Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dinda Gazali

Prodi : As (

Tugas Resume

Qawaid Fiqqiyah ( Kesulitan mendatangkan kemudahan )

ُ ِ‫شقَّةُ ت َْجل‬
ِ ‫ب التَّ ْي‬
‫س ْي َر‬ َ ‫اَ ْل َم‬
Al-Masyaqqatu Tajlibut Taisir

(Kesulitan Mendatangkan Kemudahan)

Sesungguhnya Allah telah menurunkan agama kepada umat manusia. Bersamaan


dengannya, Allah menurunkan pula beban-beban syariat kepada manusia agar manusia bisa
beribadah dengannya. Meskipun demikian, seluruh syariat-syariat yang dibebankan kepada umat
manusia tersebut khususnya umat Islam jika direnungkan akan dijumpai kebijaksanaan Allah yang
sangat besar, walaupun sebagian manusia menganggapnya berat. Allah melarang meminum khamr,
melarang berzina, mengharamkan musik, hakikatnya itu semua maslahatnya kembali kepada hamba.
Allah tahu apa yang terbaik bagi hambaNya, Allah tahu dimana letak kebahagiaan hambaNya, dan
Allah tahu hamba bisa melaksanakan segala perintahNya serta menghindari segala laranganNya.
Karena sesungguhnya Islam adalah agama yang mudah.

Ada banyak dalil yang menunjukkan bahwa agama Islam adalah agama yang sangat mudah,
terlebih apabila dibandingkan dengan agama yahudi, nasrani, dan agama-agama lainnya. Sebagai
contoh dalam masalah menyikapi wanita haidh, maka agama Islam adalah agama yang wasath
(berada di pertengahan) antara agama Yahudi dan Nasrani. Yahudi dalam menyikapi wanita haidh
mereka berlebih-lebihan, mereka benar-benar menjauhinya, tidak mengajaknya makan, tidak diajak
tidur bersama, apalagi bermesraan dengannya apabila istrinya tersebut haidh. Lain pula dengan
Nasrani yang begitu bermudah-mudahan, antara yang haidh dan tidak sama saja, bahkan mereka
tetap mencampuri istri-istri mereka di kemaluannya walaupun dalam keadaan haidh.

Islam datang dengan sikap pertengahan antara Yahudi dan Nasrani. Wanita haidh dilarang
untuk digauli di kemaluannya akan tetapi diperbolehkan apabila digauli pada bagian yang lain, diajak
makan tidak masalah, diajak tidur bersama pun tidak mengapa. Sebagaimana yang dilakukan oleh
Nabi kepada ‘Aisyah saat dia haidh. ’Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,

‫ ثُ َّم يُبَا ِش ُرنِي‬،‫ت يَأْ ُم ُرنِي أَ ْن أَتَّ ِز َر‬


ُ ْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا ِحض‬
َ ِ ‫َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬
“Apabila saya haid, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhku untuk memakai sarung
kemudian beliau bercumbu denganku.” (HR Ahmad 25563, dinilai shahih oleh Al-Albani)

Ini adalah salah satu contoh yang menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang berada di
pertengahan antara yang ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (bermudah-mudahan). Nabi bersabda,
ُ ‫إِنِّي أُرْ ِس ْل‬
‫ت بِ َحنِيفِيَّ ٍة َس ْم َح ٍة‬
“Aku diutus dengan (membawa agama) hanifiyyah yang mudah.” (HR Ahmad no. 25962)

Asas kemudahan ini pula lah yang menjadi dasar agama ini. Allah menurunkan agama Islam bersama
dengan kemudahan-kemudahan. Allah berfirman,

‫ي ُِري ُد هَّللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َواَل ي ُِري ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر‬

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS Al-
Baqarah : 185)

Allah juga berfirman,

ٍ ‫ۚ و َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم فِي الدِّي ِن ِم ْن َح َر‬


‫ج‬ َ
“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.” (QS Al-Hajj : 78)

