Anda di halaman 1dari 21

Pasar Modal Syariah

MEKANISME TRANSAKSI SAHAM SYARIAH DI INDONESIA

DOSEN PENGAJAR :
AZIMAH DIANAH S.E., M.Si.,Ak.

Disusun Oleh

KELOMPOK 4 :
ROSA SELVIANA PUTRI ( 190602038)
EKA FITRI ( 190602043)
ROSA YULIA ULZIATI (190602037)
FERA JULITA (190602045)
RIZA NAZILA (190602121)
HALLIZA MEY TASYA (190602036)
AIYU IKRIMA (180602067)
TEGUH FADHILLAH (190602050)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2021/2022

Kata Pengantar
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
ini bisa selesai pada waktunya. Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pengajar ibu
AZIMAH DIANAH S.E., M.Si.,Ak. dan teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan materi dan pengajaran sehingga makalah ini bisa saya susun dengan baik dan rapi.

Makalah ini memuat tentang“MEKANISME TRANSAKSI SAHAM SYARIAH DI


INDONESIA ”. Tema yang akan dibahas di makalah ini sengaja dipilih oleh dosen pengajar
kami untuk kami pelajari lebih dalam. Butuh waktu yang cukup panjang untuk mendalami materi
ini sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan teman-teman dan para
pembaca. Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan
mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf bila mana
terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa saya juga berharap
adanya masukan serta kritikan yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Banda Aceh, 01 DESEMBER 2021

Penyusun

Kelompok 4
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................1

2.1 Rumusan Masalah.............................................................................................................................1

1.3 Tujuan................................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................3

2.1 Pengertian Saham Syari’ah................................................................................................................3

2.2 Perbedaan dan Persamaan Saham Syariah dan Konvensional............................................................4

 Saham syariah..............................................................................................................................4

 Konvensional...............................................................................................................................4

2.3 Untung Rugi Membeli Saham...........................................................................................................4

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham............................................................................5

2.5 Syarat Saham Syariah.......................................................................................................................5

2.6 Mekanisme Saham Syari’ah di Indonesia.........................................................................................7

2.7 Jenis saham syariah yang diakui di pasar modal Indonesia..............................................................13

2.8 Permasalahan Mekanisme Operasional Saham Syari’ah..................................................................14

BAB III PENUTUP.................................................................................................................................17

3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan pasar modal syariah merupakan fenomena yang menarik dalam industri pasar
modal di tanah air. Seperti pendirian bank syariah, pasar modal syariah didirikan berdasarkan
pada kenyataan bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim. Di antara jutaan muslim
tersebut mempunyai kelebihan dana (surplus unit) serta mereka susah menginvestasikannya dan
salah satu penyebabnya adalah mereka enggan investasi di pasar modal konvensional karena
pasar modal yang ada tersebut hanya merupakan tempat manipulasi pasar dan cenderung
dipenuhi transaksi spekulatif.

Kegiatan utama dari pasar modal yang ada umumnya hanya kegiatan dalam bentuk short
selling. Membeli saham di pagi hari untuk kemudian menjualnya di sore hari bila memungkinkan
mendapatkan gain capital. Kegiatan tersebut jauh sekali dari tujuan awal pendirian pasar modal
yaitu sebagai perantara penyediaan modal bagi perusahaan penerbit efek yang kemudian
digunakan untuk perluasan usaha. Ekspansi atau perluasan usaha tersebut dapat menambah
lapangan pekerjaan dan dalam jangka panjang dapat menggerakkan perekonomian. Dan
kemudian pasar modal syariah hadir untuk memenuhi fungsi utama dari pasar modal tersebut.

Dalam melakukan kegiatan investasi khususnya di pasar modal islam tidak hanya melihat
optimalisasi atau maksimalisasi akhir. Namun niat awal dan proses yang dijalani harus tetap di
jalan syariah. Norma islam secara garis besar mengedepankan kehalalan instrumen dan
pemanfaatan dan kemaslahatan. Termasuk di dalamnya larangan riba, gharar, maisir, insider
trading, margin trading, goreng menggoreng saham, dan spekulasi.

