1
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendapatan
1.3.2 Untuk mengetahui pedoman untuk pengakuan pendapatan
1.3.3 Untuk mengetahui pengakuan pendapatan pada saat penjualan
1.3.4 Untuk mengetahui pengakuan pendapatan sebelum penyerahan
1.3.5 Untuk mengetahui pengakuan pendapatan setelah penyerahan
2
BAB II PEMBAHASAN
3
itu, yakni, apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau
sebenarnya telah selesai.
Empat transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip ini :
1. Perusahaan mengakui pendapatan dari penjualan produk diakui
pada tanggal penjualan, yang biasanya diinterpretasikan sebagai
tanggal penyerahan kepada pelanggan.
2. Perusahaan mengakui pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika
jasa-jasa itu telah dilaksanakan dan dapat ditagih.
3. Perusahaan mengakui pendapatan dari mengizinkan pihak lain
untuk menggunakan aktiva perusahaan, seperti bunga, sewa, dan
royalti, diakui sesuai dengan berlalunya waktu atau ketika aktiva
itu digunakan.
4. Perusahaan mengakui pendapatan dari pelepasan aktiva selain
produk diakui pada tanggal penjualan.
Transaksi pendapatan ini digambarkan dalam bentuk diagram pada
ilustrasi 18-1 :
Jenis Transaksi Penjualan produk Pemberian jasa Memperbolehkan Penjualan aktiva
dari persediaan penggunaan aktiva selain persediaan
4
jika terdapat tingkat kepastian yang tinggi mengenai jumlah
pendapatan yang dihasilkan.
Alasan yang kedua adalah keinginan untuk menangguhkan
pengakuan pendapatan setelah saat penjualan. Penangguhan
pengakuan tepat jika tingkat ketidakpastian mengenai jumlah
pendapatan ataupun biaya cukup tinggi, atau jika penjualan bukan
merupakan penyelesaian yang substansial dari proses
menghasilkan laba.
Susunan topik-topik pengakuan pendapatan digambarkan
secara grafis pada ilustrasi 18-2 dibawah ini :
(saat penjualan)
Sebelum Selama Pada saat Ketika Setelah Waralaba Konsinyasi
5
2.3.2 Penjualan dengan hak retur.
Tersedia tiga metode pengakuan pendapatan alternatif apabila
penjual menanggung risiko kepemilikan yang berkepanjangan karena
pengembalian produk, yaitu: (1) tidak mencatat penjualan sampai
seluruh hak retur habis masa berlakunya, (2) mencatat penjualan,
tetapi mengurangi penjualan dengan estimasi retur dimasa depan (3)
mencatat penjualan serta memperhitungkan retur pada saat terjadi.
FASB menyimpulkan bahwa jika suatu perusahaan menjual
produknya tetapi memberikan pembeli hak untuk mengembalikan
produk itu, maka pendapatan dari transaksi penjualan ini akan diakui
pada saat penjualan hanya jika semua dari enam kondisi berikut
terpenuhi:
1. Harga penjual kepada pembeli pada hakikatnya tetap (fixed) atau
dapat ditentukan pada tangga penjualan.
2. Pembeli sudah membayar penjual, atau pembeli berkewajiban
untuk membayar penjual, dan kewajiban itu tidak tergantung pada
penjualan kembali produk tersebut.
3. Kewajiban pembeli kepada penjual tidak akan berubah apabila
terjadi pencurian atau kerusakan atau rusaknya fisik produk.
4. Pembeli memperoleh produk untuk dijual kembali memiliki
subtansi ekonomi yang terpisah dari yang diberikan oleh penjual.
5. Penjual tidak memiliki kewajiban yang signifikan atas kinerja masa
depan yang secara langsung menyebabkan penjualan kembali
produk itu oleh pembeli.
6. Jumlah retur di masa depan dapat di estimasi penjual secara layak.
Jika keenam kondisi tersebut tidak terpenuhi maka pendapatan
penjualan dan harga pokok penjualan harus diakui ketika hak retur
secara substansial telah habis masa berlakunya. Apabila penjualan
yang dilaporkan dalam laporan laba rugi harus dikurangi untuk
melaporkan estimasi retur.
6
2.3.3 Trade Loading dan Channel Stuffing
Beberapa perusahaan mencatat pendapatan pada tanggal
penyerahan tanpa membuat penyisihan untuk pembelian kembali
ataupun retur yang tak terbatas. Walaupun perusahaan itu kelihatannya
mengikuti pengakuan pendapatan pada saat penjualan yang berlaku,
namun sebenarnya mereka mengakui pendapatan dan laba sebelum
waktunya.
Sebagai contoh, industri rokok domestic A.S. pada suatu waktu
melakukan praktik distribusi yang dikenal sebagai “trade loading”.
“Trade loading merupakan praktik yang gila, tidak ekonomis, dan
licik; melalui praktik ini pabrikan yang mencoba menunjukkan
penjualan, laba, dan pangsa pasar yang sebenarnya tidak mereka
miliki, membujuk para pedagang grosir yang menjadi pelanggan
mereka, yang dikenal sebagai trade, untuk membeli lebih banyak
produk daripada yang dapat mereka jual kembali dengan cepat”.
Secara keseluruhan, industri rokok ini tampaknya dalam waktu dua
tahun telah menetapkan terlalu tinggi laba operasinya sebesar $600 juta
karena mengambil laba dari tahun-tahun yang akan datang.
Dalam industri perangkat lunak komputer, praktik yang sama
disebut sebagai channel stuffing. Channel stuffing merupakan praktik
penggelembungan volume penjualan yang dilakukan pemasok barang
dengan memaksa pengecer membeli barang dari pemasok sebagai stok
penjualan yang melebihi daya jual pengecer tsb melalui insentif diskon
besar atau jaminan pengembalian barang yang tidak terjual. Praktik ini
biasanya dilakukan untuk segera mencapai target penjualan yang
ditetapkan perusahaan.
