Anda di halaman 1dari 42

Pertemuan – 05

AKUNTANSI BIAYA
OVERHEAD PABRIK

R. M. JUKADI NATALEGAWA, SE.AK. MM. CA


NIDN : 0422067505

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tridharma


2022
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mampu mendefinisi overhead pabrik, komponen-komponen, dan contohnya;


2. Mampu memisahkan overhead pabrik yang bersifat variabel dan tetap pada
overhead pabrik campuran (mixed) dengan menggunakan beberapa metode;
3. Mampu menghitung tarif overhead pabrik dengan menggunakan basis aktivitas yang
sesuai;
4. Mampu mengakumulasi kos overhead pabrik aktual;
5. Mampu mengaplikasi overhead pabrik menggunakan tarif yang ditentukan;
6. Mampu menyelesaikan overhead pabrik yang diaplikasi lebih atau kurang.
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
• Overhead pabrik adalah semua kos produksi atau pemanufakturan yang tidak dapat secara
langsung diidentifikasi dan dialokasi pada produk.
• Kos ini merupakan bagian dari kos produksi, tetapi bersifat taklangsung terkait dengan proses
produksi itu sendiri.
• Jika dikelompokkan maka terdapat tiga kelompok besar overhead pabrik, yaitu sebagai
berikut.
1. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi tetapi tidak dapat
diidentifikasi secara langsung pada produk jadi atau kos dari bahan ini tidak signifikan
terhadap kos produk. Sebagai contoh, pada perusahaan konveksi, benang yang digunakan
merupakan bahan penolong karena kos atau nilainya tidak signifikan terhadap kos produk.
Pada perusahaan roti, ragi yang digunakan untuk mengembangkan adonan akan
terkategori sebagai bahan penolong karena tidak dapat diidentifikasi pada produk jadi dan
nilainya tidak signifikan terhadap kos produk.
2. Tenaga Kerja Taklangsung
Tenaga kerja taklangsung adalah semua tenaga kerja yang tidak dapat diidentifikasi secara
langsung perannya pada produk atau dengan kata lain tidak berhubungan atau terlibat
langsung dengan proses produksi. Contoh dari tenaga kerja taklangsung adalah pengawas
atau supervisor, manajer, tenaga keamanan, tenaga kebersihan, dan petugas pencatat
waktu. Jadi, sepanjang pekerja tidak terkait langsung dengan proses produksi maka akan
terkategori sebagai tenaga kerja taklangsung.
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
3. Kos Produksi Taklangsung Lainnya
Kategori ini meliputi semua kos selain bahan penolong dan tenaga kerja taklangsung yang
terjadi di pabrik. Beberapa jenis kos taklangsung adalah sebagai berikut.
a. Utilitas. Kos ini terkait dengan utilitas yang digunakan dalam pabrik, contohnya listrik, gas
yang digunakan oleh pemanas ruangan dan air.
b. Upah lembur dan premium.
c. Sewa. Kos ini terkait dengan sewa peralatan atau gedung pabrik.
d. Asuransi. Kos ini terkait dengan asuransi peralatan atau gedung pabrik.
e. Pajak. Kos ini terkait dengan pajak di pabrik, misalnya pajak bumi bangunan gedung
pabrik.
f. Depresiasi, meliputi baik depresiasi mesin, peralatan, dan gedung pabrik.
g. Reparasi dan pemeliharaan, meliputi semua kos terkait reparasi dan pemeliharaan mesin
dan gedung pabrik, termasuk penggunaan pelumas untuk mesin pabrik.
h. Semua kos yang terjadi di departemen pendukung.
• Secara mudah dapat disimpulkan bahwa kos overhead pabrik adalah semua kos produksi
yang tidak terkategori sebagai bahan baku dan tenaga kerja langsung.
• Biaya pemasaran dan administrasi bukan merupakan overhead pabrik karena bukan
merupakan kos produksi.
• Selain itu, semua biaya yang terjadi tidak di pabrik tidak dapat dikategori sebagai overhead
karena bukan bagian dari kos produksi tetapi sebagai kos periode.
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
• Sebagai contoh, pemeliharaan untuk kantor pusat, gaji manajer departemen keuangan di
kantor pusat, dan listrik kantor pusat, tidak terkategori sebagai overhead pabrik.
• Overhead pabrik memiliki dua karakteristik yang perlu dipertimbangkan jika produk akan
dibebani dengan jumlah yang memadai (reasonable) dengan kos ini.
• Karakteristik ini terkait dengan hubungan antara:
a. overhead pabrik dengan produk;
b. overhead dengan volume produksi.
• Pertama, Tidak seperti bahan baku dan tenaga kerja, overhead pabrik tidak dapat
diidentifikasi pada produk jadi.
• Sebagai contoh, depresiasi gedung pabrik yang menggunakan metode garis lurus.
• Depresiasi ini tidak dapat secara langsung dikaitkan dengan volume unit yang diproduksi.
• Berapa pun besarnya volume produksi, tidak mempengaruhi besaran dari depresiasi
bangunan.
• Pada perusahaan yang berkarakteristik padat karya, umumnya memiliki kos overhead pabrik
hampir seimbang dengan kos tenaga kerja langsung.
• Akan tetapi, pada perusahaan yang padat modal (capital /technology intensive), kos overhead
pabrik memiliki proporsi yang semakin besar terhadap kos produksi total, sedangkan kos
tenaga kerja langsung menurun.
• Kedua, overhead pabrik memiliki beberapa jenis pola perilaku hubungan terkait dengan
volume produksi.
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
• Adapun beberapa jenis pola perilaku hubungan terkait dengan volume produksi yaitu sebagai
berikut.
a. Tetap. Overhead pabrik tetap ini memiliki sifat tetap, yaitu besarnya tidak terkait dengan
volume produksi. Berapa pun jumlah unit yang diproduksi maka besaran kos overhead
pabrik tidak terpengaruh, contohnya pajak bumi bangunan pabrik, depresiasi peralatan dan
bangunan pabrik dengan metode garis lurus, sewa gedung pabrik, gaji manajer pabrik, dan
asuransi.
b. Variabel. Overhead pabrik yang memiliki pola perilaku variabel adalah overhead pabrik
yang besaran kosnya berbanding lurus dengan volume produksi. Semakin banyak jumlah
unit diproduksi maka semakin besar kos overhead pabrik ini, contohnya listrik, depresiasi
peralatan, dan bangunan dengan metode jumlah output.
c. Campuran. Sering juga disebut sebagai semivariabel atau semitetap.
Perilaku dari overhead pabrik ini adalah bisa memiliki salah satu dari dua sifat berikut, yaitu
sebagai berikut.
1) Berubah pada saat tingkat produksi tertentu terlewati. Sebagai contoh, overhead pabrik
akan tetap besarannya, tetapi jika jumlah unit diproduksi melebihi 10.000 unit maka
terdapat kenaikan overhead pabrik. Pola ini disebut juga kos bersifat variabel bertahap.
Contoh adalah kos inspeksi dan pengawasan pabrik.
2) Berubah atau bervariasi mengikuti volume produksi, tetapi tidak dalam proporsi yang
sama, contohnya kos utilitas dan pemeliharaan peralatan pabrik.
Pada umumnya, kos campuran ini dinyatakan dalam bentuk persamaan linier, yaitu:
Y = a + bX
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
• Dalam hal ini Y: kos campuran; a: kos tetap; b: kos variabel per basis aktivitas; dan X: volume
aktivitas.
• Sebagai contoh, didapatkan persamaan kos campuran adalah sebagai berikut.
Y = Rp40.000.000,00 + Rp3.400,00.X per jam mesin
• Jika diketahui bahwa dalam suatu periode terdapat 12.000 jam mesin maka kos campuran
total adalah sebesar Rp80.800.000,00 (berasal dari: Y = Rp40.000.000+(Rp3.400,00×12.000
jam mesin))
Y = Rp40.000.000 + Rp40.800.000
Y = Rp80.800.000
• Jika kos overhead pabrik tetap dan variabel sudah jelas perlakuan dan sifatnya maka kos
overhead pabrik campuran memiliki unsur tetap dan variabel.
• Dalam pembuatan anggaran dan penentuan tarif overhead pabrik maka unsur ini harus
dipisahkan satu dengan lainnya sehingga pembuatan anggaran akan lebih akurat.
• Keakuratan anggaran ini akan berdampak pada akurasi tarif overhead yang ditetapkan.
• Berikut ini beberapa metode yang dapat digunakan untuk memisahkan unsur tetap dan
variabel dari kos overhead pabrik campuran, yaitu sebagai berikut.

