Disusun oleh :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
DAFTAR ISI
BAB I..................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................................. 3
BAB II ................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN.................................................................................................................... 5
PENUTUP ........................................................................................................................... 16
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian analisis teknikal dalam berinvestasi?
2. Apa saja asumsi yang digunakan dalam melakukan analisis teknikal dalam
berinvestasi?
3. Apa saja model-model yang terdapat dalam analisis teknikal?
4. apa saja teknik grafik yang digunakan dalam analisis teknikal?
5. Apa saja tantangan-tantangan yang dihadapi ketika menerapkan analisis
teknikal?
6. Apa saja keuntungan dan kelemahan ketika menggunakan analisis teknikal
dalam berinvestasi?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami pengertian analisis teknikal yang digunakan ketika
berinvestasi
2. Mengetahui apa saja asumsi yang digunakan dalam melakukan analisis teknikal
ketika berinvestasi
3. Mengetahui dan memahami apa saja model yang digunakan ketika melakukan
teknikal analisis
4. Mengetahui dan memahami apa saja teknik grafik yang dilakukan ketika
melakukan analisis teknikal
5. Mengetahui apa saja tantangan yang dihadapi ketika melakukan analisis teknikal
6. Mengetahui apa saja keuntungan dan kelemahan ketika menggunakan analisis
teknikal dalam berinvestasi
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
3) History Tends To Repeat Itself
Gagasan lain yang penting dalam analisis teknikal adalah bahwa sejarah
cenderung berulang, terutama dalam hal pergerakan harga. Sifat berulang dari
pergerakan harga dikaitkan dengan psikologi pasar, dengan kata lain, pelaku pasar
cenderung memberikan reaksi yang konsisten terhadap rangsangan pasar yang sama
dari waktu ke waktu. Analisis teknikal menggunakan pola grafik untuk menganalisa
pergerakan pasar dan memahami tren. Meskipun banyak dari grafik telah digunakan
lebih dari 100 tahun, mereka masih diyakini relevan karena menggambarkan pola
pergerakan harga yang sering berulang.
6
b) Moving Average Convergence Divergence (MACD)
Pertama kali diciptakan oleh Gerald Appel. MACD termasuk indikator
lagging dan sifat pergerakannya naik atau turun (oscillator) dan terbagi menjadi
dua bagian area oversold dan area overbought. Indikator MACD memiliki dua
garis ,warna tidak penting yang penting berbeda, dimana salah satunya adalah
garis sinyal dan yang lain adalah garis MACD. Garis MACD adalah selisih dari
dua buah EMA (misal EMA 26 dan EMA 12) dan menggunakan harga
penutupan saham.
Standar garis sinyal yang biasa digunakan adalah sembilan hari sedangkan
garis MACD adalah 26 dan 12. Jika garis sinyal dibuat lebih pendek, misalnya
tujuh hari maka akan memberikan sinyal yang lebih sensitif. Jika semakin rendah
periodenya maka kekurangannya adalah akan memberikan banyak sinyal palsu.
Garis sinyal sifatnya lebih lambat dan merupakan moving average dari
garis MACD. Cara bacanya jika Sinyal jual adalah pada saat
garis MACD memotong ke bawah garis sinyal maka ini merupakan sinyal jual.
Dan disebut sinyal beli jika garis MACD memotong ke atas garis sinyal.
7
c) Relative Strenght Index (RSI)
RSI adalah suatu indikator osilator dengan batasan rentang terendah (0)
sampai rentang tertinggi (100). Rentang di bawah 30 disebut sebagai
area oversold dan rentang di atas 70 disebut sebagai area overbought. Periode
RSI standardnya menurut pembuatnya adalah 14 hari, namun dapat dirubah agar
menghasilkan sinyal yang lebih sensitif menjadi 12, 10, atau 9 hari). Bila garis
RSI menembus ke bawah garis rentang 70 memberikan sinyal bearish. Bila garis
RSI menembus ke atas garis rentang 30 memberikan sinyal bullish.
