Kelompok 4 :
Ahmad Nurmansyah 20210610079
Anisa Dwi Wahyuni 20210610073
Mulyati Gustina 20210610055
Zahran Agustira Pratiwi Putri 20210610163
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah pengetahuan
mengenai konsep kas dan rekening giro bank..
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami menerima kritik, saran, dan pendapat untuk perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Akhir
kata semoga makalah ini dapat memberikan dan menambah ilmu serta manfaat kepada kita
sekalian.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Pembelajaran.......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
H. Contoh Kasus Perhitungan GWM, Jasa Giro, dan Sanksi Pelanggaran GWM............22
A. Kesimpulan...................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kas adalah mata uang kertas dan logam baik dalam valuta rupiah maupun
valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Termasuk dalam
kas adalah mata uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalam masa
tenggang untuk penukarannya kepada Bank Indonesia. Kas perlu diatur sehingga
tidak terjadi kekurangan untuk memenuhi kewajiban bank, dan tidak berlebihan. Kas
yang berlebihan akan menimbulkan biaya opportunity. Agar bank bisa mengendalikan
kas maka perlu adanya informasi mengenai posisi atau saldo kas. Akuntansi kas akan
berkaitan dengan transaksi intern bank, pencatatannya sebesar yang diterima atau
yang dibayarkan.
Kas suatu bank tidak boleh bersaldo kredit sebab akan mengganggu likuiditas.
Khusus untuk rekening kas sering menampung pengiriman uang secara fisik (remise)
dari suatu bank ke bank lain atau dari suatu cabang ke cabang yang lain. Sedangkan
Giro Bank Indonesia merupakan rekening giro milik bank komersial dalam valuta
asing maupun valuta rupiah di Bank Indonesia. Dengan Giro BI, bank dapat
membiayai transaksi antara cabang maupun antarbank melalui penyelesaian kliring,
transfer. Disamping itu, dapat digunakan juga untuk membayar penarikan deposito
yang relatif besar, pemberian kredit. Transaksi Giro BI lebih banyak berkaitan dengan
transaksi kliring (nota debet/nota kredit), pemindahbukuan, pengambilan dan
penyetoran uang tunai ke BI oleh bank komersial.
Posisi kas dan Giro BI harus dilaporkan ke BI setiap akhir pekan yang ditunjukkan
dengan rasio Giro Wajib Minimum. Untuk menentukan Reserve Requirement
sebenarnya ada dua cara yaitu Logged reserve Requirement (LRR) dan
Contamporaneous Reserve Requirement (CRR). LRR adalah ketentuan reserve
requirement berdasarkan kewajiban yang telah terjadi pada periode sebelumnya.
Sedangkan CRR adalah ketentuan reserve requirement yang dihitung berdasarkan
keadaan kewajiban sesaat pada periode waktu yang sama. Ketentuan reserve
requirement atau Giro Wajib Minimum di Indonesia menganut Lagged Reserve
Requirement. Rasio GWM untuk valuta rupiah minimum 5% dan untuk valuta asing
minimum 3%.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembelajaran
Kas adalah mata uang kertas dan logam baik dalam valuta rupiah-maupun
valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Termasuk
dalam kas adalah mata uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalam
masa tenggang untuk penukarannya kepada bank Indonesia. Dalam pengertian kas
ini tidak termasuk commemorative cofn, emas batangan dan mata uang emas,
serta valuta asing yang tidak berlaku lagi.
