Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Perundang-Undangan


Pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Jayabaya

DISUSUN OLEH :

NAMA : ARI HASTUTI, S.E., S.H.


NIM : 2021010261058
KELAS : 2C
DOSEN : Dr. Hj. FURCONY PUTRI SYAKURA, SH., MH, MKn

UNIVERSITAS JAYABAYA
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM
MAGISTER ILMU HUKUM
MARET 2022
ANALISIS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

I. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


(UUD NRI Tahun 1945)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
NRI Tahun 1945) sebagai konstitusi pertama Indonesia disahkan berlakunya pada
tanggal 18 Agustus 1945 dan sudah diamandemen sebanyak empat kali, dari tahun
1999 hingga 2002. Tujuan Amandemen UUD NRI Tahun 1945 adalah untuk
memperjelas hukum-hukum yang ada didalamnya, serta membentuk suatu hukum
yang belum dijelaskan guna penyempurnaan UUD NRI Tahun 1945. Gagasan
pembaharuan atau perubahan UUD NRI Tahun 1945 telah lama berkembang dan
mendapatkan kesempatan ketika terjadi “Reformasi Politik” yang ditandai dengan
tumbangnya rezim Orde Baru tahun 1998. Dari reformasi politik dilanjutkan ke
reformasi total di segala bidang, salah satunya adalah reformasi konstitusi, yaitu
dengan mereformasi atau mengamandemen UUD NRI Tahun 1945, dengan
harapan penyelenggara negara dalam melaksanakan fungsinya harus betul-betul
konstitusional yang bersandar kepada konstitusi yang kokoh untuk melindungi
bangsa dan negara dari ancaman, baik dari dalam maupun dari luar pemerintah.
Suatu konstitusi yang kokoh adalah bercirikan adanya batas-batas kewenangan dan
kekuasaan semua lembaga negara dan harus saling mengawasi dengan sistem
checks and balances dan memberi jaminan atas hak asasi manusia.
Amandemen pertama UUD NRI Tahun 1945 ditetapkan dalam Sidang
Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1999 (SU MPR Tahun 1999).
Dalam sidang ini MPR telah merubah 9 pasal UUD NRI Tahun 1945, yaitu pasal 5
ayat (1), pasal 7, pasal 9, pasal 13 ayat (1) dan ayat (2), pasal 14, pasal 15, pasal 17
ayat (2) dan ayat (3), pasal 20 dan pasal 21. Pergeseran ini telah membuat UUD
NRI Tahun 1945 menganut paradigma baru dalam hal pengaturan kekuasaan
negara, yaitu dari paradigma pembagian kekuasaan (division of power/distribution
of power) menjadi pemisahan kekuasaan (separation of power).
Amandemen kedua UUD NRI Tahun 1945 dicapai dalam Sidang Tahunan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2000 ( ST MPR Tahun 2000 ). Dalam
sidang ini MPR telah mengubah atau menambah 25 pasal, yaitu pasal 18, pasal 18A,
pasal 18B, pasal 19, pasal 20 ayat (5), pasal 20A, pasal 22A, pasal 22B, pasal 25A,
pasal 26 ayat (1) dan ayat (2), pasal 27 ayat (3), pasal 28A, pasal 28B, pasal 28C,
pasal 28D, pasal 28E, pasal 28F, pasal 28G, pasal 28H, pasal 28I, pasal 28J, pasal
30, pasal 36A, pasal 36B, pasal 36C dan 5 Bab, yaitu Bab IXA, Bab X, Bab XA,
Bab XII dan Bab XV. Perubahan fundamental terpenting berkaitan dengan 8 hal,
yaitu (1) otonomi daerah/desentralisasi; (2) pengakuan serta penghormatan
terhadap satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa
dan terhadap kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya; (3)
penegasan fungsi dan hak DPR; (4) penegasan NKRI sebagai sebuah negara
kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya
ditetapkan dengan undang-undang; (5) perluasan jaminan konstitusional hak asasi
manusia; (6) sistem pertahanan dan keamanan Negara; (7) pemisahan struktur dan
fungsi TNI dengan Polri; dan (8) pengaturan bendera, bahasa, lambang Negara, dan
lagu kebangsaan.
Amandemen ketiga UUD NRI Tahun 1945 dicapai dalam Sidang Tahunan
Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2001 (ST MPR Tahun 2001) yang
berlangsung pada tanggal 3 sampai 9 November 2001. Dalam sidang ini MPR telah
mengubah atau menambah 23 pasal, yaitu pasal 1 ayat (2) dan ayat (3), pasal 3,
pasal 6, pasal 6A ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (5), pasal 7A, pasal 7B, pasal
7C, pasal 8 ayat (1) dan ayat (2), pasal 11 ayat (2) dan ayat (3), pasal 17 ayat (4),
pasal 22C, pasal 22D, pasal 22E, pasal 23, pasal 23A, pasal 23C, pasal 23E, pasal
23F, pasal 23G, pasal 24 ayat (1) dan ayat (2), pasal 24A, pasal 24B, pasal 24C dan
3 Bab, yaitu Bab VIIA, Bab VIIB, dan Bab VIIIA. Perubahan mendasar meliputi
10 hal, yaitu (1) penegasan Indonesia sebagai negara demokratis berdasar hukum
berbasis konstitusionalisme; (2) perubahan struktur dan kewenangan MPR; (3)
