Anda di halaman 1dari 7

Kata pengantar

Pertama saya harus berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hadirat-Nya dan
berkatNya yang berlimpah. Makalah ilmiah ini disusun menggunakan artikel online yang
berada di internet. Sepenuhnya mohon maaf jika ada penulisan kata, tata bahasa, dan
kesalahan lainnya. Untuk mengakhiri, saya mengucapkan terima kasih untuk anda siapapun
itu untuk telah meluangkan waktu untuk membaca makalah yang telah saya buat sebesar
besarnya terima kasih.

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah dokumen konstitusi tertulis yang menjadi
landasan hukum utama Republik Indonesia. UUD 1945 menjelaskan prinsip-prinsip dasar
negara, hak-hak dan kewajiban warga negara, serta struktur pemerintahan. Dokumen ini
memiliki peranan penting dalam membentuk dan mengatur tatanan negara Indonesia.
Undang-undang Dasar 1945 adalah konstitusi yang berfungsi sebagai landasan hukum dan
prinsip dasar negara Indonesia. Selama sejarahnya, UUD 1945 telah diubah untuk
menyesuaikan diri dengan kemajuan dan kebutuhan negara. Namun, ia telah
mempertahankan nilai-nilai kemerdekaan, persatuan, dan keadilan dalam struktur
ketatanegaraan Indonesia.

Konstitusi adalah salah satu norma hukum yang ada di Indonesia. Konstitusi adalah hukum
tata negara, yaitu semua aturan dan peraturan yang menjadi tatanan ketatanegaraan negara.
Konstitusi mencakup semua aturan dasar, tertulis dan tidak tertulis. Dalam arti konstitusi
yaitu. satu atau lebih dokumen yang berisi aturan dasar. Konstitusi dengan demikian lahir dari
dasar negara. Oleh karena itu konstitusi berfungsi untuk mewujudkan cita cita bangsa yang
berlandaskan dasar negaranya.

Penyusunan UUD 1945 dilakukan secara bertahap oleh Badan Penyelidik Tindakan Persiapan
Kemerdekaan (BPUPK) yang dibentuk pada 29 April 1945. Sidang pertama BPUPK yang
digelar sejak 28 Mei hingga 1 Juni lalu memunculkan gagasan untuk membentuk dasar
negara dan pada saat itu “Pancasila” yang digagas oleh Soekarno. Selain itu, pertemuan ini
juga menghasilkan kesepakatan untuk membentuk sembilan panitia yang selanjutnya akan
membahas ide pembuatan desain yang matang. pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan
yang mengadakan sidang menetapkan bentuk dasar negara yang berupa Piagam Jakarta. Teks
piagam ini menjadi teks awal UUD 1945. BPUPK sesi kedua diselenggarakan dari tanggal 10
hingga 17 Juli yang membahas tentang piagam dan bagian negara seperti bentuk
pemerintahan, bentuk dan susunan pemerintahan, kewarganegaraan, bendera dan negara
bangsa. bahasa dan lain lain. BPUPKI akhirnya menyelesaikan naskah Rancangan
Undang-Undang Dasar (UUD) yang terdiri dari pembukaan konstitusi yang mengacu pada
Piagam Jakarta dan badan konstitusi yang memuat bagian-bagian tersebut. Setelah Soekarno
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Pada hari berikutnya
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan rapat pertamanya yang
mengesahkan UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar negara.
1.2 Perumusan Masalah

UUD 1945 Sudah digunakan sejak diresmikan pada 18 Agustus 1945 oleh sidang PPKI yang
pertama namun pada periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 UUD 1945 pernah tidak
digunakan. UUD 1945 pernah berhenti digunakan sebagai konstitusi negara ketika Indonesia
menganut sistem serikat. Sementara itu, undang-undang dasar negara kemudian diambil alih
dengan Konstitusi RIS 1949. Sejak UUD 1945 digunakan kembali sebagai konstitusi negara
pada tanggal 17 Agustus 1950, undang-undang dasar tidak pernah mengalami pergantian lagi.
Peresmian tersebut berdasarkan kepada Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Amandemen adalah pengubahan/penyempurnaan Undang Undang Dasar Negara Republik


Indonesia 1945. Tujuannya untuk menyempurnakan aturan dasar untuk mengikuti
perkembangan zaman di kehidupan masyarakat. Ada juga alasan lain seperti untuk
memperjelaskan hukum yang ada di Indonesia, membentuk hukum yang belum dijelaskan
sebelumnya, menyesuaikan dengan perkembangan teknologi dan zaman, Menyempurnakan
aturan tatanan negara, kedaulatan rakyat, pembagian kekuasaan, hak asasi manusia, dan lain
lain serta meningkatkan kualitas demokrasi, konstitusionalisme, dan supremasi hukum di
Indonesia.