a. Metode observasi
• Metode observasi mengandalkan kemampuan pengamat untuk mendeteksi pola perilaku kos
dengan cara mereviu data kos dan volume masa lalu.
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
• Reaksi perubahan kos akibat adanya perubahan volume produksi diobservasi dan
berdasarkan itu ditentukan apakah kos tersebut termasuk kos tetap atau variabel, tergantung
pada kemiripan pola perilaku yang dimilikinya.
• Tentu saja kelebihan metode ini adalah pada kemudahannya, tetapi kelemahan utama adalah
rendahnya akurasi ketepatan pemisahan kos sebagai bersifat tetap maupun variabel.
• Hal ini dikarenakan pengamat akan kesulitan secara tepat untuk memisahkan besaran kos
tetap dan variabel dari suatu kos campuran.

b. Pendekatan perekayasaan industrial


• Dengan pendekatan perekayasaan industrial, fokus adalah pada kos apa saja yang akan
terjadi untuk menghasilkan produk jadi dengan kondisi fasilitas perusahaan digunakan secara
efisien.
• Pendekatan ini menggunakan studi time-and-motion dan spesifikasi produk untuk menentukan
komponen kos yang dibutuhkan.
• Pendekatan ini menganalisis hubungan antara input dan output dengan secara cermat
mempelajari setiap tahap proses pemanufakturan, jenis pekerjaan yang dilakukan dan kos
yang terjadi.
• Waktu penyelesaian untuk setiap tahap proses pemanufakturan dianalisis dan digunakan
sebagai basis estimasi kos tenaga kerja langsung. Estimasi kos bahan baku diperoleh dari
gambar perekayasaan dan kartu spesifikasi yang memuat bahan apa saja yang dibutuhkan.
Pendekatan ini sangat ilmiah dan detail, tetapi membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu
yang lama.
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
c. Analisis akun
Menggunakan metode analisis akun, akuntan memeriksa, dan mengklasifikasi setiap akun kos
sebagai kos yang bersifat tetap, variabel atau campuran.
Kemudian, kos yang bersifat campuran akan dirinci lagi menjadi variabel dan tetap.
Klasifikasi dan perincian sifat kos ini didasarkan pada pengalaman, inspeksi perilaku kos selama
beberapa periode atau semata-mata berdasarkan intuisi dan perasaan saja.
Derajat analisis yang dilakukan oleh akuntan terhadap akun untuk memperoleh data kos historis
bervariasi dari inspeksi yang sekadarnya sampai dengan inspeksi yang sangat mendetail dan
dilaksanakan dalam beberapa periode.
Pada kasus tertentu, analisis ini harus menentukan apakah selain output masih terdapat faktor
lain yang mempengaruhi kos.
Faktor-faktor tersebut bisa berupa perubahan musim, digunakannya teknologi yang lebih
canggih, produk baru atau proses pemanufakturan yang baru, dan faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan data historis menjadi tidak akurat untuk memprediksi hubungan aktivitas dengan
kos.
Kelemahan dari metode ini adalah adanya kemungkinan manajer mengasumsikan perilaku kos
tanpa melakukan analisis lebih lanjut.
Sebagai contoh, manajer mungkin akan mengklasifikasi tenaga kerja langsung sebagai kos yang
bersifat variabel sebagaimana yang selama ini terjadi dalam lingkungan pemanufakturan yang
padat karya (labor-intensive).
Akan tetapi, dengan berubahnya lingkungan pemanufakturan menuju technology intensive maka
tenaga kerja langsung dapat menjadi kos tetap.
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
d. Diagram serak (scattergraph)
• Metode ini merupakan metode analisis yang sederhana dengan hanya menggunakan dua
variabel saja, seperti variabel kos dan jam mesin saja.
• Sebagai contoh, Tabel dibawah ini menunjukkan data observasi penggunaan dan kos listrik di
PT Sempurna.

