Anda di halaman 1dari 18

a.

Teori Investasi Internasional

• Teori keunggulan monopolitistik (Stephen Hymer 1960) investasi langsung LN dilakukan

oleh perusahaan dalam industri oligopolistik memiliki keunggulan teknis dan keunggulan lain

atas perusahaan pribumi

• Ketidaksempurnaan pasar produk dan faktor produksi (Caves): pengetahuan unggul

memungkinkan perusahaan yang melakukan Investasi memproduksi suatu produk yang

disukai konsumen sama dgn buatan local; dgn demikian perusahaan dapat mengendalikan

harga jual dan keunggulan atas perusahaan pribumi

• Investasi silang ; investasi langsung luar negeri oleh perusahaan oligopoly di negara asal

masing-masing sebagai tindakan pertahanan.

• IPLC The follow-the-leader-theory(Knickerboxer):Jika suatu perusahaan yang

memimpin/memulai masuk pasar dalam pasar oligopolistik,maka perusahaan lain akan

mengikuti

• Teori Internalisasi ; perluasan teori pasar tidak sempurna: untuk memperoleh laba yang lebih

tinggi atas investasinya, sebuah perusahaan akan mentransfer pengetahuan unggulnya

kecabang diluar negeri daripada menjualnya di pasar terbuka

• Teori eklektik produksi (Dunning) : bagi perusahaan yang akan berinvestasi di luar negeri

harus mempunyai tiga jenis keunggulan: kekhasan pemilikan, internalisasi dan kekhasan

lokasi.

Perdagangan Internasional dan Penanaman Modal Asing (Foreign Investment)


• Perdagangan Internasional( Expor-Impor)

• Penanaman Modal Asing adalah ikatan atau komitmen modal yang diinvestasikan di luar negeri

dengan mengharapkan keuntungan.

Investasi internasional dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a) Investasi Portofolio

Adalah Pembelian Saham dan Obligasi untuk memperoleh laba atas dana yang

diinvestasikan. Pembelian saham-saham biasa dilakukan di bursa saham dunia. Dimana

Investor baik individu maupun organisasi dapat langsung membeli saham-saham perusahaan

internasional atau perusahaan yang sudah menjual sahamnya di pasar saham. Investor tidak

berkaitan secara langsung dengan pengendalian perusahaan, tapi mereka menanamkan jumlah

yang sangat besar dalam saham dan obligasi dari negara-negara lain.

b) Investasi Langsung Luar Negeri (Foreign Direct Investment – FDI)

Yaitu Pembelian saham yang cukup dalam sebuah perusahaan untuk memperoleh kontrol

manajemen yang signifikan. Investasi langsung di luar negeri (foreign direct investment –

FDI) mengikuti perdagangan di luar negeri. Hal ini dikarenakan perdagangan luar negeri

lebih rendah dari sisi biaya dan risikonya.

Alasan para investor mengambilalih perusahaan-perusahaan yang sudah berjalan karena:

- Restrukturisasi perusahaan di negara menyebabkan manajemen memakai unit-unit

pasar baik yang tidak memenuhi standar keuntungan manajemen maupun yang

dianggap tidak berhubungan dengan bisnis utama perusahaan.

- Perusahaan Luar negeri ingin memperoleh akses yang cepat di negara ini untuk

teknologi maju

- Manajemen perusahaan asing merasa bahwa memasuki pasar Amerika yang besar dan

makmur akan lebih berhasil apabila mereka mencari nama-nama merk yang terkenal
Teori investasi internasional

a) Teori Keunggulan Kepemilikan

Mengatakan bahwa suatu perusahaan yang memiliki aset bernilai yang menciptakan

keunggulan bersaing dalam negeri dapat menggunakan itu untuk menerobos pasar luar negeri

melalui FDI

b) Teori Internasionalisasi

Mengatakan bahwa FDI akan lebih mungkin terjadi artinya produksi internasional akan

terinternalisasi (digabungkan) dalam perusahaan tersebut apabila biaya negosiasi,

pemantauan dan pelakasanaan suatu kontrak dengan perusahaan kedua ternyata tinggi.

c) Teori Gabungan Dunning

Adalah memadukan keunggulan kepemilikan, keunggulan lokasi dan keunggulan

internalisasi untuk membentuk suatu teori tentang FDI.