UUD 1945 telah diamandemenkan sebanyak 4 kali dalam beberapa sidang MPR. Sidang
pertama dilakukan pada tahun 1999 yang mencakup 9 pasal, yakni Pasal 5, Pasal 7, Pasal 9,
Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 20, dan Pasal 21. Sidang kedua dilakukan pada
tahun 2000 yang mencakup 16 pasal baru yang menggantikan pasal lama. Pasal-pasal
tersebut antara lain Pasal 1 ayat (3), Pasal 3 ayat (1), Pasal 4 ayat (1), Pasal 6A ayat (1) s.d
(4), Pasal 7A ayat (1) s.d (3), Pasal 7B ayat (1) s.d (3), Pasal 11 ayat (1) s.d (3), Pasal 22C
ayat (1) s.d (4), Pasal 22D ayat (1) s.d (4), Pasal 22E ayat (1) s.d (6), Pasal 23 ayat (1) s.d (6),
Pasal 23A ayat (1) s.d (2), Pasal 24 ayat (1) s.d (3), Pasal 24A ayat (1) s.d (2), Pasal 24B ayat
(1) s.d (2), dan Pasal 24C ayat (1) s.d (2)3. Amandemen ketiga pada tahun 2001 Hasil dari
amandemen ini diterapkan tujuh pasal baru yang menggantikan pasal lama. Pasal-pasal
tersebut antara lain Pasal 6 ayat (1), Pasal 6B ayat (1) s.d (3), Pasal 8 ayat (1) s.d (4), Pasal
11A ayat (1) s.d (2), Pasal 18 ayat (1) s.d (7), Pasal 18A ayat (1) s.d (2), dan Pasal 18B ayat
(1) s.d (2)3. Amandemen terakhir terjadi pada tahun 2002 dan ada 14 pasal baru yang
menggantikan pasal lama. Pasal-pasal tersebut antara lain Pasal 2 ayat (1), Pasal 5 ayat (1),
Pasal 6A ayat (5), Pasal 7A ayat (4), Pasal 7B ayat (4), Pasal 9A, Pasal 10A, Pasal 18C, Pasal
22F, Pasal 23B, Pasal 23C, Pasal 24D, Pasal 27 ayat (3), dan Pasal 28I3.

2.1 Pasal 20

Pasal 20 termasuk dalam pasal yang diubah pada amandemen pertama yang terjadi pada
tahun 1999. Pasal 20 diubah secara amandemen melalui sidang umum MPR yang semula 2
ayat menjadi 4 ayat. Pasal 20 sendiri mengatur tentang kekuasaan Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dalam membuat undang undang. Pasal 20 kemudian diamandemenkan lagi pada
Agustus 2000 untuk menambah satu ayat dan sampai sekarang Pasal 20 belum diubah sejak
amandemen pada tahun 2000. Pada amandemen yang sama juga ditambahkan 4 ayat yang
dihimpunkan dalam Pasal 20A. Hingga saat ini Pasal 20 memiliki 5 ayat dan Pasal 20A
memiliki 4 ayat.

2.2 Pasal 20 Sebelum Amandemen

Berikut adalah isi dari Pasal 20 UUD 1945 sebelum amandemen:

Pasal 20:

(1). Tiap-tiap Undang-Undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

(2). Jika suatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan
Perwakilan Rakyat masa itu.

2.3 Pasal 20 Setelah Amandemen

Berikut adalah isi dari Pasal 20 UUD 1945 setelah amandemen pertama yang dilakukan pada
14-21 Oktober 1999:

Pasal 20:

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.

(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama.

(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan
undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat
masa itu.

