Anda di halaman 1dari 4

P-04 AULIA IRFAN MUFTI

Kajian Teori Regulasi Terhadap Penerbitan PSAK 70


Argumentasi tentang pengaturan pelaporan keuangan (standar akuntansi keuangan)
membuat kita mempertimbangkan alasan kita mengatur, siapa yang diuntungkan dan siapa yang
akan menanggung biayanya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang
bagus untuk memahami bagaimana proses regulasi itu sendiri. Karena pengaturan atau regulasi
itu merupakan masalah publik, seharusnya manfaat nya juga dirasakan oleh kepentingan publik
dan manfaat itu melebihi biaya yang dikeluarkan. Meskipun begitu kita tidak dapat
mengkesampingkan fakta bahwa ada beberapa golongan individual yang mendapatkan
manfaatnya secara langsung, tetapi ada juga yang tidak dan justru menanggung biaya. Analisis
terhadap konsekuensi ekonomi dari sebuah pengaturan membantu kita untuk menilai manfaat
dan biaya secara adil.
PSAK 70 adalah sama seperti dengan PSAK lainnya, diterbitkan untuk memberikan
panduan yang sekiranya akan bermanfaat bagi kepentingan publik. Meskipun kemunculannya
yang bersifat insidental, tetap saja sungguh menarik untuk membahas kenapa PSAK 70 ini
diterbitkan dalam kajian teori regulasi. Berikut adalah kajian teori regulasi tentang alasan
diterbitkannya PSAK 70.

1. Teori Kepentingan Publik (Public Interest Theory)


Menurut teori ini, pemerintah melakukan intervensi pengaturan karena adanya kegagalan
pasar dalam menciptakan manfaat bagi kepentingan publik. Intinya mekanisme sebelumnya telah
dilakukan dan ternyata gagal sehingga pemerintah harus bergegas dan bergabung untuk
melindungi kepentingan orang banyak. Biasanya teori ini diterapkan ketika terdapat kejadian luar
biasa yang dapat mengganggu stabilitas nasional, contoh Intervensi Pemerintah Amerika Serikat
ketika terjadi skandal akuntansi besar-besaran yang dilakukan oleh Enron sehingga pemerintah
terpaksa mengeluarkan Sarbanes Oxley.
Untuk mengkaji alasan penerbitan PSAK 70 dengan teori ini maka mari kita pahami
apakah situasi-situasi yang ada pada saat penerbitan PSAK 70 ini sesuai dengan asumsi dasar
yang dipakai dalam teori ini.
a. Pemerintah tidak memiliki posisi yang independen dalam pengembangan SAK.
Apabila kita menilik lagi dengan cermat, maka kita akan memahami bahwa PSAK 70 terbit
sebagai reaksi atas diterbitkannya UU Nomor 11 tentang Pengampunan Pajak. Meskipun UU
tersebut tidak mengatur bagaimana perlakuan akuntansinya, namun tetap saja pemerintah
jelas memiliki motif dan kepentingan tersendiri terhadap pengaturan akuntansi tersebut.
Pemerintah melalui DJP tentunya memiliki harapan agar pengaturan akuntansi secara
terpisah itu akan memudahkan DJP dalam melakukan pengawasan terhadap aset
pengampunan pajak (karena apabila aset repatriasi, dalam jangka waktu tertentu harus
berada di Indonesia).
b. Adanya agen yang memiliki kepentingan
Kita dapat memahami bahwa jelas dalam penerbitan PSAK 70 terdapat beberapa profesi
terkait yang jelas memiliki kepentingan terhadap pengaturan ini. Misalnya saja profesi penilai
ataupun akuntan publik. Mereka tentunya juga memiliki tameng yang dapat digunakan
mereka terkait dengan penerbitan PSAK 70 ini misalnya : “Masyarakat itu beragam-ragam
kemampuannya, ada yang memiliki modal kuat, mungkin bisa saja melakukan revaluasi aset.
Tetapi bisa saja ada wajib pajak yang biasa-biasa saja dengan modal terbatas ikut
pengampunan pajak, tentunya revaluasi aset akan justru merongrong kantong mereka. Kita
harus memberikan opsi untuk mereka juga agar pengaturan ini adil.” Dengan argumentasi
seperti itu, sebenarnya profesi-profesi tersebut juga memiliki kepentingan di dalamnya, akan
tetapi profesi tentunya akan berdalih bahwa itu semua demi kepentingan public.
c. Keterwakilan konsumen sudah diwakilkan oleh Pemerintah
Maksudnya adalah kebijakan-kebijakan pemerintah seharusnya sudah merupakan hasil dari
lobi politik oleh konsumen sehingga kebijakan-kebijakan yang ada hanya merupakan sebagai
P-04 AULIA IRFAN MUFTI

sebuah komoditas yang dibeli sama mereka. Apabila kita menilik sejarah penerbitan UU
tentang Pengampunan Pajak maka kita akan mengetahui bahwa otoritas perdagangan sendiri
telah melakukan lobi kepada pemerintah terkait akan hal ini. Dengan mengatasnamakan
kebutuhan akan penerimaan pajak yang selalu gagal mencapai target, para konsumen ini
berusaha untuk mengarahkan kebijakan-kebijakan pemerintah ini.