Tabel
Observasi Data Kos Campuran
Bulan Volume (Jam Mesin) Kos
Januari 35.000 Rp65.000.000
Februari 28.000 59.800.000
Maret 34.000 64.100.000
April 42.000 67.800.000
Mei 37.000 70.000.000
Juni 30.000 61.300.000
Juli 25.000 57.800.000
Agustus 22.000 55.600.000
September 20.000 54.200.000
Oktober 37.000 71.000.000
November 45.000 72.000.000
Desember 41.000 65.000.000
Total 396.000 Rp763.600.000
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
• Tahap yang harus dilakukan untuk memisahkan antara kos tetap dan variabel
adalah pertama, memplot data pada diagram dengan data kos pada garis
vertikal atau Y dan data penggunaan listrik pada garis horizontal atau X.
• Tahap kedua, memplot keseluruhan data berdasarkan kategori garis vertikal dan
horizontal yang telah ditetapkan sehingga setiap poin dalam diagram
merepresentasi 1 dari 12 observasi.

Diagram Serak Observasi Kos


• Tahap ketiga, menarik
Campuran
garis tren baik secara
matematis maupun secara
visual.
• Secara visual adalah
dengan cara menarik garis
lurus yang sebanyak
mungkin mengenai atau
sedapat mungkin
mendekati plot dalam
diagram.
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
• Setelah garis dibuat maka dapat terlihat bahwa terdapat daerah kos tetap dan
kos variabel. Pada gambar terlihat bahwa kos tetap sebesar Rp40.000.000,00
sehingga apabila kita ingin mengetahui berapa besarnya kos variabel dihitung
dengan cara:
Kos campuran total Rp763.600.000
(−) Kos tetap 480.000.000 (Rp40 juta × 12 bulan)
Rp283.600.000
• Kos variabel per unit dapat dihitung sebagai berikut
Kos variabel per unit = Rp283.600.000
= Rp716,16 per jam mesin
396.000 jam mesin
• sehingga bentuk persamaan kos campuran adalah:
Y = Rp480.000.000 + Rp716,16.X
• Meskipun metode ini memiliki kelebihan dalam kemudahan, tetapi juga memiliki
kelemahan.
• Kelemahan utama metode ini adalah kemungkinan adanya distorsi saat
penarikan garis tren karena masalah skala diagram dan subjektivitas dalam
penarikan garis.
• Dua akuntan yang sama bisa jadi menghasilkan garis tren yang berbeda. Selain
itu, hanya dua titik yang digunakan, bisa jadi hasilnya kurang merepresentasi
fluktuasi kondisi yang sesungguhnya.
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
e. Metode tinggi-rendah (high-low method)
• Metode ini disebut juga metode dua titik (two-point method).
• Dari geometrik dasar, kita ketahui bahwa untuk membuat garis minimal
dibutuhkan dua titik.
• Ketika dua titik dimiliki maka persamaan garis dapat ditentukan.
• Pada metode ini dua titik tersebut dipilih dari titik tinggi dan titik rendah.
• Titik tinggi adalah titik dengan jumlah output atau tingkat aktivitas tertinggi,
sedangkan titik rendah adalah titik dengan jumlah output atau tingkat aktivitas
terendah.
• Baik titik tinggi maupun rendah ditentukan oleh jumlah tertinggi dan terendah
dari data kos yang dimiliki.
• Persamaan untuk menentukan kos variabel dan tetap adalah sebagai berikut.

dan
Kos tetap = kos total saat titik tinggi - (Kos variabel × Output tinggi)
atau
Kos tetap = kos total saat titik rendah - (Kos variabel × Output rendah)
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
• Berikut ini perincian kos variabel dan tetap pada kos campuran dengan metode
tinggi-rendah.
• Data berikut berasal dari PT Sempurna:
Titik tinggi: 45.000 jam mesin dengan kos Rp72.000.000 atau (45.000;
Rp72.000.000)
Titik rendah: 20.000 jam mesin dengan kos Rp54.200.000 atau (20.000;
Rp54.200.000)
• Untuk menentukan besaran kos variabel adalah:
Kos variabel per JM = Rp72 juta - Rp54,2 juta
45.000 - 20.000
= Rp72 juta - Rp54,2 juta = Rp712 per JM
45.000 - 20.000
Kos tetap = Rp72.000.000 – (Rp712 × 45.000)
= