Dosen Pengampu:
Oleh:
Kelompok 5
EKA 329/B2
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2022
PEMBAHASAN
2. Modal Pelengkap
Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal
dari laba, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi. Cadangan revaluasi aktiva
tetap yakni cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang
telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jendral Pajak. Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan,
dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagian akibat
tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktifnya. Modal pinjaman
merupakan utang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat-sifat
seperti modal dan mempunyai ciri-ciri tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan,
tidak dapat ditarik atau dilunasi atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan BI,
mempunyai kedudukan sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank
melebihi laba ditahan dan cadangan yang termasuk modal inti, meskipun bank belum
dilikuidasi, dan pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan
rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut. Pencatatan
modal pinjaman dimulai saat penerbitan atau penjualan warkat modal pinjaman.
Modal pinjaman dicatat sebesar nilai nominal. Biaya-biaya penerbitan warkat modal
pinjaman dapat ditangguhkan dan diamortisasi secara sistematis selama taksiran
jangka waktunya, yang selama-lamanya 5 tahun.
c. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah dibayar pebuh
e. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia,
dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank yang bersangkutan tetap sehat
Dr, Giro BI xx
0% : a Kas
20% : a. Giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, serta tagihan lainnya
b. Kredit kepada atau yang dijamin oleh bank lain atau Pemerintah Daerah.
40% : Kredit Pemillikan Rumah (KPR) yang dijamin oleh hak tanggungan pertama :
dengan tujuan untuk dihuni
50% : a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Yang dimaksud dengan BUMN
sebagai penjamin adalah lembaga penjamin kredit milik Pemerintah Pusat.
Yang dimaksud dengan BUMD sebagai penjamin adalah BUMD yang
melakukan usaha sebagai perusahaan penjamin dan melakukan perjanjian
kerjasama penjaminan kredit dengan lembaga penjamin kredit milik
Pemerintah Pusat.
b. Kredit kepada pegawai/pensiunan, yang memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1) Pegawai/pensiunan yang menerima kredit adalah:
85% : Kredit kepada usaha mikro dan kecil. Kredit kepada usaha mikro adalah kredit
dengan plafon sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Kredit
kepada usaha kecil adalah kredit dengan plafon di atas Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah),
100% : a. Kredit kepada atau yang dijamin oleh perorangan, koperasi, atau kelompok
dan perusahaan lainnya.
b. Aktiva tetap dan inventaris (nilai buku).
c. Aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan, atau Macet dalam
perhitungan ATMR dinilai sebesar nilai buku yaitu setelah dikurangi dengan
Penyisthan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) khusus dari aktiva produktif
dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. Penilaian kualitas aktiva
produktif (KAP) dan PPAP mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku
mengenai KAP dan PPAP BPR.
Tata Cara Perhitungan Kebutuhan Modal
Perhitungan kebutuhan modal minimum Bank Perkreditan Rakyat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Perhitungan kebutuhan modal didasarkan pada ATMR yang dihitung dengan cara
mengalikan nilai nominal pos-pos aktiva dengan bobot risiko masing-masing.
Perhitungan ATMR bagi aktiva produktif dengan kualitas Kurang Lancar, Diragukan,
atau Macet dilakukan dengan cara mengalikan nilai buku dengan bobot risiko masing-
masing. Dalam hal ini ATMR mengacu pada SE no.8/28/DPBI/2006 dan untuk
Kualitas Aktiva Produktif mengacu pada PBI no.8/19/PBI/2006.
b. Menjumlahkan ATMR dari masing-masing pos aktiva.
c. Menjumlahkan modal inti dan modal pelengkap untuk mengetahui jumlah modal
BPR.
d. Menghitung modal minimum dengan cara mengalikan jumlah ATMR dengan 8%
(delapan per seratus).
e. Menghitung kekurangan modal dengan cara membandingkan jumlah modal
minimum pada angka 4 dengan jumlah modal pada angka 3.
f. Menghitung KPMM dengan cara membandingkan jumlah modal BPR pada
angka 3 dengan ATMR pada angka 2.
Contoh:
BPR XYZ mempunyai laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi per 31
Desember 2016 seperti tampak pada Tabel 11.3 dan Tabel 11.4 berikut int:
Tabel 11.3.
1 Kas 63.647.000
4 Efek-Efek
B Passiva
a. Pemerintah
b. Lainnya 11.800.000
2 Tabungan 125.091.000
3 Deposito Berjangka 3.885.000.000
b Belum Disetor
8 Laba/Rugi (Ditahan) 137.985.000
6318.464.000
1 Pendapatan Operasional
Aktiva Neraca
1. Kas 63.647.000
BUMD/BUMN
a. BUMD 100
b. Perorangan 100
c. Koperasi 100
e. Lain-lain 100
I Modal
1. Modal
II 2. Modal Pelengkap
2.3.Modal Kuasi
b. Sebelum mengalokasikan beban modal untuk risiko pasar sebagaimana dimaksud pada
angka 1, bank wajib memenuhi KPMM untuk risiko kredit yaitu minimal sebesar 8%
sesuai ketentuan yang berlaku dengan formula:
c. Dalam perhitungan KPMM secara konsolidasi, perhitungan modal, risiko kredit, dan
risiko pasar dilakukan terhadap data/posisi secara konsolidasi.
d. Dalam melakukan perhitungan sebagaimana dimaksud pada angka 1, bank harus
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Menghitung Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit sesuai
ketentuan yang berlaku.
Menghitung jumlah beban modal untuk seluruh jenis risiko pasar.
Untuk, menghindari duplikasi perhitungan risiko terhadap surat berharga, eksposur
yang termasuk dalam troding book yang telah diperhitungkan risiko spesifik untuk
risiko suku bunga, seperti obligasi yang diterbitkan oleh BUMN/Swasta
dikeluarkan dari perhitungan ATM berdasarkan risiko kredit.
Menghitung eksposur tertimbang menurut risiko pasar (market risk weighted
exposures), dengan cara mengkonversikan jumlah beban modal untuk seluruh jenis
risiko pasar sebagaimana dimaksud pada huruf b menjadi ekuivalen dengan ATMR
(dikalikan dengan angka 12, 5, yaitu 100/8).
Menjumlahkan ATMR untuk risiko kredit dengan eksposur tertimbang menurut
risiko pasar.
Menghitung modal. bank yang terdiri atas Modal Inti (tier 1), Modal Pelengkap
(tier 2), dan Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) yang dialokasikan untuk menutup
risiko pasar setelah dikurangi penyertaan. Dalam perhitungan KPMM secara
konsolidasi, penyertaan yang, menjadi pengurang modal adalah penyertaan bank
kepada perusahaan anak yang tidak wajib dikonsolidasikan sesuai ketentuan yang
berlaku.
Membagi total modal sebagaimana dimaksud pada huruf f dengan jumlah ATMIR,
dan eksposur tertimbang sebagaimana dimaksud pada huruf e, yang hasillnya
dinyatakan dalam persentase.
e. Modal Pelengkap Tambahan (tier 3) yang digunakan dalam perhitungan rasio KPNM
adalah sebesar modal yang dibutuhkan untuk menutup risiko pasar.
f. Modal Pelenghap Tambahan (tier 3) yang memenun persyaratan namun tidak
digunakan dalam pertitungan rasio KPMM sebagaimana dimaksud pada angka 4,
dihitung sebagai rasio kelebihan Modal Pelengkap Tambahan (excess tir 3 capital
ratio), dengan formula:
Dr. Taswan. (2017). Akuntansi Perbankan: Akuntansi Modal Bank. (Edisi III, Cetakan 5).
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.