pemilihan Presiden dan wakil Presiden langsung oleh rakyat; (4) mekanisme
pemakzulan Presiden dan/atau Wakil Presiden; (5) kelembagaan Dewan
Perwakilan Daerah; (6) pemilihan umum; (7) pembaharuan kelembagaan Badan
Pemeriksa Keuangan; (8) perubahan kewenangan dan proses pemilihan dan
penetapan hakim agung; (9) pembentukan Mahkamah Konstitusi; dan (10)
pembentukan Komisi Yudisial.
Amandemen keempat UUD NRI Tahun 1945 dicapai dalam Sidang
Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2002 ( ST MPR Tahun 2002 )
yang berlangsung pada tanggal 1 sampai 11 Agustus 2002. Perubahan terpenting
yang dicapai dalam sidang pamungkas proses perubahan UUD NRI Tahun 1945 ini
meliputi 13 pasal, yaitu pasal 2 ayat (1), pasal 6A ayat (4), pasal 8 ayat (3), pasal
11 ayat (1), pasal 16, pasal 23B, pasal 23D, pasal 24 ayat (3), pasal 31, pasal 32,
pasal 33 ayat (4) dan ayat (5), pasal 34, pasal 37; 3 pasal aturan pasal I dan pasal II;
serta perubahan 2 Bab, yaitu Bab XIII dan Bab XIV. Perubahan mendasar meliputi
12 hal, yaitu (1) perubahan susunan MPR menjadi terdiri dari anggota DPR dan
anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum; (2) melengkapi aturan
pemilihan Presiden dan Wakil Presiden; (3) pelaksana tugas kepresidenan; (4)
Dewan Pertimbangan Presiden menggantikan Dewan Pertimbangan Agung yang
dihapuskan; (5) bank sentral; (6) hak mendapat pendidikan bagi setiap warga negara
dan prioritas anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20%; (7) negara
memajukan kebudayaan nasional, menghormati dan memelihara bahasa daerah
sebagai kekayaan budaya nasional; (8) negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak; (9) syarat
perubahan Undang-Undang Dasar; (10) tenggat waktu pembentukan Mahkamah
Konstitusi paling lambat 17 Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala
kewenangannya dilakukan oleh Mahkamah Agung; (11) penugasan kepada MPR
untuk melakukan peninjauan terhadap materi dan status hukum ketetapan MPRS
dan ketetapan MPR untuk diambil putusan pada sidang MPR tahun 2003; dan (12)
dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-
pasal.
II. Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ) selaku Lembaga Negara Pembentuk
Undang-Undang
Setelah amandemen UUD NRI Tahun 1945, terjadi pergeseran kekuasaan
Presiden dalam membentuk undang-undang, yang diatur dalam pasal 5, berubah
menjadi Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang, dan Dewan
Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang (pasal 20).
Pergeseran kewenangan membentuk undang-undang dari sebelumnya di tangan
Presiden dan dialihkan kepada DPR merupakan langkah konstitusional untuk
meletakkan secara tepat fungsi-fungsi lembaga negara sesuai bidang tugasnya
masing-masing, yakni DPR sebagai lembaga pembentuk undang-undang
(kekuasaan legislatif) dan Presiden sebagai lembaga pelaksana undang-undang
(kekuasaan eksekutif). Perubahan UUD NRI Tahun 1945 yang tercakup dalam
materi tentang Dewan Perwakilan Rakyat dimaksudkan untuk memberdayakan
DPR dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga perwakilan yang dipilih oleh
rakyat untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya. DPR terdiri atas
anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan
umum, yang berkedudukan sebagai lembaga negara.
DPR mempunyai fungsi:
a. Legislasi, dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan
membentuk undang-undang.
b. Anggaran, dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau
tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang
APBN yang diajukan oleh Presiden.
c. Pengawasan, dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang dan APBN.
Anggota DPR berjumlah 560 (lima ratus enam puluh) orang, berdomisili di ibu kota
Negara Republik Indonesia, hal tersebut dilakukan untuk menjamin kelancaran
pelaksanaan tugas dengan penuh waktu. Masa jabatan anggota DPR adalah 5 (lima)
tahun dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan sumpah/ janji.
Keanggotaannya diresmikan dengan keputusan Presiden.
REFERENSI

Buku :
Jimly Asshiddiqie, 2004, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan
dalam UUD 1945, FH.UII Press, Yogyakarta.

Peraturan Perundang-undangan :

MPR Republik Indonesia, 2006, Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, Sekretariat Jenderal MPR RI, Jakarta.

Internet :

Kompas.com dengan judul "Berapa Kali Amandemen UUD NRI Tahun 1945
Dilakukan?", https://www.kompas.com/stori/read/2021/12/10/080000779/berapa-
kali-amandemen-uud-1945-dilakukan-?page=all

Anda mungkin juga menyukai