Ketika sebuah produsen perangkat lunak ingin membuat hasil-hasil
keuangannya kelihatan bagus, mereka menawarkan diskon atau
potongan yang besar kepada para distributor nya agar membeli lebih
banyak dan mencatat pendapatan ketika perangkat lunak tersebut
meninggalkan dermaga. Tentu saja, persediaan distributor akan
7
membengkak dan saluran pemasaran menjadi penuh sesak tetapi
laporan keuangan produsen perangkat lunak terlihat baik meskipun hal
itu akan merusak hasil periode mendatang, kecuali jika proses tersebut
diulang.
8
𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑖
= Persentase penyelesaian
𝑒𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑖𝑛𝑖
9
Ilustrasi 18-6. Penerapan metode persentase penyelesaian, dasar
biaya terhadap biaya.
2007 2008 2009
Harga Kontrak $4.500.000 $4.500.000 $4.500.000
Dikurangi estimasi biaya :
Biaya sampai tanggal ini $1.000.000 $2.916.000 $4.050.000
Estimasi biaya untuk menyelesaikan $3.000.000 $1.134.000 -
Estimasi total biaya $4.000.000 $4.050.000 $4.050.000
Estimasi total laba kotor $ 500.000 $ 450.000 $ 450.000
Persentase selesai : 25% 72% 100%
$1.000.000 $2.916.000 $4.050.000
( ) ( ) ( )
$4.000.000 $4.050.000 $4.050.000
Ilustrasi 18-7. Ayat jurnal-metode persentase penyelesaian, dasar
biaya terhadap biaya.
2007 2008 2009
Untuk mencatat biaya kontruksi
Kontruksi dalam proses 1.000.000 1.916.000 1.134.000
Bahan, kas, hutang, 1.000.000 1.916.000 1.134.000
dan sebagainya
Untuk mencatat termin
Piutang Usaha 900.000 2.400.000 1.200.000
Penagihan atas Kontruksi 900.000 2.400.000 1.200.000
dalam Proses
Untuk mencatat hasil penagihan
Kas 750.000 1.750.000 2.000.000
Piutang Usaha 750.000 1.750.000 2.000.000
10
Ilustrasi 18-8. Persentase penyelesaian, pendapatan dan laba kotor,
per tahun.
11
18 – 8. Selisih antara jumlah pendapatan dan laba kotor yang diakui
setiap tahun di debet ke akun nominal.
Beban konstruksi (yang serupa dengan Harga Pokok Penjualan
dalam perusahaan manufaktur), yang dilaporkan dalam laporan laba
rugi. Jumlah ini merupakan biaya konstruksi aktual yang terjadi selama
periode berjalan. Misalnya, dalam contoh biaya terhadap biaya
Hardhat Construction Company, biaya aktual sebesar $1.000.000
digunakan untuk menghitung laba kotor sebesar $125.000 dan
persentase penyelesaian (25%).
Biaya ini harus terus di akumulasi pada akun Konstruksi dalam
Proses untuk mempertahankan catatan mengenai total biaya yang
terjadi (ditambah laba yang diakui) dilakukan sampai tanggal ini.
Walaupun secara teoritis terjadi serangkaian “ penjualan “ dengan
menggunakan metode persentase penyelesaian, namun biaya
persediaan tidak dapat dipindahkan sampai konstruksi diselesaikan dan
diserahkan kepada pemilik baru. Akun Konstruksi dalam Proses akan
mencakup ayat jurnal ikhtisar berikut sepanjang jangka waktu proyek
konstruksi.
Ilustrasi 18-10. Isi akun konstruksi dalam proses-metode
persentase penyelesaian.
Biaya konstruksi tahun 2007 $1.000.000 31/12/09 untuk menutup proyek yang sudah
12
Contoh mengenai Hardhat Construction Company memuat suatu
perubahan estimasi (change is estimate): pada tahun kedua, yaitu 2008,
ketika estimasi total biaya meningkat dari $4.000.000 menjadi
$4.050.000. Perubahan estimasi ini dipertanggungjawabkan dengan
cara susulan kumulatif (cumulative catch – up manner): dikerjakan
dengan cara pertama tama menyesuaikan persentase penyelesaian
terhadap estimasi total biaya yang baru serta kemudian mengurangkan
jumlah pendapatan dan laba kotor yang diakui pada periode
sebelumnya dari pendapatan dan laba kotor yang dihitung untuk
kemajuan sampai tanggal ini. Perubahan estimasi
dipertanggungjawabkan dalam periode perubahan sehingga neraca
pada akhir periode perubahan dan akuntansi dalam periode berikutnya
akan seperti jika estimasi yang direvisi itu merupakan estimasi semula.
Penyajian laporan keuangan – persentase penyelesaian
Biasanya bila piutang dari suatu penjualan dicatat, maka akun
persediaan dikurangi. Akan tetapi, menurut metode persentase
penyelesaian baik piutang maupun persediaan terus tercatat. Berikut
selama tahun 2007 untuk Hardhat Construction:
Ilustrasi 18-11. Perhitungan harga kontrak yang belum ditagih per
31/12/2007
$1.000.000
Pendapatan kontrak yang diakui sampai tanggal ini : $4.500.000 x $4.000.000
$1.125.000
Penagihan sampai tanggal ini 900.000
Pendapatan yang belum ditagih $ 225.000
Bila hasil penagihan melebihi biaya yang terjadi dan laba kotor
sampai tanggal ini, maka kelebihan tersebut dilaporkan sebagai
kewajiban lancar dengan judul; penagihan yang melebihi biaya dan
pengakuan laba.
Dengan menggunakan data dari ilustrasi sebelumnya, Hardhat
Construction Company akan melaporkan status dan hasil aktivitas
13
konstruksi jangka panjangnya menurut metode persentase
penyelesaian.
Ilustrasi 18-12. Penyajian laporan keuangan-metode persentase
penyelesaian.
NERACA ( 31 / 12 )
Aktiva Lancar :
Piutang Usaha $ 150.000 $ 800.000
Persediaan
Konstruksi dalam proses $ 1.125.000
Dikurangi : Penagihan 900.000
Biaya dan laba yang di akui
Yang melebihi penagihan $ 225.000
Kewajiban Lancar :
Penagihan ( $ 3.300.000 ) melebihi biaya
Dan laba yang diakui ( $ 3.240.000 ) $ 60.000
14
metode kontrak selesai untuk mengakui pendapatan dan biaya serta
untuk menutup akun persediaan dan penagihan :
Penagihan atas konstruksi dalam proses 4.500.000
Pendapatan dari kontrak jangka panjang 4.500.000
Biaya konstruksi 4.050.000
Konstruksi dalam proses 4.050.000
Ilustrasi 18 – 13 membandingkan kedua metode tersebut dalam
kaitannya dengan proyek jembatan yang sama, hardhat construction
company akan mengakui laba kotor sebagai berikut :
NERACA ( 31 / 12 )
Aktiva Lancar :
Piutang Usaha $ 150.000 $ 800.000
Persediaan
Konstruksi dalam proses $ 1.000.000
Dikurangi : penagihan 900.000
Biaya kontrak yang belum ditagih $ 100.000
Kewajiban Lancar :
Penagihan ( $ 3.300.000 ) melebihi biaya
Kontrak ( $ 2.916.000 ) $ 384.000
Catatan 1. Ikhtisar kebijakan akuntansi yang signifikan.Kontrak konstruksi jangka panjang.
Perusahaan mengakui pendapatan dan melaporkan laba dari kontrak konstruksi jangka panjang,
yang merupakan bisnis utama perusahaan, menurut metode kontrak selesai. Kontrak – kontrak ini
biasanya melibatkan periode lebih dari satu tahun. Biaya kontrak dan hasil penagihan telah
diakumulasi selama periode konstruksi, tetapi tidak ada pendapatan atau laba yang diakui sampai
kontrak diselesaikan. Biaya – biaya yang termasuk pada konstruksi dalam proses meliputi bahan
langsung, tenaga kerja langsung, seta overhead yang berkaitan dengan proyek. Beban umum dan
administrasi perusahaan dibebankan pada periode terjadinya.
15
2.4.3 Kerugian kontrak jangka panjang
Dua jenis kerugian dapat timbul pada kontrak jangka panjang :
1. Kerugian periode berjalan atas kontrak yang menguntungkan.
Kondisi ini timbul apabila, selama konstruksi, terdapat kenaikan
yang signifikan dalam estimasi total biaya kontrak tetapi kenaikan
tersebut tidak menghilangkan semua laba kontrak hanya dalam
metode persentase penyelesaian saja, kenaikan estimasi biaya itu
membutuhkan penyesuaian periode berjalan sebesar kelebihan laba
kotor yang diakui atas proyek itu selama periode sebelumnya.
Penyesuaian ini dicatat sebagai kerugian periode berjalan karena
merupakan perubahan estimasi akuntansi
2. Kerugian atas kontrak yang tidak menguntungkan. Estimasi biaya
pada akhir periode berjalan mungkin menunjukkan bahwa kerugian
akan terjadi ketika seluruh kontrak berakhir. Baik dalam metode
persentase penyelesaian maupun metode kontrak selesai,
keseluruhan perkiraan kerugian kontrak harus diakui dalam periode
berjalan.
Kerugian Periode Berjalan
Untuk mengilustrasikan kerugian periode berjalan atas kontrak
yang di harapkan akan menguntungkan pada saat penyelesaiannya kita
akan melanjutkan dengan proyek jembatan Hardhat Construction
Company asumsikan bahwa pada tanggal 31 Desember 2008, hardhat
construction company mengestimasi biaya untuk menyelesaikan
kontrak pembuatan jembatan sebesar $1.468.962 dan bukan
$1.134.000. dengan mengasumsikan semua data lainnya sama seperti
sebelumnya, Hardhat dan akan menghitung persentase penyelesaian
dan mengakui kerugian seperti yang di tujukan dalam ilustrasi 18 – 15.
Bandingkan perhitungan ini dengan perhitungan untuk tahun 2008
dalam ilustrasi 18 – 6 “ Persentase Penyelesaian “ turun dari 72%
menjadi 66 ½ % karena adanya kenaikan estimasi biaya masa depan
untuk penyelesaian kontrak tersebut.
16
Ilustrasi 18 – 15. Perhitungan Kerugian yang diakui, 2008 –
Kerugian Periode Berjalan
17
2007 2008
Estimasi awal Estimasi setelah revisi
Harga Kontrak $ 4.500.000 $ 4.500.000
Estimasi total biaya 4.000.000 4.556.250’
Estimasi laba kotor $ 500.000
Estimasi kerugian $ ( 56.250 )
‘ ( $ 2.916.000 + $ 1.640.250 )
18
Hardhart Contruction akan mencatat pendapatan, beban, dan
kerugian kontrak jangka panjang, pada tahun 2008 sebagai berikut :
Beban konstruksi $ 1.936.250
Konstruksi dalam proses (kerugian) $ 181.250
Pendapatan dari kontrak jangka panjang $ 1.755.000
Pada akhir tahun 2008, Konstruksi dalam Proses mempunyai saldo
besar $ 2.859.750 seperti ditunjukkan berikut ini:
Kontruksi Dalam Proses
19
situasi seperti ini menyangkut logam mulia atau produk-produk
pertanian dengan harga yang pasti. Menurut dasar penyelesaian
produksi. Pendapatan di akui pada saat logam ditambang atau produk
pertanian dipanen karena harga jualnya dapat dipastikan dengan layak,
unit-unit nya dapat ditukarkan, serta tidak diperlukan biaya yang
signifikan dalam mendistribusikan produk itu. Apabila penjualan dan
penerimaan kas, mendahului produksi dan penyerahan, seperti dalams
kasus langganan majalah, maka pendapatan dapat diakui sebagai telah
dihasilkan pada saat produksi dan penyerahan.
20
yang terkait ditangguhkan, melainkan hanya proporsi laba kotor
yang ditangguhkan. Pendekatan ini serta dengan penangguhan
penjualan dan harga pokok penjualan. Beban-beban lainnya – yakni
beban penjualan, beban administrasi, dan sebagainya – tidak
ditangguhkan.
Akseptabilitas Metode Penjualan Cicilan
Penggunaan metode cicilan untuk pengakuan pendapatan sangat
berfluktuasi. Pada suatu saat metode ini digunakan secara luas dan
diterima untuk transaksi penjualan cicilan. Ketika transaksi penjualan
cicilan meningkat, penerimaan dan penerapan metode cicilan
sebaliknya menurun. Akhirnya APB menyimpulkan bahwa kecuali
dalam situasi khusus, “metode cicilan untuk mengakui pendapatan
tidak dapat diterima”. Dasar pemikiran dari sikap ini adalah
sederhana: karena metode akuntansi cicilan tidak mengakui laba
sampai saat kas tertagih. Sehingga metode ini tidak sesuai dengan
konsep akuntansi akrual.
Sebaliknya metode cicilan seringkali dibenarkan dengan alasan
bahwa resiko tidak tertagihnya piutang usaha mungkin begitu besar
sehingga penjualan itu sendiri bukan merupakan bukti yang cukup agar
terjadi pengakuan. Dalam beberapa kasus alasan ini mungkin sah tetapi
tidak dalam sebagian besar kasus pendekatan yang umum adalah
bahwa jika penjualan sudah dilakukan maka penjualan itu harus diakui.
Jika perkirakan akan ada piutang tak tertagih maka piutang itu harus
dicatat secara terpisah sebagai. meskipun beban penagihan, beban
kepemilikan kembali dan piutang tak tertagih merupakan bagian biaya
yang terhindarkan dalam aktivitas penjualan cicilan, namun timbulnya
biaya-biaya ini dan kolektibilitas piutang dapat diprediksi secara layak.
Prosedur Untuk Menangguhkan Pendapatan dan Harga Pokok
Penjualan Barang Dagang
Untuk penjualan dalam satu tahun langkah-langkah yang
digunakan sebagai berikut :
21
1. Selama 1 tahun catat baik penjualan maupun harga pokok
penjualan dengan cara yang biasa dengan menggunakan akun-
akun khusus yang akan dijelaskan. Kemudian hitung tingkat laba
kotor atas transaksi penjualan cicilan.
2. Pada akhir tahun, terapkan tingkat laba kotor kepenagihan kas dari
penjualan cicilan tahun berjalan untuk mendapatkan laba kotor
yang direalisasi.
3. Laba kotor yang belum direalisasi harus ditangguhkan sampai
tahun berikutnya.
Untuk penjualan yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya,
tingkat laba kotor atas penjualan setiap tahun harus diterapkan pada
penagihan tunai piutang usaha yang timbul dari penjualan tahun
berjualan, untuk mendapatkan laba kotor yang di-realisasi.
Piutang usaha. Kita akan menggunakan data berikut ini untuk
mengilustrasikan metode penjualan cicilan dalam akuntansi untuk
penjualan barang dagang.
22
Piutang usaha cicilan 2007 60.000
(untuk mencatat kas yang tertagih dari piutang cicilan.)
Harga pokok penjualan cicilan 150.000
Persediaan atau pembelian 150.000
(mencatat HPP secara cicilan tahun 2007 atas dasar persediaan
perpetual dan periodik)
Penjualan cicilan 200.000
HPP cicilan 150.000
Laba kotor ditangguhkan 2007 50.000
(menutup penjualan cicilan & HPP tahun berjalan)
Laba kotor ditangguhkan 2007 15.000
Laba kotor direalisasi atas dasar penjualan cicilan 15.000
(memindahkan laba kotor yang ditangguhkan laba direalisasi melalui
penagihan kas 60.000 x 25%)
Laba kotor yang direalisasi atas penjualan cicilan 15.000
Ikhtisar laba rugi 15.000
(menutup laba yang direalisasi melalui penagihan)
Ilustrasi 18-19 menunjukkan perhitungan L/R yang di realisasi dan
ditangguhkan untuk tahun 2007
2007
Tingkat laba kotor tahun berjalan 25%
Kas yang tertagih dari penjualan tahun berjalan Rp 60.000
Laba kotor direalisasikan (25% dr 60.000) Rp 15.000
Laba kotor yang ditangguhkan (50.000-15.000) Rp 35.000
23
Piutang usaha cicilan 100.000
(untuk mencatat kas dan piutang yang tertagih)
Harga pokok penjualan cicilan 190.000
Persediaan 190.000
(untuk mencatat HPP 2008)
Penjualan cicilan 250.000
HPP cicilan 190.000
Laba kotor ditangguhkan 2008 60.000
(untuk menutup penjualan dan HPP cicilan tahun berjalan)
Laba kotor yang ditangguhkan 2007 ($100.000 x 25%) 25.000
Laba kotor yang ditangguhkan 2008 ($100.000 x 24%) 24.000
Laba kotor yang direalisasi atas penjualan cicilan 49.000
(untuk memindahkan dari laba kotor yg ditangguhkan)
Laba kotor yang direalisasi atas penjualan cicilan 49.000
Ikhtisar laba rugi 49.000
(untuk menutup laba yang direalisasi melalui penagihan)
Laba kotor yang direalisasi dan ditangguhkan untuk tahun 2008
dihitung seperti dalam ilustrasi 18-20
2008
Penjualan tahun berjalan
Tingkat laba kotor 24%
Kas yang tertagih dari penjualan tahun berjalan 100.000
Laba kotor yang direalisasi (24% dari 100.000) 24.000
Laba kotor yang ditangguhkan (60.000-24.000) 36.000
Penjualan tahun sebelumnya
Tingkat laba kotor 2007 25%
Kas yang tertagih dari penjualan tahun 2007 100.000
Laba kotor yang direalisasi pada tahun 2008
Atas penjualan tahun 2007 (25% dari 100.000) 25.000
Total laba kotor yangg direalisasi pada tahun 2008
Direalisasi dari penagihan penjualan 2007 25.000
Direalisasi dari penagihan penjualan 2008 24.000
Total 49.000
24
2009
Penjualan tahun berjalan
Tingkat laba kotor 30%
Kas yang tertagih dari penjualan tahun berjalan $80.000
Laba kotor yang direalisasi dari penjualan
tahun 2009 (30% dari $80.000) $24.000
Laba kotor yang ditangguhkan ($72.000-$24.000) $48.000
Penjualan tahun sebelumnya
Penjualan tahun 2007
Tingkat laba kotor 25%
Kas yang tertagih dari penjualan tahun berjalan $40.000
Laba kotor yang direalisasi dari penjualan
tahun 2007 (25% dari $40.000) $10.000
Penjualan tahun 2008
Tingkat laba kotor 24%
Kas yang tertagih dari penjualan tahun berjalan $125.000
Laba kotor yang direalisasi dari penjualan
tahun 2008 (24% dari $125.000) $30.000
total laba kotor yang direalisasi pada tahun 2009
direalisasi dari penagihan penjualan tahun 2007 $10.000
direalisasi dari penagihan penjualan tahun 2008 $30.000
direalisasi dari penagihan penjualan tahun 2009 $24.000
Total $64.000
25
memiliki kembali barang dagang yang terjual menurut perjanjian
cicilan jika pembeli gagal memenuhi kewajiban pembayaran.
Akuntansi untuk kepemilikan kembali mengakui bahwa piutang
usaha cicilan yang terkait tidak dapat ditagih sehingga harus
dihapuskan. Bersama itu piutang usaha, laba kotor yang ditangguhkan
yang sudah dihitung harus dipindahkan dari buku besar dengan
menggunakan ayat jurnal sebagai berikut.
Barang dagang yang dimiliki kembali xx
Laba kotor yang ditangguhkan xx
Piutang usaha cicilan xx
Untuk mengilustrasikan ayat jurnal yang diperlukan, asumsikan
bahwa klien Brothers menjual sebuah lemari es kepada Marlyn
seharga $1.500 pada tanggal 1 september 2007. Syarat penjualan ini
mengharuskan pembayaran uang muka sebesar $600 dan $60 setiap
awal bulan selama 15 bulan sesudahnya dimulai tanggal 1 oktober
2007 . selanjutnya diasumsikan bahwa lemari es itu mempunyai harga
perolehan $900 dan klien mematok tingkat laba kotor 40% atas harga
jual. pada tahun yang berakhir 31 oktober 2007, klien sudah harus
menagih total $180 disamping pembayaran uang muka.
Jika Marlyn melakukan pembayaran untuk bulan januari dan
februari pada tahun 2008 dan kemudian gagal membayar, maka saldo
piutang yang berlaku untuk Marlyn pada saat gagal membayar akan
menjadi seperti berikut:
Piutang usaha cicilan (1 september 2007) $1.500
Dikurangi uang muka $600
Pembayaran hingga sekarang ($60x5) $300 $ 900
Piutang usaha cicilan (1 Maret 2008) $600
Piutang cicilan (1maret 2008) $600
Tingkat laba kotor x 40%
Laba kotor yang ditangguhkan $240
26
Marlyn dengan menerapkan tingkat laba kotor selama setahun
penjualan pada saldo piutang usaha yaitu 40% dari $600 atau $240 ,
karena itu saldo akun dapat dihitung sebagai :
Piutang usaha cicilan 2007 $600
Laba kotor yang ditangguhkan 2007 $240
Klein memiliki kembali lemari es setelah marlyn gagal membayar
cicilan. Jika estimasi nilai wajar yang dimiliki kembali itu ditetapkan
sebesar $150 , maka ayat jurnal sebagai berikut :
Laba kotor yang ditangguhkan 2007 $240
Barang dagang yang dimiliki kembali $150
Kerugian atas kepemilikan kembali $210
Piutang usaha cicilan 2007 $600
Jumlah kerugian ditentukan dua tahap yaitu:
1. Mengurangkan laba kotor yang ditangguhkan dari jumlah piutang
usaha
2. Mengurangkan estimasi nilai wajar barang dagang yang dimiliki
kembali dari harga perolehan.
Kerugian klien brother atas penjualan lemari es dapat dihitung sebagai
berikut :
Saldo piutang usaha tak tertagih $600
Dikurangi laba kotor ditangguhkan $240
Harga perolehan tak terpulihkan $360
Dikurang estimasi nilai wajar barang yang dimiliki kembali $150
Kerugian (keuntungan) atas kepemilikan kembali $210
Penyajian transaksi penjualan cicilan dalam laporan keuangan
Jika transaksi penjualan cicilan merupakan bagian yang signifikan
dari total penjualan, maka diperlukan pengungkapan penuh atas
penjualan cicilan, HPP cicilan dan lain.
