Anda di halaman 1dari 2

5.

Pada saat masa reformasi terjadi pelemahan implementasi nilai pancasila terlihat dari
proses indoktrinasi yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru melalui pelaksanaan P4
(Pedoman Penghayatan Dan Pengamalan Pancasila) yang digunakan hanya sebagai control
terhadap masyarakat untuk mengamankan kekuasaan, berlanjut dengan pelaksanaan asas
tunggal pada era 80-an bagi seluruh organisasi politik. Hal ini sangat jauh bertentangan
dengan sifat Pancasila sebagai Ideologi yang terbuka yang bersifat dinamis (tanpa kehilangan
nilai-nilainya) dan menghargai serta melindungi kemajemukan (Bhineka Tunggal Ika).

Pada era reformasi, pancasila kehilangan ruh nya dan kehilangan nilai-nilai esensial yang ada
didalam pancasila tersebut. Hal ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu
pada saat Orde Baru, dimana Pancasila dijadikan alat kekuasaan oleh rezim yang berkuasa
untuk mengontrol masyrakat dan seluruh aktifitas organisasi politik yang ada. Bahwa
pemahaman yang begitu simplistic terhadap pancasila, dan menjadikan pancsila sebagai alat
untuk mempertahankan kekuasaan telah menggeser jauh arti dari nilai-nilai pancsila yang
terkandung didalam 5 sila tersebut. Secara psikologis ada traumatis masyarakat yang
diwariskan oleh rezim orde baru dan kontstelasi politik nasional dengan munculnya proses
reformasi serta liberalisasi politik yang telah mengakibatkan Pancasila semakin tersudut.

Proses perumusan Pancasila yang ditempuh baik melalui sidang I BPUPKI pada tanggal 29
Mei sampai dengan 1 Juni 1945, sidang II BPUPKI pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli
1945 maupun Panitia Sembilan pada tanggal 22 Juni 1945 yang menghasilkan Piagam
Jakarta, merupakan sebuah proses yang panjang dalam usaha meletakkan dasar dan Ideologi
Indonesia. Hasil keputusan Piagam Jakarta merupakan peristiwa sejarah yang mengilhami
berlakunya sila pertama dari Pancasila saat ini. Perubahan sila I dari ”Ketuhanan dengan
menjalankan syariat bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi ”Ketuhanan Yang Maha
Esa” sebagaimana telah disahkan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Dasar Negara
adalah bukti bahwa ada usaha dari para pendiri bangsa untuk mendirikan suatu negara yang
bukan berdasarkan atas agama (Islam) melainkan sebuah negara yang didiami oleh orang-
orang yang beragama.

Atas dasar tersebut maka seharusnya tidak pantas jika ada usaha-usaha untuk mereduksi nilai-
nilai pancasila tersebut dengan ideology yang bersifat sectarian maupun tindakan-tindakan
radikalisme seperti yang muncul dewasa ini. Secara obyektif, bahwa hal ini adalah salah satu
tantangan Pancasila yang nyata di hadapan kita. Harus ada pemahaman secara komprehensif
bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, yakni nilai keTuhanan, nilai
Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Kerakyatan dan nilai Keadilan adalah cerminan dari
karakter dan identitas bangsa Indonesia yang santun, berbudi luhur dan memiliki semangat
kebersamaan dan patriotisme yang tinggi. Pemahaman yang kurang terhadap pancasila
sebagai karakter dan jati diri bangsa inilah yang kemudian menjadi sumber keterpurukan baik
secara social, ekonomi, budaya dan politik yang ada di Indonesia saat ini.

Dan juga penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-
ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru.
Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan
politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih
banyak di pegang oleh para penguasa. anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga
sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme).
Terjadinya ketegangan politik menjelang pemilihan umum tahun 1997 telah memicu
munculnya kerusuhan baru yaitu konflik antar agama dan etnik yang berbeda. Ketika nilai
tukar rupiah semakin melemah, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0% dan
berakibat pada iklim bisnis yang semakin bertambah lesu. Kondisi moneter Indonesia
mengalami keterpurukan yaitu dengan dilikuidasainya sejumlah bank pada akhir tahun 1997..
Sementara itu, pengaturan perekonomian pada masa pemerintahan Orde Baru sudah jauh
menyimpang dari sistem perekonomian Pancasila. Dalam Pasal 33 UUD 1945 tercantum
bahwa dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah
pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Sebaliknya, sistem ekonomi yang
berkembang pada masa pemerintahan Orde Baru adalah sistem ekonomi kapitalis yang
dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli, oligopoly, dan diwarnai
dengan korupsi dan kolusi. Demontrasi di lakukan oleh para mahasiswa bertambah gencar
setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal
4 Mei 1998. Puncak aksi para mahasiswa terjadi tanggal 12 Mei 1998 di Universitas Trisakti
Jakarta. Aksi mahasiswa yang semula damai itu berubah menjadi aksi kekerasan setelah
tertembaknya empat orang mahasiswa Trisakti yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto,
Hendriawan Lesmana, dan Hafidhin Royan.

https://student.unud.ac.id/1406205003/news/5912

Anda mungkin juga menyukai