Faktor-faktor yang mempengaruhi FDI

Beberapa faktor yang mempengaruhi FDI diantaranya:

a) Faktor penawaran meliputi:

- Biaya produksi

- Logistik

- Ketersediaan sumber daya

- Akses ke teknologi

b) Faktor Permintaan meliputi:

- Akses pelanggan

- Keunggulan pemasaran

- Pemanfaatan keunggulan bersaing

- Mobilitas pelanggan

c) Faktor politik meliputi :


- Penghindaran hambatan perdagangan Insentif pembangunan ekonomi

12.1 Deskripsi

Investasi internasional mengandung arti adanya kemungkinan investor untuk melakukan

investasi pada berbagai jenis asset atau sekuritas pada berbagai negara sekaligus. Investasi

internasional dikenal pula dengan istilah diversifi kasi internasional, karena pada

kenyataannya investasi internasional dengan melakukan diversifi kasi pada berbagai jenis

asset di berbagai negara.

Dengan melakukan diversifi kasi internasional, investor bisa berharap memperoleh kombinasi

risiko dan return yang lebih baik (tingkat return yang lebih tinggi dan manfaat pengurangan

risiko yang lebih besar) dibandingkan bila hanya berinvestasi pada pasar dalam negeri atau

lokal saja. Dalam jangka panjang kontribusi return melalui diversifi kasi internasional yang

diperoleh investor akan lebih tinggi, dibanding investasi yang hanya dilakukan pada pasar

modal lokal saja. Dari hasil penelitian Tandelilin (1998), tentang manfaat diversifi kasi

internasional pada delapan pasar modal sedang berkembang di Asia Tenggara ditinjau dari

sudut pandang investor Indonesia dan investor Filipina, menemukan bahwa manfaat diversifi

kasi internasional bisa diperoleh jika ditinjau dari sudut pandang investor Indonesia maupun

investor Filipina. Jika dibandingkan manfaat diversifi kasi internasional akan lebih besar,

ditinjau dari perspektif investor Indonesia dibanding sudut pandang investor Filipina.

Motif investor melakukan investasi internasional dipengaruhi oleh beberapa motif umum

antara lain:

1) Kondisi perekonomian; perusahaan-perusahaan di Negara tertentu biasanya mempunyai

kinerja lebih baik dan menguntungkan.

2) Harapan terhadap pergerakan kurs valas; kebanyakan investor membeli surat-surat

berharga dalam mata uang yang nilainya diharapkan mengalami apresiasi terhadap mata uang
Negara si investor. Dari perspektif investor asing, kinerja investasi semacam ini amat

tergantung dari pergerakan nilai mata uang.

3) Diversifi kasi internasional; investor besar kemungkinan memperoleh manfaat dari

diversifi kasi kekayaan portofolionya secara internasional. Bukti empiris menunjukkan bahwa

pengurangan risiko dalam jumlah yang substansial dapat terjadi akibat diversifi kasi

internasional. Manfaat berupa pengurangan risiko dapat dij elaskan dengan perbedaan kondisi

ekonomi antar Negara, sehingga seluruh portofolio seorang investor tidak hanya semata-mata

tergantung pada kondisi perekonomian suatu Negara. Selain itu akses terhadap pasar luar

negeri juga memungkinkan investor untuk menanam modal pada lebih banyak kelompok

industri yang mungkin tidak tersedia banyak di dalam negeri.

12.2 Return dan Risiko dari Investasi Asing

Dalam investasi internasional pada sekuritas asing, investor akan dihadapkan pada dua hal

penting yaitu:

12.2.1 Return

Return investasi asing disini dapat diartikan bahwa investor berharap menerima arus tunai di

masa depan dari sekuritas asing. Pada umumnya, return total yang bisa diperoleh dari

investasi secara internasional akan terdiri dari tiga komponen, yaitu: pendapatan dividen,

capital gain (loss), dan keuntungan (kerugian) nilai tukar mata uang (currency gain/losses).

Untuk mengukur tingkat return investasi internasional pada dasarnya dipengaruhi oleh

tingkat return asset pada pasar dimana asset tersebut berada (foreign country) dan perubahan

tingkat nilai tukar mata uang (exchange rate) antara mata uang dimana asset tersebut

diperdagangkan dengan mata uang domestik. Sehingga return investasi internasional, sama

dengan return domestic ditambah return mata uang asing ditambah perkalian antara return

domestic dengan return mata uang asing. Persamaan return investasi internasional

dapat dirumuskan sebagai berikut:


Dimana:

rfi = Return investasi internasional;

rd = Return domestik;

rc = Return mata uang asing (perubahan nilai tukar mata uang asing).