Kas perlu diatur agar tidak terjadi kekurangan dalam memenuhi kewajiban
bank, dan tidak berlebihan. Kas yang berlebihan akan menimbulkan biaya
opportunity. Oleh karena itu agar bank bisa mengendalikan kas, perlu adanya
informasi mengenal posisi atau saldo kas. Perubahan posisi saldo kas di bank
umumnya disebabkan oleh:
a. Penyetoran dan penarikan tunal oleh nasabah. Untuk transaksi ini, nasabah
bisa melakukan penyetoran, pengambilan tabungan, penguangan cek, penerimaan
permohonan kiriman uang, penerimaan kiriman uang, penerimaan pembukaan
deposito, pembayaran deposito, dan sebagainya.
b. Penyetoran kepada atau penarikan dari rekening bank yang bersangkutan di
Bank Indonesia.
c. Penggunaan untuk transaksi Intern bank, misalnya untuk dana kas kecil,
pembayaran biaya-biaya operasional, biaya gaji, dan sebagainya.
Akuntansi kas akan berkaitan dengan transaksi tersebut, pencatatannya sebesar
yang diterima atau yang dibayarkan. Kas suatu bank tidak boleh bersaldo kredit
sebab akan mengganggu likuiditas. Saldo yang dibolehkan minimum sebesar Rp0.
Khusus untuk rekening kas sering menampung pengiriman uang secara fisik
(remise) dari suatu bank ke bank lain atau dari suatu cabang ke cabang yang lain.
Contoh: Tanggal 15 Mel 2012 Bank Mitra Niaga Semarang mengirimkan uang
tunai secara fisik ke Bank Mitra Niaga Cabang Solo sebesar Rp1.000.000.000,
maka pencatatan dalam jurnal di Cabang Semarang adaah:
15-05-2012 Dr. RAK Cabang Solo Rp. 1.000.000.000
Cr. Kas Rp. 1.000.000.000
Jurnal di cabang Solo adalah:
15-5-1012 Dr. Kas Rp. 1.000.000.000
Cr. RAK Cabang Semarang Rp. 1.000.000.000
Tanggal Transaksi
1/12/2012 Dibentuk dana kas kecil sebesar Rp. 200.000
5/12/2012 Dibayar biaya transport local Rp. 25.000
10/12/2012 Dibaray biaya rapat (snack) Rp. 30.000
15/12/2012 Dibayar biaya langganan majalah sebesar Rp. 10.000
20/12/2012 Dibayar biaya transport loal Rp. 20.000
30/12/2012 Dibayar biaya langganan koran Rp. 60.000
30/12/2012 Dibayar biaya makan siang pegawai Rp. 50.000
31/12/2012 Kas kecil diisi kembali Rp. 195.000
Giro Bank Indonesia merupakan rekening giro milik Bank Umum/Komersial dalam
valuta asing maupun valuta rupiah di Bank Indonesia. Dana pada giro BI merupakan
penyediaan likuiditas. Dengan Giro Bl, bank dapat membiayai transaksi antara cabang
maupun antarbank melalui penyelesaian kliring dan transfer. Di samping itu dapat digunakan
untuk membayar penarikan deposito yang relatif besar, pemberian kredit, dan sebagainya.
Mutasi giro Bl semakin sering dilakukan semakin banyak transaksi antar bank atau antar
cabang. Namun demikian pada setiap hari saldo harus dapat memenuhi ketentuan BI
mengenai Giro Wajib Minimun.
Transaksi Giro BI lebih banyak berkaitan dengan transaksi kliring (nota debit/nota
kredit), pemindahbukuan, pengambilan, dan penyetoran uang tunai ke BI oleh bank komesial.
Giro BI dalam valuta rupiah akan dicatat sebesar nilsai nominalnya, sedangkan Giro BI valas
dicatat berdasarkan kurs BI yang berlaku saat itu.
Rekening Giro BI adalah rekening pihak eksternal tertentu di Bank Indonesia yang
merupakan sarana bagi penata-usahaan transaksi dari simpanan yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat. Giro Bank Indonesia juga dapat didefinisikan sebagai saldo rekening
giro milik bank yang bersangkutan yang berada di Bank Indonesia. Rekening ini tidak boleh
dikurangi dengan pinjaman dari Bank Indonesia dan tidak boleh ditambah dengan fasilitas
pinjaman dari BI yang belum digunakan tapi sudah disetujui (dalam komitmen) misalnya
Kredit Likuiditas Bank Indonesia. Rekening ini dalam valuta rupiahah maupun valuta asing.