Berdasarkan kajian asumsi-asumsi dasar dari Public Interest Theory terhadap alasan
penerbitan PSAK 70, kita dapat mengetahui bahwa pada dasarnnya Penerbitan PSAK 70 sendiri
memenuhi asumsi dasar dari Public Interest Theory. Akan tetapi, hal yang perlu digaris bawahi
adalah bahwa penerbitan PSAK 70 ini diterbitkan oleh DSAK IAI, sebuah badan profesi non
pemerintah. Dengan demikian, sebenarnya Pemerintah tidak terlibat secara langsung untuk
mengintervensi karena dalam UU Nomor 11 Tahun 2016 pun memang tidak mengatur perlakuan
akuntansi yang timbul dari Pengampunan Pajak. Latar belakang PSAK 70 sendiri sebenarnya
bukan karena adanya suatu kegagalan pasar yang terjadi di Indonesia sehingga dikhawatirkan
bakal merugikan kepentingan orang banyak, justru kalau mau dikaji lebih dalam lagi merupakan
bentuk kegagalan pemerintah dalam melaksanakan fungsi dan wewenangnya dalam hal
pengawasan perpajakan.

2. Regulatory Capture Theory


Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dengan teori sebelumnya, yaitu agar
kepentingan publik tetap terjaga. Akan tetapi perbedaannya pada teori ini pihak-pihak yang diatur
(akuntan) menggantikan peran pemerintah dalam menerbitkan suatu aturan. Situasi ini sama
seperti dengan yang terjadi pada penerbitan PSAK 70. Pada saat pemerintah mengeluarakan UU
Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak, pemerintah tidak membuat pengaturan
akuntansi atas Pengampunan Pajak. Profesi akuntan tentunya merasa bahwa apabila perlakuan
akuntansi terhadap aset dan liabilitas Pengampunan Pajak yang timbul tidak diatur maka akan
mengakibatkan ketidak-adilan dalam penerapan SAK yang berlaku. Karena PSAK 25 cenderung
merepotkan, tidak praktis dan membutuhkan banyak biaya. Di lain sisi, akuntan tentu berpikir
bagaimana caranya agar mereka tetap dapat dipercaya oleh publik terkait dengan pengampunan
pajak ini. Dengan opsi yang ditawarkan dengan PSAK 70, maka pada dasarnya mereka telah
membuat semakin banyak area konsultasi yang bisa dimanfaatkan oleh profesi akuntan ataupun
profesi keuangan lainnya.
Untuk mengkajinya maka kita dapat menganalisis apakah 4 (empat) peristiwa ini terjadi
pada saat penerbitan PSAK 70.
a. Profesi mengatur regulasi dan badan pengatur
DSAK IAI merupakan bagian dari IAI yang terdiri atas para professional akuntansi baik di
sektor pemerintah ataupun privat. Sehingga jelas bahwa profesi akuntansi mengatur regulasi
(SAK) dan menguasai badan pengatur (IAI).
b. Sukses dalam mengatur aktivitas badan pengatur sehingga motif individual tetap tercapai
Dengan melihat IAI sendiri, tentunya kegiatan-kegiatan akuntan telah diatur sedemikian
rupa agar tujuan profesi tetap tercapai. Sebagai contoh sederhana adalah PSAK. PSAK itu sendiri
dibuat dan disusun dalam bahasa yang cukup rumit. Dengan kerumitan tersebut masyarakat
umum akan kesulitan memahami apa maksudnya, oleh karena itu masyarakat akan berkonsultasi
dengan profesi akuntansi untuk dapat memahami PSAK apabila itu memang relevan.
c. Menetralisir Dengan Menata Organisasi
Tentunya ini sangat jelas terjadi di IAI.
d. Berhasil menyamakan persepsi dengan pemerintah
Terdapat kemungkinan argumentasi yang dapat digunakan akuntan untuk meyakinkan
pemerintah dalam menerbitkan PSAK 70 ini. Misalnya begini : Dengan menggunakan opsi pada
PSAK 70 ini maka akan memudahkan auditor pajak untuk memastikan apakah aset
pengampunan pajak masih berada di Indonesia atau sudah dialihkan kembali ke luar negeri atau
P-04 AULIA IRFAN MUFTI

dijual. Karena apabila wajib pajak memilih opsi untuk patuh pada paragraph 7 PSAK 70, maka
Wajib Pajak harus menyajikan secara terpisah dan menggunakan biaya sesuai yang tercantum
pada Surat Keterangan.
Berdasarkan pemahaman tersebut terlihat jelas bahwa sebenarnya dalam proses
penerbitan PSAK 70 banyak sekali terjadi proses politik dan berbagai kepentingan pun saling
bertemu di sana

