalipun sebenarnya satu-satunya hidangan yang tersedia adalah apa
yang disajikan kepada si tamu tersebut. Sekalipun sebenarnya, di dalam rumah jatah
untuk keluarganya sendiri sebenarnya sudah tidak ada, namun sang ibu itu berpura-pura
mengatakan bahwa didalam rumah masih tersedia hidangan lain dalam jumlah yang
banyak. Tuturan itu disampaikan dengan maksimal agar sang tamu merasa bebas dan
dengan senag hati menikmati hidangan yang disajikan ini tanpa perasaan tidak enak
sedikitpun.
Rahardi, 2005 (dalam buku Medeami 2021:287) menyatakan bahwa orang
bertutur yang berpegang dan melaksanakan maksim kebijaksanaan dapat dikatakan
sebagai orang santun. Dari contoh dapat dipahami dalam maksim ini, kesantunan
berbahasa terjadi jika sebuah penuturan bersifat mengedepankan keuntungan orang lain
(mitra tutur) sehingga bisa disebut sebagai sifat kebijaksanaan dalam bertutur.

B. Maksim Kedermawanan

Maksim kedermawanan merupakan sebuah tuturan mematuhi jika penutur saling


menghormati dengan membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, dan membuat
kerugian diri sendiri sebesar mungkin dan dengan maksim kedermawanan atau maksim

6
kemurahan hati, para penutur diharapkan dapat menghormati orang lain. Nadar, 2009
(dalam buku Medeami 2021:287) menerangkan bahwa maksim ini diungkapkan dengan
kalimat komisif dan imposif.

Contoh dari maksim kedermawanan :


A : Mari saya cucikan! Pakaianku tidak banyak yang kotor.
B : Tidak usah, mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga

Dari tuturan yang disampaikan oleh A dapat diketahui dengan jelas bahwa A
berusaha memaksimalkan keuntungan pihak lain B dengan cara menambahkan beban
bagi dirinya sendiri. Hal itu dilakukan dengan cara menawarkan bantuan untuk mencuci
baju kotor si B. Di dalam masyarakat, hal demikian itu sangat sering terjadi karena
merupakan salah satu wujud nyata dari sebuah kerja sama. Gotong royong dan kerja sama
untuk melakukan sesuatu dapat dianggap sebagai realisasi maksim kedermawanan atau
maksim kemurahan hati ini dalam bermasyarakat. Tuturan si A pada contoh di atas
memenuhi nasihat maksim kedermawanan. Dapat disimpulkan dalam maksim ini
kedermawanan berasal dari diri penutur untuk membuat keuntungan pada mitra tuturnya
dengan bersifat rendah hati untuk membantu sesamanya.

C. Maksim Penghargaan

Maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila
dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan
maksim ini, diharapkan agar para penutur tidak saling mengejek, saling mencaci, atau
saling merendahkan pihak yang lain. Penutur yang sering mengejek penutur lain di dalam
kegiatan bertutur akan dikatakan sebagai orang yang tidak sopan. Karena tindakan
mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang lain, merupakan perbuatan tidak
baik.
Maksim penghargaan ditarakan dalam tuturan ekspresif dan tuturan asertif.
Tuturan ekspresif mempunyai fungsi untuk mengekspresikan, mengungkapkan, atau
memberitahukan sikap psikologis sang penutur menuju suatu pernyataan yang

7
diperkirakan oleh ilokusi, misalnya mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih,
memuji, menyatakan belasungkawa, dan sebagainya. Menurut Tarigan, 2009 (dalam buku
Medeami 2021:288) tuturan asertif melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi yang
diekspresikan misalnya menyatakan, mengeluh, menyarankan, melaporkan, dan lain
sebagainya. Orang akan dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha
memberikan penghargaan kepada orang lain.

Contoh dari maksim penghargaan :

A : selamat datang di gubuk saya


B : terima kasih, baru kali ini saya mengunjungi rumah seindah ini

Tuturan B memenuhi maksim pujian karena penutur meminimalkan kecaman dan


memaksimalkan pujian terhadap pihak lain A. Maksim penghargaan bertujuan untuk
memuji mitra tutur dalam sebuah penuturan sehingga mitra tutur merasa dihormati oleh
diri kita sehingga terjadi kesantunan dalam sebuah komunikasi.

8
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Maksim kebijaksanaan setiap penutur diharuskan untuk meminimalkan kerugian orang
lain atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Orang bertutur yang berpegang dan
melaksanakan maksim kebijaksanaan akan dapat dikatakan sebagai orang santun. Apabila di
dalam bertutur orang berpegang teguh pada maksim kebijaksanaan, dia akan dapat
menghindarkan sikap dengki, iri hati, dan sikap-sikap lain yang kurang santun terhadap mitra
tutur.
Maksim kedermawanan merupakan sebuah tuturan mematuhi jika penutur saling
menghormati dengan membuat keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, dan membuat
kerugian diri sendiri sebesar mungkin dan dengan maksim kedermawanan atau maksim
kemurahan hati, para penutur diharapkan dapat menghormati orang lain.
Maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam
bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim ini,
diharapkan agar para penutur tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling
merendahkan pihak yang lain.

Anda mungkin juga menyukai