Rekeninggiro dalam rupiah adalah rekening giro dalam mata uangrupiah yang penarikannya
dapat dilakukan dengan menggunakan cek Bank Indonesia, bilyet Bank Indonesia, atakamu
sarana lainnya. Sebagaimana dimaksud dalam ketentuan BI yang berlaku tentang hubungan
rekening giro antara BI dengan pihak ekstern.
Giro wajib mijumlah (statutory reserve) adalah simpanan minimum yang harus dipelihara
oleh bank dalam bentuk saldo rekeninggiro Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh BI
sebesar proporsi tertentu dari dana pihak ketiga.
Dana pihak ketiga adalah bank adalah kewajiban bank kepada penduduk dan bukan penduduk
dalam rupiah dan valuta asing.
1. GMW dalam rupiah ditetapkan sebesar 5% (lima per seratus) dari DPK dalam rupiah.
GMW dalam rupiah sebesar 5%(lima per seratus) wajib dipenuhi oleh seluruh bank tanpa
memperhatinkan jumlah DPK dalam rupiah yang dimiliki.
a. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp1.000.000.000.000,00 (satu
triliun rupiah) sampai dengan Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah), wajib
memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 1% (satu per seratus) dari DPK dalam
rupiah.
b. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp10.000.000.000.000,00
(sepuluh triliun rupiah) sampai dengan Rp50.000.000.000.000,00 (lima puluh triliun rupiah),
wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 2%(dua per seratus) dari DPK
dalam rupiah.
c. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari Rp50.000.000.000.000,00 (lima
puluh triliun rupiah), wajib memelihara tambahan GWM dalam rupiah sebesar 3% (tiga per
seratus) dari DPK dalam rupiah.
d. Bank yang memiliki DPK dalam rupiah sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00 (satu
triliun rupiah) tidak dikenakan kewajiban tambahan GWM sebagaimana dimaksud poin a, b,
dan c.
3. Bahwa pemenuhan GWM sebesar 594 ditambah persentase tertentu (pada poin 2a, 2b, dan
2c) maka masih perlu ditambah persentase tambahan GWM terkait dengan posisi Loan To
Deposit Ratio suatu bank dengan perincian sebagai berikut:
a. LDR bank yang berada di atas 90% akan dikenakan tambahan seebesar 0%
Jumlah harian saldo Rekening Giro Bank yang tercatat di Bank Indonesia
Setiap hari dalam1 (satu) laporan.
===================================================== X 100%
Rata-rata harian jumlah DPK Bank dalam 1 (satu) masa laporan pada 2 (dua)
Masa laporan sebelumnya.
Persentase GWM Bank dalam rupiah atau valuta asing tersebut didasarkan pada DPK Bank
sebagai berikut :
a. GWM harian untuk laporan sejak tanggal 1 sampai dengan 7 adalah sebesar
persentase GWM yang ditetapkan dari rata-rata DPK dalam masa laporan sejak
tanggal 16 sampai tanggal 23 bulan sebelumnya.
b. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 adalah
persentase GWM yang ditetapkan dari rata-rata DPK dalam masa laporan sejak
tanggal 24 sampai dengan akhir bulan sebelumnya.
c. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 16 sampai dengan tanggal 23 adalah
sebesar persentase GWM yang ditetapkan dari rata-rata DPK dalam masa laporan
sejak tanggal 1 sampai dengan tanggal 7 bulan yang sama.
d. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan tanggal akhir bulan
adalah sebesar persentase GWM yang ditetapkan dari rata-rata DPK dalam masa
laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 bulan yang sama.