Contoh kasus mengukur tingkat return Investasi Internasional:

Misalnya seorang investor Indonesia ingin melakukan diversifi kasi internasional dengan

berinvestasi pada saham di Amerika, dengan harga awal (P0) sebesar $4 dan harga berikutnya

pada saat t sebesar $4.5. Jika misalnya saham tersebut membayarkan dividen sebesar $0.5,

dan mata uang dollar misalnya pada saat t terapresiasi sebesar 10%, berapakah return dari

sudut pandang investor Indonesia?

Perhitungan tingkat return Investasi Internasional untuk kasus diatas:

rfi = rd + rc + rd rc

rd = (P1 – P0) / P0); P1 = deviden saham + harga akhir saham;

P0 = harga awal saham

P1 = 0,5 + 4,5 = 5

P0 = 4

rd = (5 – 4) / 4) = 0,25

rc = (X1 – X0) / X0); X1 = nilai tukar (kurs) valas akhir; X0 = nilai tukar (kurs) valas awal

rc = 0,1

jika diketahui nilai rd sebesar 0,25 dan nilai rc sebesar 0,1 maka nilai rfi = 0,25 + 0,1 + (0,25

x 0,1) = 0,35 + 0,025 = 0,375 = 37,5% sehingga dari kasus tersebut diatas, return dari sudut

pandang investor Indonesia adalah sebesar 37,5%.

12.2.2 Risiko
Risiko investasi asing berhubungan dengan semua risiko investasi sekuritas domestik dan

risiko tambahan (risiko politis dan risiko nilai tukar). Risiko politis ( political risk) adalah

ketidakpastian kemampuan investor mengkonversikan aliran kas hasil investasi internasional

ke dalam mata uang domestik. Risiko politis antara lain disebabkan oleh ketidakpastian suhu

politik di suatu negara, peraturan yang selalu berubah-ubah, kebij akan pajak yang terlalu

memberatkan, membatasi atau melarang penukaran dari satu mata uang ke mata uang

lainnya. Risiko nilai tukar (exchange/currency risk) yaitu ketidakpastian mengenai tingkat

tukar mata uang asing ke mata uang domestik investor di masa depan. Jelasnya risiko ini

disebabkan seorang investor yang memperoleh aliran kas dalam bentuk mata uang asing tidak

bisa ditukarkan atau nilai tukarnya berubah dan merugikan investor setelah dikonversi ke

dalam mata uang domestik. Sampai batas tertentu risiko nilai tukar dapat dikurangi dengan

melakukan hedging di pasar forward untuk mata uang asing.

Untuk mengukur tingkat risiko investasi internasional dapat dengan menghitung standard

deviasinya. Pada dasarnya tingkat risiko investasi internasional dipengaruhi oleh tingkat

risiko asset pada pasar dimana asset tersebut berada dan perubahan tingkat nilai tukar mata

uang antara mata uang dimana asset tersebut diperdagangkan dengan mata uang domestik.

Secara langsung tingkat risiko investasi internasional, ditunjukkan dengan standard deviasi

untuk risiko domestik dengan risiko mata uang asing. Perhitungan standard deviasi untuk

investasi internasional dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana:

fi = Standard deviasi investasi internasional;

d

2 = Varian (kuadrat dari standard deviasi) domestik (foreign currency return);


c

2 = Varian perubahan nilai tukar mata uang (exchange rate);

dc = Korelasi antara foreign currency return dengan exchange rate.

Contoh kasus mengukur tingkat risiko Investasi Internasional:

Diketahui bahwa standar deviasi return saham IBM di Amerika adalah sebesar 20%, dan

standar deviasi nilai tukar dollar Amerika terhadap rupiah adalah sebesar 10%. Jika diketahui

bahwa korelasi antara return saham IBM dengan perubahan nilai tukar dollar terhadap rupiah

sebesar 0,15 berapakah standar deviasi return saham IBM di Amerika (dari sudut pandang

investor Indonesia)?

Perhitungan tingkat risiko Investasi Internasional untuk kasus diatas:

fi = [d

2 + c

2 + 2 dc d c ]½

fi = [ 0,202 + 0,102 + (2 x 0,20 x 0,10 x 0,15) ]1/2 = [ 0,056 ]1/2 = 0,2366 sehingga dari

kasus tersebut diatas, standar deviasi return saham IBM di Amerika (dari sudut pandang

investor Indonesia) adalah sebesar 0,2366.

12.3 Strategi Investasi Internasional

Secara garis besar strategi investasi internasional ada dua pendekatan yang bisa digunakan:

12.3.1 Strategi Pasif

Strategi pasif pada dasarnya investor akan berusaha mereplikasi kinerja indeks pasar ke

dalam kinerja portofolio asset. Artinya portofolio asset yang dibentuk investor akan terdiri

dari aset-aset yang bisa menghasilkan return sedekat mungkin dengan return indeks pasar.

Pendekatan ini mendasarkan diri pada efi siensi pasar, di mana jika pasar sudah efi sien maka

return portofolio asset nantinya akan sama dengan return pasar.

12.3.2 Strategi Aktif


Dalam strategi aktif investor akan melakukan tindakan-tindakan aktif dan proaktif berkaitan

dengan keputusan investasi yang dilakukannya. Investor secara aktif mencari informasi dan

melakukan peramalan-peramalan terhadap perilaku pasar ataupun nilai tukar berdasarkan

informasi yang diperolehnya. Tindakan investasi yang dilakukan akan dipengaruhi oleh hasil

pengamatan terhadap berbagai alternatif investasi yang tersedia, serta perilaku harga dari

aset-aset terebut.

Keputusan investasi yang terjadi dalam strategi aktif dapat digolongkan dalam tiga tingkatan

keputusan investasi sebagai berikut:

a. Keputusan Alokasi Asset

Keputusan investasi alokasi asset berkaitan dengan pemilihan pasar dan mata uang apa yang

diinginkan sebagai pilihan investasi. Investor akan menentukan besarnya proporsi dana yang

akan ditanamkan pada masing-masing pasar dan mata uang yang telah dipilih. Jika keputusan

proporsi dana ditujukan untuk jangka waktu panjang, maka keputusan tersebut disebut

alokasi strategis (strategic allocation). Sedangkan jika keputusan proporsi dana direvisi

secara periodik dan disesuaikan dengan perubahan ekspektasi pasar dan estimasi risiko, maka

keputusan alokasi asset disebut sebagai alokasi taktis (tactical allocation).

b. Seleksi Sekuritas

Dalam keputusan investasi seleksi sekuritas, investor akan menentukan sekuritas-sekuritas

apa saja yang akan dipilih dari pasar, yang telah ditentukan dalam keputusan alokasi asset.

Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan return yang diperoleh suatu pasar.

c. Market Timing

Keputusan investasi market timing merupakan taktik perdagangan (trading tactic) yang

bersifat jangka pendek. Dalam keputusan ini, investor secara aktif mengamati pergerakan

harga dan nilai tukar di pasar, dan mengambil tindakan (trading) untuk memperoleh

keuntungan dari pergerakan harga dan nilai tukar.


Dampak Pasar Modal Internasional

Pertama, dengan semakin banyaknya investor lokal yang melakukan investasi di pasar

internasional maka biaya modal akan menjadi lebih murah. Hal ini dapat terjadi karena

investor domestic dan investor asing dapat membeli dan menjual saham lokal dan saham

asing yang pada gilirannya merupakan diversifikasi dari risiko yang berdampak bagi

penurunan risiko dari saham lokal. Dalam bahasa CAPM (Capital Asset Pricing Model)

dikatakan bahwa beta saham tersebut menjadi lebih rendah.

Kedua, meningkatnya abnormal return khususnya sebelum deregulasi (kebijakan pemerintah

dalam memberikan kebebasan terhadap suatu perusahaan dalam kegiatan operasinya)

dilakukan. Hal ini dapat terjadi karena investor telah menginvestasi liberalisasi ini. Penelitian

yang dilakukan oleh P. Henri dalam Journal of Finance 2000 memperlihatkan bahwa dalam 8

bulan sebelum pengumuman dilakukan maka terbentuk abnormal return 3,3% perbulan.

Ketiga, Deviden Yield (Dip) juga mengalami penurunan yang berarti telah terjadi penurunan

dalam biaya modal, walaupun efeknya relative kecil (penelitian ini dilakukan oleh bekaert

dan Harvey dalam jurnal of Finance 2000).

Keempat, Negara akan mengalami pertumbuhan investasi swasta yang tinggi setelah

dilakukaknnya liberisasi pasar modal (P.Henry 2000). Terlepas apakah urutan

deregulasinya telah dilakukan dengan benar atau tidak.

Kelima, Terjadi peningkatan dalam disclosure dari emiten yang pada gilirannya akan

meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi.Selain itu juga akan tercipta jumlah

investor yang lebih banyak, meningkatkan perdagangan saham dan membuka

kesempatan baru bagi emiten untuk memperoleh modal baru.

A. Obligasi Internasional

Perusahaan mempunyai beberapa alasan untuk menerbitkan obligasinya diluar negeri, dengan

denominasi yang berbeda dengan denominasi Negara asal. Pertama, perusahaan bisa
mengelola resiko exposurenya dengan lebih baik. Jika perusahaan multinasional Indonesia

menjual produknya di Amerika serikat dan memperoleh dolar AS, maka aliran kas akan lebih

seimbang jika perusahaan mempunyai aliran kas keluar juga dalam dolar AS. Dengan utang,

perusahaan mempunyai kewajiban melunasi (yang berarti aliran kas yang keluar) dalam dolar

AS. Kedua, perusahaan dapat memperoleh pinjman dengan tingkat bunga yang lebih rendah

diluar negeri, khususnya apabila dikombinasikan dengan transaksi SWAP.

Beberapa variasi obligasi internasional adalah:

1. Obligasi tingkat bunga tetap

Jenis obligasi ini merupakan jenis obligasi yang paling sederhana obligasi

menawarkan bunga secara periodic sampai jatuh tempo. Tingkat bunga ditetapkan

dalam persentasi tertentu terhadap nilai nominal. Sebagai contoh, suatu obligasi

ditawarkan dengan nominal Rp. 100 juta dengan tingkat bunga 20% pertahun selama

10 tahun. Pemilik obligasi akan memperoleh bunga sebesar Rp. 20 juta pertahun

selama 10 tahun. Pada tahun ke 10, ketika obligasi jatuh tempo perusahaan yang

memiliki obligasi senilai Rp 100 juta perlembarnya, disertai bunga terakhir (tahun ke

10) sebesar Rp. 20 juta.

Pembayaran bunga dapat dilakukan setiap semester atau setiap tahun. Obligasi

euro biasanya memberikan biaya tahunan. Cara tersebut biasanya menghemat biaya

transaksi karena pemegang obligasi euro relative lebih tersebar secara geografis.

Mata uang doar AS, yen jepang dan franch swiss merupakan mt uang yang

mendominasi obligasi internasional dengan tingkt bung tetap.

2. Tingkat bunga mengambang

Dengan tingkat bunga tetap, perusahaan atau investor tidak bisa mengelola

resiko tingkat bunga dengan baik. Sebagai contoh, suatu perusahaan menerbitkan
suatu obligasi dengan kupon bunga sebesar 20%, jangka waktu 10 tahun. Jika pada

tahun berikutnya tingkat bunga turun 15% perusahaan mengalami “kerugian”.

Karena pada tahun tersebut perusahaan sebenarnya bisa membayar bunga dengan

15%. Tetapi karena sudah terlanjur mengeluarkan obligasi dengan kupon 20%,

perusahaan terpaku membayar bunga tersebut sampai 10 tahun mendatang.

Sebaliknya investor memperoleh keuntungan karena bisa memiliki bunga yang lebih

tinggi dibandingkan bunga yang diperoleh dari pasar. Hal yang sebaiknya terjadi jika

tingkat bunga dipasar naik menjadi misalnya 25%.

Obligasi dengan tingkat bunga (floating rate notes/BOND) mengambang bisa

mengurangi risiko perubahan tingkat bunga. Obligasi tersebut pertama kali

dikelurkan pada tahun 1970 dengan jangka waktu menengah (medium) dengan

tingkat bunga ditetapkan mengikuti standar tertentu. Dalam Keuangan internasional,

standar LIBOR (London Inter Bank Offering Rate) sering dipakai sebagai acuan.