Nabi bersabda,

‫َى ٍء ِمنَ ال ُّد ْل َج ِة‬


ْ ‫ َوا ْستَ ِعينُوا ِب ْال َغ ْد َو ِة َوالرَّوْ َح ِة َوش‬، ‫اربُوا َوأَب ِْشرُوا‬
ِ َ‫ فَ َس ِّددُوا َوق‬، ُ‫ َولَ ْن يُشَا َّد ال ِّدينَ أَ َح ٌد ِإالَّ َغلَبَه‬، ‫إِ َّن ال ِّدينَ يُ ْس ٌر‬

“Sesungguhnya agama (Islam) mudah, tidak ada seorang pun yang hendak menyusahkan agama
(Islam) kecuali ia akan kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah, berbahagialah dan
manfaatkanlah waktu pagi, sore dan ketika sebagian malam tiba.” (HR Bukhari no. 39)

Jenis Kemudahan

Kemudahan (At-Takhfif) dalam Islam yang diberikan oleh Allah secara garis besar dimaksudkan
dalam dua hal, yaitu :

1. ‫( اَأْل َصْ ُل‬Al-Ashl) ; agama Islam pada asalnya adalah agama yang mudah

Telah dibahas sebelumnya bahwa agama Islama adalah agama yang mudah. Inilah maksud
dari kemudahan yang diberikan oleh secara ashl yaitu pada asalnya Islam itu keseluruhannya adalah
agama yang sangat mudah. Sebagai contoh, shalat wajib yang dibebankan kepada umat Islam
hanyalah 5 waktu dalam sehari yang awalnya 50 waktu. Bersamaan dengan itu, 5 waktu tersebut
tetap bisa senilai pahala 50 waktu. Dalam sebuah hadits :

‫ فرض‬: ‫ ما فرض هللا لك على أمتك ؟ قلت‬: ‫ففرض هللا عز وجل على أمتي خمسين صالة فرجعت بذلك حتى مررت على موسى فقال‬
‫ وضع‬: ‫ قلت‬، ‫ فرجعت إلى موسى‬، ‫ فراجعت فوضع شطرها‬، ‫ فارجع إلى ربك فإن أمتك ال تطيق ذلك‬: ‫ قال‬، ‫خمسين صالة‬
‫ ارجع إلى ربك فإن أمتك ال تطيق‬: ‫ فقال‬، ‫ فرجعت إليه‬، ‫ فراجعت فوضع شطرها‬، ‫ راجع ربك فإن أمتك ال تطيق‬: ‫ فقال‬، ‫شطرها‬
‫ استحييت‬: ‫ فقلت‬، ‫ راجع ربك‬: ‫ فقال‬، ‫ فرجعت إلى موسى‬، ‫ ال يبدل القول لدي‬، ‫ وهي خمسون‬، ‫ هي خمس‬: ‫ فقال‬، ‫ فراجعته‬، ‫ذلك‬
‫من ربي‬

“Allah mewajibkan atas umatku 50 shalat dan aku kembali dengan perintah itu, sampai aku melewati
nabi Musa di mana dia bertanya, “Apa yang Allah wajibkan kepada umatmu?” Aku menjawab, “Allah
mewajibkan 50 shalat.” Musa berkata, “Kembali kepada tuhanmu, karena umatmu tidak akan kuat
atas perintah itu.” Maka aku kembali dan Allah menghapuskan separuhnya dan aku kembali kepada
Musa dan berkata, “Allah telah menghapuskan sepatuhnya.”

Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu, karena umatmu tidak akan kuat atas perintah itu.”
Maka aku kembali dan Allah menghapuskan separuhnya dan aku kembali kepada Musa.

Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu, karena umatmu tidak akan kuat atas perintah itu.”
Maka aku kembali dan Allah berkata, “Shalat itu lima (waktu) dan dinilai lima puluh (pahalanya) dan
perkataan-Ku tidak akan berganti.” Aku kembali lagi kepada Musa.

Musa berkata lagi, “Kembali kepada tuhanmu.” Namun aku berkata, “Aku sudah malu kepada
tuhanku.” (HR Bukhari no. 342 dan Muslim no. 163)

Contoh lainnya adalah puasa ramadhan. Puasa dibebankan kepada umat Islam sebagai bukti
penghambaannya kepada Allah. Bersamaan dengan itu, puasa hanya diwajibkan satu bulan penuh,
tidak satu tahun. Demikian pula zakat hanya diwajibkan membayarkan 2,5% dari total harta kita
apabila telah mencapai nishab.

