PENDAHULUAN
1
http://lennyjufniyan.blogspot.co.id/
1
Menurut IFRS (PSAK 57) : Liabilitas adalah kewajiban kini dari
perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang
diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari sumber daya peusahaan
dalam mewujudkan manfaat ekonomi.2
2
http://yenni-effendi.blogspot.co.id/2016/05/malah-kewajiban-teori-akuntansi.html
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Agoes, Sukirno dan Trisnawati Estralita. 2010. Akuntansi Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
4
Waluyo. 2014. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat
3
2.3 Macam-macam utang jangka pendek
4
2. Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah rata-rata
dana yang ditempatkan dalam bentuk deposito atau tabungan lainnya,
maka bunga atas pinjaman yang boleh dibebankan sebagai biaya adalah
bunga yang dibayar atau terutang atas rata-rata pinjaman yang melebihi
jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito berjangka atau
tabungan lainnya.
Contoh :
Pada tahun 1995, PT Ako mendapat pinjaman dari pihak ketiga dengan
batas maksimum sebesar Rp.200.000.000 dan tingkat bunga pinjaman 20%.
Dari jumlah tersebut telah diambil pada bulan Februari sebesar
Rp.125.000.000, pada bulan Juni diambil lagi sebesar Rp.25.000.000, dan
sisanya Rp.50.000.000 diambil pada bulan Agustus.
Rata-rata
Bulan Jumlah Pinjaman Jangka Waktu
Pinjaman
Januari 0 1 bulan 0
Februari s/d Mei 125.000.000 4 bulan 500.000.000
Juni s/d Juli 150.000.000 2 bulan 300.000.000
Agustus s/d
200.000.000 5 bulan 1.000.000.000
Desember
Jumlah 1.800.000.000
Rata-rata pinjaman per bulan Rp. 1.800.000.000 : 12 = Rp. 150.000.000.
5
Pinjaman
Januari 0 1 bulan 0
Februari s/d Maret 25.000.000 2 bulan 50.000.000
April s/d Agustus 46.000.000 5 bulan 230.000.000
September s/d
50.000.000 4 bulan 200.000.000
Desember
Jumlah 480.000.000
Rata-rata pinjaman per bulan Rp. 480.000.000 : 12 = Rp. 40.000.000.
Utang usaha umumnya muncul karena ada pembelian barang atau jasa
yang digunakan dalam kegiatan usaha normal perusahaan. Utang usaha
dapat dicatat berdasarkan metode bruto ataupun neto. Apabila
digunakan metode bruto, maka utang dicatat sebesar nilai yang harus
6
dibayarkan tanpa potongan tunai. Namun jika digunakan metode neto,
maka diasumsikan perusahaan akan selalu mengambil diskon sehingga
nilai yang dicatat adalah sebesar nilai yang telah dikenakan potongan
tunai. Setiap pembelian Barang Kena Pajak akan dikenakan PPN dan
juga PPnBM apabila ada.
Contoh :
7
Listrik merupakan jenis barang yang tidak dikenakan PPN, kecuali
listrik untuk perumahan dengan daya 6.600 watt leih. Utang biaya ini
biasanya diketahui pada saat penutupan buku.
Utang pajak terdiri atas PPh 21, PPh 23, PPh 26, dan PPN Keluaran.
Pajak Penghasilan 21
8
Rp. 108.000 per bulan atau Rp. 1.296.000 per tahun (KMK-
521/KMK.04/1998).
UU Nomor
KMK- PMK- PER-
Keterangan 17 Tahun
564/KMK.03/2004 137/PMK.03/2005 31/PJ/2009
2000
WP sendiri 2.880.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000
Tambahan
untuk WP 1.440.000 1.200.000 1.200.000 1.320.000
kawin
Tambahan
untuk
2.880.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000
penghasilan
istri digabung
Tanggungan
1.440.000 1.200.000 1.200.000 1.320.000
(maks. 3 org)
Berlaku nilai 1 Januari 1 Januari
1 Januari 2005 1 Januari 2006
2001 2009
Penerapan PTKP di atas ditentukan oleh keadaan pada awal tahun atau
awal bagian tahun pajak.
9
> Rp.
