“YURISDIKSI PEMAJAKAN”
KELOMPOK 1
1. BAYU SWASTIKA(1810020037)
2. ALBERTO FERARI USBOKO (1810020080)
JURUSAN AKUNTANSI
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa kuasa yang telah memberikan
pimpinan dan kasih karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“YuriSdiksi pemajakan”
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah rpajaK
Internasional. Dan kami mengucapkan trimakasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas
ini kepada kami. Kami berharap dengan adanya makalah ini, dapat menambah ilmu
pengetahuan dan mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini belumlah sempurna. Untuk itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman dan juga Ibu Dosen
pengajar Mata Kuliah Perpajakan Internasional.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………..
BAB I…………………………………………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………..
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………………….
BAB II……………………………………………………………………………………………………………….
PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………………………
BAB III………………………………………………………………………………………………………………
PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………
Bab 1
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Pajak adalah salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan pemerintah untuk
membiiayai pelaksanaan pembagunan di indonesia. Pajak dipungut dari warga negara bersifat
dipaksakan oleh negara kepada warga negara. Pembangunan nasional pada dasarnya dilakukan
masyarakat bersama-sama dengan pemerintah. Peran masyarakat dalam pembiayaan Negara
sangatlah penting dan dibutuhkan untuk pembiayaan pembangunan nasional. Oleh karena itu
kesadaran akan pembayaran pajak harusditingkatkan dari kalangan WNI dan WNA yang bekerja
di indonesia harus ditingkatkan. Peran pajak sangatlah penting dalam pertumbuhan suatu
negara. Termasuk negara berkembang seperti negara Indonesia
PEMBAHASAN
1. Yurisdiksi domisisli : yaitu hak pemajakan yang didasarkan kepada siapa yang
memperoleh penghasilan (berorientasi hanya pada subjek pajak).
2. Yurisdiksi sumber : yaitu hak pemajakan yang didasarkan kepada objek penghasilan
tersebut berada atau diperoleh (sumber penghasilan berada/terletak di indonesia,
berorientasi kepada objek pajak)
Yurisdiksi Domisili
Mengutip Gunandi Rosdianandan Irianto (2012), sistem perpajakan di Indonesia
membangun Yurisdiksi berdasarkan dua kaitan (pertalian) fiskal yaitu subjek dan objek. Yuridiksi
pemajakan yang berdasarkan pada pertalian subjektif disebut yuridiksi domisili (status),
sedangkan yuridiksi yang mendasarkan pada pertalian objektif disebut yuridiksi sumber.
Yuridiksi Domisili/Status (Penduduk atau Kewanegaraan)
Negara berhak mengenakan pajak kepada orang pribadi atau badan karena berdomisili di
negara yang bersangkutan, atau karena status kewanegaraannya. Sehingga negaranya bisa
mengenakan pajak penghasilan atas seluruh penghasilan dari penghasilan dari seluruh
dunia yang diterima oleh penduduknya maupun oleh warga negara yang tidak menjadi
penduduknya (misalnya warga negaranya namun tinggal dinegara lain)
Indonesia menganut prinsip domisili sebagaimana dituangkan dalam pasal 2 ayat (3) huruf
a undang-undang pajak penghasilan:
Pasal 2
(3) yang dimaksud subjek pajak dalam negeri adalah :
(a) orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai iat untuk bertempat tinggal di Indonesia
Yurisdiriksi Sumber
Menurut Yuridiksi sumber, negara berhak mengunakan pajak kepada orang pribadi atau
atas penghasilan yang diperolehdari negaranya.
Sedangkan untuk badan sebagai subjek pajak dalam negeri, kewajiban subjektifnya
dimulai pada saat didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, dan akan berakhir pada saat
badan tersebut dibubarkan atau tidak berdomisili lagi di Indonesia. Ketika suatu badan didirikan
di Indonesia. Pada saat itu juga muncul kewajiban subjektif PPH-nya. Begitupun, Ketika suatu
badan berdomisili di Indonesia. Ketika itu juga badan tersebut telah memiliki kewajiban
subjektif. Untuk bentuk usaha tetap (BUT), kewajiban subejktifnya timbul sejak BUT tersebut
dibubarkan atau tidak menjalankan kegiatan lagi di Indonesia.
Untuk subjek pajak luar negeri baik orang peibadi maupun badan, kewajiban subjektifnya
dimulai Ketika menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia dan Berakhir sampai
dengan orang pribadi atau badan tersebut tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia.
Dengan kata lain. untuk subjek pajak luar negeri, penentuan saat dimulainya kewajiban
subjektif adalah pada saat timbulnya hubungan ekonomis subjek pajak luar negeri dengan
Indonesia, dimana hubungan ekonomis ini dilihat daari peroolehan atau penerimaan penghasilan
dari sumber penghasilan di Indonesia.
Penutup
3.1 Kesimpulan
Yurisdiksi adalah hak pemajakan satu negara terhadap yang diterima atau diperoleh
oleh warga negaranya baik yang bersumber dari dalam negeri dan luar negeri maupun
oleh warga negara asing yang besumber dari dalam negeri.
Yurisdiksi memiliki arti suatu batas kewenagan yang dapat dilakukan oleh suatu negara
dalam pemungutan pajak terhadap warga negaranya, agar pemungutannya tidak
berulang-ulang yang bisa memberatkan orang yang dikenakan pajak
Yuridiksi pemungutan pajak terdiri dari yuridiksi domisili dan yurisdiksi sumber
Daftar Pustaka
http://sg.docworkspace.com/d/slliGkq1qjoSSiQY