Jumlah DPK yang dimaksud, adalah jumlah DPK dalam rupiah pada seluruh kantor Bank di
Indonesia dan jumlah DPK dalam valuta asing pada seluruh kantor Bank padaseluruh Bank di
Indonesia. Khusus untuk DPK dala rupiah meliputi kewajiban dalarupiah kepada pihak ketiga
bukan bank, baik kepada penduduk maupun bukan penduduk yang terdiri dari:
a. Giro Nasabah, yaitu simpanan masyarakat yang penariannya dapat dilakukan setiap
saat dengan menggunakan cek, billyet giro, atau surat perintah pemindah bukuan
yang lain. Dalam hal Giro ini bersaldo debit (positif) maka tidak diperhitungkan
dalam pos ini namun harusdimasukkan dalam rekening kredit yang diberikan. Namun
apabila bersaldo kredit (negatif) pada rekening kredit yang diberikan maka harus
dimasukkan dalam rekening Giro.
b. Simpanan berjangka, hal ini bisa berupa deposito berjangka dan sertifikat deposito.
Dalam pos ini termasuk deposito berjangka, deposito asuransi, dan deposit on call
dalam rupiah yang penarikannya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai
dengan perjanjian yang disepakati antar bank dengan pihak ketiga. Sedangkan
sertifikat deposito, yaitu simpanan berjangka yang penarikannya dapat dilakukan
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.
c. Tabungan, yaitu simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan menurut
syarat-syarat tertentuyang telah disepakati tetapi, tidak dapat ditarik dengan
menggunakan cek, bilyet giro, atau yang dipersamakan dengan itu.
d. Kewajiban-kewajiban lainnya. Kewajiban jangka pendek lainnya yaitu semua
kewajiban bank selain yang disebutkan diatas (angka 1 sd 4) yang sampai dengan 24
bulan dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus dibayarkan,.misalnya adalah utang
PPh, rekening titipan yang lain, kewajiban pembelian SPBU yang dijual dengan
syarat repurchase agreement (repo).
Sedangkan DPK dalam valuta asing meliputi kewajiban dalam valuta asing kepada pihak
ketiga, termasuk bank di Indonesia, baik kepada penduduk maupun bukan penduduk, yang
terdiri dari:
a. Giro;
b. Simpanan berjangka;
c. Kewajiban-kewajiban lainnya;
dengan pemberian jasa giro oleh Bank Indonesia, Bank Indonesia dapat
Istilah pengkreditan oleh Bank Indonesia samadengan pendebetan oleh Bank Umum.
Sebaliknya pendebetan oleh Bank Indonesia merupakan pengkreditan oleh oleh bank umum.
Pendebetan rekening giro Bi oleh Bank Indonesia berarti merupakan pengkreditan bagi bank
umum. Pengkreditan Giro Bl oleh Bank Umum merupakan pembebanan rekening yang
bersangkutan. Dengan demikian jurnal untuk mencatat pembayaran sanksi ini di Bank Umum
adalah:
Pelanggaran GWM bisa terjadi baik pada kondisi saldo giro Bl positif (bersaldo debit)
maupun bersaldo kredit (negatif) bagi bank umum. Bank dinyatakan melanggar GWM
apabila saldo harian Rekening Giro Bank pada Bank Indonesia lebih kecil dari saldo harian
Rekening Giro Bank yang wajib dipelihara untuk pemenuhan GWM. Dalam hal terjadi
pelanggaran GWM dalam rupiah dan Rekening Giro Rupiah Bank dimaksud bersaldo positif,
maka Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 125% dari rata-rata suku bunga
jangka waktu 1 (satu) harl overnight dari JIBOR pada hari terjadinya pelanggaran, terhadap
kekurangan GWM dalam rupiah, untuk setiap hari pelanggaran. Jakarta Interbank Offered
Rate, yang untuk selanjutnya disebut JIBOR, adalah suku bunga antarbank untuk berbagai
jangka waktu yang ditawarkan oleh bank-bank tertentu di Jakarta.
Contoh 1 perhitungan sanksi:
Bank A memiliki rata-rata harian DPK dalam rupiah dalam masa laporan sejak tanggal 8
sampai dengan tanggal 15 bulan Januari sebesar Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun
rupiah). LDR di atas 90%. GWM harian untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan
tanggal akhir bulan Januari adalah sebesar:
a. 5% (lima per seratus) dari Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun rupiah) yaitu
sebesar Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1); ditambah dengan
b. 2% (dua per seratus) dari Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun rupiah) yaitu sebesar
Rp400.000.000.000,00 (empat ratus miliar rupiah), sebagaimana dimaksud kriteria
pemenuhan GWM poin 2.
Saldo Rekening Giro Rupiah Bank A pada Bank Indonesia pada tanggal 24 Januari
adalah sebesar Rp1.200.000.000.000,00 (satu triliun dua ratus miliar rupiah) atau 6% dari
DPK dalam rupiah, sehingga terdapat kekurangan pemenuhan GWM sebesar
Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah). Suku Bunga JIBOR pada tanggal 24 Januari
adalah sebesar 6% (enam per seratus). Perhitungan sanksi kewajiban membayar atas
pelanggaran GWM rupiah untuk Bank A pada tanggal 24 Januari adalah sebagai berikut:
Yaitu:
Rp 200.000.000.000,00 x 1,25 x 6 x 1
360 x 100
= 41.666.667
Contoh 2 perhitungan sanksi: Bank B memiliki rata-rata harian DPK dalam ruplah
dalam masa laporan sejak tanggal 8 sampal dengan tanggal 15 bulan Januari sebesar
Rp800.000.000.000,00 (delapan ratus miliar rupiah). LDR di atas 90%. GWM harian untuk
masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan tanggal akhir bulan Januari adalah sebesar 5%
(lima per seratus) dari Rp800.000.000.000,00 (delapan ratus miliar rupiah) yaitu sebesar
40.000.000.000,00 (empat puluh miliar rupiah). Saldo Rekening Giro Rupiah Bank B pada
Bank Indonesia pada tanggal 24 Januari adalah sebesar Rp20.000.000.000,00 (dua puluh
millar rupiah) atau 2,5% dari DPK Bank, sehingga terdapat kekurangan pemenuhan GWM
sebesar Rp 20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah). Suku bunga JIBOR pada tanggal 24
Januari adalah sebesar 6% (enam per seratus). Perhitungan sanksi kewajiban membayar atas
pelanggaran GWM rupiah untuk Bank B pada tanggal 24 Januari adalah sebagai berikut:
Dalam hal terjadi pelanggaran GWM dalam rupiah dan Rekening Giro Rupiah Bank
dimaksud bersaldo negatif, maka Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar:
a. 125% (seratus dua puluh lima per seratus) dari rata-rata suku bunga jangka waktu 1 (satu)
hari overnight dari JIBOR pada hari terjadinya pelanggaran, terhadap GWM dalam rupiah
yang wajib dipelihara; ditambah dengan
b. 150% (seratus lima puluh per seratus) dari Suku Bunga PUAB untuk jangka waktu 1 (satu)
hari, yang tercatat di PIPU, terhadap saldo negatif, untuk setiap hari pelanggaran.
Sebagal catatan bahwa Pusat Informasi Pasar Uang, yang untuk selanjutnya disebut PIPU,
adalah suatu sistem otomasi yang menyediakan informasi yang meliputi namun tidak terbatas
pada pasar uang ruplah dan valuta asing serta Informasi lainnya yang terkait dengan pasar
keuangan bagi anggota, pelanggan, dan Bank Indonesia. Sedangkan Pasar Uang Antar Bank,
yang untuk selanjutnya disebut PUAB, adalah kegiatan pinjam meminjam antara satu Bank
dengan Bank lainnya. Suku Bunga PUAB adalah rata-rata tertimbang suku bunga yang
terjadi di PUAB pagi dan sore pada hari pelanggaran GWM terjadi, yang tercatat pada PIPU.