30% - - >Rp.500.000.000
50.000.000
> Rp. >
35% - -
50.000.000 Rp.200.000.000
Dalam UU PPh Tahun 2008 ini, istri juga dapat memilih untuk
menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri. Penjelasan Pasal 2 ayat
(1) menyatakan bahwa wanita menikah dapat mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP atas namanya sendiri agar dapat melaksanakan hak dan
kewajiban perpajakan suaminya. Hal ini dilakukan dengan cara penghasilan suami
istri dikenakan pajak secara terpisah. Tata cara perhitungan PPh ini sama dengan
perhitungan PPh untuk suami istri yang melakukan perjanjian pemisahan harta
dan penghasilan.
Formulir Keterangan
1721 Induk Disampaikan per masa
Khusus Desember : Diisi berdasarkan
jumlah akuntansi yang dibayarkan dalam
satu tahun.
1721 I Hanya disampaikan di masa pajak terakhir
(Desember).
1721 II Disampaikan di masa terdapat perubahan
data pegawai tetap (keluar, masuk dan baru
ber-NPWP).
1721 T Disampaikan dimasa pajak pertama kali
10
menyampaikan SPT 1721 (SPT Masa Juli
2009).
Daftar Bukti otong PPh 21 Tidak Final Disampaikan di setiap masa dalam hal
terdapat pemotongan PPh 21 nonpegawai
tetap-tidak final.
Daftar Bukti otong PPh 21 Final Disampaikan di setiap masa dalam hal
terdapat pemotongan PPh 21 nonpegawai
tetap- final.
Bukti Potong PPh 21 Nonpegawai Tetap Bukti potong ini tetap harus dibuat dalam
hal terdapat pemotongan PPh 21 untuk
nonpegawai tetap, namun tidak perlu
dilampirkan dalam SPT Masa.
Bukti Potong PPh 21 Nonpegawai Tetap Bukti potong ini tetap harus dibuat dalam
(Final) hal terdapat pemotongan PPh 21 untuk
nonpegawai tetap (final), namun tidak
perlu dilampirkan dalam SPT Masa.
Bukti Potong PPh 21 Pegawai Tetap Dibuat di masa pajak terakhir (masa pajak
(1721 A1-1721 A2) Desember atau pada masa pajak pegawai
tetap tersebut berhenti bekerja), tidak perlu
dilampirkan dalam pelaporan SPM PPh 21
di masa pajak Desember atau pada masa
pajak pegawai tetap tersebut berhenti
bekerja. Tetapi bukti potong harus
diberikan kepada karyawan.
Contoh : Fernando (memiliki NPWP) bekerja pada PT Asia dan memperoleh gaji
sebulan sebesar Rp.18.000.000. Statusnya kini menikah dan memiliki 2 orang
anak dan menanggung kedua orang tuanya yang sudah tidak bekerja lagi. PT Asia
mengikuti program Jamsostek di mana PT Asia membayar premi asuransi
kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian Rp.150.000 dan Rp.80.000. PT
Asia memberikan tunjangan transportasi Rp.1.000.000 per bulan. Fernando
membayar uang pensiun Rp.50.000 per bulan dan iuran THT 1% dari gaji
sebulan.
11
Berikut perhitungan dan jurnal yang dicatat oleh PT Asia pada tahun 2009
setiap bulannya (dalam Rp):
Gaji/bulan 18.000.000
WP 15.840.000
PPh 21/tahun :
5% x 50.000.000 = 2.500.000
25.132.000
12
Uang yang dibawa pulang oleh Fernando sebesar = gaji bulanan + tunjangan –
(iuran pension + iuran THT yang dibayarkan oleh karyawan sendiri) – PPh 21
bulanan = 18.000.000 + 1.000.000 – 50.000 – 180.000 – 2.094.300 = 16.675.700
Penjurnalan pada saat penyetoran pajak ke Kas Negara dan iuran lainnya
sebagai berikut.
13
Menurut PMK-254/PMK.03/2008 dan PER-31/PJ/2009, pegawai tidak
tetap adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila yang
bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil
pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian suatu jenis hasil pekerjaan yang
diminta oleh pemberi kerja.
Sementara itu, Dasar Pengenaan Pajak adalah Penghasilan Kena Pajak yang
diperoleh dari penghasilan bruto dikurangi dengan pengurang penghasilan bruto.
Bentuk pengurang penghasilan bruto bagi pegawai tidak tetap cukup bervariasi.
Bentuk pengurang tersebut dapat dibedakan berdasarkan cara pembayaran
penghasilan dari pemberi kerja dan besaran penghasilannya.
14
Penghitungan PPh 21 untuk Pegawai Tidak Tetap adalah :
15
Contoh :
Dani (TK/0) pada bulan Januari 2009 bekerja pada PT Kejora, menerima
upah harian sebesar Rp.100.000 per hari. Dani bekerja selama 10 hari.
Dewi (TK/0) pada bulan Maret 2009 bekerja pada PT Bidadari, menerima
upah sebesar Rp.160.000 per hari. Dewi bekerja selama 8 hari.
16
Perhitungan PPh 21 Deni adalah sebagai berikut .
17
Penghasilan kena pajak Rp. 840.000
Pada hari pertama sampai dengan hari ke-13 penghasilan deni masih
memenuhi syarat penggunaan batasan bagian penghasilan yang tidak dikenai
pemotongan PPh 21 sebesar Rp. 150.000 sebulan. Sesuai perhitungan
tersebut, Deni tidak dikenai PPh 21. Tetapi, pada hari ke-14 penghasilan Deni
sudah melewati Rp. 1.320.000 sebulan sehingga wajib dilakukan
penghitungan kembali PPh 21 atas penghasilan Deni. PTKP yang digunakan
adalah PTKP harian sebenernya, yaitu PTKP setahun dibagi dengan 360 hari
dikalikan jumlah hari kerja sebenarnya.
4. Upah borongan
Pada bulan Maret 2009, Gusti mengerjakan renovasi sebuah rumah dengan
upah borongan sebesar Rp 1.800.000. Pekerjaan diselesaikan dalam 2 hari.
5. Upah satuan
18
minggu. Pada bulan april 2009 dalam waktu 1 minggu ( 6 hari kerja ) di
hasilkan 20 unit komputer dengan upah Rp. 1.800.000.
Rudi bekerja sebagai pegawai tidak tetap pada PT Bintang dengan dasar upah
harian yang di bayarkan bulanan. Dalam bulan Januari 2009, rudi bekerja
selama 25 hari kerja dengan upah sehari sebesar Rp. 300.000 rudi belum
menikah dan tidak memiliki tanggungan.
PPh 21 setahun
19
PPh 21 disetorkan paling lambat 10 nulan takwim berikutnya setelah masa
pajak berakhir dan dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan takwim berikutnya
setelah masa pajak berakhir.
Pajak Penghasilan 23
Utang PPh 23 merupakan PPh 23 yang telah dipotong oleh pemotong akan
tetapi belum disetorkan ke Kas Negara pada akhir bulan pemotongan .
Deviden
Menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008, deviden merupakan bagianl laba yang
diperoleh pemegang saham/pemegang polis asuransi /pembagian sisa hasil usaha
koperasi yang diperoleh anggota koperasi . termasuk dalam pengertian deviden
(Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh Tahun 2008) adalah:
1. Pembagian laba, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama
dan dalam bentuk apapun.
2. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang
disetor.
3. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran, termasuk saham
bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham.
4. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran.
5. Jumlah yang melebihi jumlah setoran shamnya yang diterima atau diperoleh
pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang
bersangkutan.
6. Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika
dalam tahun-tahun sebelumnya yang diterima atau diperoleh keuntungan,
20
kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar
yang dilakukan secara sah.
7. Pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima
sebagai penebusan tanda-tada laba tersebut.
8. Bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi.
9. Bagian laba yang dierima oleh pemegang polis.
Contoh:
Pada bulan Maret 2009 PT Wisata melakukan pembayaran dividen tahun 2008
kepada pemliknya, yaitu PT Jaya (20%), pt ancol (30%), PT Pembangunan (40%),
dan sisanya kepada masyarakat umum (orang pribadi). Jumlah seluruh dividen
yang dibayar Rp200.000.000.
