Anda di halaman 1dari 11

KONSTITUSI YANG ADA DI INDONESIA

Nama : Nurhasanah
NPM : 2202080069

Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia, Mulai awal


Proklamasi pada 17 Agustus 1945 sampai sekarang telah berlaku empat
jenis undang-undang dasar dalam empat periode, adapun diantaranya ialah
sebagai berikut:
a. Periode 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949 menerapkan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 ( UUD NRI 1945).
UUD NRI yang telah disahkan oleh PPKI itu terdiri dari dua bagian,
yakni bagian “Pembukaan” dan bagian Batang Tubuh” yang berisi
16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan, dan 2 ayat aturan
tambahan dan bagian penejelasan.
b. Periode 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950 menerapkan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (UUD RIS). UUD RIS
terdiri dari 6 bab,197 pasal,dan beberapa bagian.
c. Periode 17 Agustus1950 - 5 Juli 1959 menerapkan Undang-Undang
Dasar Sementara 1950 (UUDS1950). UUDS 1950 ini terdiri dari 6
bab, 146 pasal, dan beberapa bagian.
d. Periode 5 Juli 1959 – sekarang kembali menggunakan UUD NRI
1945

Undang-undang dasar Negara republik Indonesia pertama kali disahkan


oleh PPKI ( Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18
Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Undang-undang dasar yang
di sahkan oleh PPKI tersebut pada awalnya merupakan hasl karya BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) melalui hasil
siding-sidang nya mulai tanggal 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945 dan
tanggal 10 Juli sampai 16 Juli 1945. Adapun hasil kerja BPUPKI yaitu
rancangan pembukaan hukum dasar negara dan rancangan hukum dasar
negara. Rancangan pembukaan hokum dasar Negara dan rancangan hokum
sadar negara inikah yang kemudian ditetapkan menjadi Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia setelah dilakukan
beberapa penyempurnan oleh PPKI.
Sidang PPKI yang pertama dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 1945
dengan menghasilkan 3 keputusan penting, yaitu sebagai berikut.
a. Mengesahkan dan Menetapkan Rancangan Pembukaan Hukum
Dasar Negara dan Hukum Dasar sebagai Udang-Undang Dasar
Negara Kesatuan Republik Indinesia.
b. Memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden dan Drs. Mohammad Hatta
sebagai Wakil Presiden.

1
c. Membentuk Sebuah Komite Nasional Pusat (KNIP) untuk
Membantu Presiden.
Beberapa perubahan yang dilakukan PPKI untuk menyempurnakan
pembukaan dan undang-undang dasar Negara Indonesia, yaiyu sebagai
berikut.
1. Istilah “hukum dasar” diubah menjadi “undang-undang dasar”.
2. Kata “mukadimah” diubah menjadi “pembukaan”.
3. “Dalam suatu hukum dasar” diubah menjadi “dalam suatu undang-
undang dasar”.
4. Diadakannya ketentuan tentang perubahan undang-undang dasar
yang sebelumnya tidak ada.
Sidang PPKI mengenai pengesahan undang-undang dasar ini
berlangsung sangat singkat yaitu kurang lebih dua jam. Namun dengan
semangat persatuan dan keinginan untuk segera membentuk konstitusi
Negara maka penetapan undang-undang dasar 1945 berjalan dengan baik
dan lancar. Perubahan yang dilakukan hanyalah hal-hal kecil saja bukan
masalah yang mendasar. Hal ini karena PPKI sudah mendapatkan naskah
rancangan hukum dasar yang dihasilkan BPUPKI.
Adapun perihsl penetapan UUD 1945 sebagai konstitusi Negara
Indonesia oleh PPKI dilakukan dua tahap yaitu sebagai berikut.
a. Pengesahan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia
yang terdiri dari 4 alinea. Didalam alinea ke-4 tercantum perumusan
Pancasila yang berbunyi sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
Dalam Permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
b. Pengesahan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar Negara Indonesia
Yang terdiri atas 16 bab, 37 pasal, 4 pasal Aturan Peralihan, 2 ayat
aturan tambahan. Adapun uraian isi dari batang tubuh UUD 1945
tersebut Sebagai berikut:
BAB I : Bentuk dan kedaulatan (terdiri dari 1 pasal, 2 ayat)
BAB II : MPR (terdiri dari 2 pasal 4 ayat)
BAB III : Kekuasaan Pemerintah Negara(terdiri dari 12pasal 16
ayat)
BAB IV : DPA (terdiri dari 1 pasal 2 ayat)
BAB V : Kementrian Negara (terdiri dari 1 pasal, 3 ayat)
BAB VI : Pemerintahan Daerah (terdiri dari 1 pasal, 1 ayat)
BAB VII : DPR (terdiri dari 4 pasal, 9 ayat)
BAB VIII : Hal Keuangan (terdiri dari 1 pasal, 5 ayat)
BAB IX : Kekuasaan Kehakiman (terdiri dari 2 pasal, 3 ayat)
BAB X : Warga Negara (terdiri dari 3 pasal, 5 ayat)
BAB XI : Agama (terdiri dari 1 pasal, 2 ayat)

2
BAB XII : Pertahanan Negara (terdiri dari 1 pasal, 2 ayat)
BAB XIII : Pendidikan (terdiri dari 2 pasal, 3 ayat)
BAB XIV :Kesejahteraan Sosial (terdiri dari 2 pasal, 4 ayat)
BAB XV : Bendera dan Bahasa (terdiri dari 2 pasal, 2 ayat)
BAB XVI : Perubahan UUD (terdiri dari 1 pasal, 2 ayat)
Jadi pada waktu itu yang disahkan PPKI adalah UUD Negara
Indonesia yang terdiri atas dua bagian yaitu bagian pembukaan dan bagian
batang tubuh atau pasal-pasalnya.
Sedangkan bagian penjelas dilampirkan kemudian dalam satu naskah
yang dimuat dalam Berita Republik Indonesia tahun II No 7 tanggal 15
Februari 1946. Berdasarkan hal itu maka naskah Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia yang dimuat secara resmi dalam Berita Republik
Indonesia tahun II No 7 tanggal 15 Februari 1946, terdiri atas:
a) Pembukaan
b) Batang tubuh, dan
c) penjelasan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945
hanya berlaku dalam waktu singkat yaitu mulai tanggal 18 Agustus 1945
sampai 27 Desember 1949. Sejak 27 Desember diberlakukan undang-
undang dasar baru yang disebut Konstitusi Republik Indonesia Serikat
(KRIS) tahun 1949. Hal ini terjadi karena bentuk Negara Indonesia berubah
dari kesatuan menjadi serikat atau federal.
Konstitusi kedua yang berlaku di Indonesia adalah Konstitusi
Republik Indonesia Serikat yang disingkat KRIS atau UUDRIS. Konstitusi
Republik Indonesia Serikat (KRIS) atau UUD RIS 1949 berlaku di Republik
Indonesia Serikat (RIS). Jadi dengan berubahnya bentuk negara Indonesia
menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS) maka Konstitusi Republik
Indonesia Serikat (KRIS) menjadi undang-undang dasarnya. Undang-
undang dasar negara Indonesia 18 Agustus 1945 tetap berlaku tetapi hanya
di salah satu negara bagian RIS yaitu negara Republik Indonesia (RI) yang
beribukota di Yogyakarta.
Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS) atau UUD RIS 1949
berlaku dari tanggal 27 Desember 1949 hingga 7 Agustus 1950. Pada
tanggal 17 Agustus 1950, bangsa Indonesia kembali ke bentuk negara
kesatuan. Dengan demikian UUD RIS 1949 tidak diberlakukan lagi. Periode
berlakunya UUD RIS 1949 dari tanggal 27 Desember 1949 hingga 17
Agustus 1950, oleh Muhammad Yamin disebut konstitusi II.
Konstitusi Repulik Indonesia Serikat atau Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia Serikat 1949 terdiri atas:
a) Mukadimah yang terdisi dari 4 alinea
b) Bagian batang tubuh yang terdiri dari 6 bab, 197 pasal dan lampiran.
Adapun isi batang tubuh dari KRIS tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I : Negara RIS