Seperti contoh berikut ini :
Health Machine Company
Laporan Laba Rugi
27
31 Desember 2008
Penjualan $620.000
HPP $490.000
Laba kotor atas penjualan $130.000
Laba kotor yang direalisasi atas penjualan cicilan $51.000
Total laba kotor dari penjualan $181.000
2.5.2 Metode Pemulihan Biaya
Menurut metode pemulihan biaya (cost recovery method), tidak
ada laba yang diakui sampai pembayaran kas oleh pembeli melebihi
harga pokok barang dagang yang dijual oleh penjual. Sesudah semua
biaya dipulihkan penjual, setiap tambahan kas yang tertagih
dimasukkan dalam laba. Laporan laba rugi penjual untuk periode
penjualan melaporkan pendapatan penjualan, harga pokok penjualan,
dan laba kotor – baik jumlah (kalau ada) yang diakui selama periode
berjalan maupun jumlah yang ditangguhkan. Laba kotor yang
ditangguhkan dikurangkan dari piutang terkait – dikurangi penagihan –
di neraca. Laporan laba rugi selanjutnya akan melaporkan laba kotor
sebagai pos pendapatan terpisah apabila diakui pada saat dihasilkan.
Untuk mengilustrasikan metode pemulihan biaya, asumsikan
bahwa pada awal tahun 2007, Fesmire Manufacturing menjual
persediaan dengan harga pokok $25.000 kepada Higley Company
seharga $36.000. Higley akan melakukan pembayaran sebesar $18.000
pada tahun 2007, $12.000 pada tahun 2008, dan $6.000 pada tahun
2009. Jika metode pemulihan biaya diterapkan pada transaksi
penjualan ini dan Higley melakukan pembayaran sesuai jadwal, maka
penagihan kas, pendapatan, harga pokok, dan laba kotor diakui sebagai
berikut :
28
Kas yang tertagih 2007 2008 2009
$18.000 $12.000 $6.000
29
Penagihan kas dalam tahun 2008 melebihi
Harga pokok)
2009
Laba Kotor yang Ditangguhkan 6.000
Laba Kotor yang Direalisasi 6.000
(Untuk mengakui laba kotor sampai sejauh
Penagihan kas dalam tahun 2009 melebihi
Harga pokok)
2.5.3 Metode Simpanan
Menurut metode simpanan, penjual melaporkan kas yang diterima
dari pembeli sebagai uang tanggungan atas kontrak dan
mengklasifikasikannya sebagai kewajiban (simpanan yang dapat
dikembalikan atau uang muka pelanggan) di neraca. Penjualan terus
melaporkan propertinya sebagai aktiva dalam neraca, beserta setiap
hutang terkait yang masih ada. Selain itu, penjual juga terus mencatat
beban penyusutan sebagai biaya periode untuk properti tersebut. Tidak
ada pendapatan atau laba yang harus diakui sampai penjualan
selesai.
Perbedaan utama antara metode cicilan dan metode
pemulihan biaya serta metode simpanan adalah berkaitan dengan
pelaksanaan kontrak. Dalam metode cicilan dan pemulihan biaya
diasumsikan penjual bahwa penjual telah melaksanakan kontrak, tetapi
penagihan kas sangat tidak pasti. Dalam metode simpanan, penjual
belum melaksanakan kontrak dan tidak ada klaim yang sah. Metode
simpanan menunda mengakui penjualan sampai dapat dipastikan
bahwa suatu penjualan telah terjadi untuk tujuan akuntansi. Jika belum
ada pengalihan risiko dan imbalan kepemilikan yang mencukupi,
sekalipun simpanan telah diterima, maka pengakuan penjualan harus
ditunda sampai pengalihan yang memadai terjadi. Dalam pengertian
itu, metode simpanan bukanlah suatu metode pengakuan pendapatan
seperti metode cicilan dan pemulihan biaya.
30
2.6 Pengakuan Pendapatan Untuk Transaksi Penjualan Khusus
WARALABA
Dalam akuntansi untuk penjualan warlaba, perusahaan harus menganalisis
transaksi itu dan, dengan mempertimbangkan semua situasi, harus
menggunakan pertimbangan dalam memilih serta menerapkan satu atau lebih
dasar pengakuan pendapatan, dan kemudian, memantau situasinya selama
periode waktu yang panjang.
Ada empat jenis perjanjian waralaba yang berkembang: (1) pabrikan-
pengecer, (2) pabrikan-grosir, (3) sponsor jasa-pengecer, dan (4) grosir-
pengecer. Kategori waralaba yang paling cepat pertumbuhannya, dan yang
menyebabkan akuntansi yang sesuai ditelaah kembali, adalah kategori ketiga,
yaitu sponsor jasa-pengecer (service sponsor-retailer). Termasuk dalam
kategori ini adalah industri dan bisnis seperti: toko es krim lembut / yogurt
beku, drive-in makanan, restoran, motel, penyewaan mobil, dll
Perusahaan waralaba memperoleh pendapatannya dari salah satu atau
kedua sumber ini : (1) dari penjualan waralaba awal dan aktiva atau jasa
terkait, dan (2) dari iuran (fee) berkesinambungan yang didasarkan pada
pengoperasian waralaba. Franchisor (pihak yang memberikan hak bisnis
dalam waralaba) biasanya memberikan kepada franchisee (pihak yang
mengoperasikan bisnis waralaba) jasa-jasa berikut ini:
1) Bantuan dalam memilih lokasi
a) Menganalisis lokasi
b) Menegosiasikan lease
2) Evaluasi laba potensial
3) Pengawasan kegiatan konstruksi
a) Mendapatkan pembiayaan
b) Merancang bangunan
c) Mengawasi kontraktor selama pembangunan
4) Bantuan untuk memperoleh papan nama, perabotan, dan peralatan
5) Jasa pembukuan dan konsultasi
a) Menyiapkan catatan franchisee
31
b) Memberikan konsultasi mengenai pajak penghasilan, real estat, dan
pajak lainnya
c) Memberikan konsultasi mengenai peraturan daerah setenpat yang
menyangkut bisnis franchisee
6) Pelatihan karyawan dan manajemen
7) Pengendalian mutu
8) Iklan dan promosi
Iuran Awal Waralaba
Iuran awal waralaba (initial franchise fee) merupakan pembayaran untuk
membentuk suatu hubungan waralaba dan penyediaan berbagai jasa awal.
Iuran awal waralaba dicatat franchisor sebagai pendapatan hanya bila dan
ketika franchisor “secara substansial melaksanakan” jasa yang wajib ia
laksanakan dan penagihan iuran dapat dipastikan secara layak.
Contoh Ayat Jurnal untuk Iuran Awal Waralaba
Untuk mengilustrasikan hal ini, asumsikan bahwa Tum’s Pizza, Inc.
Membebankan iuran awal waralaba sebesar $50.000 untuk hak operasi sebagai
franchisee Tum’s Pizza. Dari jumlah itu, sebesar $10.000 harus dibayar ketika
perjanjian ditandatangani, dan sisanya dibayar dalam lima pembayaran
tahunan masing-masing sebesar $8.000. sebagai imbuhan atas iuran awal
waralaba. Tum’s akan membantu memilih lokasi, menegosiasikan lease atau
membeli lokasi tersebut, mengawasi aktivitas konstruksi, dan memberikan
jasa pembukuan. Peringkat kredit franchisee menunjukkan bahwa uang dapat
dipinjam dengan bunga 8% nilai sekarang anuitas yang terdiri dari lima
penerimaan tahunan masing-masing sebesar $8.000 yang di diskontokan pada
8% adalah $31.941.68. diskonto sebesar $8.058.32 merupakan pendapatan
bunga yang diperoleh franchisor sepanjang periode pembayaran. Berikut ini
merupakan ayat jurnal yang akan dilakukan Tum’s Inc. Dalam berbagai
kondisi.
1. Jika dapat diperkirakan secara wajar bahwa uang muka mungkin
dikembalikan dan jika jasa yang substansial masih harus dilakukan oleh
Tum’s Pizza, Inc. Dimasa depan, maka ayat jurnal nya adalah:
32
Kas 10.000.00
Wesel tagih 40.000.00
Diskonto wesel tagih 8.058,32
Iuran waralaba yang diterima dimuka 41.941,68
2. Jika probabilitas pengembalian iuran waralaba itu sangat kecil, jumlah jasa
masa depan yang harus diberikan kepada franchisee adalah minimal,
ketertagihan wesel dapat dipastikan dengan layak, serta pelaksanaan yang
substansial telah terjadi, maka ayat jurnalnya adalah:
Kas 10.000.00
Wesel tagih 40.000.00
Diskonto wesel tagih 8.058,32
Pendapatan dari iuran waralaba 41.941,68
3. Jika uang muka awal tidak dapat dikembalikan, yang merupakan ukuran
yang wajar untuk jasa yang telah diberikan, dengan sejumlah jasa yang
disignifikasikan masih harus dilakukan oleh Tum’s Pizza dalam periode
mendatang, dan kolektibilitas wesel dapat dipastikan dengan layak, ayat
jurnalnya adalah:
Kas 10.000.00
Wesel tagih 40.000.00
Diskonto wesel tagih 8.058,32
Pendapatan dari iuran waralaba 10.000.00
Iuran waralaba diterima dimuka 31.941,68
4. Jika uang muka awal tidak dapat dikembalikan dan tidak ada jasa dimasa
depan yang disyaratkan bagi franchisor, tetapi penagihan wesel sangat
tidak pasti sehingga pengakuan wesel sebagai aktiva tidak dibenarkan,
ayat jurnalnya akan menjadi:
Kas 10.000
Pendapatan dari iuran waralaba 10.000
33
5. Dengan kondisi yang sama seperti yang disebutkan dalam nomer 4 kecuali
bahwa uang mukanya dikembalikan atau jasa yang substansial masih harus
dilaksanakan, ayat jurnalnya adalah:
Kas 10.000
Iuran waralaba diterima dimuka 10.000
Iuran Waralaba yang Berkesinambungan
Iuran waralaba yang berkesinambungan (continuing franchise fees)
diterima sebagai imbalan atas hak berkesinambungan yang diberikan oleh
perjanjian waralaba dan atas penyediaan jasa seperti pelatihan manajemen,
iklan dan promosi, bantuan hukum, serta dukungan lainnya. Iuran yang
berkesinambungan harus dilaporkan franchisors sebagai pendapatan pada saat
dihasilkan dan dapat ditagih dari franchisee, kecuali jika sebagian dari iuran
itu dikhususkan untuk tujuan tertentu, seperti penyisihan sejumlah tertentu
untuk perawatan bangunan atau iklan lokal. Dalam hal ini, bagian yang
ditangguhkan merupakan jumlah yang cukup untuk menutup estimasi biaya
yang melebihi iuran waralaba berkesinambungan dan memberikan laba yang
layak atas jasa yang berlanjut itu.
Pembelian dengan Harga Murah
Selain membayar iuran waralaba yang berkesinambungan, franchisee
seringkali juga membeli beberapa atau semua peralatan dan perlengkapan
mereka dari franchisor. Franchisor akan memperhitungkan penjualan ini sama
seperti penjualan produk lainnya.
Namun, kadang-kadang perjanjian waralaba memberikan hak kepada
franchisee untuk melakukan dengan pembelian harga murah atas peralatan
atau perlengkapan setelah iuran awal waralaba dibayarkan. Bila harga murah
ini lebih rendah daripada harga jual normal produk yang sama, atau bila harga
tersebut tidak memberi franchisors laba yang layak, maka sebagian dari iuran
awal waralaba harus ditangguhkan. Bagian ditangguhkan dihitung sebagai
penyesuaian harga jual bila franchisee kemudian membeli peralatan atau
perlengkapan.
