Anda di halaman 1dari 10

Periode 19 Oktober 1999 – 18 Agustus 2000(amandemen ke 1)

9 pasal yaitu:
Pasal 5 7, 9, 13, 15, 17, 20, 21

Periode 18 Agustus 2000 – 9 November 2001(amandemen ke 2)


24 pasal yaitu: .
Pasal 18, 19, 20, 22, 25, 26, 27, 28, 30, dan 36

Periode 9 November 2001 – 10 Agustus 2002(amandemen ke 3)


19 pasal yaitu:
Pasal 1, 3, 6, 7, 8, 11, 17, 22, 23, dan 24

Periode 10 Agustus 2002 – sampai sekarang(amandemen ke 4)


17 pasal yaitu:
Pasal 2, 6, 8, 11, 16, 23, 24, 31, 32, 33, 34, 37,
Aturan Peralihan Pasal I s/d III, aturan Tambahan pasal I dan II.

Isi Pokok Batang Tubuh UUD 1945 Hasil Amandemen 2002

UUD 1945 hasil Amandemen 2002 tetap memuat 37 pasal akan tetapi dibagi menjadi 26 bab,
tiga pasal aturan peralihan dan dua pasal aturan tambahan. Selain jumlah bab yang bertambah
juga ada banyak pasal yang dikembangkan.

1. Bentuk dan Kedaulatan (Bab I)

Dalam pasal 1 ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa Negara adalah Negara Kesatuan yang
berbentuk Republik, kemudian dalam pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa kedaulatan adalah di
tangan rakyat dan dilaksanakan manurut Undang-Undang Dasar. Dengan demikian negara
Indonesia menganut paham kedaulatan rakyat di seluruh negara, dan kekuasaan tertinggi itu
dijalankan sepenuhnya oleh rakyat menurut Undang - Undang Dasar.

2. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) (Bab II)

Dalam pasal 2 UUD 1945 disebutkan bahwa MPR terdiri atas anggota - anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Adapun kewenangan
MPR berubah yaitu bukan lagi sebagai pemilik kekuasaan tertinggi melainkan terbatas pada tiga
hal yaitu ayat (1) MPR mengubah dan menetapkan UUD, ayat (2) MPR melantik Presiden dan
Wakil Presiden, dan ayat (3) MPR dapat memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menutut Undang-Undang Dasar, yang menurut istilah hukum tata Negara
disebut sebagai impeachment.

3. Kekuasaan Pemerintahan Negara (Bab III)

Dalam pasal 4 ayat (1) UUD 1945 disebutkan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945. Pasal 4 ayat (2) Presiden dalam melaksanakan
kewajibannya dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. Pasal 5 ayat (1) Dalam melaksanakan
tugasnya Presiden dapat mengajukan Undang - Undang kepada DPR, dan ayat (2) Presiden
berhak menetapkan peraturan pemerintah dalam menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya.

Dalam menjalankan tugas pemerintahannya, Presiden dapat meminta suatu pertimbangan


kepada suatu Dewan Pertimbangan. Pada sistem Undang - Undang Dasar 1945 sebelum
dilakukan amandemen, Dewan Petimbangan ini disebut sebagai Dewan Pertimbangan Agung
(pasal 16 UUD 1945), yang kedudukannya setingkat dengan Presiden dan DPR. Namun pada
UUD 1945 hasil Amandemen 2002, kedudukan Dewan Pertimbangan ini berada dibawah
Presiden karena dibentuk oleh Presiden dan ditentukan berdasarkan Undang-Undang.

4. Kementerian Negara (Bab V UUD 1945)

Dalam pasal 17 UUD 1945 hasil amandemen 2002 ayat (1) ditegaskan bahwa Presiden dibantu
oleh Menteri-Menteri. Pada ayat (2) Menteri-Menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden, dan ayat (3) Menteri-Menteri itu membidangi urusan tertentu dalam Pemerintahan.