Kupon biasanya dibayar per semester atau kuartal, dankupon ditetapkan pada awal

pembayaran. Sebagai contoh, suatu perusahaan menerbitkan obligasi dengan tingkat

bunga mengambang sebesar LIBOR+1% dibayar setiap semester. 1% persen dalam

hal ini mencerminkan risiko kredit perusahaan tersebut, yang dikompensasi dengan

tingkat bunga yang lebih tinggi. Jika LIBOR saat ini adalah 7%, pada awal semester

tingkat bunga akan ditetapkan sebesar 0,5x(7%+1%)=4%. Tingkat bunga pada

semester berikutnya ditetapkan lagi berdasarkan LIBOR pada awal periode.

Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2006, Jacobs Company meminjam uang

sebesar $200,000 dari State Bank. Pinjaman itu berjangka waktu tiga tahun dengan

suku bunga variabel dan harus dibayar tahunan. Suku bunga untuk tahun pertama

ditetapkan 9%. Suku bunga untuk tahun-tahun selanjutnya didasarkan kepada suku
bunga LIBOR + 2%, ditetapkan setiap akhir tahun untuk dibayarkan pada tahun

berikutnya.

Karena Jacobs Company tidak ingin menanggung risiko kenaikan suku bunga di

masa mendatang, perusahaan itu memutuskan untuk melindungi diri (hedging) dari

risiko tersebut.

Pada tanggal 1 Januari 2006, Jacobs mengikatkan diri dalam kesepakatan pay-

fixed, receive variable interest rate swap dengan Watson untuk dua pembayaran

bunga terakhir. Jacobs sepakat untuk membayar suku bunga yang ditetapkan 9%

kepada Watson dan sebaliknya akan menerima LIBOR + 2%.

Transaksinya akan diselesaikan secara netto. NotionalAmount(tukar

menukar/swap) yang disepakati sebesar $200,000. Jacobs akan membayar selisih

bunga variabel dengan bunga tetap kepada Watson atau sebaliknya, tergantung

kepada bunga yang mana yang lebih tinggi.

Pada tanggal 31 Desember 2006 suku bunga LIBOR 4%, Watson akan

menerima $6,000 pada tanggal 31 Desember 2007. LIBOR + 2% sama dengan 6%.

Jacobs telah menyepakati untuk membayar bunga tetap 9%, sehingga Watson

memperoleh keuntungan dari suku bunga variabel yang lebih rendah dan menerima

selisihnya, 3% dikalikan $200,000, sementara yang 6% akan dibayarkan Jacobs ke

State Bank.

Pada tanggal 31 Desember 2007, suku bunga LIBOR 8%, Jacobs akan

menerima $2,000 dari Watson. LIBOR + 2% sama dengan 10%. Dia akan

membayar State Bank 10%, tetapi juga akan menerima 1% dari Watson, sehingga

bunga netto yang dibayarkan tetap 9%. Dengan kata lain, aktivitas hedging yang

dilakukan oleh Jacobs ini dimaksudkan untuk menstabilkan arus kasnya terkait

pinjaman kepada State Bank.


Obligasi dengan tingkat bunga mengambang mempunyai keuntungan lain yaitu

nilai obligasi tidak terlalu sensitif terhadap perubahan tingkat bunga. Nilai suatu

sekuritas, dan juga obligasi, merupakan present value dari aliran kas di masa

mendatang. Diskon rate yang digunakan akan dipengaruhi oleh tingkat bunga yang

berlaku saat ini karena tingkat bunga saat ini mencerminkan biaya kesempatan. Jika

tingkat bunga pasar menunjukan kenaikan, maka diskon rate akan naik, dan nilai

obligasi akan turun (pembagi menjadi semakin besar). Pada obligasi dengan bunga

tetap, jika terjadi perubahan tingkat bunga, karena yang dibagi (numerator, yaitu

kupon uang dan nilai nominal) tetap, maka nilai obligasi akan berubah lebih tajam

jika ada perubahan tingkat bunga. Pada obligasi dengan tingkat mengambang,

numerator akan tetap berubah mengikuti perubahan bunga. Jika tingkat bunga naik

(pembagi naik), kupon juga ikut naik (yang dibagi ikut naik) karena itu nilai obligasi

tidak akan berubah setajam dalam obligasi tetap.