Contoh perhitungan sanksi:
Bank A memiliki rata-rata harian DPK dalam rupiah dalam masa laboran sejak tanggal 8
sampal dengan tanggal 15 bulan Januari sebesar Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh trillun
rupiah). LDR di atas 90%. GWM harian yang wajib dipelihara untuk masa laporan sejak
tanggal 24 sampai dengan tanggal akhir bulan Januari adalah sebesar: a. 5% (lima per
seratus) dari Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun rupiah) yaitu sebesar
Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1);
ditambah dengan b. 2% (dua per seratus) dari Rp20.000.000.000.000,00 (dua puluh triliun
rupiah) yaitu sebesar Rp400.000.000.000,00 (empat ratus miliar rupiah), sebagaimana
dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 2.
Saldo Rekening Giro Rupiah Bank A pada Bank Indonesia pada tanggal 24 Januari adalah
sebesar Rp1.200.000.000.000,00 (minus satu triliun dua ratus millar rupiah), sehingga
terdapat kekurangan pemenuhan GWM yang wajib dipelihara sebesar
Rp1.400.000.000.000,00 (satu triliun empat ratus miliar rupiah) dan saldo negatif sebesar
Rp1.200.000.000.000,00 (minus satu triliun dua ratus miliar rupiah). Suku Bunga JIBOR
pada tanggal 24 Januari adalah sebesar 6% (enam per seratus). Suku bunga PUAB pada
tanggal 24 Januari adalah sebesar 7% (tujuh per seratus). Perhitungan sanksi kewajiban
membayar atas pelanggaran GWM rupiah untuk Bank A pada tanggal 24 Januari adalah
sebagai berikut:
GWM rupiah yang wajib dipelihara x 125% x suku bunga JIBOR x hari kerja
360 x 100
Yaitu
Rp1.400.000.000.000,00 x 1,25 x6x 1
360 x 100
= 291.666.667
Ditambah dengan perkalian jumlah saldo negatif Rekening Giro Rupiah Bank di Bank
Indonesia dengan 150% dikali Suku Bunga PUAB untuk jangka waktu 1 (satu) hari, dengan
rumus sebagai berikut:
saldo negatif x 150% x Suku Bunga PUAB 1 hari yang tercatat pada PIPU x hari
360 x 100
1.200.000,000,000,00 x 1,5 x 7 x 1
360 x 100
=350.000.000,00
Dengan demikian jumlah penalty pelanggaran untuk kasus ini adalah Rp291.666.667 +
Rp350.000.000 = Rp641.666.667
Dalam hal terjadi pelanggaran GWM dalam valuta asing, maka bank dikenakan sanks!
kewajiban membayar sebesar 0,04% per hari kerja, yang dihitung dari selisih antara saldo
harlan Rekening Giro Valas Bank pada Bank Indonesia yang wajib dipelihara dengan saldo
harlan Rekening Giro Valas Bank yang dicatat pada sistem akunting Bank Indonesia. Sanksi
kewajiban membayar ini dibayarkan dalam valuta ruplah dengan menggunakan kurs transaksi
Bank Indonesia pada hari terjadinya pelanggaran.
H. Contoh Kasus Perhitungan GWM, Jasa Giro, dan Sanksi Pelanggaran GWM
Contoh kasus:
Bank ABC memiliki rata-rata harian Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam rupiah dalam masa
laporan sejak tanggal 8 sampai dengan tanggal 15 bulan Januari sebesar
Rp55.000.000.000.000,00 (lima puluh lima triliun rupiah) dan perhitungan besarnya LDR
pada akhir masa laporan minggu kedua adalah 80%.
Saldo Rekening Giro Rupiah Bank A di Bank Indonesia pada:
Tanggal 24 Januari adalah sebesar Rp4.950.000.000.000,00 (empat triliun sembilan ratus
lima puluh miliar rupiah) atau 9% dari DPK dalam rupiah; Tanggal 25 Januari adalah sebesar
Rp4.950.000.000.000,00 (empat triliunsembilan ratus lima puluh miliar rupiah) atau 9% dari
DPK dalam rupiah;
Tanggal 26 Januari adalah sebesar Rp4.565.000.000.000,00 (empat triliun lima ratus enam
puluh lima miliar rupiah) atau 8,3% dari DPK dalam rupiah;
Tanggal 27 Januari adalah sebesar Rp5.555.000.000.000,00 (lima triliun lima ratus lima
puluh lima miliar rupiah) atau 10,1% dari DPK dalam rupiah;
Tanggal 28 Januari adalah sebesar Rp7.051.000.000.000,00 (tujuh triliun lima puluh satu
miliar rupiah) atau 12,82% dari DPK dalam rupiah;
Tanggal 29 Januari adalah sebesar Rp6.050.000.000.000,00 (enam triliun lima puluh millar
rupiah) atau 11% dari DPK dalam rupiah;
GWM harian yang wajib dipelihara untuk masa laporan sejak tanggal 24 sampai dengan
tanggal akhir bulan Januari adalah sebesar: a. 5% (lima per seratus) dari
Rp55.000.000.000.000,00 (lima puluh lima triliun rupiah) yaitu sebesar
Rp2.750.000.000.000,00 (dua triliun tujuh ratus lima puluh
1. Perhitungan GWM
a. 5% (lima per serratus) dari Rp 55.000.000.000.000,00 (lima puluh lima triliun rupiah)
yaitu sebesar Rp 2.750.000.000.000,00 (dua triliun tujuh ratus lima puluh miliar
rupiah), sebagaimana dimaksud dalam kriteria pemenuhan GWM poin 1.
b. b. 3% (tiga per seratus) dari Rp55.000.000.000.000,00 (lima puluh lima triliun rupiah)
yaitu sebesar Rp1.650.000.000.000,00 (satu triliun enam ratus lima puluh miliar
rupiah), yang merupakan tambahan GWM berdasarkan DPK sebagaimana dimaksud
kriteria pemenuhan GWM dalam poin 2c; ditambah dengan
c. 1% (satu per seratus) dari Rp55.000.000.000.000,00 (lima puluh lima triliun rupiah)
yaitu sebesar Rp550.000.000.000,00 (lima ratus lima puluh miliar rupiah), yang
merupakan tambahan GWM berdasarkan LDR sebagaimana dimaksud dalam kriteria
pemenuhan GWM pada poin 3.
a. Perhitungan jasa giro untuk masing-masing tanggal 27, 28, 29, dan 30 Januari adalah
sebagai berikut: 0,0175% x bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang
merupakan kewajiban pemeliharaan tambahan GWM; yaitu 0,0175% x
Rp2.200.000.000.000,00 Rp385.000.000,00 = Saldo Rekening Giro Rupiah pada
tanggal 24, 25, dan 31 Januari tidak diberikan jasa giro, karena tanggal-tanggal
tersebut jatuh pada hari bukan hari kerja.
b. b. Pengkreditan jasa giro oleh Bank Indonesia untuk masing-masing tanggal 27, 28,
29, dan 30 Januari dilakukan oleh Bank Indonesia pada Rekening Giro Rupiah Bank
pada tanggal 2 Februari, karena tanggal 1 Februari jatuh pada hari libur. Jasa giro
yang dikreditkan ke Rekening Giro Rupiah Bank pada tanggal 2 Februari adalah
sebesar:
4 x Rp385.000.000,00 Rp1.540.000.000,00
Jasa giro merupakan biaya bagi Bank Indonesia dan merupakan pendapatan bunga bagi bank
umum. Pendebetan oleh Bl merupakan pengkreditan oleh Bank Umum. Dengan demikian
jurnal di Bank ABC adalah:
a. Sanksi terhadap kekurangan pemenuhan GWM pada tanggal 26 Januari dihitung sebagai
berikut:
Rp 385.000.000.000,00 x 1,25 x 8 x 1 hari
360 x 100
= Rp 106.944.444
Keterangan:
Bahwa saldo giro BI pada 26 Januari sebesar Rp 4.565.000.000.000 yang setara dengan 8,3%
dari DPK dalam valuta rupiah. Dengan demikian perhitungannya adalah:
5% x Rp 55.000.000.000.000 = 2.750.000.000.000
3% x Rp 55.000.000.000.000 = 1.650.000.000.000
1% x Rp 55.000.000.000.000 = 550.000.000.000+
Jumlah GWM seharusnya = 4.950.000.000.000
Saldo giro BI per 26 Januari = 4.565.000.000.000-
Kekurangan Rp 385.000.000.000
Pendebetan rekening giro rupiah bank oleh Bank Indonesia untuk sanksi atas kekurangan
GWM pada tanggal 26 Januari sebesar Rp 106.944.444 dilakukan pada hari kerja berikutnya,
yaitu pada tanggal 27 Januari. Dengan demikian Bank ABC melakukan pengkreditan pada
tanggal tersebut sebagai berikut
Rekening Debet Kredit
Dr. Biaya lainnya-Penalty Pelanggaran Rp 106.944.444
GWM
Cr. Giro Bank Indonesia Rp 106.944.444
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kas adalah mata uang kertas dan logam baik dalam valuta rupiah maupun valuta asig
yang masih berlaku sebagai alat pembayaran sah. Termasuk dalam kas adalah mata
uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalammasa tenggang untuk
penukarannya kepada Bank Indonesia. Perubahan posisisaldo kas di bank uunya
disebabkan oleh :
a) Penyetorandan penarikan tunaioleh nasabah. Untuk transaksi ini, nasabah
bisa melakukan penyetoran, pengambilan tabungan, penguangan cek,
penerimaan permohonan kiriman uang, Penerimaan kiriman uang,
penerimaan pembukaan deposito, dan pembayaran deposito.
b) Penyetoran kepada atau penarikan dari rekening bank yang bersangkutan di
Bank Indonesia.
c) Penggunaan untuk transaksi intern bank, misalnya untuk dana kas kecil,
pembayaran biaya-biaya operasional, biaya gaji dan sebagainya.
Giro Bank Indonesia adalah rekening giro milik bank umum atau komersial
dalam valuta asing maupun valuta rupiah di Bank Indonesia (BI). Dana pada
giro BI adalah penyediaan likuiditas.Giro Wajib Minimum (statutory reserve)
adalah simpanan miniumyang harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo
rekening giro Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh BI sebesar
persentase tertentu dari pihak ketiga. Dana Pihak Ketiga adalah bank yang
memiliki kewajiban kepada penduduk dan bukan penduduk dalam rupiah
maupun valuta asing.
Pelanggaran GWM bisa terjadi baik pada kondisi saldo giro positif maupun
saldo giro negatif bagi bank umum. Bank dinyatakan melanggar GWM bila
saldo harian rekening pada BI lebih kecil dari saldo harian rekening giro bank
yang wajib dipelihara untukpemenuhan GWM. Dalam hal terjadi pelanggaran
dalam rupiah dan rekening giro rupiah bank dimaksud bersaldo positif. Maka
bank dikenakan sanksi. Dalam hal terjadi pelanggaran GWM dalam rupiah dan
rekening giro rupiah bank bersaldo negatif maka bank dikenakan sanksi.
Sedangkan dalam hal terjadi pelanggaran GWM dalam valuta asing, maka bank
dikenakan sanksi kewajiban membayar. Yang dihitung dari selisih antara saldo
harian rekening giro valas bank yang dicatat padasistem akunting BI. Sanksi
kewajiban membayar ini dibayarkan dalam valuta rupiah dengan menggunakan
kurs transaksi BI pada hari terjadinya pelanggaran.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Taswan, S. (2008). Akuntansi Perbankan (Transaksi dalam Valuta Rupiah).(3rd ed.).
Semarang: UPP STIM YKPN.