PPh 23 yang harus dipotong, disetorkan dan dilaporkan atas:
Dividen ke PT Jaya → 15% x (20% x Rp200.000.000) = Rp6.000.000.000
21
= Rp2.000.000. Bersifat final sebagai tidak dapat dikreditkan pada akhir tahun
pajak.
Bunga
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (4), bunga yang bukan
merpaan objik PPh adalah bunga yang diterima bank karena dimasukkan sebagai
penghasilan bank.
Contoh:
22
Pada bulan April 2009 PT Wisata membayar bunga pinjaman kepada Bank Mama
Rp. 70.000.000 dan kepada PT Sinar ( memiliki NPWP ) sebesar Rp. 40.000.000.
PPh 23 yang harus dipotong, disetorkan dan dilaporkan atas :
Bunga ke Bank Mama → tidak di potong PPh 23 karena bunga yang diterima
Bank bukanlah Objek PPh 23. Sementara itu, bunga ke PT Sinar → dipotong PPh
23 = 15 % x Rp. 40.000.000 = Rp. 6.000.000.
Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan / terutang dengan cara / perhitungan
apapun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak. Khusus untuk royalti dari
hasil karya sinematografi, perlakuan PPh 23 diatur dalam PER – 33 / PJ / 2009 jo.
SE – 58 / PJ / 2009.
Contoh :
23
23 sebesar 15 %. Maka, perusahaan akan mencatat transaksi tersebut zebagai
berikut.
Hadiah yang termasuk sebagai objek pajak PPh 23 adalah hadiah perlombaan,
penghargaan, dan prestasi tertentu, hadiah sehubungan dengan pekerjaan atau
pemberian jasa selain yang telah dipotong PPh 21 ayat (1) huruf e, kecuali hadiah
yang diberikan kepada semua pembeli / konsumen akhir tanpa diundi dan hadiah
yang diterima langsung oleh konsumen akhir pada saat pembelian barang / jasa.
Sewa
Mulai 1 Januari 2009, sewa kendaraan angkutan darat dan sewa harta lainnya
dikenakan PPh 23 sebesar 2 %. Sementara itu, untuk tahun 2007 dan 2008 (PER-
70/PJ/2007), sewa kendaraan angkutan darat dengan persentase penghasilan netto
sebesar 10 % dari penghasilan bruto. Sewa harta lainnya dengan persentase
penghasilan netto sebesar 30 % dari penghasilan bruto. Persewaan tanah dan/atau
bangunan dikecualikan dari PPh 23 karena telah dikenakan PPh Pasal 4 ayat (2).
Contoh :
PT Winnie menyewakan bus kepada PT Pooh untuk jangka waktu 6 bulan dengan
biaya sewa per bulan Rp. 10.000.000 pada 1 mei 2009. Berikut ini adalah jurnal
yang di lakukan oleh kedua perusahaan.
24
PT Winnie
PT Pooh
Imbalan Jasa
Menurut UU PPh nomor 36 Tahun 2008 pasal 23 ayat (1) huruf c, imbalan jasa
yang menjadi ibjek PPh 23 adalah imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan, dan jasa lain yang ditetapkan oleh
Dirjen Pajak, selain yang telah dipotong PPh 21.
PMK – 244 / PMK. 03 / 2008 Imbalan jasa yang menjadi objek pasal 23
ayat (1) huruf c UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 dikenakan PPh sebesar 2% x
penghasilan bruto tidak termasuk PPN.
25
Pajak Penghasilan 26
PPh 26 adalah PPh yang dikenakan atau dipotong atas penghasilan yang
bersumber dari Indonesia yang diterima atau diperoleh WP luar negeri selain
Bentuk Usaha Tetap ( BUT) di Indonesia. Namun, tidak semu pembayaran
kepada WP luar negeri harus dipotong PPh 26, karena harus ada atau
tidaknya. Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan negara
asing.
WP luar negeri adalah:
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidal lebih dari 183(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan da tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menjalan usaha atau kegiatan BUT di
Indonesia.
2. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di
Indonesia tidal lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangkan
waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh
atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
Menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (5) BUT adalah bentuk
usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia. Orang pribadi yang berada di Indonesia tidal lebih dari 183
(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
untuk menjalan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat
berupa:
1. Tempat kedudukan menajemen.
2. Cabang perusahaan.
3. Kantor perwakilan.
4. Gedung kantor.
5. Pabrik.
6. Bengkel.
26
7. Gudang
8. Ruang untuk promosi atau penjulan.
9. Pertambangan dan penggalian sumber alam.
10.Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi.
11.Perikanan, peternakan, petanian, perkebunan, atau kehutanan.
13.Pemberian jasa dalam bentuk apa pun olehpegawai atau oleh orang lain,
sepanjang dilakukan lebih 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan.
14.Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak
bebas.
15.Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau
menanggung resiko di Indonesia. Dan
1. Badan pemerintah.
2. Subjek pajak dalam negeri.
3. Penyelenggara kegiatan.
4. BUT atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya.
1. 20% (dua puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto yng diterima atau
diperoleh WP luar negeri berupa:
a. Dividen
b. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan
dengan jaminan pengembalian utang
27
c. Royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta
d. Penghasilan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun
f. Pensiun dan pembayaran berkala lainnya
g. Premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya
h. Keuntungan karena pembebasan utang
2. 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto atas penghasilan
WP luar negri berupa:
3. 20% (dua puluh persen) dari Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi
pajak dari suatu BUT di Indonesia, kecuali penghasilan tersebut ditanamkan
kembali di Indonesia
28
Pada prinsipnya, pemotongan pajak atas WP luar negeri adalah bersifat final,
tetapi atas penghasilan WP orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah
status menjadi WP dalam negeri atau BUT, pemotongan pajaknya tidak
bersifat final, sehingga pemotongan pajak tersebut dapat dikreditkan dalam
Surat Pemberitahuan Tahunan PPh.
Saat terutang, cara pemotongan, penyetoran, dan SPT Masa PPh 26:
29
c. Tidak melakukan pengalihan atas penanaman kembali tersebut paling
sedikit dalam jangka waktu 2(dua) tahun sesudah perubahan tempat
penanaman dilakukan, berproduksi komersil
2. Badan-badan internasional yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Contoh:
30
Kas/Bank
31
Berdasarkan ketentuan ini maka untuk menghitung PPh yang
terutang atas penghasilan Thung Siu Lin untuk masa Januari sampai
dengan Agustus 2009, adalah PPh 26 yang telah dipotong dan disetor PT
Bobo atas penghasilan Thung Siu Lin sampai dengan Maret tersebut dapat
dikreditkan terhadap pajak Thung Siu Lin sebagai WP dalam negeri.
PPN keluaran adalah PPn terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, atau
ekspor Barang Kena Pajak. Tarif PPN umumnya adalah 10%, tetapi dengan
peraturan pemerintah dapat diubah serendah-rendahnya 5% dan setinggi-
tingginya 15%, sedangkan tarif PPN atas ekspor Barang Kena Pajak adalah
0%. Untuk mencatat jumlah pajak dalam praktiknya sering digunakan
pendekatan neto-neto, dimana baik dalam jumlah pembelian maupun
penjualan tidak termasuk PPn.
Contoh:
32
Tanggal Keterangan Debit Kredit
12 - Jan – 09 Pembelian 8.000.000
PPN Masukan 800.000
Kas/Bank 8.800.000
15 – Jan – 09 Kas/Bank 11.000.000
Penjualan 10.000.000
PPN Keluaran 1.000.000
Pada saat PPN Keluaran 1.000.000
penyetoran PPN PPN Masukan 800.000
PPN yang 200.000
masih
harus di bayar 200.000
PPN yang masih
harus dibayar 200.000
Kas/Bank
33
Terutangnya deviden akan menimbulkan kewajiban pemotongan
PPh 23 sebesar 15% dari jumlah bruto apabila penerima deviden adalah
WP dalam negeri dan BUT, dan sebesar 20% atau sesuai dengan
ketentuan Tax Treaty dari jumlah bruto apabila penerima deviden
adalah WP luar negeri selain BUT di Indonesia. Sementara itu, untuk
WP dalam negeri orang pribadi dikenakan potongan PPh Pasal 17 ayat
(2c) sebesar 10%. Akan tetapi, deviden atau bagian laba yang diterima
atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP dalam negeri, koperasi,
dan BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
Contoh:
34
(mencatat pembayaran deviden)
35
Jika kepemilikan saham PT Yolan lebih besar atau sama dengan 25% maka
atas deviden tersebut tidak dikenakan PPh 23. Pelunasan PPh 23 dilakukan
paling lambat tanggal 10 bulan takwin berikutnya setelah bulan takwim
berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.