Nilai obligasi pada obligasi mengambang tidak akan persis sama dengan nilai

nominal obligasi tersebut. Proporsi tingkat bunga untuk mengkompensasi risiko

kredit ditetapkan sama pada awal periode, sementara risiko kredit perusahaan bisa

berubah dari waktu ke waktu karena tidak ada penyesuaian terhadap perubahan

risiko kredit, nilai obligasi bisa agak berubah dari nilai nominalnya.

Jenis obligasi semacam ini cukup menarik bagi investor yang menjaga nilai

obligasi mendekati nilai nominalnya (lebih stabil). Jika investor ini ingin menjual

obligasi tersebut sebelum jatuh tempo, dia akan memperoleh nilai yang mendekati

nilai nominalnya dengan probabilitas yang lebih tinggi.

3. Obigasi yang berkaitan dengan saham


Obligasi bisa dibuat berkaitan dengan saham, misal melalui konversi dari

obligasi ke saham. Jika dua jenis obligasi yang berkaitan dengan saham: Obligasi

konvertibel dan waran. Obligasi konvertibel adalah jenis obligasi yang bisa ditukar

menjadi saham pada waktu tertentu di masa mendatang. Misal perusahaan

mengeluarkan obligasi konvertibel dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.000,00

dengan jangka waktu 5 tahun. Pada waktu kelima, harga saham perusahan tersebut

adalah Rp. 1.500,00. Pada situasi seperti ini pemegang saham akan lebih baik jika

memiliki saham dibandingkan dengan memegang obligasi dan dilunasi nilai

nominalnya sebesar Rp. 1.000,00. Pemegang obligasi bisa menukarkan obligasinya

menjadi saham. Obligasi konvertibel bisa dipandang sebagai gabungan antara

obligasi biasa dengan opsi call atas obligasi dengan harga eksekusi adalah nilai

nominal obligasi. Jika harga saham di atas Rp. 1.000,00, pemegang obligasi

mempunyai hak untuk mengubah obligasinya menjadi saham. Karena karakteristik

call tersebut (yang menguntungkan investor), kupon bunga pada obligasi konvertibel

bisa ditetapkan lebih rendah dibandingkan kupon pada obligasi biasa. Kupon yang

lebih rendah tersebut merupakan keuntungan bagi perusahaan yang mengeluarkan

obligasi konvertibel. Alternatif lain, dengan kupon yang sama dengan obligasi biasa,

obligasi konvertibel bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan

harga obligasi biasa.

Dalam waran, pemegang waran diberi kesempatan untuk membeli sejumlah

saham perusahaan dengan harga tertentu yang ditetapkan di muka. Biasanya harga

tersebut lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan harga saham di masa

mendatang. Jika perkiraan tersebut benar, pemegang waran akan memperoleh

keuntungan karena harga saham pada masa mendatang. Waran dengan demikian

bisa dipandang, sama seperti konvertibel, sebagai gabungan antara obligasi dengan
opsi call, dengan harga eksekusi (harga yang disepakati sebagai harga patokan untuk

melakukan pembelian saham ataupun mata uang asing pada waktu tertentu dengan

perjanjian bahwa pembelian tensebut baru akan dilakukan apabila harga saham

ataupun mata uang asing tersebut sesuai dengan harga yang telah disepakati;

misalnya, diperjanjikan bahwa pembelian akan dilakukan dua minggu ke depan

apabila hanga saham Rp. 1.000,00 atau harga per Rp. 5.000,00 setara dengan $1

(strike price) adalah harga saham yang ditetapkan di muka.

A. Saham Internasional

Pasar saham (equity) internasional mengalami perkembangan yang pesat dalam

tahun-tahun terakhir ini. Deregulasi yang dilakukan oleh beberapa negara mendorong

pertumbuhan pasar keuangan pada umumnya, dan pasar saham khususnya. Manajer

perusahaan internasional bisa memperoleh dana dengan menjual saham perusahaan di

Bursa luar negeri, di samping alternatif lainnya yaitu mengeluarkan obligasi

internasional atau memperoleh pinjaman dari bank luar negeri. Manajer tersebut dengan

demikian perlu memahami mekanisme pasar internasional. Berikut karakteristik-

karakteristik saham internasional.