2.1 Rumusan Masalah


1. Pengertian dari saham syariah ?
2. Apa saja keuntungan dan kerugian dari saham syariah ?
3. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi saham syariah ?
4. Bagaimana mekanisme transaksi saham syariah di Indonesia?
5. Jenis saham syariah yang diakui pasar modal Indonesia?
6. Permasalah apakah yang terjadi dalam operasional saham syariah?

1.3 Tujuan
1. Agar memahami pengertian pasar modal syariah.

2. Agar memahami keuntungan dan kerugian saham


3. Agar memahami factor-faktor yang mempengaruhi saham
4. Agar mengetahui mekanisme transaksi saham syariah di Indonesia.
5. Agar mengetahui jenis saham syariah yang diakui di Indonesia.
6. Agar mengetahui permasalahan mekanisme operasional yang terjadi di saham syariah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Saham Syari’ah


Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu
perusahaan terbatas. Pemilik saham sekaligus juga merupakan pemilik perusahaan. Semakin
besar saham yang dimiliki maka semakin pula kekuasaannya terhadap perusahaan tersebut.
Keuntungan yang diperoleh dari perusahaan tersebut dinamakan dividen. Pembagian dividen
ini nantinya ditetapkan pada penutupan laporan keuangan berdasarkan rapat umum pemegang
saham (Soemitra, 2009, 137). Saham juga merupakan sertifikat yang menunjukkan bukti
kepemilikan suatu perusahaan yang pemegang sahamnya memiliki hak atas klaim dan aktiva
perusahaan tersebut (Yuliana, 2010: 59). Wujud saham adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat
berharga (Rivai, dkk, 2014: 246-247).

Saham syari’ah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan
yang diterbitkan oleh emiten yang kegiatan usaha maupun cara pengelolaannya tidak
bertentangan dengan prinsip syari’ah. Saham merupakan surat berharga yang
merepresentasikan penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip
syari’ah, penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar
prinsip syari’ah, seperti perjudian, riba, serta memproduksi barang yang diharamkan.
Penyertaan modal dalam bentuk saham tersebut dapat dilakukan berdasarkan akad musyarakah
dan mudharabah. Akad musyarakah pada umumnya dilakukan pada perusahaan yang bersifat
privat, sedangkan akad mudharabah umumnya dilakukan pada saham perusahaan publik
(Soemitra, 2009: 138). Saham menurut Dewan Syari’ah Nasional didefinisikan sebagai suatu
bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria syariah dan tidak termasuk
saham yang memiliki hak-hak istimewa (Yuliana, 2010: 71).
2.2 Perbedaan dan Persamaan Saham Syariah dan Konvensional

 Saham syariah
a) Investasi terbatas pada sektor tertentu (sesuai dengan
syariah), dan tidak atas dasar utang.
b) Didasarkan pada prinsip syari’ah (penerapan loss-profit sharing).
c) Melarang berbagai bentuk bunga, spekulasi dan judi.
d) Adanya syari’ah guidline yang mengatur berbagai aspek
seperti alokasi aset, praktek investasi, perdagangan dan
distribusi pendapatan.
e) Terdapat mekanisme screening perusahaan yang harus
mengikuti prinsip syari’ah.

 Konvensional
a) Investasi bebas pada seluruh sektor.
b) Didasarkan pada prinsip bunga.
c) Membolehkan spekulasi dan judi yang pada gilirannya
akan mendorong fluktuasi pasar yang tidak terkendali.
d) Guidline investasi secara umum pada produk hukum
pasar modal.

2.3 Untung Rugi Membeli Saham


Adanya pasar modal dengan salah satu mekanismenya menjual saham telah menarik
minat para investor. Para investor yang menyetorkan atau menginvestasikan modalnya di
pasar modal untuk pembelian suatu saham memiliki beberapa keuntungan, di antarnya
ialah:
a) Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang di bagikan dari laba yang
dihasilkan emiten, baik dibayarkan dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham
b) Rights yang merupakan hak untuk memesan efek lebih dahulu yang diberikan oleh
emiten
c) Capital Again yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di
pasar modal (selisih harga jual dan harga beli saham).