2. ‫ئ‬ ِ َّ‫( اَلط‬At-Thari’) ; keringanan tambahan karena ada sebab


ُ ‫ار‬

Selain keringanan yang secara asal telah melekat pada Islam, Allah juga memberikan
keringanan-keringanan tambahan pada syariat-syariat tertentu karena adanya sebab-sebab tertentu.
Diantara bentuk keringanan tersebut adalah:
ُ‫( اَإْل ِ ْسقَاط‬pengguguran)

Contohnya, orang yang sakit, orang yang sedang melakukan perjalanan (musafir), dan seorang
budak, digugurkan dari mereka kewajiban shalat jumat. Contoh lain, orang yang miskin atau tidak
mampu, tidak diwajibkan bagi mereka menunaikan ibadah haji.

ُ‫( اَلتَّ ْنقِيص‬pengurangan)

Contohnya, seorang musafir diperbolehkan baginya mengurangi jumlah rakaat pada shalat dhuhur,
ashar, dan isya yang dia lakukan (shalat qashar).

‫( اَلتَّ ْق ِد ْي ُم َو التَّأْ ِخ ْي ُر‬mendahulukan dan mengakhirkan)

Contohnya, pada shalat jamak, diperbolehkan apabila ada hajat untuk mendahulukan shalat ashar ke
waktu dhuhur, atau mengakhirkan shalat dhuhur ke waktu ashar. Contoh lain, diperbolehkan bagi
seseorang yang ingin membayar zakat sebelum waktunya (sebelum haul setahun) jika sudah
mencapai nishab.

ُ‫( اَلتَّرْ ِخيْص‬keringanan)

Contohnya, jika ada najis yang sedikit yang susah dihilangkan maka seperti ini syariat memberi
keringanan dan memaafkan apabila tidak bisa benar-benar bersih.

‫( اَلتَّ ْغيِ ْي ُر‬perubahan)

Contohnya, shalat khauf saat peperangan, sifat shalat khauf memiliki bentuk yang berbeda dengan
shalat pada umumnya, bahkan apabila perang terus berkecamuk, diizinkan baginya shalat di atas
kendaraannya dengan sifat shalat semampunya.

‫( اَإْل ِ ْبدَا ُل‬penggantian)


Contohnya, apabila seseorang tidak sanggup mandi atau berwudhu maka boleh digantikan dengan
tayammum.

‫( اَلتَّ ْخيِ ْي ُر‬pilihan)

Contohnya, pada kaffarah melanggar sumpah, diperbolehkan baginya memilih ingin membayar
kaffarah dengan memberi makan 10 orang miskin, atau memberi pakaian 10 orang miskin, atau
membebaskan budak, sebelum berpindah pada pilihan untuk berpuasa tiga hari.

Kaidah-Kaidah Turunan dari Kaidah Ketiga

1. ‫ق اأْل َ ْم ُر اِتَّ َس َع‬ َ ‫( إِ َذا‬Jika kondisi sempit maka diberikan kelapangan)


َ ‫ضا‬

Contohya, disyariatkannya shalat qashar untuk seorang musafir yang sedang melakukan perjalanan
demikian pula shalat khauf ketika perang dengan tata caranya yang berbeda dengan shalat pada
umumnya. Allah berfirman,

‫صاَل ِة إِ ْن ِخ ْفتُ ْم أَن يَ ْفتِنَ ُك ُم الَّ ِذينَ َكفَرُوا‬ ُ ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَا ٌح أَن تَ ْق‬
َّ ‫صرُوا ِمنَ ال‬ ِ ْ‫ض َر ْبتُ ْم فِي اأْل َر‬
َ ‫ض فَلَي‬ َ ‫ۚ وإِ َذا‬
َ

“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar
sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.” (QS An-Nisa’ : 101)

Contoh lain, seseorang yang tidak sanggup melunasi hutangnnya pada tempo yang telah ditentukan.
Kemudian dia meminta temponya diperpanjang, maka wajib bagi orang yang menghutanginya untuk
menambah tempo waktu pelunasannya, Allah berfirman,

َ َ‫َوإِن َكانَ ُذو ُع ْس َر ٍة فَن َِظ َرةٌ ِإلَ ٰى َم ْي َس َر ٍة ۚ َوأَن ت‬


َ‫ص َّدقُوا َخ ْي ٌر لَّ ُك ْم ۖ إِن ُكنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia
berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.” (QS Al-Baqarah : 280)

2. ِ ‫ات تُبِ ْي ُح ْال َمحْ ظُوْ َرا‬


‫ت‬ ُ ‫ضرُوْ َر‬
َّ ‫( اَل‬Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang
sebelumnya haram)
Keadaan darurat adalah suatu keadaan dimana nyawanya, agamanya, atau hartanya bisa terancam.
Apabila seseorang mengalami keadaan seperti ini maka diperbolehkan baginya untuk mengambil
keharaman tersebut sekadar kebutuhannya (sebagaimana kaidah berikutnya). Allah berfirman,

‫اغ َواَل عَا ٍد فَاَل إِ ْث َم َعلَ ْي ِه ۚ إِ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َّر ِحي ٌم‬ ُ
ٍ َ‫ير َو َما أ ِه َّل بِ ِه لِ َغي ِْر هَّللا ِ ۖ فَ َم ِن اضْ طُ َّر َغي َْر ب‬ ِ ‫إِنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ْال ِخ‬
ِ ‫نز‬

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada
dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah : 173)

Allah juga berfirman,

‫ف إِّل ِ ْث ٍم ۙ فَإِ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َّر ِحي ٌم‬ َ ‫فَ َم ِن اضْ طُ َّر فِي َم ْخ َم‬
ٍ ِ‫ص ٍة َغ ْي َر ُمتَ َجان‬

“Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Maidah : 3)

Sebagai contoh, seseorang yang tersesat di tengah hutan tanpa bekal makanan atau kehabisan bekal
makanan. Agar dia tetap bertahan hidup, dia harus tetap makan makanan, namun yang dijumpai
hanya babi dan tidak menjumpai makanan halal lainnya. Maka pada saat itu diperbolehkan baginya
makan daging babi tersebut sekadar kebutuhannya.

3. ِ ‫ات تُقَ َّد ُر بِقَد‬


‫َرهَا‬ ُ ‫ضرُوْ َر‬
َّ ‫( اَل‬Darurat harus diukur seperlunya saja)

Kaidah ini adalah pelengkap kaidah sebelumnya. Keharaman yang boleh dikonsumsi karena darurat
hanya diperbolehkan sebatas kebutuhannya, tidak boleh lebih dari itu atau bahkan berpuas-puas
dengannya. Allah berfirman,

‫اغ َواَل عَا ٍد فَاَل إِ ْث َم َعلَ ْي ِه ۚ إِ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َّر ِحي ٌم‬ ُ
ٍ َ‫ير َو َما أ ِه َّل بِ ِه ِل َغي ِْر هَّللا ِ ۖ فَ َم ِن اضْ طُ َّر َغي َْر ب‬ ِ ‫إِنَّ َما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوال َّد َم َولَحْ َم ْال ِخ‬
ِ ‫نز‬
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada
dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Baqarah : 173)

Seperti pada contoh sebelumnya, babi yang dia makan karena keadaan darurat tidak boleh melebihi
kebutuhannya. Kebutuhannya adalah hanya sampai pada kadar yang membuat dia tetap bertahan
hidup, dia tidak boleh melampaui batas dan makan sampai kenyang, sebagaimana yang telah
diisyaratkan di dalam ayat.

Contoh lainnya, seperti seorang wanita yang harus membuka auratnya untuk kebutuhan
pemeriksaan oleh Dokter, maka yang dibuka adalah hanya bagian yang akan diperiksa saja tidak
boleh lebih dari itu.

Anda mungkin juga menyukai