3. Private Interest Theory


Pada teori ini, sektor privat sudah mulai masuk ke dalam badan regulasi (dalam hal ini
adalah DSAK IAI). Dengan demikian, para wakil dari masing-masing entitas akan berusaha untuk
berkompetisi dalam memberikan pengaruh terhadap penerbitan PSAK 70. Untuk itu kita dapat
melihat apakah DSAK IAI memang terdiri dari para korporat atau bahkan tidak ada perwakilan
korporatnya.
Ternyata berdasarkan hasil penelusuran diketahui bahwa DSAK IAI sendiri memiliki
susunan sebagai berikut : 4 (empat) akuntan publik, 2 (dua) perwakilan OJK, 2 (dua) perwakilan
korporasi, dan 1 (satu) akademisi. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh
korporasi tidak terlalu signifikan dalam penerbitan PSAK 70.

KESIMPULAN
Berdasarkan kajian atas teori regulasi yang ada maka dapat diambil kesimpulan bahwa
Regulatory Capture Theory lah yang paling tepat untuk menggambarkan alasan terbitnya PSAK
70 yaitu :
PSAK 70 terbit pada dasarnya berbasis terhadap kepentingan publik yang diselubungi
dengan adanya kepentingan profesi
DSAK IAI dalam Dasar Kesimpulan 01-03 PSAK 70 menjelaskan alasan PSAK 70 itu terbit
karena DSAK IAI bertujuan untuk mendukung program pemerintah melalui peningkatan
penerimaan pajak serta sebagai bentuk tanggung jawab yang telah diamanahkan kepada DSAK
IAI sebagai badan penyusun standar akuntansi. Akan tetapi PSAK 70 juga memberikan opsi bagi
profesi untuk memperluas area pekerjaan mereka juga, terutama terkait dengan pengukuran,
penyajian dan audit. Profesi akuntan meyakinkan pemerintah (DJP) sendiri tentunya dengan
hadirnya PSAK 70 akan memberikan kemudahan dalam melakukan audit atas aset
pengampunan pajak tersebut karena dengan adanya pengaturan PSAK 70, Wajib Pajak jadi
memiliki opsi untuk menyajikan secara terpisah dalam Laporan Posisi Keuangan. Selain itu
pengukuran yang menggunakan nilai tercatat dalam Surat Keterangan cenderung berada di
bawah nilai pasar jauh (karena berkaitan dengan besaran nilai uang tebusan) sehingga nantinya
akan dimungkinkan munculnya pemeriksaan yang akan menambah pajak terutang yang harus
dibayar di kemudian hari melalui pembuktian auditor pajak.
Sebagaimana kita ketahui bahwa komposisi Akuntan Publik sangat dominan dan
menguasai DSAK IAI. Dengan demikian akuntan yang seharusnya mengikuti aturan dalam PSAK
70, tentunya pasti turut mempromosikan kepentingan atau intensi pribadinya terkait dengan
penerbitan PSAK 70 ini. Kita dapat melihat pengaturan-pengaturan yang ada pada PSAK 70
memang sebenarnya bertujuan untuk memberikan manfaat kepada kepentingan publik, misalnya
opsi penggunaan nilai perolehan apabila patuh pada paragraph 07 PSAK 70 sesuai dengan Surat
Keterangan atau penggunaan nilai revaluasi apabila patuh pada PSAK 25. Dengan demikian kita
dapat memahami bahwa untuk satu pokok pembahasan saja (Pengukuran) diketahui terdapat 2
(dua) cara mengukur yang berbeda. Ini merupakan kesempatan bagi profesi akuntan untuk
masuk dan berbisnis sehingga baik dengan menggunakan PSAK 25 ataupun PSAK 70, profesi
akuntan justru berhasil memperluas area pekerjaan mereka sendiri yang tentunya akan
bermanfaat juga bagi mereka.
Dengan demikian apabila kita simpulkan, maka kita akan mampu menjawab bahwa yang paling
diuntungkan dengan penerbitan PSAK 70 adalah profesi akuntan, dan alasan kita mengatur
P-04 AULIA IRFAN MUFTI

untuk kepentingan publik dan kepentingan profesi, dan siapa yang menanggung biayanya
masyarakat atau dalam

Anda mungkin juga menyukai