(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang.

Berikut adalah isi dari Pasal 20 UUD 1945 setelah amandemen kedua yang dilakukan pada
7-8 Agustus 2000:

Pasal 20:

(1). Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.


(2). Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden
untuk mendapat persetujuan bersama.

(3). Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan
undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat
masa itu.

(4). Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk
menjadi undang-undang.

(5). Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang
tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan.

Berikut adalah isi dari Pasal 20A UUD 1945 setelah penambahannya dalam amandemen pada
7-8 Agustus 2000:

Pasal 20A:

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan.

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain
Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak
angket, dan hak menyatakan pendapat.

(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, setiap anggota
Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan
pendapat serta hak imunitas.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan
Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.

3.1 Pembahasan

Perubahan pertama dilakukan dalam rangka untuk memberdaya DPR sebagai lembaga
legislatif yang mempunyai hak untuk membentuk undang undang. Perubahan ini mengubah
peran DPR dari yang hanya membahas dan memberikan persetujuan terhadap rancangan
undang undang yang dibuat Presiden yang merupakan kekuasaan eksekutif. Pasal ini juga
memberi hak untuk anggota DPR untuk mengajukan rancangan undang-undang.
Pergeseran kewenangan untuk membentuk undang undang yang sebelumnya di tangah
presiden dialihkan kepada DPR merupakan langkah konstitusional untuk meletakkan secara
tepat fungsi lembaga negara sesuai dengan bidang tugasnya masing masing yaitu DPR
sebagai lembaga pembentuk undang undang (kekuasaan legislatif) dan presiden sebagai
lembaga pelaksana undang undang (kekuasaan eksekutif). Namun Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga mengatur kekuasaan presiden di bidang
legislatif antara lain ketentuan bahwa pembahasan setiap rancangan undang undang (RUU)
oleh DPR dilakukan secara bersama-sama dengan presiden.

Pergeseran kewenangan membentuk undang-undang sesungguhnya ditinggalkan pula teori


pembagian kekuasaan atau distribution of power dengan prinsip supremasi MPR menjadi
pemisahan kekuasaan (separation of power) dengan prinsip saling mengawasi dan saling
mengimbangi sebagai ciri yang melekat. Hal itu juga merupakan penjabaran lebih jauh dari
kesepakatan untuk memperkuat sistem presidensial.

Perubahan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengenai
ketentuan RUU yang disetujui DPR dan Presiden tetapi tidak disahkan oleh Presiden diatur
dalam Pasal 20 ayat (5). Rumusan pasal ini melengkapi Pasal 20 ayat (1), ayat (2), ayat (3),
ayat (4) hasil perubahan berdasarkan amandemen pertama pada tahun 1999. Berikut adalah
rumusan Pasal 20 ayat (5).

(5). Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak
disahkan oleh Presiden dalam waktu tiga puluh hari semenjak rancangan undang-undang
tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib
diundangkan.

Ketentuan ini dirumuskan karena adanya kebutuhan untuk sebuah solusi konstitusional
apabila tidak dilakukan pengesahan oleh presiden atas sebuah rancangan undang undang
(RUU) yang telah disetujui bersama antara DPR dan Presiden, sehingga tidak menentunya
pengundangan RUU itu. RUU telah mendapat persetujuan bersama DPR dan Presiden tetapi
ternyata tidak disahkan presiden. Hal tersebut dapat menimbulkan ketidakpastian hukum dan
penyimpangan hukum yang membawa dampak negatif dalam kehidupan negara.

Dengan adanya ketentuan ini ditandatangani atau tidak suatu RUU yang telah disetujui
bersama DPR dan Presiden oleh Presiden setelah lewat waktu 30 hari sejak disetujui bersama
oleh DPR dan Presiden RUU itu serta merta secara resmi menjadi Undang Undang (UU)
yang sah menurut hukum dan menjadi hukum yang berlaku. Rumusan ini merupakan salah
satu wujud dari pelaksanaan kekuasaan membentuk undang undang yang ada di tangan DPR.
Ketentuan ini berkaitan dengan Pasal 22 ayat (1) yang mengatur kekuasaan presiden.
Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah pengganti undang undang (perpu).
Walaupun RUU tidak ditandatangani Presiden hal itu tidak mengurangi komitmen semua
pihak terutama penyelenggara negara untuk melaksanakan undang undang tersebut yang
sebelumnya telah disetujui bersama DPR dan Presiden. Selain itu adanya penegasan sendiri
yang menyatakan bahwa suatu RUU sah menjadi undang undang dan wajib
diundangundangkan jika lewat 30 hari walaupun Presiden tidak mengesahkannya.