Selain mendapatkan keuntungan seperti yang telah disebutkan di atas pemegang saham
juga memiliki beberapa resiko, di antaranya:
a) Credit risk atau ownership risk adalah resiko yang terjadi bila emiten tidak mampu
mempertahankan usahanya atau bangkrut;
b) Market risk, yaitu resiko harga pasar dari saham yang dibeli
c) Likuiditas risk merupakan resiko akibat sulitnya penjual
saham ketika memerlukan dana.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham


Di pasar sekunder atau dalam aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga saham
mengalami fluktuasi baik berupa kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham
terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut (supply and demand).
Permintaan dan penawaran tersebut juga terjadi atas beberapa faktor, baik yang sifatnya
spesifik atas saham tersebut maupun faktor yang sifatnya makro seperti tingkat suku bunga,
inflasi, nilai tukar dan faktor-faktor non ekonomi/kondisi sosial, politik dan lainnya
Menurut Francis, kebanyakan analisa surat berharga yang menggunakan fundamental
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi price earning ratio adalah:
(1) Resiko surat berhaga yang ditentukan oleh tingkat kapitalisasi
(2) Tingkat pertumbuhan deviden
(3) Durasi dari tingkat pertumbuhan yang diharapkan
(4) Dividend payout ratio

2.5 Syarat Saham Syariah


Syarat suatu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat dikatakan syariah
adalah sebagai berikut:
pertama, Jenis usaha, produk barang/jasa yang diberikan dan akad serta cara
pengelolaan perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) atau perusahaan publik yang
menerbitkan saham syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
kedua, Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah wajib
untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad yang sesuai dengan syariah atas saham
syariah yang dikeluarkan.
ketiga, Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan saham syariah wajib
menjamin bahwa kegiatan usahanya memenuhi prinsip-prinsip syariah dan memiliki Syariah
Compliance Officer (fatwa DSN No. 40/2003) dalam menjelaskan identifikasi perusahaan
yang dapat ikut dalam saham islami mengajukan beberapa syarat yaitu:
a. Emiten/perusahaan tersebut tidak berkaitan dengan riba
b. Perusahaan tersebut tidak memuat atau memproduksi barang atau jasa yang
dilarang oleh syariah
c. Perusahaan tidak bertindak secara berlebihan terhadap faktor-faktor produksi
alam yang diberikan Allah
d. Perusahaan tidak mempermainkan harga sekehendaknya, perusahaan tersebut
tidak menghalangi terjadinya free market
e. Perusahaan tersebut mempunyai sosial responsibility yang tinggi sehingga
punya kepedulian terhadap umat.

Adapun kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip- prinsip syariah antara
lain:
a. Perjudian dan kegiatan lain yang tergolong judi
b. Perdagangan yang dilarang syariah, antara lain
c. Jasa keuangan ribawi, antara lain:
d. Jual beli yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) atau judi (maysir),
seperti asuransi konvensional;
e. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, atau menyediakan
f. Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap.

Saham-saham dalam syariah dapat diperjualbelikan dalam pasar modal dengan


syarat yang telah disebutkan di atas, selain itu ada pula sebuah lembaga yang menyeleksi
emiten saham agar dapat masuk ke dalam pasar modal syariah. Adapun seleksi emiten
saham syariah dengan ketentuan sebagai berikut:
a) emiten tidak menjalankan usaha perjudian atau permainan yang tergolong judi, dan
perdagangan yang dilarang
b) Bukan merupakan lembaga keuangan konvensional
c) Tidak memproduksi, mendistribusikan, dan memperdagangkan makanan dan
minuman haram
d) Bukan usaha yang memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan barang atau
jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat
e) Seleksi kapitalisasi
f) Proses ini menyaring 60 saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi di BEJ
g) Seleksi nilaivolume transaksi
h) Proses ini menyaring 30 saham dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi di harian BEJ
i) Proses evaluasi emiten setiap 6 bulan sekali

2.6 Mekanisme Saham Syari’ah di Indonesia

Prinsip-prinsip penyertaan modal secara syari’ah di Indonesia tidak diwujudkan dalam


bentuk saham syari’ah ataupun non syari’ah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang
memenuhi prinsip-prinsip syari’ah. Pasar modal syari’ah dalam konteks saham syari’ah pada
dasarnya tidak boleh mengandung transaksi ribawi, transaksi gharar, dan juga tidak boleh
bergerak pada sektor yang diharamkan oleh syari’ah. Pasar modal ini seharusnya bebas dari
transaksi yang tidak beretika seperti manipulasi pasar, insider trading, dan short selling.

Saham syariah dapat diperjualbelikan juga bisa dengan akad kerja sama. Saham dapat
diperjualbelikan karena saham sesuai dengan terminologi yang melekat padanya yang dapat
diartikan dengan kepemilikan asset dalam perusahaan tersebut.

Para pembeli saham membayarkan uang pada perusahaan dan mereka menerima
sebuah sertifikat saham sebagai tanda bukti kepemilikan mereka atas saham-saham.
Kepemilikan mereka dicatat dalam daftar saham perusahaan. Melalui pembelian saham
dalam jumlah tertentu tersebut, pihak pemegang saham (shareholder) memiliki hak dan
kewajiban untuk berbagi hasil dan resiko (profit and loss sharing) dengan para pengusaha,
menghadiri Rapat Umum.
Sedangkan untuk lebih rincinya tentang mekanisme saham syariah adalah sebagai
berikut: Suatu emiten yang akan melakukan jual beli sahamnya di pasar modal, sebelumnya
harus melalui beberapa proses yang diantaranya ialah sebagai berikut:
Pertama, Emiten mengajukan permohonan pencatatan ke bursa dan bursa akan
menilai permohonan tersebut apakah sesuai dengan ketentuan pencatatan. Setelah itu emiten
diminta mempresentasikan kinerja perusahaannya.
Kedua, Jika memenuhi syarat, bursa akan memberikan surat persetujuan prinsip
pencatatan yang dikenal dengan istilah “Perjanjian Pendahuluan”.
Ketiga, Selanjutnya emiten mengajukan Pernyataan Pendaftaran ke Bapepam.
Dalam mengajukan pernyataan pendaftaran, emiten harus menghubungi perantara emisi
yang terdiri atas: Penjamin Emisi, Akuntan, dan Perusahaan Penilai yang akan memberikan
layanan sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Keempat, Bila telah mendapatkan pernyataan efektif dari Bapepam, emiten bisa
melakukan proses penawaran umum IPO (Initial Publik Offering) agar nanti efeknya bisa
dijual.
Kelima, Emiten membayar biaya pencatatan.
Keenam, Bursa efek mengumumkan pencatatan efek tersebut di bursa. Dengan
adanya pengumuman ini berarti emiten bisa langsung memulai penjualan efek.

Setelah melakukan beberapa proses tersebut barulah suatu emiten dapat


memperjualbelikan sahamnya/efeknya di bursa efek dengan runtutan yang dapat dijelaskan
oleh bagan dibawah ini:
Penjelasan:
Transaksi perdagangan efek (saham) di bursa efek/ pasar modal adalah sebagai berikut:

Satu, Pemodal beli (pemodal yang ingin membeli efek) memesan (mengorder) saham yang
akan di beli kepada perusahaan efek. Pesanan tersebut dapat disampaikan secara tertulis atau
lewat telepon kepada sales/dealer yang berada di perusahaan efek.
Kedua, Pesanan harus jelas menyebutkan; efek apa yang dibeli, berapa jumlahnya, dan
berapa harga yang diinginkan. Sebagai contoh, seorang pemodal menelepon ke dealer yang
menyampaikan keinginan untuk membeli saham ABC sebanyak 3 lot = 1500 saham (1 lot =
500 saham, pembelian saham minimal 1 lot), dengan harga Rp3.000,- per saham.
Ketiga, Kemudian, pesanan tersebut akan diteliti oleh perusahaan efek, apakah saham yang
dibeli ada, bagaimana dengan batas limit perdagangan, dan lain-lain.
Keempat, Setelah selesai, barulah pesanan tersebut disampaikan kepada pialang beli di
lantai bursa (floor trader) untuk dilaksanakan. Di lantai bursa ada Wakil Perantara
Perdagangan Efek (WPPE) yangakan memasukkan semua pesanan ke terminal (sambungan)
yang sesuai. Kelima, Dengan menggunakan sistem komputerisasi perdagangan yang disebut
JATS, semua pesanan diolah oleh komputer yang akan melakukan matching (pencocokan)
dengan mempertimbangkan prioritas harga atau waktu.
Keenam, Ini berarti sistem perdagangan di bursa adalah sistem lelang secara terbuka yang
berlangsung terus- menerus selama jam bursa. Dan dalam kegiatan lelang ini terjadilah
tawar-menawar.

