KEKUASAAN NEGARA
oleh
1. MPR
6. MK
Dasar hukum Atribusi wewenang dalam
Perubahan UUD 1945 : Pasal 24C ayat (1),
Pasal 24C ayat (2).
7. KY
Dasar hukum Atribusi wewenang dalam
Perubahan UUD 1945 : Pasal 24A ayat (3),
Pasal 24B ayat (1).
8. BPK
Dasar hukum Atribusi wewenang dalam
Perubahan UUD 1945 : Pasal 23E ayat (1) dan
(2).
9. Pemerintah Daerah
Dasar hukum Atribusi wewenang dalam
Perubahan UUD 1945 : Pasal 18 ayat (2), ayat
(5), ayat (6).
10. Komisi Pemillihan Umum
Dasar hukum Atribusi wewenang dalam
Perubahan UUD 1945 : Pasal 22E ayat (1),
(2), (5).
11. Bank Sentral
Dasar hukum Atribusi wewenang dalam
Perubahan UUD 1945 : Pasal 23D
12. Tentara Nasional Indonesia
Dasar hukum Atribusi wewenang dalam
Perubahan UUD 1945 : Pasal 30 ayat (3)
13. Kepolisian Negara Republik Indonesia
Dasar hukum Atribusi wewenang dalam
Perubahan UUD 1945 : Pasal 30 ayat (4)
a. legislasi;
b. anggaran; dan
c. pengawasan.
(2) Ketiga fungsi legislasi, pengawasan, dan anggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam
kerangka representasi rakyat, dan juga untuk mendukung
upaya Pemerintah dalam melaksanakan politik luar negeri
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 70 (1) Fungsi legislasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69 ayat (1) huruf a dilaksanakan sebagai perwujudan
DPR selaku pemegang kekuasaan membentuk undang-
undang.
Wewenang Tugas
DPR bertugas (pasal 72):
a. menyusun, membahas, menetapkan, dan
menyebarluaskan program legislasi nasional;
b. menyusun, membahas, dan menyebarluaskan
rancangan undang-undang;
c. menerima rancangan undang-undang yang diajukan
oleh DPD berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan
pusat dan daerah;
d. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
undang-undang, APBN, dan kebijakan pemerintah;
e. membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara yang disampaikan oleh BPK;
f. memberikan persetujuan terhadap
pemindahtanganan aset negara yang menjadi
kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan terhadap perjanjian yang
berakibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat
yang terkait dengan beban keuangan negara;
g. menyerap, menghimpun, menampung, dan
menindaklanjuti aspirasi masyarakat; dan
h. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam undang-
undang.
Dalam pasal 73 :
1) DPR dalam melaksanakan wewenang dan tugasnya,
berhak memanggil pejabat negara, pejabat
pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat
secara tertulis untuk hadir dalam rapat DPR.
2) Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah, badan
hukum, atau warga masyarakat wajib memenuhi
panggilan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3) Dalam hal pejabat negara dan/atau pejabat
pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
hadir memenuhi panggilan setelah dipanggil 3 (tiga)
kali berturut-turut tanpa alasan yang sah, DPR dapat
menggunakan hak interpelasi, hak angket, atau hak
menyatakan pendapat atau anggota DPR dapat
menggunakan hak mengajukan pertanyaan.
4) Dalam hal badan hukum dan/atau warga
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak hadir setelah dipanggil 3 (tiga) kali
berturut-turut tanpa alasan yang sah, DPR
berhak melakukan panggilan paksa dengan
menggunakan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
5) Dalam hal panggilan paksa sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) tidak dipenuhi tanpa
alasan yang sah, yang bersangkutan dapat
disandera paling lama 30 (tiga puluh) Hari sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Hak DPR Pasal 79
(1) DPR mempunyai hak:
a. interpelasi;
b. angket; dan
c. menyatakan pendapat.
(2) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a adalah hak DPR untuk meminta
keterangan kepada Pemerintah mengenai
kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis
serta berdampak luas pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b adalah hak DPR untuk melakukan
penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu
undang-undang dan/atau kebijakan
Pemerintah yang berkaitan dengan hal
penting, strategis, dan berdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang diduga bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
(4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah hak DPR
untuk menyatakan pendapat atas:
a. kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian luar
biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia
internasional;
b. tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan hak angket
sebagaimana dimaksud pada ayat (3); atau
c. dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden
melakukan pelanggaran hukum baik berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun
perbuatan tercela, dan/atau Presiden dan/atau Wakil
Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden.