 Kapitalisasi

Pasar saham global mencakup dua kelompok besar yaitu pasar saham negara

maju (developed market) dan pasar saham negara berkembang (developing market

atau disebut sebagai emerging market). Nilai kapitalisasi diukur dengan jalan

mengalikan harga saham dengan jumlah saham yang beredar, dan kemudian

dikonversikan ke dolar untuk memudahkan perbandingan. Nilai kapitalisasi dengan

demikian dipengaruhi oleh harga saham dan kurs mata uang lokal terhadap dolar.

Jika mata uang lokal menunjukkan apresiasi terhadap dolar, maka kapitalisasi akan
semakin meningkat. Dengan demikian akan terjadi fluktuasi kapitalisasi saham

karena faktor-faktor tersebut.

 Rasio Perputaran Saham

Likuiditas suatu sekuritas - yaitu kemudahan suatu sekuritas dijual - merupakan

karakteristik yang diinginkan oleh investor. Jika suatu investasi tidak likuid, maka

investor akan mengalami kesulitan menjual aset tersebut. Ia akan menunggu lama

untuk mencari calon pembeli, atau alternatifnya ia harus memberi potongan (diskon)

yang cukup besar untuk menarik calon pembeli dengan cepat. Korelasi yang rendah

antara pasar berkembang dengan apsar maju merupakan keuntungan investasi

internasional. Tetapi pasar berkembang mempunyai kelemahan, yaitu cenderung

mempunyai likuiditas yang lebih rendah dibandingkan dengan pasar maju.

Likuiditas bisa diukur melalui rasio perputaran, yaitu rasio antara nilai transaksi

selama periode tertentu dengan nilai kapitalisasi pasar pada akhir periode yang

bersangkutan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin likuid suatu pasar.

 Indikator Lainnya

Beberapa indikator lainnya bisa dihitung untuk melihat karakteristik pasar. Dua

indikator yang bisa dipakai untuk melihat daya tarik pasar dalam hal diversifikasi

internasional adalah indikator konsentrasi pasar dan korelasi return antar saham atau

dengan saham asing. Pasar negara berkembang cenderung mempunyai tingkat

konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasar negara maju. Konsentrasi

diukur dengan melihat proporsi dari sepuluh perusahaan terbesar terhadap total

kapitalisasi pasar. Semakin besar angka ini, berarti semakin terkonsentrasi suatu

pasar. Konsentrasi yang tinggi tersebut mengindikasikan bahwa beberapa


perusahaan mendominasi pasar, dan dengan demikian manfaat diversifikasi menjadi

relatif terbatas dibandingkan kalau tingkat konsentrasi kecil. Perhitungan indikator

konsentrasi lainnya, seperti konsentrasi aset dan konsentrasi sektor, menunjukkan

bahwa tingkat konsentrasi negara berkembang lebih tinggi dibandingkan negara

maju.

12.4 Ringkasan

Investasi internasional mengandung arti adanya kemungkinan investor untuk melakukan

investasi pada berbagai jenis asset atau sekuritas pada berbagai negara sekaligus.

Dengan melakukan diversifi kasi internasional, investor bisa berharap memperoleh kombinasi

risiko dan return yang lebih baik (tingkat return yang lebih tinggi dan manfaat pengurangan

risiko yang lebih besar) dibandingkan bila hanya berinvestasi pada pasar dalam negeri atau

lokal saja. Investor melakukan investasi internasional dipengaruhi oleh beberapa motif umum

antara lain: 1) Kondisi perekonomian; 2) Harapan terhadap pergerakan kurs valas; 3)

Diversifi kasi internasional.

Return total yang bisa diperoleh dari investasi secara internasional akan terdiri dari tiga

komponen, yaitu: 1) Pendapatan dividen; 2) Capital gain (loss); dan 3) Keuntungan

(kerugian) nilai tukar mata uang (currency gain/losses).

Risiko investasi asing berhubungan dengan semua risiko investasi sekuritas domestik dan

risiko tambahan (risiko politis dan risiko nilai tukar). Risiko politis ( political risk) adalah

ketidakpastian kemampuan investor mengkonversikan aliran kas hasil investasi internasional

ke dalam mata uang domestik.

Risiko nilai tukar (exchange/currency risk) yaitu ketidakpastian mengenai tingkat tukar mata

uang asing ke mata uang domestik investor di masa depan. Secara garis besar strategi

investasi internasional ada dua pendekatan yaitu: strategi pasif dan strategi aktif.

Anda mungkin juga menyukai