Jika terjadi penyimpangan garis RSI dengan grafik pergerakan harga saham
(bertolak belakang), maka dapat pula sebagai sinyal jual atau sinyal beli. Apabila
garis RSI berada di atas garis rentang 70 (kondisi overbought) menunjukan arah
yang berlawanan dengan market, maka memberikan sinyal bearish. Apabila
garis RSI berada di bawah garis rentang 30 (kondisi oversold) menunjukan arah
yang berlawanan dengan market, maka memberikan sinyal bullish.
d) Stochastic Oscilator
Pergerakan Stochastic hampir menyerupai pergerakan RSI, namun
Stocasthic memilik dua garis yang disebut garis %K dan %D yang berkisar di
level vertikal 0-100. Area diatas 80 termasuk area overbought sedangkan area di
bawah 20 termasuk area oversold.
Mana yang disebut garis sinyal? Garis %K adalah disebut garis sinyal dan
garis yang terpenting. Garis % D disebut garis trigger (pemicu). Dikatakan ada
sinyal beli jika pada area oversold garis %K memotong ke atas garis %D.
8
Dikatakan sinyal jual jika pada area overbought garis %K memotong ke bawah
garis %D.
e) Bollinger Band
Dikembangkan oleh John Bollinger dan merupakan indikator yang
digunakan untuk mengukur volatilitas market. Garis garis dalam Bollinger Band
terbagi dalam 3 garis, yakni garis bawah, tengah dan atas. Kita juga dapat
menggunakan garis garis ini sebagai garis Support dan Resistance.
Garis garis Bollinger Band ini bisa mengecil dan membesar, hal ini terjadi
dikarenakan volatilitas market itu sendiri, dimana jika pergerakan harga dalam
kondisi tidak bergairah atau kurang kuat (sideways) biasanya garis Bollinger
Band ini merapat dan bahkan mengecil dan jika pergerakan harga mulai
berfluktuasi maka garis Bollinger Band akan bergerak membesar.
9
Pada akhirnya tidak semua indikator tersebut harus digunakan dan tidak
ada indikator yang 100 % sempurna. Semuanya berpaling pada trading style
masing masing trader, ada yang suka menggunakan beberapa indikator dalam
menganalisa pergerakan harga bahkan ada yang tidak menggunakan indikator
sama sekali. Semakian banyak menggunakan indikator terkadang bisa membuat
kita tidak fokus dalam trading dan terkadang malah membingungkan. Sekali lagi
Tidak ada benar atau salah dalam hal ini, yang ada hanyalah, the Market
is Always Right.
10
b) Chart Pola Pergerakan Harga Saham
Support Level.
Support level berarti tingkat harga atau kisaran harga, pada saat para analis
teknikal mengharapkan akan terjadinya peningkatan yang signifikan atas
permintaan saham di pasar. Biasanya terjadi ketika banyak investor melakukan
tindakan “ambil untung” dengan melakukan penjualan saham-saham karena
tertarik pada harga jual yang cukup tinggi, dan biasanya diikuti oleh penurunan
harga saham. Dampak selanjutnya adalah banyak pembeli saham yang tertarik
untuk melakukan pembelian-pembelian saham sehingga permintaan saham
kembali meningkat. Sesuai dengan hukum permintaan penawaran, peningkatan
permintaan saham ini nantinya diharapkan menjadi support level yang menjaga
agar harga saham bergerak naik.
Resistance Level
Resistance level berarti kisaran harga di mana para analis teknikal
berharap akan terjadi peningkatan yang signifikan atas jumlah saham yang
ditawarkan di pasar. Dengan kata lain, resistance level menggambarkan batas
atas tingkat harga (upper boundary) yang dapat membuat para penjual saham
segera menjadi penahan atas gerakan naik harga saham karena jika banyak pihak
yang ingin menjual saham di pasar maka diharapkan harga akan bergerak turun,
dan tidak melewati batas atas harga. Hal ini biasa terjadi ketika harga saham
turun terus setelah mencapai harga tertinggi. Investor yang memiliki saham
tentunya tidaka akan mau rugi akibat harga sahamnya selalu turun. Mereka akan
menunggu waktu yang tepat untuk menjual sahamnya agar kerugian berkurang.
Biasanya pada saat harga saham mencapai titik balik (recovery point).