(3) Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b adalah hak DPR untuk melakukan
penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu
undang-undang dan/atau kebijakan
Pemerintah yang berkaitan dengan hal
penting, strategis, dan berdampak luas pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang diduga bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan.
(4) Hak menyatakan pendapat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah hak
DPR untuk menyatakan pendapat atas:
a. kebijakan pemerintah atau mengenai kejadian
luar biasa yang terjadi di tanah air atau di dunia
internasional;
b. tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan hak
angket sebagaimana dimaksud pada ayat (3);
atau
c. dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden melakukan pelanggaran hukum baik
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya,
maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden
dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi
syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
Hak dan Kewajiban Anggota
Sifat Memaksa
Sifat Monopoli
Menegakan
Melaksanakan Mengusahakan Pertahanan
Keadilan
penertiban kesejahteraan dan • Negara harus
kemakmuran rakyat Negara berfungsi
• Negara menjaga
menegakan
mencegah • Negara mampu wilayah,
keadilan bagi
terjadinya membuat kedaulatan dan
seluruh
bentrokan- masyarakat bahagia memberikan
masyarakat
bentrokan secara umum dari rasa aman
meliputi seluruh
dalam sisi ekonomi dan kepada
aspek kehidupan
masyarakat sosial masyarakat
seperti politik,
kemasyarakatan terhadap segala
ekonomi, sosial
serangan,
budaya, hukum
gangguan dan
dan pendidikan
ancaman yang
berasal dari
dalam atau luar
negara
Bentuk Negara
Negara Serikat
Negara Kesatuan
atau Federasi
Klasik Aristoteles
Polybius
Monarki
Bentuk absolut
Pemerintahan
Monarki
Monarki
konstitusional
Monarki
parlementer
Modern
Republik
absolut
Republik
Republik
konstitusional
Republik
parlementer
Bentuk pemerintahan menurut Plato
Aristokrasi
Timokrasi
Oligarki
Demokrasi
Tirani
Bentuk pemerintahan menurut
Aristoteles
• Monarki
• Tirani
• Aristokrasi
• Politea
• Demokrasi
Bentuk pemerintahan menurut
Polybius
Monarki
Okhlorasi Tirani
Demokrasi Aristokrasi
Oligarki
Bentuk Pemerintahan Monarki
Monarki absolut
Monarki absolut adalah bentuk pemerintahan dalam
suatu negara yang dikepalai oleh seorang (raja, ratu,
syah, atau kaisar) yang kekuasaan dan w e w
enangnya tidak terbatas.
Perintah raja merupakan wewenang yang harus
dipatuhi oleh rakyatnya. Pada diri raja terdapat
kekuasaan eksekutif, yudikatif, dan legislatif yang
menyatu dalam ucapan dan perbuatannya.
Contoh Perancis semasa Louis XIV dengan
semboyannya yang terkenal L’etat C’est Moi (negara
adalah saya)
Monarki konstitusional
Monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan dalam
suatu negara yang dikepalai oleh seorang raja yang
kekuasaannya dibatasi undang – undang dasar (konstitusi).
Proses monarki kontitusional adalah sebagai berikut:
1. Ada kalanya proses monarki konstitusional itu datang dari
raja itu sendiri karena takut dikudeta. Contohnya: negara
Jepang dengan hak octroon.
2. Ada kalanya proses monarki konstitusional itu terjadi karena
adanya revolusi rakyat terhadap raja. Contohnya: inggris yang
melahirkan Bill of Rights I tahun 1689, Yordania, Denmark,
Aarab Saudi, Brunei Darussalam.
Monarki parlementer
Monarki parlementer adalah bentuk pemerintahan dalam
suatu negara yang dikepalai oleh seorang raja dengan
menempatkan parlemen (DPR) sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi.
Dalam monarki parlementer, kekuasaan, eksekutif dipegang
oleh kabinet (perdanan menteri) dan bertanggung jawab
kepada parlemen.
Fungsi raja hanya sebagai kepala negara (simbol kekeuasaan)
yang kedudukannya tidak dapat diganggu gugat.
Bentuk monarki parlementer sampai sekarang masih tetap
dilaksanakan di negara Inggris, Belanda, dan Malaysia.
Bentuk Pemerintahan Republik
Republik absolut Republik konstitusional Republik parlementer
Parlementer
Sistem
Pemerintahan
Presidensial
Pengertian Sistem Pemerintahan
Kepala negara tidak sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan adalah perdana menteri.
Kepala negara hanya berperan sebagai simbol kedaulatan dan keutuhan negara.
Badan legislatif atau parlemen adalah satu-satunya badan yang anggotanya dipilih lansung oleh rakyat melalui
pemilihan umum. Parlemen memiliki kekuasaan besar sebagai badan perwakilan dan lembaga legislatif.
Eksekutif bertanggung jawab kepada legislatif. Dan yang disebut sebagai eksekutif di sini adalah kabinet.
Kabinet harus meletakkan atau mengembalikan mandatnya kepada kepala negara, manakala parlemen
mengeluarkan mosi tidak percaya kepada menteri tertentu atau seluruh menteri.
Dalam sistem dua partai, yang ditunjuk sebagai pembentuk kabinet dan sekaligus sebagai perdana menteri
adalah ketua partai politik yang memenangkan pemilu. Sedangkan partai politik yang kalah akan berlaku
sebagai pihak oposisi.
Dalam sistem banyak partai, formatur kabinet harus membentuk kabinet secara koalisi, karena kabinet harus
mendapat dukungan kepercayaan dari parlemen.
Apabila terjadi perselisihan antara kabinet dan parlemen dan kepala negara beranggapan kabinet berada dalam
pihak yang benar, maka kepala negara akan membubarkan parlemen. Dan menjadi tanggung jawab kabinet
untuk melaksanakan pemilu dalam tempo 30 hari setelah pembubaran itu.
KELEBIHAN SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER
a. Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara
cepat karena mudah terjadi penyesuaian
pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini
karena kekuasaan legislatif dan eksekutif berada
pada satu partai atau koalisi partai.
b. Garis tanggung jawab dalam pembuatan
dan pelaksanaan kebijakan publik jelas
c. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen
terhadap kabinet sehingga kabinet menjadi
berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan Sistem Pemerintahan
Parlementer
a. Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada
mayoritas dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu
kabinet dapat dijatuhkan oleh parlementer
b. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tak
bisa ditentikan berakhir sesuai dengan masa jabatannya
karena sewaktu-waktu kabinet dapat bubar
c. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal ini terjadi bila
para anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal
dari partai mayoritas. Karena pengaruh mereka yang besar di
parlemen dan partai, anggota kabinet pun dapat menguasai
parlemen
d. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan
eksekutif. Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen
dimanfaatkan dan menjadi bekal penting untuk menjadi
menteri atau jabatan eksekutif lainnya.
SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL
• Dalam sistem pemerintahan presidensial, kedudukan
eksekutif tak tergantung pada badan perwakilan
rakyat.
• Adapun dasar hukum dari kekuasaan eksekutif
dikembalikan kepada pemilihan rakyat.
• Sebagai kepala eksekutif, seorang presiden menunjuk
pembantu-pembantunya yang akan memimpin
departemennya masing-masing dan mereka itu
hanya bertanggung jawab kepada presiden.
CIRI-CIRI SISTEM PEMERINTAHAN
PRESIDENSIAL
Penyelenggara negara berada di tangan presiden. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala
pemerintahan. Presiden tak dipilih oleh parlemen, tetapi dipilih langsung oleh rakyat atau suatu
dewan/majelis
Kabinet (dewan menteri) dibentuk oleh presiden. Kabinet bertanggung jawab kepada presiden dan tidak
bertanggung jawab kepada parlemen/legislatif
Presiden tidak bertanggung jawab kepada parlemen karena ia tidak dipilih oleh parlemen
Parlemen memiliki kekuasaan legislatif dan menjabat sebagai lembaga perwakilan. Anggotanya pun dipilih
oleh rakyat
1. Presidensial
2. Parlementer
3. Semipresidensial
4. Liberal
5. Demokrasi liberal
6. Komunis
Sistem pemerintahan
adalah cara pemerintah dalam mengatur semua yang
berkaitan dengan pemerintahan.
Sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai suatu tatanan
utuh yang terdiri atas berbagai komponen pemerintahan
yang bekerja saling bergantungan dan mempengaruhi
dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan.
Sistem ini berfungsi untuk menjaga kestabilan
pemerintahan, politik, pertahanan, ekonomi, dll.
Sistem pemerintahan yang dijalankan secara benar dan
menyeluruh, maka semua negara tersebut akan berada
dalam keadaan stabil.
SISTEM PEMERINTAHAN
INDONESIA SAAT INI
Berdasarkan Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang
berbunyi, "bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam
suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat. "Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1
UUD 1945, yang berbunyi, "Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik."
Dapat disimpulkan
• bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan,
sedangkan bentuk pemerintahannya adalah Republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk
pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan
sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu didasarkan pada
Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, "Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar." Dengan demikian,
sistem pemerintahan di Indonesia menganut Sistem
Pemerintahan Presidensial.
•
• Secara teori, berdasarkan UUD 1945,
Indonesia menganut sistem pemerintahan
presidensial. Namun dalam praktiknya banyak
bagian-bagian dari sistem pemerintahan
parlementer yang masuk ke dalam sistem
pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara
singkat bisa dikatakan bahwa sistem
pemerintahan yang berjalan Indonesia adalah
sistem pemerintahan yang merupakan
gabungan atau perpaduan antara sistem
pemerintahan presidensial dengan sistem
pemerintahan parlementer.
INDONESIA MENGALAMI BEBERAPA KALI
PERUBAHAN PERIODISASI SISTEM
PEMERINTAHAN :
– Sistem pencalonan .
Bidang ilmu politik mengenal beberapa sistem pemilihan
umum yang berbeda-beda dan memiliki cirikhas masing-
masing akan tetapi, pada umumnya berpegang pada dua
prinsip pokok, yaitu:
a. Sistem Pemilihan Mekanis
Pada sistem ini, rakyat dianggap sebagai suatu massa
individu-individu yang sama. Individu-individu inilah
sebagai pengendali hak pilih masing-masing dalam
mengeluarkan satu suara di tiap pemilihan umum untuk
satu lembaga perwakilan.
b. Sistem pemilihan Organis
Pada sistem ini, rakyat dianggap sebagai sekelompok
individu yang hidup bersama-sama dalam beraneka ragam
persekutuan hidup. Jadi persekuuan-persekutuan
inilah yang diutamakan menjadi pengendali hak pilih.
SISTEM PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA
2. Umum
Umum, berarti pemilihan umum berlaku untuk seluruh
warga negara yg memenuhi persyaratan, tanpa
membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis kelamin,
golongan, pekerjaan, kedaerahan, dan status sosial
yang lain.
3. Bebas
• Bebas, berarti seluruh warga negara yang
memenuhi persyaratan sebagai pemilih pada
pemilihan umum, bebas menentukan siapa saja
yang akan dicoblos untuk membawa aspirasinya
tanpa ada tekanan dan paksaan dari siapa pun.
4. Rahasia
Rahasia, berarti dalam menentukan pilihannya,
pemilih dijamin kerahasiaan pilihannya. Pemilih
memberikan suaranya pada surat suara dengan
tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada
siapa pun suaranya diberikan.
5. Jujur
Jujur, berarti semua pihak yang terkait dengan
pemilu harus bertindak dan juga bersikap jujur
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
6. Adil
Adil, berarti dalam pelaksanaan pemilu, setiap
pemilih dan peserta pemilihan umum
mendapat perlakuan yang sama, serta bebas
dari kecurangan pihak mana pun.
SISTEM DISTRIK DAN PROPORSIONAL
Kelebihan dan Kekurangan
Berikut penjabaran mengenai kelebihan dan kekurangan
sistem distrik dan proporsional yang keduanya termasuk
sistem pemilu mekanis seperti yang dijelaskan di atas.
Sistem perwakilan distrik (satu dapil untuk satu wakil)
Di dalam sistem distrik sebuah daerah kecil menentukan
satu wakil tunggal berdasarkan suara terbanyak, sistem
distrik memiliki karakteristik, antara lain :
First past the post : sistem yang menerapkan single
memberdistrict dan pemilihan yang berpusat pada calon,
pemenangnya adalah calon yang mendapatkan suara
terbanyak.
the two round system : sistem ini menggunakan
putaran kedua sebagai dasar untuk menentukan
pemenang pemilu. ini dijalankan untuk memperoleh
pemenang yang mendapatkan suara mayoritas.
the alternative vote : sama dengan first past the post
bedanya adalah para pemilih diberikan otoritas untuk
menentukan preverensinya melalui penentuan ranking
terhadap calon-calon yang ada.
block vote : para pemilih memiliki kebebasan untuk
memilih calon-calon yang terdapat dalam daftar calon
tanpa melihat afiliasi partai dari calon-calon yang ada.
Kelebihan Sistem Distrik
Sistem ini mendorong terjadinya integrasi antar partai,
karena kursi kekuasaan yang diperebutkan hanya satu.
• Perpecahan partai dan pembentukan partai
baru dapat dihambat, bahkan dapat
mendorong penyederhanaan partai secara
alami.
• Distrik merupakan daerah kecil, karena itu
wakil terpilih dapat dikenali dengan baik oleh
komunitasnya, dan hubungan dengan
pemilihnya menjadi lebih akrab.
• Bagi partai besar, lebih mudah untuk
mendapatkan kedudukan mayoritas di
parlemen.
• Jumlah partai yang terbatas membuat stabilitas
politik mudah diciptakan
• Kelemahan Sistem Distrik
• Ada kesenjangan persentase suara yang diperoleh
dengan jumlah kursi di partai, hal ini
menyebabkan partai besar lebih berkuasa.
• Partai kecil dan minoritas merugi karena sistem
ini membuat banyak suara terbuang.
• Sistem ini kurang mewakili kepentingan
masyarakat heterogen dan pluralis.
• Wakil rakyat terpilih cenderung memerhatikan
kepentingan daerahnya daripada kepentingan
nasional.
• Sistem Proposional ( satu dapil memilih beberapa wakil )
• Sistem yang melihat pada jumlah penduduk yang merupakan
peserta pemilih. Berbeda dengan sistem distrik, wakil dengan
pemilih kurang dekat karena wakil dipilih melalui tanda gambar
kertas suara saja. Sistem proporsional banyak diterapkan oleh
negara multipartai, seperti Italia, Indonesia, Swedia, dan Belanda.
• Sistem ini juga dinamakan perwakilan berimbang ataupun multi
member constituenty. ada dua jenis sistem di dalam sistem
proporsional, yaitu ;
• list proportional representation : disini partai-partai peserta pemilu
menunjukan daftar calon yang diajukan, para pemilih cukup
memilih partai. alokasi kursi partai didasarkan pada daftar urut yang
sudah ada.
• the single transferable vote : para pemilih di beri otoritas untuk
menentukan preferensinya. pemenangnya didasarkan atas
penggunaan kota.
Kelebihan Sistem Proposional
• Dipandang lebih mewakili suara rakyat sebab
perolehan suara partai sama dengan
persentase kursinya di parlemen.
• Setiap suara dihitung & tidak ada yang
terbuang, hingga partai kecil & minoritas
memiliki kesempatan untuk mengirimkan
wakilnya di parlemen. Hal ini sangat mewakili
masyarakat majemuk(pluralis).
Kelemahan Sistem Proposional
• Sistem proporsional tidak begitu mendukung integrasi
partai politik. Jumlah partai yang terus bertambah
menghalangi integrasi partai.
• Wakil rakyat kurang dekat dengan pemilihnya, tapi
lebih dekat dengan partainya. Hal ini memberikan
kedudukan kuat pada pimpinan partai untuk
menentukan wakilnya di parlemen.
• Banyaknya partai yang bersaing menyebabkan
kesulitan bagi suatu partai untuk menjadi partai
mayoritas.
• Perbedaan utama antara sistem proporsional & distrik
adalah bahwa cara penghitungan suara dapat
memunculkan perbedaan dalam komposisi perwakilan
dalam parlemen bagi masing-masing partai politik.
PENYELENGGARAAN DAN
SENGKETA PEMILU
PENGERTIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILU
Perselisihan hasil pemilu atau yang lebih dikenal
dengan istilah sengketa hasil pemilu adalah
perselisihan antara peserta pemilu dan KPU
sebagai penyelenggara pemilu mengenai
penetapan secara nasional perolehan suara hasil
pemilu oleh KPU, termasuk juga Perselisihan
antara peserta Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat
Aceh (DPRA) dan Dewan Perwakilan Rakyat
Kabupaten/Kota di Aceh dan Komisi Independen
Pemilihan (KIP). Hal ini ditegaskan pada Pasal 1
angka 17 Peraturan Mahkamah Konstitusi (PMK)
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008
tentang Pedoman Beracara dalam Perselisihan
Hasil Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD.
Siapakah pemohon dalam perselisihan itu?
Perseorangan calon anggota DPD Peserta Pemilu,
Partai Politik Peserta Pemilu, Partai Politik dan Partai
Politik Lokal Peserta Pemilu Anggota DPRA dan DPRK di
Aceh, dan Pasangan Calon Presiden dan Wakil
Presiden. (Pasal 3 PMK No. 14/2008).
Siapakah termohon dalam sengketa ini? Termohon
adalah KPU. Dalam hal perselisihan hasil penghitungan
suara calon anggota DPRD Provinsi dan/atau DPRA,
KPU Provinsi dan/atau KIP Aceh menjadi Turut
Termohon. Dalam hal perselisihan hasil penghitungan
suara calon anggota DPRD Kabupaten/Kota dan/atau
DPRK di Aceh, KPU Kabupaten/Kota dan/atau KIP
Kabupaten/Kota di Aceh menjadi Turut Termohon.
(Pasal 4 PMK No. 4/2008)
OBYEK ATAU MATERI PERSELISIHAN
• Seperti disinggung di atas, ketika
membicarakan gugatan atau permohonan
• pemilu di pengadilan, penting membahas latar
belakang gugatan atau
• permohonan tersebut. Setiap gugatan harus
berdasarkan suatu argumen.
• Phil Green dan Louise Olivier mengusulkan
beberapa aspek pemilu yang
• dapat dipertanyakan atau menjadi dasar gugatan,
termasuk di antaranya:
• ketidakakuratan daftar pemilih, intimidasi
terhadap pemilih, kecurangan
• atau dihalangi dari pemungutan suara, soal
netralitas dan partisan-tidaknya
• pelaksana atau petugas pemilu, wajar-tidaknya
tindakan kandidat atau partai
• politik, pemenuhan persyaratan kandidat untuk
dipilih, penipuan suara, atau
• kesalahan atau ketidakberesan dalam proses
perhitungan suara.
WAKTU PENGAJUAN KEBERATAN
Pemohon keberatan harus mengajukan permohonan
kepada Mahkamah Konstitusi dalam jangka waktu “3
kali 24 jam sejak pengumuman oleh KPU tentang
penetapan hasil pemilu secara nasional”.
Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia oleh pemohon atau kuasanya kepada
Mahkamah Konstitusi dalam 12 (dua belas) rangkap
setelah ditandatangani oleh:
• Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dari dewan
pimpinan pusat atau nama yang sejenisnya dari
Partai Politik Peserta Pemilu atau kuasanya.
• Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal
dari dewan pimpinan atau nama
yang sejenisnya dari partai politik
lokal atau kuasanya.
• Calon anggota DPD peserta Pemilu
atau kuasanya.
• Pasangan Calon Presiden dan Wakil
Presiden atau kuasanya.
ALAT BUKTI
Isi permohonan adalah uraian yang jelas tentang:
• Kesalahan hasil penghitungan suara yang
diumumkan oleh KPU
dan hasil penghitungan yang benar menurut
pemohon.
• Permintaan untuk membatalkan hasil
penghitungan suara yang
diumumkan oleh KPU dan menetapkan hasil
penghitungan suara yang benar menurut
pemohon.
Untuk membuktikan apakah permohonan tadi
benar diperlukan pembuktian.
Alat bukti dalam perkara perselisihan hasil pemilu
juga merupakan hal yang
sangat penting. Alat bukti dalam perselisihan
hasil pemilu terdiri atas:
1. Keterangan para pihak
2. Surat atau tulisan
3. Keterangan saksi
4. Petunjuk, dan
5. Alat bukti lain berupa informasi dan komunikasi
elektronik.
Saksi dalam perselisihan hasil pemilu terdiri
atas:
1. Saksi resmi peserta Pemilu
2. Saksi pemantau pemilu yang bersertifikat
3. Saksi lain seperti Bawaslu atau Panwaslu dan
Kepolisian
Saksi-saksi di atas adalah saksi yang melihat,
mendengar, atau mengalami sendiri proses
penghitungan suara yang diperselisihkan.
PUTUSAN PHPU DAN PERKEMBANGANNYA