Opsi untuk Membeli
34
Perjanjian waralaba mungkin saja memberi franchisor opsi untuk membeli
bisnis franchisee. Sebagai kebijakan manajemen, franchisor mungkin
memegang hak untuk membeli outlet waralaba yang menguntungkan, atau
membeli outlet yang sedang menghadapi kesulitan masalah. Jika pada saat
opsi diberikan besar kemungkinan franchisor akan membeli outlet tersebut,
maka iuran awal waralaba tidak boleh diakui sebagai pendapatan tetapi harus
dicatat sebagai kewajiban. Ketika opsi digunakan franchisor, kewajiban itu
akan mengurangi investasi franchisor dalam outlet itu.
Biaya-biaya franchisor
Tujuannya untuk membandingkan biaya dan pendapatan terkait dengan
melaporkannya sebagai komponen laba dalam periode akuntansi yang sama.
Franchisor biasanya harus menangguhkan biaya langsung (biasanya biaya
inkrimental) yang berkaitan dengan penjualan waralaba tertentu yang
pendapatannya belum diakui. Akan tetapi, biaya tidak boleh ditangguhkan
tanpa mengacu pada pendapatan yang diantisipasi dan kemungkinan
realisasinya. Biaya tidak langsung yang bersifat teratur dan berulang ulang
seperti beban penjualan dan administrasi yang tetap timbul berapapun tingkat
penjualan waralaba harus dibebankan pada saat terjadinya.
35
berkepentingan dalam penjualan itu yang pertama untuk mendapatkan laba
atau mengembangkan pasar, sementara yang kedua untuk mendapatkan
komisi atas penjualan itu.
Consignee menerima barang dagang dan setuju untuk dengan cermat
menjaga serta menjual barang tersebut. Kas yang diterima oleh pelanggan
dikirimkan kepada consignor oleh consignee, setelah dikurangi komisi
penjualan dan semua beban yang dapat dikenakan.
Untuk mengilustrasikan ayat jurnal akuntansi konsinyasi, asumsikan
bahwa Nelba Manufacturing Co. Mengirimkan barang dagang berharga pokok
$36.000 secara konsinyasi kepada Best Value Stores. Nelba membayar $3.750
biaya pengangkutan dan Best Value membayar $2.250 untuk biaya lokal yang
dapat ditagihkan kepada Nelba. Pada akhir periode dua pertiga barang yang
dikonsinyasikan telah terjual dengan harga $40.000 tunai. Best Value lalu
memberitahukan penjualan itu kepada Nelba, mengambil komisi 10% serta
mengirimkan uang tunai milik Nelba. Ayat jurnal pada ilustrasi 18A-1 berikut
ini akan dibuat oleh consignor (Nelba) dan consignee (Best Value).
36
Beban komisi 4.000 Pendapatan komisi 4.000
Pendapatan dari - Kas 33.750
penjualan konsinyasi 40.000
Penyesuaian persediaan dalam konsinyasi untuk harga pokok penjualan
Harga pokok penjualan 26.500 Tidak ada ayat jurnal
Persediaan dalam konsinyasi 26.500
(2/3 ($36.000 + $3.750) = $26.500)
Dalam perjanjian konsinyasi, pabrikan (consignor) menerima risiko bahwa
barang dagang mungkin tidak terjual dan membebaskan dealer (consignee)
dari keharusan mengkomitmenkan sebagian dari modal kerjanya dalam
persediaan. Berbagai sistem dan judul akun yang berbeda dipakai untuk
mencatat konsinyasi, tetapi mempunyai tujuan yang sama, yaitu menunda
pengakuan pendapatan sampai diketahui bahwa penjualan kepada pihak ketiga
sudah terjadi.
37
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendapatan adalah arus masuk aktiva dan / atau penyelesaian kewajiban
akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan
menghasilkan laba lainnya yang membentuk operasi utama atau inti
perusahaan yang berkelanjutan selama satu periode. Prinsip pengakuan
pendapatan (revenue recognition principle) menetapkan bahwa pendapatan
diakui pada saat (1) di realisasi atau dapat di realisasi dan (2) dihasilkan.
Menurut FASB dalam concepts Statement No.5, kedua syarat untuk
mengakui pendapatan (direalisasi atau dapat direalisasi dan dihasilkan)
biasanya terpenuhi pada saat produk atau barang dagang diserahkan atau jasa
diberikan kepada pelanggan. Pendapatan dari aktivitas pabrikasi serta
penjualan umumnya diakui pada saat penjualan atau point of sale (biasanya
berarti penyerahan). Akan tetapi, di sini bisa timbul masalah dalam
pelaksanaannya diantaranya adalah Penjualan dengan Perjanjian Beli
Kembali, Penjualan dengan hak retur, Trade Loading dan Channel Stuffing.
Pengakuan pendapatan pada saat penjualan (penyerahan) digunakan
karena sebagian besar ketidakpastian mengenai proses menghasilkan laba dan
harga pertukaran sesudah diketahui. Akan tetapi, dalam situasi tertentu
pendapatan diakui sebelum penyelesaian dan penyerahan. Ada dua metode
akuntansi yang sangat berbeda untuk kontrak konstruksi jangka panjang yang
diakui oleh profesi akuntansi adalah metode Persentase Penyelesaian dan
metode kontrak selesai.
Dalam beberapa kasus, hasil penagihan atas jual tidak dapat dipastikan
secara layak, hingga pengakuan pendapatan akan ditangguhkan. Salah satu
dari dua metode berikut ini biasanya dipakai untuk menangguhkan pengakuan
pendapatan sampai kas diterima, yaitu metode penjualan cicilan atau metode
pemulihan biaya. Dalam beberapa situasi kas diterima sebelum penyerahan
atau pengalihan properti dan dicatat sebagai simpanan karena transaksi
penjualan itu belum selesai cara ini disebut metode simpanan.
38
DAFTAR PUSTAKA
39