Berdasarkan pasal ini diketahui bahwa Menteri Negara adalah sebagai pembantu presiden.
Mereka tidak bertanggung jawab kepada DPR, melainkan kepada presiden. Dalam pengertian ini
sistem UUD 1945 menganut sistem Kabinet Presidensial.

Dalam hubungannya dengan pembentukan, pengubahan dan pembubaran suatu kementerian


negara diatur dalam Undang-Undang ayat (4). Ayat (4) ini dalam UUD lama belum diatur,
sehingga eksistensi suatu departemen sering menjadi masalah negara.

5. Pemerintahan Daerah (Bab VI)

Disebutkan dalam pasal 18 UUD 1945 mengatur tentang pemerintahan daerah. Ayat (1)
menjelaskan bahwa Negara Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah
provinsi ini dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu
mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.

Asas Otonomi

Pasal 18 ayat (2) mengatur tentang otonomi pemerintahan daerah. Ayat (4) Gubernur, Bupati,
dan Walikota masing – masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan
kota dipilih secara demokratis. Ayat (5) Dalam hubungannya dengan pemerintahan pusat,
pemerintahan daerah memiliki otonomi yang seluas – luasnya, terkecuali jikalau dalam
hubungan pemerintahan yang oleh undang – undang ditentukan sebagai urusan pemerintah
pusat. Ayat (6) Dalam mewujudkan otonomi daerah itu, pemerintahan daerah berhak
menetapkan peraturan daerah dan peraturan lain. Ayat (7) Adapun susunan dan tata cara
penyelenggaraan pemerintahan diatur dalam suatu undang – undang. Dan masih ada pula pasal
18A ayat (1), dan ayat (2) yang mengatur tentang otonomi pemerintahan.

Pengakuan Keistimewaan Pemerintah Daerah

Selain asas otonomi sebagaimana menurut sistem UUD 1945 hasil amandemen 2002, Pasal
18B ayat (1) dan pasal 18B ayat (2). Dimana pasal ini merupakan suatu perwujudan
kebhinekaan masyarakat dan wilayah Negara Indonesia, dengan segala kekayaan etnisnya,
budayanya, adat istiadatnya serta karakter mereka masing-masing sepanjang sesuai dengan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan harkat dan martabat manusia.

6. Dewan Perwakilan Rakyat (Bab VII)

Mengenai DPR diatur dalam pasal 19 sampai dengan pasal 22 UUD 1945. Susunan DPR
ditetapkan dalam Undang-Undang, dan DPR bersidang sedikitnya sekali dalam setahun (pasal
19), DPR memiliki kekuasaan membentuk Undang-Undang (pasal 20 ayat 1), Adapun menurut
UUD 1945 hasil amandemen 2002 selain DPR memiliki kekuasaan membentuk undang-undang
DPR juga mempunyai hak inisiatif yaitu hak untuk mengajukan rancangan Undang-Undang
(pasal 21 ayat 1), pasal 20 ayat (3) UUD 1945 menetapkan, bahwa jikalau rancangan Undang-
Undang yang diajukan Pemerintah tidak mendapatkan persetujuan DPR, maka rancangan ini
tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR pada masa itu. Demikian pula halnya jika
rancangan Undang-Undang yang dikeluarkan pihak DPR tidak disahkan oleh Presiden, juga
tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR pada masa itu (pasal 21 ayat 2). Selain itu
pasal 20 ayat (4) Presiden mengesahkan rancangan Undang-Undang yang telah disetujui
bersama, untuk menjadi Undang-Undang.

DPR mempunyai fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan pasal 20A ayat (1).
Dalam melaksanakan fungsinya, selain hak yang diatur dalam pasal Undang-Undang Dasar ini,
DPR mempunyai hak interpelasi, hak angket, dan hak untuk menyatakan pendapat, pasal 20A
ayat (2). Selain hak yang diatur dalam Undang-Undang Dasar ini, setiap anggota DPR
mempunyai hak mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul, pendapat serta hak imunitas,
pasal 20A ayat (3)

Pasal 22 UUD 1945 adalah mengenai noodverordeningsrecht untuk menghadapi keadaan


darurat, Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai pengganti Undang -
Undang (Perpu), Walaupun demikian hak itu ada batasnya, yaitu jika peraturan ini tidak
mendapat persetujuan DPR, maka harus dicabut. Adapun menurut pasal 22B dinyatakan bahwa
anggota DPR dapat diberhentikan dari jabatannya, yang syarat-syaratnya diatur dalam Undang-
Undang.

7. Dewan Perwakilan Daerah (Bab VIIA)

Hal lain yang diatur dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 adalah tentang Dewan Perwakilan
Daerah. Pasal 22C ayat (1) dan pasal 22C ayat (2), Dewan Perwakilan Daerah bersidang
sedikitnya sekali dalam setahun, serta susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur
dengan Undang-Undang, yaitu Undang-Undang No. 22 Tahun 2003.

Pasal 22D ayat (1), pasal 22D ayat (2), pasal 22D ayat (3), dan pasal 22D ayat (4). Pasal-pasal
ini juga termasuk materi yang baru diatur secara eksplisit tentang Dewan Perwakilan Daerah.

8. Pemilihan Umum (Bab VIIB)

Dalam UUD 1945 hasil amandemen 2002 ini diatur secara eksplisit tentang Pemilihan Umum.
Pasal 22E ayat (1), pasal 22E ayat (2), pasal 22E ayat (3), pasal 22E ayat (4), dan pasal 22E
ayat (5). Pemilihan Umum tersebut dilaksanakan harus benar-benar demokratis bersifat
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Dalam proses reformasi dewasa ini pelaksanaan pemilu berdasarkan UU No. 16/1969 jis. UU
No. 4/1975, UU No. 2/1980, dan UU No. 1/1985 dinilai tidak mencerminkan pemilu yang
demokratis. Oleh karena itu diganti dengan UU Pemilu No. 3 Tahun 1999. Perkembangan
berikutnya oleh karena hasil amandemen UUD Negara tahun 2002, maka konsekuensinya
pemilu harus disesuaikan dengan UUD Negara tahun 2002, yang secara eksplisit memuat
ketentuan tentang pemilu, dan selanjutnya diatur dalam Undang - Undang R.I. No. 10 Tahun
2008.

Secara rinci ketentuan pemilu dijelaskan sebagai berikut :

1. Pemilihan Umum merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam


pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berdasarkan pancasila, sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemilihan Umum dilaksanakan secara efektif dan efesiewn, berdasarkan ass langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (pasal 2).

3. Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten / Kota (pasal 3).

4. Pemilhan Umum dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali pada hari libur atau hari yang
diliburkan (pasal 4).

5. Pemilihan Umum untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten / Kota
adalah partai politik, pasal 5 ayat (1).

6. Pemilihan Umum untuk memilih anggota DPD adalah dilaksanakan dengan sistem distrik
berwakil banyak, pasal 5 ayat (2).

7. Pemilihan Umum untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten /
Kota diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum, pasal 6 ayat (1).

8. Pemilihan Umum untuk memilih anggota DPD dilaksanakan dengan system distrik berwakil
banyak, pasal 5 ayat (2).
Peserta Pemilihan Umum dari Perseorangan

Sistem Pemilihan Umum menurut UUD Negara 1945 hasil amandemen 2002, berbeda dengan
sistem pemilu sebelumnya, karena terdapat ketentuan peserta perseorangan untuk memilih
calon anggota DPD. Adapun ketentuannya diatur dalam pasal 13, sebagai berikut.

1. Untuk dapat menjadi calon anggota DPD, peserta Pemilihan Umum dari perseorangan harus
memenuhi syarat dukungan dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Provinsi yang berpendudukan 1.000.000 (satu juta) orang harus didukung sekurang-
kurangnya oleh 1.000 (seribu) orang pemilih.

b. Provinsi yang berpendudukan lebih dari 1.000.000 (satu juta) sampai dengan 5.000.000 (lima
juta) orang harus didukung sekurang-kurangnya oleh 2.000 (dua ribu) orang pemilih.

c. Provinsi yang berpendudukan lebih daro 5.000.000 (lima juta) sampai dengan 10.000.000
(sepuluh juta) orang harus didukung sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu) orang pemilih.

d. Provinsi yang berpendudukan lebih dari 10.000.000 (sepuluh juta) sampai dengan
15.000.000 (lima belas juta) orang harus mendukung sekurang-kurangnya oleh 4.000 (empat
ribu) orang pemilih.

e. Provinsi yang berpenduduk lebih dari 15.000.000 (lima belas juta) orang harus didukung
sekurang-kurangnya oleh 5.000 (lima ribu) orang pemilih.

2. Dukungan sebagaimana dimaksud pada pada ayat (1) tesebar di sekurang-kurangnya 50%
dari jumlah Kabuparen/Kota di provinsi yang bersangkutan.

3. Persyaratan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dan (2) dibuktikan dengan tanda
tangan atau cap jempol dan foto kopi KTP atau identitas lain yang sah.

4. Seorang pendukung tidak boleh memberikan dukungan kepada lebih dari satu orang calon
anggota DPD.

Daerah Pemilihan dan Jumlah Kursi

Daerah Pemilihan

Berdasarkan ketentuan pasal 21 Undang-Undang R.I. No. 10 Tahun 2008, daerah pemilihan
ditentukan sebagai berikut.

1. Pemimilihan Umum untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, dan anggota DPRD
Kabupaten/Kota,masing-masing ditetapkan Daerah Pemilihan sebagai berikut.

a. Daerah Pemilihan anggota DPR adalah Provinsi atau bagian-bagian Provinsi Pasal 22 ayat
(1).
b. Daerah Pemilhan anggota DPRD Provinsi adalah Kabupaten/Kota atau gabungan
Kabupaten/Kota Pasal 24 ayat (1).

c. Daerah Pemilihan anggota DPRD Kabupaten/Kota adalah Kecamatan atau gabungan


kecamatan Pasal 27 ayat(1).

2. Penetapan daerah Pemilihan anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota
ditentukan oleh KPU dengan ketentuan setiap daerah pemilihan mendapatkan alokasi kursi
antara 3 sampai dengan 12 kursi.

Jumlah Kursi

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang R.I. No. 10 Tahun 2008, jumlah kursi DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota,masing-masing ditetapkan sebagai berikut.

Pasal 21 jumlah kursi DPR ditetapkan sebanyak 560 kursi, sedangkan Pasal 22 ayat (2) jumlah
kursi anggota DPR setiap daerah pemilihan, cara perhitungannya jumlah anggota DPR untuk
setiap provinsi paling sedikit 3 (tiga) & paling banyak 10 (sepuluh) kursi.

Selanjutnya jumlah kursi anggota DPRD Provinsi ditetapkan pada pasal 23, sebagai berikut.

1. Jumlah kursi anggota DPRD Provinsi ditetapkan sekurang-kurangnya 35 kursi dan sebanyak-
banyaknya 100 kursi.

2. Jumlah kursi anggota DPRD Provinsi sebagaimana dimaksud padaayat (1) sebagai berikut.

a. Provinsi dengan jumlah penduduk sampai dengan 1.000.000 jiwa mendapatkan 35 kursi.

b. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 sampai dengan 3.000.000 jiwa
mendapatkan 45 kursi.

c. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 3.000.000 sampai dengan 5.000.000 jiwa
mendapatkan 55 kursi.

d. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 5.000.000 sampai dengan 7.000.000 jiwa
mendapatka 65 kursi.

e. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 7.000.000 sampai dengan 9.000.000 jiwa
mendapatkan 75 kursi.

f. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 9.000.000 samapi dengan 12.000.000 jiwa
mendapatkan 85 kursi.

g. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 12.000.000 jiwa mendapatkan 100 kursi.

3. Jumlah kursi anggota DPRD setiap provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh KPU.

Jumlah kursi anggota DPRD Kabupaten/Kota diatur dalam pasal 26 sebagai berikut.
1. Jumlah kursi anggota DPRD Kabupaten/kota ditetapkan sekurang-kurangnya 20 kursi dan
sebanyak-banyaknya 50 kursi.

2. Jumlah kursi anggota DPRD Kabupaten/Kota sebagaiman dimaksud pada ayat (1) sebagai
berikut.

a. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk sampai dengan 100.000 jiwa mendapatkan 20


kursi.

b. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk lebih dari 100.000 sampai dengan 200.000 jiwa
mendapatkan 25 kursi.

c. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk lebih dari 200.000 sampai dengan 300.000 jiwa
mendapatkan 30 kursi.

d. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk lebih dari 300.000 sampai dengan 400.000 jiwa
mendapatkan 35 kursi.

e. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk lebih dari 400.000 sampai dengan 500.000 jiwa
mendapatkan 40 kursi.

f. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 jiwa mendapatkan 45 kursi.

g. Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk lebih dari 1.000.000 (satu juta) jiwa memperoleh
alokasi 50 kursi.

Daerah Pemilihan dan Jumlah Kursi Anggota DPD

Daerah pemilihan untuk anggota DPD adalah provinsi (pasal 51).

Jumlah anggota DPD untuk setiap Provinsi ditetapkan 4 orang (pasal 52).

9. Hal Keuangan (Bab VIII)

Ketentuan ini adalah mengenai hakl DPR untuk mengadakan pengawasan tehadap Pemerintah
dibidang keuangan. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan Negara diadakan
suatu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan hasil pemeriksaan itu harus diberitahukan kepada
DPR (Undang-Undang No. 5 1973)

Pasal 23D menetukan bahwa, Negara memiliki satu bank sentral yang susunan, kedudukan,
kewenangan, tanggung jawab dan idependesinya diatur dengan undang-undang.

10. Badan Pemeriksaan Keuangan (Bab VIIIA)

Dalam reformasi dewasa salah satunya hal yang sangat penting dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan Negara adalah pengelolaan keuangan Negara secara transparan. Pasal 23E
ayat (1), (2), (3). Oleh karena itu system pemeriksaan keuangan Negara yang melalaui BPK ini
harus benar-benar mampu membersihkan praktek-praktek korupsi.
11. Kekuasaan Kehakiman (Bab IX UUD 1945)

Menurut pasal 24 UUD 1945 bahwa kekuasaan kehakiman adalah merupakan kekuasaan yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan, ayat (1).
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum.

Mahkamah Konstitusi, berwenang, mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final, untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya di berikan oleh
Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan hasil
pamilihan umum, ayat (1)

Badan kehakiman harus merupakan suatu kekuasaan yang merdeka yang terlepas dari
Pemerintah dan DPR,agar badan ini dapat melaksankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan
seadil-adilnya secara objektif. Dalam Negara hukum seperti Republik Indonesia ini, Badan
kehakiman ini amatlah penting kedudukannya dan peranannya dalam menegakkan kebenaran
dan keadilan hukum serta untuk mempertahankan Rule of raw sebagai inti dari suatu Negara
hukum.

12. Wilayah negara (Bab IXA)

Pasal 25A UUD 1945 menjelaskan bahwa Negara kesatuan republik Indonesia adalah
sebuah Negara kepulauan yang berciri nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-
haknya ditetapkan dengan undang undang.

13. Warga Negara dan penduduk (Bab X)

Mengenai warga negara telah diatur dalam UUD 1945 pasal 26 ayat 1 dan 2 dan pasal 27
ayat 1 dan 2 menjelaskan hak warga Negara. Ketentuan ini sesuai dengan sila kelima pancasila.

14. Agama (Bab XI)

Dalam pasal 29 ayat 1 dan 2 menjelaskan tentang keyakinan warganegara dalam kehidupa
keagamaan . pasal ini sebagai pelaksana dari sila pertama dari dasar Negara pancasila.
15. Pertahanan dan keamanan Negara (Bab XII)

Mengenai pertahanan dan keamanan Negara d atur dalam UUD 1945 pasal 1,2,3,4 dan 5. pasal
ini pencerminan dari bunyi pembukaan UUD 1945 alinea pertama.

16. Pendidikan dan kebudayaan (Bab XIII)

Dalam hal pendidikan pemerintah mengaturnya dalam pasal 31 UUD 1945.

Tentang kebudayaan

Mengingat bangsa Indonesia terdiri atas berbagai etnis yang sekaligus memiliki beraneka ragam
kebudayaan maka Negara mengatur hal tersebut dalam UUD 1945 pasal 32 ayat 1 dan 2.

17. Perekonomian nasional dan kesejateraan social (Bab XIV)

Perekonomian nasional di atur dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1sampai 5. Dalam pasal ini
dikembangkan dengan lebih memperjelas paradigma perekonomian nasional, walaupun
ditengah-tengah persaingan global, krisis dunia namun bangsa Indonesia tetap menekankan
prinsip moral ekonomi yaitu asas kemakmuran bersama.

Pada pasal 34 UUD 1945 hasil amandemen menegaskan tentang nasib warga bangsa yang
miskin sebagai realisasi penjabaran sila kelima pancasila

18. Bendera, Bahasa, Lambang Negara,serta lagu kebangsaan (Bab XV)

Pasal 35 UUD 1945 menegaskan bahwa Bendera Bangsa Indonesia adalah Sang Merah Putih.

Pasal 36 UUD 1945 menyatakan bahwa Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

Pasal 36A UUD 1945 menyatakan Lambang Negara Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika.

Pasal 36B menyatakan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.


Pasal 36C ketentuan lebih lanjut tentang Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan diatur dengan undang-undang.

19. Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 (Bab XVI)

Pasal terakhir Undang-Undang dasar 1945 hasil amandemen juga memuat tentang perubahan
Undang-Undang dasar, terutama mengingat agar Undang-undang senantiasa sesuai dengan
perkembangan jaman dan aspirasi rakyat.

Pasal 37 ayat 1 sampai 5 berkaitan dengan ketentuan tentang perubahan Undang-Undang


dasar.

20. Aturan Peralihan

Aturan peralihan dalam UUD 1945 terdiri atas 3 pasal sebagai berikut:

Pasal I : segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum
diadakan yang baru menurut undang-undang dasar ini.

Pasal II: semua lembaga Negara yang ada masih berfungsi sepanjang untuk melaksanakan
ketentuan undang-undang dasar dan belum diadakan yang baru menurut undand-undang dasar
ini.

Pasal III: mahkamah konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17 agustus 2003 dan
sebelum dibentuk segala kewenanganya dilakukan oleh mahkamah agung.

21. Aturan tambahan

Pasal I : majelis permusyawaratan rakyat ditugasi untuk melakukan peninjauan terhadap materi
dan status hukum ketetapan majelis permusyawarata rakyat sementara dan ketetapan majelis
permusyawaratan rakyat untuk diambil putusan putusan pada sidang majelis permusyawaratan
rakyat 2003.

Pasal II: dengan ditetapkanya perubahan undang-undang dasar ini, Undang-undang dasar
Negara republic Indonesia tahu 1945,terdiri atas pembukaan dan pasal-pasal

Anda mungkin juga menyukai