3
 Bagian I : Bentuk Negara dan Kedaulatan (1 pasal, 2 ayat)
 Bagian II : Daerah Negara (1 pasal, 1 ayat)
 Bagian III : Lambang dan Bahasa Negara (2 pasal,4 ayat)
 Bagian IV : Kewarganegaraan dan Penduduk Negara (2pasal,
3 ayat)
 Bagian V : Hak – Hak dan Kebebasan - Kebebasan Dasar
Manusia (27 pasal, 45 ayat)
 Bagian VI : Asas-Asas Dasar (8 pasal, 13 ayat)
BAB II : RIS dan Daerah-Daerah Bagian
 Bagian I : Daerah-Daerah Bagian
Babakan 1 : Ketentuan Umum (4 pasal, 4 ayat)
Babakan 2 : Negara-Negara (3 pasal, 8 ayat)
Babakan 3 : Satuan-Satuan Negara yang Tegak Sendiri Yang
Bukan Negara (1 pasal, 1 ayat)
Babakan 4 : DaeraDaerah Yang Bukan Daerah Bagian Dan
Distrik Federal Jakarta (1 pasal, 2 ayat)
 Bagian II : Pembagian Penyelenggaraan Pemerintah Antara
RIS Dengan Daerah-Daerah Bagian
Babakan 1: Pembagian Penyelenggaraan Pemerintahan (4
pasal, 10 ayat)
Babakan 2 : Perhubungan Keuangan (7 pasal, 17 ayat)
Babakan 3 : Hak-Hak Dan KewajibanKewajiban (2 pasal, 2
ayat)
 Bagian III : Daerah-Daerah Swapraja (4 pasal, 4 ayat)
BAB III : Perlengkapan RIS (Ketentuan Umum)
 Bagian I : Pemerintah (12 pasal, 28 ayat)
 Bagian II : Senat (18 pasal, 34 ayat)
 Bagian III : DPR (15 pasal, 21 ayat)
 Bagian IV : Mahkamah Agung (2 pasal, 5 ayat)
 Bagian V : Dewan Pengawas Keuangan (2 pasal, 5 ayat)
BAB IV : Pemerintahan
 Bagian I : Ketentuan-Ketentuan Umum (10 pasal, 19 ayat)
 Bagian II : Perundang-Undangan (17 pasal, 34 ayat)
 Bagian III : Pengadilan (20 pasal, 40 ayat)
 Bagian IV : Keuangan
Babakan 1 : Hak Uang (2 pasal, 6 ayat)
Babakan 2 : Pengurusan Keuangan Federal – Anggaran
pertanggung jawaban Gaji (8 pasal, 17 ayat)
 Bagian V : Perhubungan Luar Negeri (5 pasal, 6 ayat)
 Bagian VI : Pertahanan Kebangsaan Dan Keamanan Umum
(7 pasal, 13 ayat)
BAB V : Konstituante (4pasal, 12 ayat)
BAB VI : Perubahan, Ketentuan-Ketentuan Peralihan, Dan
Ketentuan-Ketentuan Penutup
 Bagian I : Perubahan (2 pasal, 6 ayat)
 Bagian II : Ketentuan-Ketentuan Peralihan (4 pasal, 6 ayat)
 Bagian III : Ketentuan-Ketentuan Penutup (2 pasal, 3 ayat)

4
Beberapa ketentuan pokok dalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Serikat 1949 antara lain:
a) Bentuk Negara adalah serikat, sedangkan bentuk pemerintahan
adalah republic
b) Sistem pemerintahan adalah parlementer, dimana kepala
pemerintahan dijabat oleh seorang perdana menteri. Perdana menteri
RIS saat itu adalah Mohammad Hatta.
Konstitusi yang berlaku sesudah UUD RIS adalah Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS) 1950. Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS)
1950 dimaksudkan sebagai pengganti dari UUD RIS 1949 setelah Indonesia
kembali ke bentuk negara kesatuan. Perubahan UUD RIS menjadi UUDS
1950 dituangkan dalam Undang-Undang Federal No 7 tahun 1950 tentang
Perubahan Konstitusi Republik Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang
Dasar Sementara Republik Indonesia.
Undang-Undang Dasar ini dinamakan sementara karena sifatnya
memang untuk sementara saja. Dalam ketentuan undang-undang dasar ini
disebutkan adanya lembaga pembuat undang-undang dasar yang dinamakan
konstituante. Konstituante inilah yang akan menyusun undang-undang dasar
yang bersifat tetap.
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 terdiri atas:
a) Mukadimah terdiri dari 4 alinea
b) Batang tubuh yang terdiri atas 6 bab dan 146 pasal. Adapun isi
batang tubuh UUDS tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I : Negara Republik Indonesia
 Bagian I : Bentuk Negara dan Kedaulatan ( 1 pasal)
 Bagian II : Daerah Negara (1 pasal)
 Bagian III : Lambang dan Bahasa Indonesia (2 pasal)
 Bagian IV : Kewarganegaraan dan Penduduk Negara (2
pasal)
 Bagian V : Hak - Hak dan Kebebasan Kebebasan Dasar
Manusia (28 pasal)
 Bagian VI : Asas-Asas Dasar (9 pasal)
BAB II : Alat-Alat Perlengkapan Negara (Ketentuan Umum)
 Bagian I : Pemerintah (11 Pasal)
 Bagian II : Dewan Perwakilan Rakyat (22 pasal)
 Bagian III : Mahkamah Agung (2 pasal)
 Bagian IV : Dewan Pengawas Keuangan (2 pasal)
 BAB III : Tugas Alat-Alat Perlengkapan Negara
 Bagian I : Pemerintahan (7 pasal)
 Bagian II : Perundang-Undangan (12 pasal)
 Bagian III : Pengadilan (8 pasal)
 Bagian IV : Keuangan
Babakan 1 : Hal Uang (2 Pasal)

5
Babakan2 : Urusan Keuangan-Anggaran
Pertanggungjawaban Gaji (9 Pasal)
 Bagian V : Hubungan Luar Negeri (4 pasal)
 Bagian VI: Pertahanan Negara dan Keamanan Umum
(7Pasal)
BAB IV : Pemerintahan Daerah Dan Daerah - Daerah Swapraja
(3Pasal)
BAB V : Konstituante (6 pasal)
BAB VI : Perubahan Ketentuan-Ketentuan Peralihan, Dan
Ketentuan Penutup
 Bagian I : Perubahan (2 pasal)
 Bagian II : Ketentuan-Ketentuan Peralihan (3 pasal)
 Bagian III : Ketentuan Penutup (2 pasal)
Isi pokok yang diatur dalam Undang-Undang dasar Sementara 1950
antara lain:
a) Bentuk Negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik;
b) System pemerintahan adalah parlementer menurut UUDS 1950;
c) Adanya badan konstituante yang akan menyusun undang-undang
dasar tetap sebagai pengganti dari UUDS 1950.
UUDS 1950 berlaku dari tanggal 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli
1959. Dalam sejarahnya lembaga konstituante yang diberi tugas menyusun
undang-undang dasar baru pengganti UUDS 1950 tidak berhasil
menyelesaikan tugasnya. Situasi ini kemudian memicu munculnya Dekrit
Presiden 5 Juli 1959. Pada tanggal 5 Juli 1959 presiden Soekarno
mengeluarkan Dekrit yang isinya sebagai berikut.
1. Menetapkan pembubaran Konstituante
2. Menetapkan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlaku lagi UUDS
1950
3. Membentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
Dengan ketetapan Dekrit presiden 5 Juli 1959 tersebut maka sejak 5
Juli 1959 UUDS dinyatakan tidak berlaku. Sejak saat itu berlaku kembali
UUD Negara Republik Indonesia 18 Agustus 1945 yang dalam dekrit
presiden disebut UUD 1945.
UUD 1945 berlaku dari tanggal 5 Juli 1959 sampai tahun 1999.
UUD 1945 ini berlaku pada dua masa pemerintahan yaitu sebagai berikut:
a) Masa Pemerintahan Presiden Soekarno dari tanggal 5 Juli 1959
sampai 1966
b) Masa pemerintahan Presiden Soeharto dari tahun 1966 sampai 1998
Khusus untuk periode keempat berlaku UUD NRI 1945 dengan
pembagian berikut:
a) UUD NRI 1945 yang belum diamandemen.

6
b) UUD NRI 1945 yang sudah diamandemen (tahun 1999, tahun 2000,
tahun 2001, dan tahun 2002).

Amandemen tersebut adalah sebagai berikut:


1) Amandemen ke-1 pada sidang umum MPR, disahkan 19 Oktober
1999.
2) Amandemen ke-2 pada sidang tahunan MPR, disahkan 18 Agustus
2000.
3) Amandemen ke-3 pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 November
2001.
4) Amandemen ke-4 pada sidang tahunan MPR, disahkan 10 Agustus
2002
UUD hasil amandemen ini terdiri dari Pembukaan (tidak mengubah
bunyi pembukaan UUD 1945 yang disahkan tanggal 18 Agustus 1945).
Batang Tubuh dengan uraian sebagai berikut :
 Bab I : Bentuk dan Kedaulatan (Pasal 1, tiga ayat)
 Bab II : Majelis Permusyawaratan Rakyat (Pasal 2 &3, enam ayat)
 Bab III : Kekuasaan Pemerintahan Negara (Pasal 4,5,6,6A,7,7A-
C,8,9-16, 37 ayat)
 Bab IV : Dewan Pertimbangan Agung (Dihapus)
 Bab V : Kementrian Negara (Pasal 17, empat ayat)
 Bab VI : Pemerintah Daerah (Pasal 18, 18A,18B, sebelas ayat)
 Bab VII : Dewan Perwakilan Rakyat (Pasal 19,20,20A,
21,22,22A,22B, delapan belas ayat)
Bab VIIA : Dewan Perwakilan Daerah (Pasal 22C dan 22D, delapan
ayat)
Bab VIIB : Pemilihan Umum (Pasal 22E, enam ayat)
 Bab VIII : Hak Keuangan (Pasal 23, 23A-D, tujuh ayat)
 Bab IX : Kekuasaan Kehakiman (Pasal 24, 24A-C,25, sembilan
belas ayat) Bab
IXA : Wilayah Negara (Pasal 25A, satu ayat)
 Bab X : Wilayah Negara dan Penduduk (Pasal 26- 28, tujuh ayat)
Bab XA : Hak Asasi Manusia (Pasal 28A-J, dua puluh enam ayat)
 Bab XI : Agama (Pasal 29, dua ayat)
 Bab XII : Pertahanan dan Keamanan Negara (Pasal 30, lima ayat)
 Bab XIII : Pendidikan dan Kebudayaan (Pasal 31 & 32, tujuh ayat)
 Bab XIV : Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial (Pasal
33 & 34, sembilan ayat)
 Bab XV : Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan (Pasal 35, 36, 36AC, lima ayat)
 Bab XVI : Perubahan UUD (Pasal 37, lima ayat)

7
PENDAPAT PRIBADI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia konstitusi adalah segala
ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan (undang-undang dasar dan
sebagainya). Ada 4 Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu
sebagai berikut:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (18
Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat (27 Desember
1949 – 17 Agustus 1950)
3) Undang-Undang Dasar Sementara (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
4) Kembali menggunakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 (5 Juli 1959 – sekarang)
Terkhusus untuk UUD NRI 1945 yang berlaku sekarang telah
mengalami empat kali amandemen yaitu amandemen pertama pada tahun
1999, amandemen kedua pada tahun 2000, amandemen ketigapada tahun
2001 dan amandemen keempat pada tahun 2002.
Setiap negara memiliki konstitusi sebagai hukum dasar, namun tidak
semua negara mempunyai undang-undang dasar. Contoh negara yang tidak
memiliki konstitusi tertulis yaitu Inggris. Negara konstitusional tidak cukup
hanya memiliki konstitusi, tetapi negara tersebut juga harus menganut
gagasan konstitualisme.
Adapun fungsi dari konstitusi ini dibuat salah satunya untuk
membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak sewenang-wenang atau
kebablasan. Karena banyak pemerintah yang bertindak otoriter dan dictator
sehingga konstitusi hadir agar hal tersebut tidak terjaadi lagi.
Padalah sudah di atur pada pasal 1 ayat 2 UUD NRI 1945, Negara
kita menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan
dilaksanakan menurut undang-undang” artinya kekuasaan tertinggi berada
ditangan rakyat
Selain itu, konstitusi negara kita atau UUD NRI 1945 berkedudukan
sebagai hukum paling tinggi yang dijadikan sumber legimitasi atau landasan
bentuk-bentuk peraturan perundang-undangan.
Namun sangat disayangkan dengan fakta yang terjadi dilapangan ada
beberapa kasus yang tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh berita yang saat ini sedang hangat di bicarakan di media
sosial yaitu kasus seorang pelajar asal Indonesia yang sedang menempuh
pendidikan di Australia viral setelah mengkritisi sistem tata kelola,
pendidikan dan infrastruktur Provinsi Lampung.

8
Namun sangat disayangkan Bima Yudho tidak mendapat dukungan
dari pemerintah Provinsi Lampung, justru Bima Yudho dilaporkan ke polisi
oleh ahli hukum pemerintah lampung. Mirisnya lagi, keluarga Bima juga
mendapat tekanan dari pemerintah lampung.
Bukankah Negara Indonesia memiliki aturan konstitusi untuk
seluruh rakyatnya bebas berpendapat?. Sesuai dengan bunyi pasal 28E ayat
3 UUD NRI 1945 “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat”.
Di dalam kita bernegara harus menaati aturan konstitusi. Sebagai
konstitusi, UUD NRI 1945 juga akan mengarahkan kita rakyat indonesia
pada kehidupan yang tertib dan teratur. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan
adanya kesadaran berkonstitusi warga negara untuk melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan yang telah dibuat.
Apabila hal tersebut berjalan lancar maka memudahkan untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan harapan masyarakatnya. Dan apabila
kita tidak mematuhi UUD NRI 1945 kehidupan bernegara akan terjadi
perpecahan, pertikaian, dan rasa kesatuan dan persatuan akan luntur/hilang.

9
Berbicara mengenai sejarah konstitusi Madinah (constitution of
Medina) tidak lepas dari pembahasan piagam madinah (charter of Medina),
tentunya tidak lepas pula dari pembicaraan tentang masyarakat (society) di
Madinah, utamanya pada masa Nabi Muhammad Saw.
Piagam Madinah adalah sebutan bagi shâhifah yaitu lembaran yang
tertulis atau kitab yang ditulis oleh Nabi Muhammad Saw. Kata piagam
(charter) menunjukkan kepada nashkah, sedangkan Madinah menunjukkan
kepada tempat dibuatnya naskah. Dalam arti lain, piagam berarti surat resmi
yang berisi pernyataan pemberian hak, atau berisi pernyataan dan
pengukuhan mengenai sesuatu. Piagam adalah dokumen tertulis yang dibuat
oleh penguasan atau badan pembuat undang-undang yang mengakui hak-
hak rakyat, baik hak-hak kelompok sosial maupun hak-hak individu.
Isi dari Piagam Madinah Nabi Muhammad Saw diantaranya yaitu:
a) Pembentukan Ummat (Community). Terdiri dari 2 pasal, dengan
pasal 1 yang berbunyi “mereka adalah satu masyarakat tunggal yang
berada di masyarakat lain.Pada intinya dalam pasal ini pembentukan
komunitas masyarakat Madinah menjadi ummah.
b) Hak Asasi Manusia (HAM). Terdiri dari pasal 2 sampai Pasal 10
yang berisi bahwa Setiap keluarga (tha'ifah) dapat membayar
tebusan dengan secara baik dan adil di kalangan orang-orang
beriman.
c) Persatuan Se-Agama. Terdiri dari Pasa 11- Pasal 15, si pasal ini
secara komprehensif membahasa tentang orang-orang Muslim
Madinah harus saling membantu, saling melindungi,saling tolong
menolong dalam hal kebaikan, menyantuni fakir miskin, membantu
yang lemah.
d) Persatuan Segenap Warga Negara. Terdiri dari Pasal 16 sampai
23.Isi pasal ini secara komprehesif yaitu tentang orang Yahudi
(diluar Islam), yang setia kepada Negara berhak mendapatkan
perlindungan, perlakuan yang layak dari orangorang yang beriman
tanpa mengucilkan ataupun menjauhi orang Yahudi tersebut.
e) Golongan Minoritas. Terdiri dari Pasal 24 - Pasal 35.Pada intinya
berisi semua warganegara Madinah termasuk orang Yahudi di
dalamnya, harus ikut memikul bersama biaya selama Negara dalam
keadaan perang.

10
f) Tugas Warganegara. Terdiri dari Pasal 36 sampai Pasal 38. Berisi
tentang warga negara tidak boleh bertindak tanpa seizin Nabi
Muhammad Saw.
g) Melindungi Negara. Terdiri dari Pasal 39 sampai Pasal 41 yang
berisi tentang kota Yastrib sebagai ibu kota negara tidak boleh
dilanggar kehormatannya oleh setiap peserta Piagam Madinah.
h) Pemimpin Negara terdiri dari Pasal 42 sampai Pasal 44 Berisi
tentang warga negar tidak boleh bertikai, tiap permasalahan
dikembalikan penyelesaiannya pada hukum Allah dan Hadis Nabi.
i) Politik Perdamaian Terdiri dari Pasal 45 sampi Pasal 46 yang berisi
bahwa setiap kali ajakan pendamaian, kaum yang beriman harus
melakukannya, kecuali terhadap orang (Negara) yang menunjukkan
permusuhan terhadap agama (Islam)

11

Anda mungkin juga menyukai