Selanjutnya penyelesaian transaksi dilakukan oleh dua lembaga lain selain bursa; yaitu
Lembaga Kliring dan Penjamin (LKP) serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
(LPP). Di Indonesia, peran dua lembaga tersebut dijalankan oleh PT KPEI (Kliring
Pinjaman Efek Indonesia) dan PT KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia). Di pasar
modal Indonesia, penyelesaian transaksi menggunakan skema T + 3 yang berarti
penyerahan efek dan pembayarannya dilakukan tiga hari setelah terjadinya transaksi.
Transaksi di Bursa Efek dilakukan pada hari Senin sampai dengan Jumat yang disebut
dengan hari bursa
Transaksi pembelian dan penjualan saham di pasar modal syari’ah tidak boleh dilakukan
secara langsung dan dilarang dalam Islam. Hal tersebut dikarenakan pada penjualan saham di
pasar modal konvensional, investor dapat membeli dan menjual saham secara langsung dengan
menggunakan jasa broker atau pialang. Sehingga memungkinkan bagi para spekulan untuk
mempermainkan harga. Hal ini mengakibatkan perubahan harga saham sudah ditentukan oleh
kekuatan pasar, bukan karena nilai intrinsik saham itu sendiri lagi. Oleh karena itu, emiten
memberikan otoritas kepada agen di lantai bursa pada proses perdagangan saham syari’ah. Lalu
agen tersebut bertugas mempertemukan antara emiten dan calon investor namun bukan untuk
menjual dan membeli saham secara langsung. Pada tahapan berikutnya, saham tersebut dijual
atau dibeli karena sahamnya memang tersedia dan berdasarkan prinsip first come –first served.
Proses penawaran umum pada pasar modal terdiri dari proses emisi dan perdagangan di
bursa efek. Pada proses emisi, Perusahaan mengajukan permohonan pendaftaran kepada
Bapepam di Jakarta melalui penjamin emisi (underwriter), dengan melampirkan:anggaran dasar/
akte pendirian perusahaan, prospektus, laporan keuangan yang telah diaudit, perjanjian emisi
efek, comfort letter, legal opinion, serta dokumen-dokumen lain yang dibuat dalam rangka emisi.
Apabila menurut hasil evaluasi BAPEPAM perusahaan tersebut telah memenuhi persyaratan
untuk go public maka proses terakhir yang harus dilakukan adalah pendapat akhir yang bersifat
terbuka untuk umum. Selanjutnya adalah perdagangan di bursa efek, yakni pencatatan efek-efek
dari perusahaan yang wajib dicatat di bursa efek untuk diperdagangkan. Transaksi dilakukan
oleh perantara perdagangan efek.Mekanisme perdagangan disini terdiri dari pasar primer dan
pasar sekunder. Pasar primer merupakan transaksi antara emiten dan investor sebelum saham-
saham diperdagangkan di pasar sekunder. Harga saham merupakan harga pasti yang tidak bisa
ditawar dan merupakan kesepakatan antara perusahaan penjamin emisi dan emiten.

Ada beberapa tahap penawaran saham pada pasar perdana, yakni

1) Pengumuman dan Pendistribusian Prospektus

2) Masa Penawaran

3) Masa Penjatahan

4) Masa Pengembalian Dana

5) Penyerahan Efek

6) Pencatatan Efek

Pada pasar sekunder, perdagangan terjadi ketika perdagangan saham sudah melewati
masa penawaran umum di pasar perdana, dan saham-saham tersebut telah tercatat di bursa efek
untuk diperdagangkan. Harga saham di pasar sekunder sangat ditentukan oleh teori permintaan
dan penawaran serta kondisi perusahaan yang menerbitkan saham (emiten). Harga saham disini
adalah harga jual saham dari satu investor kepada investor yang lainnya. Harga saham yang
ditawarkan pada kedua pasar ini berbeda dan pada mayoritasnya harga saham di pasar sekunder
lebih tinggi dibandingkan dengan pasar perdana. Oleh karena itu perdagangan saham di pasar
sekunder lebih mendekati pada unsur spekulasi dengan risiko tinggi yang mengandung unsur
gambling yang dilarang dalam Islam .

Perdagangan saham di pasar sekunder sangat dipengaruhi oleh unsur insider trading. Hal
ini menyebabkan terjadinya kompetisi yang tidak sehat di kalangan investor. Sikap insider
trading ini sama dengan yang dilakukan oleh orang-orang kota ketika melakukan transaksi
dengan mendatangi langsung orangorang desa, yang di dalamnya terdapat unsur penipuan karena
orang desa (produsen) belum mengetahui secara pasti harga komoditas yang sebenarnya).

Sedangkan mekanisme perdagangan saham di pasar perdana masih merupakan


perdagangan biasa, yang selembar sahamnya diperdagangkan sesuai dengan kualitas yang masih
wajar.Berbeda dengan mekanisme perdagangan saham secara konvensional, mekanisme
perdagangan saham syari’ah secara spesifik dipertemukan pada Jakarta Islamic Index (JII) dan
penawarannya hanya pada pasar perdana. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar tidak ada lagi
unsur-unsur spekulasi dan sikap insider trading, sebagaimana yang terjadi pada pasar sekunder
selama ini (Aziz, 2010).(Soemitra, 2009) menyatakan bahwa Jakarta Islamic Index (JII)
dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu investasi pada
saham yang berbasis syari’ah.

Melalui JII tersebut diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk


mengembangkan investasi dalam ekuiti secara syari’ah. Penerbitan saham syari’ah oleh emiten
atau perusahaan publik yang menyatakan bahwa kegiatan usaha serta pengelolaannya dilakukan
berdasarkan prinsip syari’ah di pasar modal. Emiten dan perusahaan publik tersebut wajib
mengikuti ketentuan umum pengajuan pertanyaan pendaftaran atau pedoman mengenai bentuk
dan isi pertanyaan pendaftaran perusahaan publik serta ketentuan tentang penawaran umum yang
terkait lainnya yang diatur oleh Bapepam LK dan mengungkapkan informasi tambahan dalam
prospektus bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip
syari’ah di pasar modal.
Secara umum, perusahaan yang akan menerbitkan efek syari’ah harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:

1. Memuat ketentuan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usaha dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah di pasar modal di dalam anggaran dasarnya.

2. Semua jenis usaha, akad, aset yang dikelola, cara pengelolaan oleh emiten, produk dan
jasanya tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah.

3. Emiten dan perusahaan publik tersebut memiliki anggota direksi dan komisaris yang
mengerti dan paham mengenai kegiatan-kegiatan yang bertentangan dan tidak
bertentangan dengan prinsip syari’ah.

2.7 Jenis saham syariah yang diakui di pasar modal Indonesia


Ada dua jenis saham syariah yang diakui di pasar modal Indonesia:

Pertama, saham yang dinyatakan memenuhi kriteria seleksi saham syariah berdasarkan
peraturan OJK Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.

Kedua adalah saham yang dicatatkan sebagai saham syariah oleh emiten atau perusahan
publik syariah berdasarkan peraturan OJK no. 17/POJK.04/2015.

Semua saham syariah yang terdapat di pasar modal syariah Indonesia, baik yang tercatat
di BEI maupun tidak, dimasukkan ke dalam Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan oleh
OJK secara berkala, setiap bulan Mei dan November. Saat ini, kriteria seleksi saham syariah oleh
OJK adalah sebagai berikut;

1. Emiten tidak melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:

a. perjudian dan permainan yang tergolong judi.

b. perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain:

o perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa.

o perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu.


c. jasa keuangan ribawi, antara lain.

o bank berbasis bunga.

o perusahaan pembiayaan berbasis bunga.

d. jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir),
antara lain asuransi konvensional.

e. memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, dan/atau menyediakan antara lain:

o barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi).

o barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram lighairihi) yang ditetapkan
oleh DSN MUI.

o barang atau jasa yang merusak moral dan/atau bersifat mudarat.

f. melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).

2. Emiten memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut:

a) total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total aset tidak lebih dari 45%
(empat puluh lima per seratus).

b) total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total
pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh per
seratus).

2.8 Permasalahan Mekanisme Operasional Saham Syari’ah.

Ada beberapa isu dan permasalahan pada saham syari’ah dan mekanisme operasionalnya.
permasalahan ini terjadi karena pertentangan antara teori dan praktik pada saham syari’ah
sendiri serta pertentangan dengan nilai dan prinsipprinsip syari’ah. Salah satu permasalahannya
adalah saham syari’ah yang boleh masuk ke JII disyaratkan memiliki nilai ketidakhalalan
(haram/riba) maksimal sebesar 15%. Hal ini tentu bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah
karena Islam mengajarkan umat muslim untuk tidak memakan yang haram walaupun sedikit.
Sementara pada proses jual beli saham syari’ah, para pemain saham akan membeli saham
jika harga saham sedang turun dan akan menjualnya pada saat harga naik. Hal ini bertentangan
dengan nilai-nilai etika dalam Islam. Islam juga melarang untuk menikmati keuntungan diatas
kerugian orang lain. Pada prinsipnya, saham itu nilainya adalah 1:1. Jika salah satu pihak
mendapatkan keuntngan maka pihak lainnya akan mengalami kerugian. Begitu seterusnya,
sehingga keberadaan saham syari’ah ini juga masih dalam perdebatan para ulama.Pada saham
syari’ah, sebagian investor sengaja melempar harga saham sehingga harganya menjadi jatuh
karena terlalu banyak penawaran. Pemilik saham yang kecil kemudian segera menjual kembali
saham dengan harga yang sangat murah karena khawatir harga saham tersebut akan semakin
jatuh dan mereka semakin rugi.

Pada akhirnya harga saham akan terus turun. Pada saat itu para investor besar akan
berkesempatan untuk membelinya kembali dengan harga yang sangat murah dengan harapan
akan bisa meninggikan kembali harga saham tersebut dengan banyaknya permintaan. Hal ini
menyebabkan para investor besar tersebut mengalami keuntungan yang sangat besar dan para
investor kecil lah yang menanggung kerugiannya dikarenakan perbuatan para investor besar
yang berpura-pura melempar kertas saham (al-Mushlih, 2004).Perdebatan mengenai keberadaan
efek syari’ah ini berdasarkan pada kekhawatiran bahwa pasar ini akan menyebabkan hilangnya
modal besar-besaran dalam waktu singkat dan di sisi lain akan menyebabkan munculnya orang
kaya baru yang tanpa mengeluarkan keringat. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan pasar dalam perekonomian.

Di pasar modal, larangan syari’ah diatas mesti diimplementasikan dalam bentuk aturan
main yang mencegah praktek spekulasi, riba, gharar, dan maysir. Salah satunya adalah dengan
menetapkan minimum holding period atau jangka waktu memegang saham minimum. Dengan
aturan ini, saham tidak bisa diperjualbelikan setiap saat, sehingga meredam motivasi mencari
untung dari pergerakan harga saham semata. Pembatasan ini memang meredam spekulasi tetapi
juga membuat investasi di pasar modal menjadi tidak liquid. Padahal tidak mungkin seorang
investor yang rasional betul-betul membutuhkan likuiditas mendadak sehingga harus mencairkan
sahamnya yang dipegangnya, sedangkan ia terhalang belum lewat masa minimum holding
period-nya. Metwally mengusulkan minimum holding period setidaknya satu pekan. Selain itu,
Ia juga memandang perlu adanya celling price berdasarkan nilai pasar perusahaan. Lebih lanjut
Akram Khan melengkapi, untuk mencegah spekulasi di pasar modal maka jual beli saham harus
diikuti dengan serah terima bukti kepemilikan saham yang diperjual belikan (Huda, 2008).

Mengenai keberadaan pasar sekunder, pada hakikatnya saham syari’ah tidak memiliki
pasar sekunder karena dikhawatirkan akan berdampak pada spekulasi. Namun dalam praktiknya,
saham syari’ah tetap menggunakan pasar sekunder sebagai instrumennya. Permasalahan lainnya
mengenai mekanisme operasional saham syari’ah di Indonesia, yaknipada artikel yang ditulis
oleh Mamduh H. Hanafi dan Syafiq Mahmadah Hanafi, dalam jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
pada Tahun 2012, berdasarkan hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
antara penyaringan saham syari’ah dan saham konvensional di Indonesia. Saham syari’ah
diwakili oleh JII dan saham konvensional oleh LQ45(Hanafi M. M., 2012). Hal ini menjadi
permasalah yang penting karena jika tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya maka
pada hakikatnya investor muslim juga sudah terjerumus dalam konsep riba, gharar, dan maysir
yang dilarang oleh syari’at.Perbedaan mengenai penetapan kriteria kesyari’ahan perusahaan di
suatu negara sebenarnya juga menjadi permasalahan.

Di Indonesia, JII menetapkan kriteria kesyari’ahannya dengantingkat likuiditasnya harus


berada di rentang 17-49%, dengan pendapatan bunga berada di kisaran antara 5-15%, dan utang
perusahaan tidak boleh lebih dari 33%. Berbeda dengan DJIM, suatu perusahaan akan
dikeluarkan dari DJIM jika total utang/total aset = atau lebih besar dari 33%; total piutang/total
aset = atau lebih besar dari 47%; dan Non operating interest income/operating income = atau
lebih besar dari 9%. Sementara KLSI berbeda lagi dalam penetapan kriteria kesyari’ahan saham
syari’ahnya yang mempunya beberapa batasan, dengan rentang 5%, 10%, 20%, dan 25% (Bakar,
2012).
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Saham syari’ah merupakan salah satu instrumen dalam pasar modal syari’ah yang
dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. Mekanisme operasional dari saham syari’ah
terdiri dari proses emisi dan perdagangan di bursa efek. Perdagangan di bursa efek ini terdiri dari
perdagangan di pasar primer dan pasar sekunder. Pada pasar primer, harga saham bersifat pasti.
Berbeda dengan pasar sekunder yang harga sahamnya bersifat fluktuatif berdasarkan demand
dan suply serta perusahaan yang menerbitkan saham sendiri.

Ada dua jenis saham syariah yang diakui di pasar modal Indonesia. Pertama, saham yang
dinyatakan memenuhi kriteria seleksi saham syariah berdasarkan peraturan OJK Nomor
35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, kedua adalah saham yang
dicatatkan sebagai saham syariah oleh emiten atau perusahan publik syariah berdasarkan
peraturan OJK no. 17/POJK.04/2015.

Pada JII, tingkat likuiditasnya harus berada di rentang 17-49%, dengan pendapatan bunga
berada di kisaran antara 5-15%, dan utang tidak boleh lebih dari 33%.Pada DJIM, sebuah
perusahaan akan dikeluarkan dari DJIM jika total utang/total aset sama dengan atau lebih besar
dari 33%; total piutang/total aset sama dengan atau lebih besar dari 47%; dan Non operating
interest income/operating income sama dengan atau lebih besar dari 9%. Sementara KLSI
berbeda lagi dalam penetapan kriteria kesyari’ahan saham syari’ahnya karena terdiri dari
batasan-batasan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

http://journal.iainlangsa.ac.id/index.php/ebis/article/download/28/27/

https://www.idx.co.id/idx-syariah/produk-syariah/

https://media.neliti.com/media/publications/287405-saham-syariah-teori-dan-implementasi-
0ea6b84f.pdf

https://id.scribd.com/doc/313947981/Makalah-Pasar-Modal-Syariah

Anda mungkin juga menyukai