Ketentuan ini dirumuskan untuk memberi kepastian hukum. Ketentuan yang diatur pada ayat
5 ini perlu dipahami sebagai penyeimbang ketentuan ayat 3 dan ayat 4 karena RUU sudah
dibahas dan disetujui oleh DPR dan Presiden. Perubahan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur fungsi dan hak DPR juga anggotanya dalam satu
pasal yaitu Pasal 20A dengan 4 ayat berikut.

Pasal 20A:

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan.

(2) Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain
Undang-Undang Dasar ini, Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak interpelasi, hak
angket, dan hak menyatakan pendapat.

(3) Selain hak yang diatur dalam pasal-pasal lain Undang-Undang Dasar ini, setiap anggota
Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan
pendapat serta hak imunitas.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak Dewan Perwakilan Rakyat dan hak anggota Dewan
Perwakilan Rakyat diatur dalam undang-undang.

Ketentuan ini menjadikan DPR berfungsi secara optimal sebagai lembaga perwakilan rakyat
sekaligus memperkuat pelaksanaan untuk saling mengawasi dan saling mengimbangi oleh
DPR.

Dalam ketentuan itu dipertegas fungsi DPR yaitu fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.
Fungsi legislasi mempertegas kedudukan DPR sebagai lembaga legislatif yang menjalankan
kekuasaan membentuk undang undang. Fungsi anggaran mempertegas kedudukan DPR untuk
membahas suatu Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dan
menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang ditujukan bagi
kesejahteraan masyarakat. Kedudukan DPR dalam APBN lebih menonjol dibandingkan
dengan kedudukan Presiden, pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu dalam Pasal 23
ayat 3. Fungsi pengawasan adalah fungsi DPR dalam melakukan pengawasan terhadap
kebijakan dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan oleh Presiden dan pemerintah.
Penegasan fungsi dan hak DPR serta hak anggota DPR dalam ketentuan itu akan sangat
mendukung pelaksanaan tugas DPR sehingga DPR menjadi berfungsi sesuai dengan harapan
rakyat.
3.2 Kesimpulan

Terjadi banyak perubahan pada Pasal 20 Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Yang pertama adalah jumlah ayat yang tadinya hanya 2 ayat kini Pasal 20
memiliki 5 ayat dengan penambahan pasal himpunan Pasal 20A yang memiliki 4 ayat. Pasal
20 berisi tentang pembuatan undang undang oleh DPR yang dulu sebelum diamandemen
DPR hanya dapat mengawasi dan sekarang setelah diamandemen hak dan tugas DPR menjadi
lebih dari mengawasi saja tetapi DPR juga dapat membuat undang undang. Selain itu di Pasal
20 sebelum amandemen juga ditegaskan tentang diperlukannya persetujuan oleh Presiden
agar undang undang tersebut berlaku jika tidak maka undang undang tersebut tidak berlaku
dihukum. Sekarang setelah amandemen hak dan tugas DPR semakin jelas dengan
amandemen yang menyatakan bahwa DPR dan anggota DPR dapat mengajukan pembuatan
atau pengubahan undang undang dengan Presiden. Sekarang juga undang undang yang
disetujui DPR dan Presiden sebelumnya dapat berlaku menjadi hukum meskipun Presiden
tidak menandatangani undang undang tersebut setelah 30 hari pengajuan undang undang.
Fungsi DPR sebagai legislatif semakin jelas dan selaras dengan kerja pemerintah serta
Presiden sebagai kekuasaan eksekutif. Dengan amandemen Pasal 20 Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diharapkan DPR dapat bekerja sama dengan
pemerintah lain untuk menjalani dasar dan tujuan negara Indonesia sesuai dengan kinerja
yang diharapkan oleh rakyat Indonesia untuk kesejahteraan dimasa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai