Berapa kali Indonesia ganti konstitusi, dan apa saja alat negaranya, perubahan setiap
konstitusi
Perubahan terjadi sebanyak 8 kali, 4 pada masa orde lama dan 4 pada masa reformasi
melalui amandemen
Adanya konstituante
yang terdiri dari DPR dan
senat dengan jumlah
anggota dua kali lipat
Periode 17 Agustus 1950-5 Juli 1959
a. Konstitusi yang berlaku adalah UUDS 1950.
b. Bentuk negara menurut UUDS 1950 adalah negara kesatuan.
c. Sistem pemerintahan menurut UUDS 1950 adalah parlementer.
Alat Perlengkapan Negara
Penghapusan Senat
Badan konstituante dipilih melalui pemilu
DPRS terdiri dari atas gabungan DPR Republik Indonesia Serikat dan Badan Pekerja KNIP. T
ambahan anggota atas penunjukan Presiden dipertimbangkan lebih jauh oleh kedua pemerinta
h
DPRS bersama-sama dengan KNIP dinamakan Majelis Perubahan Undang-Undang Dasar, m
empunyai hak mengadakan perubahan-perubahan dalam undang-undang yang baru
Konstituante terdiri dari anggota-anggota yang
dipilih dengan mengadakan pemilihan umum berdasar atas satu orang anggota
untuk tiap 300.000 penduduk, dengan memperhatikan perwakilan yang pantas
bagi golongan minoriteit; (Pasal 135 dst)
Dewan Menteri harus bersifat kabinet parlementair
Dewan Pertimbangan Agung dihapuskan.
Cerita otonomi daerah, awal mulanya kapan, terus uudnya apa, asas-asanya apa
MASA ORDE LAMA
Pada masa orde lama sudah ada otonomi daerah namun masih terbatas seperti dalam Undang-
Undang No. 1 Tahun 1945 tentang kedudukan peraturan mengenai komite nasional daerah .
UndangUndang ini sangat singkat, yang hanya memuat enam pasal yang ditetapkan ada
tanggal 23 November 1945.
Undang-Undang ini mulai berlaku pada hari diumumkan dan perubahan dalam daerah-daerah
harus selesai dalam waktu selambat-lambatnya 14 hari. Undang-Undang No. 1 Tahun 1945
mengatur pembentukan KND (Komite Nasional Daerah)
MASA ORDE BARU
Dikeluarkannya Undang-Undang No. 5/1974 yang mengatur pemerintahan daerah. Melalui
peraturan ini ada desentralisasi semu atau bentuk 'otonomi elite pemerintah daerah' yang
dikontrol elite pemerintah pusat. Kebijakan otonomi dalam era ini disebut Otonomi Daerah
Bertingkat yang Nyata dan Bertanggung Jawab.
MASA REFORMASI
Pada zaman reformasi, bentuk pemerintahan juga bergeser dari sentralisasi menajdi
desentralisasi. Dalam konsep desentralisasi, pemerintahan daearah mempunyai hak otonomi
daerah untuk mengatur sendiri wilayahnya. Pengesahan hak otonomi daearah ini dimulai
pada amandemen UUD 1945 yang ke 2. Dalam pasal 18A (ayat 1,2) dan Pasal 18B (ayat 1,2)
dengan Judul Bab Pemerintah Daerah
KESIMPULAN
Otonomi daerah sudah ada sejak masa orde lama namun terbatas. Pemerintahan baru
murni beralih menjadi desentralisasi dan menganut otonomi daerah murni pada era
reformasi.
Asas Hukum Lembaga Negara di Indonesia
1. Asas kedaulatan rakyat (Pasal 1 ayat 2): Asas kedaulatan rakyat yang termuat dalam UUD
1945 artinya DPD RI wajib memberikan dukungan atas kebijakan yang memutuskan
kepentingan rakyat.
2. Asas kerakyatan (Pasal 1 ayat 3): Asas kerakyatan yang termuat dalam UUD 1945 artinya
DPD RI harus berlandaskan sistem demokrasi yang memungkinkan rakyat untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
3. Asas konstitusi (Pasal 1 ayat 4): Asas konstitusi yang termuat dalam UUD 1945 artinya
DPD RI harus mematuhi aturan dan ketentuan yang termuat di dalam konstitusi.
4. Asas keadilan dan keseimbangan (Pasal 1 ayat 5): Asas keadilan dan keseimbanga yang
termuat dalam UUD 1945 artinya DPD RI wajib memberikan dukungan dan kebijakan secara
adil dan seimbang untuk memberikan manfaat kepada semua lapisan masyarakat.
5. Asas demokrasi (Pasal 1 ayat 6): Asas demokrasi yang termuat dalam UUD 1945 artinya
DPD RI harus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.
6. Asas kewilayahan (Pasal 2 ayat 1): Asas kewilayahan yang termuat dalam UU No. 39
Tahun 1999 serta diubah dengan UU No. 12 Tahun 2016 artinya DPD RI wajib
mempertimbangkan kebutuhan wilayah dan permasalahan lokal dalam mengambil kebijakan.
7. Asas representasi (Pasal 2 ayat 2): Asas representasi yang termuat dalam UU No. 39 Tahun
1999 serta diubah dengan UU No. 12 Tahun 2016
Asas kedaulatan rakyat yang diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945.
UU No. 15 Tahun 2006 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara.
UU No. 14 Tahun 2008 tentang Kearsipan dan Pelayanan Dokumen.
1. Asas kelembagaan yang independen (Pasal 4 ayat (1)): Asas ini melindungi BPK dari
pengaruh dari manapun, termasuk pemerintah dan lembaga lainnya. BPK diharuskan
melakukan tugasnya dengan independen dan akuntabel dalam mengumpulkan data dan
informasi yang tidak bisa memberikan dampak terhadap keputusan yang dibuat.
2. Asas kekuatan kekuasaan (Pasal 4 ayat (2)): Asas ini memberikan kekuatan kepada BPK
untuk melakukan tugasnya dengan memeriksa keuangan negara dan memberikan laporan
hasilnya kepada pemerintah dan DPR.
3. Asas kewajiban penggunaan anggaran (Pasal 6): Asas ini terkait dengan kewajiban
pemerintah untuk menggunakan anggaran secara transparan dan efektif dalam membangun
negara.
4. Asas tanggung jawab dan kewajiban yang jelas (Pasal 9): Asas ini terkait dengan
kewajiban untuk memenuhi kebutuhan dan tanggung jawab dalam melayani rakyat.
5. Asas kualitas data dan informasi (Pasal 12): Asas ini terkait dengan kualitas data dan
informasi yang tidak boleh memengaruhi hasil pemeriksaan BPK.
6. Asas dukungan dan kegiatan yang terkoordinasi dan terintegrasi (Pasal 13): Asas ini
mengenai dukungan dan kegiatan yang terkoordinasi dan terintegrasi dalam pelaksanaan
pemeriksaan oleh BPK.
Asas-asas Hukum MA
UUD 1945
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan dan Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 7 Tahun 1991 dan Peraturan Mahkamah Agung No.5 Tahun 2018 tentang Tata Cara
Penunjukan, Pengukuhan, dan Pemberhentian Anggota Mahkamah Agung.
Asas-asas yang diatur dalam UU Nomor 7 Tahun 1989 adalah:
Asas independen (Pasal 4 ayat (1)): Asas ini menegaskan bahwa Mahkamah Agung perlu
memiliki kemerdekaan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mengadili, termasuk
kemerdekaan dalam memilih para hakim yang memiliki keahlian dan pengalaman.
Asas imparsial (Pasal 4 ayat (2)): Asas ini menegaskan bahwa Mahkamah Agung perlu
mengadili secara imparsial dan tidak memihak terhadap pihak mana pun, serta menjadi
penengah yang adil dan merata bagi semua orang yang mengajukan permohonan.
Asas keadilan (Pasal 4 ayat (3)): Asas ini menegaskan bahwa Mahkamah Agung perlu
mengadili dengan mencari keadilan dan merata bagi semua pihak yang mengajukan sengketa
atau permohonan.
Asas kepastian dan kebenaran (Pasal 4 ayat (4)): Asas ini menegaskan bahwa Mahkamah
Agung perlu mengadili dengan kepastian dan kebenaran yang terjamin, sehingga peradilan
yang diberikan adalah yang benar-benar tepat.
Asas KY
Berikut adalah beberapa asas hukum yang diatur dalam Undang-Undang DasarRepublik
Indonesia 1945 (UUD 1945) yang menjadi dasar hukum Keberadaan Komisi Yudisial:
Bab V Pasal 14 UUD 1945 mengatur tentang Kemanan Hukum dan Keadilan. Seiring dengan
itu, Komisi Yudisial didirikan untuk memastikan bahwa keadilan dan kepastian hukum dalam
suatu perkara dapat terlaksana dengan baik.
Pasal 15 UUD 1945 mengatur bahwa pemerintahan negara mempunyai Three Forces, yaitu
Angkatan Bersenjata Negara (TNI), Kepolisian Negara, dan Komisi Yudisial. Tujuan dari
keberadaan Three Forces ini adalah untuk menjaga keutuhan, keamanan, dan kestabilan
negara serta menjaga kedaulatan rakyat.
Bab VII Pasal 24 UUD 1945 mengatur tentang Otonomi Daerah. dalam Pasal 24 ayat (1)
UUD 1945 diatur bahwa Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Indonesia haruslah dijalankan
dalam kehidupan rakyat yang adil dan makmur. Seiring dengan itu, Komisi Yudisial
diharapkan bisa membantu untuk memastikan bahwa keputusan dalam suatu perkara dapat
dilakukan dengan adil dan transparan.
Asas MK
Berikut adalah beberapa asas hukum yang diatur dalam Undang-Undang DasarRepublik
Indonesia 1945 (UUD 1945) yang menjadi dasar hukum Mahkamah Konstitusi (MK):
Bab V Pasal 14 UUD 1945 mengatur tentang Kemanan Hukum dan Keadilan. Seiring dengan
itu, MK dibentuk untuk memastikan bahwa keputusan-keputusan yang diambil dalam suatu
perkara dapat dilakukan dengan adil dan transparan.
Bab V Pasal 22 UUD 1945 mengatur tentang Kekuasaan Yudikatif. Seiring dengan itu, MK
diharapkan bisa menjadi lembaga yang bisa memastikan keputusan-keputusan yang diambil
dalam suatu perkara dapat dilakukan dengan adil dan bertumpu pada Konstitusi.
Bab V Pasal 23 UUD 1945 mengatur tentang Pengujian UU. Seiring dengan itu, MK
diharapkan bisa menjadi lembaga yang bisa memastikan bahwa Undang-Undang yang dibuat
memenuhi syarat-syarat formil dan materiel yang ditetapkan oleh Konstitusi.
Bab V Pasal 27 UUD 1945 mengatur tentang Perekonomian. Seiring dengan
itu, mk diharapkan bisa menjadi lembaga yang bisa memastikan bahwa keputusan-keputusan
yang diambil dalam suatu perkara yang mengatur mengenai perekonomian bisa dilakukan
dengan adil dan bertumpu pada Konstitusi.