11
2.5. Tantangan-Tantangan Penggunaan Technical Analysis
Tantangan terhadap penggunaan technical analysis diungkapkan oleh para
penentangnya. Fokus penentang penggunaan technical analysis adalah pada:
1) Basic assumption
Asumsi technical analysis berlawanan dengan konsep dan hasil penelitian
empiris tentang EMH. Untuk menghasilkn superior risk-adjusted return (setelah
dikurangi transaction costs), harga pasar suatu sekuritas akan segera
menyesuaikan diri terhadap munculnya informasi. Trend ini menjadikan
munculnya weak-form EMH. Setelah menguji
Keberadaan weak-form EMH (lihat bahasan sebelumnya), peneliti
menemukan bahwa harga asset tidak bergerak pada suatu trend tertentu. Hasil
riset ini mendukung adanya EMH.
2) Technical trading rules
Harga pasar asset (hubungan antara specific market variables dengan harga
saham) tidak berulang. Sebagai konsekuensinya, penggunaan suatu teknik di masa
lalu mungkin saja menjadi tidak dapat diaplikasikan pada kesempatan lain.
Kemungkinan ini menyebabkan technical analyst menerapkan beragam trading
rules dan mencari kesepakatan dan consensus bersama untuk memprediksi pola
harga pasar suatu asset (future market pattern). Masalah lain pada technical
analyst adalah keberhasilan penggunaan suatu trading rule akan mendorong
investor lain untuk mengadopsinya. Hal ini akan menjadikan trading rule tersebut
popular dan berakibat pada meningkatnya level persaingan antar investor, dan
pada akhirnya akan menetralkan teknik tersebut. Hal lain adalah penggunaan
trading rules yang banyak menjadikan technical analyst membutuhkan a great
deal of subjective judgment.
Dua orang technical analyst yang mengamati pola harga saham yang sama
bisa jadi memiliki interpretasi yang berbeda tentang pola harga yang sedang
terjadi. Faktor lain tentang technical analysis adalah bahwa standard values yang
bisa menjadi signal untuk keputusan investasi bisa berubah sepanjang waktu.
12
3) Technical trading indicators
Grafik berikut ini menggambarkan siklus harga saham yang terjadi secara
normal. Siklus ini bisa terjadi pada keseluruhan pasar modal (overall stock
market) atau untuk saham individual. Grafik tersebut menggambarkan peak
(puncak) dan trough (low activity), rising trend channel, declining trend channel,
flat trend channel.
13
maka technician memandang trend ini sebagai sinyal untuk menjual asset dan
mengamati penurunan tersebut sebagai dimulainya declining trend channel.
14
perusahaan A akan dapat menghasilkan profit tinggi di bulan Juni. Meskipun Anda dapat
membeli saham perusahaan A pada bulan Februari, Anda lebih baik menunggu hingga
bulan Mei untuk membeli saham tersebut. Dengan demikian, uang Anda tidak terikat pada
saham A selama 3 bulan. Hal tersebut terjadi bagi fundamental analyst. Akan tetapi,
baik fundamental maupun technical analyst sama-sama memiliki kecenderungan
untuk menunggu saat yang tepat untuk berinvestasi. Kebanyakan technical analyst tidak
berinvestasi hingga saat terjadinya pergerakan menuju equilibrium baru.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada prinsipnya analisis teknikal merupakan metode analisis instrumen investasi
yang menggunakan data-data historis mengenai perubahan harga saham maupun instrumen
lainnya, volume dan beberapa indikator pasar yang lain untuk melahirkan rekomendasi
keputusan investasi. Analisis ini bisa diterapkan pada bursa saham, pasar valuta asing, bursa
komoditas atau pasar apapun yang pergerakan harga dagangannya dipegaruhi oleh
permintaan dan penawaran.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://www.belajarinvestasi.net/saham/analisis-teknikal-saham-perubahan-harga
https://literateerswain.wordpress.com/2016/01/10/analisis-teknikal/
http://sigmastocktrading.com/apa-itu-technical-analysis/
https://nanopdf.com/download/bahan-ajar-digunakan-sebagai-materi-penunjang-mata-
kuliah_pdf
17