Utang wesel merupakan suatu surat utang yang disertai dengan dokumen
perjanjian. Utang wesel ini dapat muncul akibat utang usaha yang tidak
dibayar pada jatuh tempo sehingga muncul perjanjian atau kesepakatan
maupun dikeluarkan untuk mendapatkan pinjaman. Wesel harus selalu
dicatat sebesar nominalnya dan apabila terdapat bunga (diskonto) harus
dicatat terpisah.
Contoh :
Pada tanggal 5 Mei 2007 PT Dolly meminjam uang dari bank dengan
menyerahkan promes dengan nominal Rp. 8.000.000, bunga diskonto 15%
dan jangka waktu 12 bulan, berikut pencatatannya :
36
bukanlah termasuk penghasilan yang harus dipotong PPh 23 oleh pihak
yang wajib membayarkan.
Kewajiban jangka panjang adalah utang yang jatuh temponya lebih dari satu
tahun buku dan sumber pembiayaannya tidak diambil dari aset lancar.
Kewajiban jangka panjang mencakup utang obligasi dan utang hipotek.
37
(discount). Agio terjadi apabila surat obligasi dijual dengan harga diatas
nominal. Disagio terjadi apabila surat obligasi dijual dengan harga
dibawah nilai nominal. Agio ataupun disagio terjadi karena perbedaan
suku bunga pasar dengan suku bunga yang terdapat dalam obligasi.
Apabila suku bunga pasar lebih tinggi daripada suku bunga yang
terdapat dikontrak obligasi, maka obligasi menjadi tidak menarik dan
dijual dengan harga diskon, tetapi apabila suku bunga lebih rendah dari
suku bunga kontrak obligasi, maka obligasi menjadi lebih menarik
sehingga dapat dijual dengan harga diatas nominal obligasi. Agio dan
disagio merupakan penyesuaian terhadap tarif bunga nominal; agio
mengurangi biaya bunga dan disagio menambah biaya bunga sehingga
perlu dilakukan amortisasi tahunaan atas jumlah agio atau disagio
tersebut. Terdapat 2 alternatif amortisasi, yaitu dengan garis lurus dan
bunga efektif.
38
dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan obligasi.
39
2) Perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara
dan/atau pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima penjual
obligasi pada saat transaksi.
Contoh :
1. PT Kaya menjual obligasi nilai nominal Rp. 300.000.000 dengan bunga 20%
per tahun kepada PT Raya seharga Rp. 320.000.000. Obligasi ini tidak
diperdagangkan di bursa efek.
PPh atas premium obligasi sebesar Rp. 20.000.000 terutang PPh Pasal 4
Ayat 2 sebesar 15% x Rp. 20.000.000 = Rp. 3.000.000.
40
Tanggal Keterangan Debit Kredit
Saat obligasi Obligasi 300.000.000
diterbitkan Bunga dibayar di muka 20.000.000
Utang PPh Pasal 4 Ayat (2) 3.000.000
Kas/Bank 317.000.000
41
Tanggal Keterangan Debit Kredit
31-Des-09 Beban Bunga 360.000(*)
Utang PPh Pasal 4 Ayat (2) 54.000
Utang bunga 306.000
(12% x 12.000.000 x 3/12)
(mencatat penyesuaian bunga)
42
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
43
DAFTAR PUSTAKA
http://lennyjufniyan.blogspot.co.id/
http://yenni-effendi.blogspot.co.id/2016/05/malah-kewajiban-teori-akuntansi.html
Agoes, Sukirno dan Trisnawati Estralita. 2010. Akuntansi Perpajakan. Jakarta:
Salemba Empat
Waluyo. 2014. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat
44