Dalam hal ini hak yang diterima ahli warits (istri) dibagi dua maka ½ x
90.000.000 = 45.000.000/AW
2.2. menurut Imam Syafi’i jika kita atau saksi lupa urutan siapa yang
meninggal pertama dan siapa yang meninggal kemudian hingga yang
meninggal paling terakhir, maka perkara seperti ini harus ditunda dahulu
hingga teringat atau saling berdamai. Sedangkan menurut madzhab Imam
Ahmad, apabila antara ahli waris berselisih pendapat siapa yang lebih dahulu
meninggal sementara masing-masing tidak memiliki bukti, maka mereka harus
saling bersumpah seterusnya mereka tidak lagi saling mewarisi karena tidak
ada faktor yang dapat menguatkan.
▪ Contoh
1. Tahap pertama, kita hitung pembagian untuk ahli waris pertama sebagai
berikut: Isteri mendapat 1/8, anak perempuan mendapat 4/8, saudara
sekandung laki-laki (sang kakak) mendapat 3/8, sedangkan paman
seayah tidak mendapat apa-apa karena terhalang oleh saudara
sekandung laki-laki.
1. Tahap kedua, kita hitung bagian untuk ahli waris yang kedua sebagai
berikut: Dua orang anak perempuan mendapat 2/3 dari 3/8 dan paman
seayah mendapat 1/3 dari 3/8. Maka dua orang anak perempuan
mendapat 6/24 dan paman seayah mendapat 3/24.
1. Tahap ketiga, tentukan KPK dari 8 dan 24. Maka diketahui KPK nya
adalah 24, karena ia dapat dibagi dengan bilangan 8 dan 24 tanpa
menghasilkan sisa.
1. Tahap keempat, kita hitung total bagian untuk semua ahli waris
(jami’ah), yakni dari ahli waris yang pertama hingga ahli waris yang
kedua sebagai berikut: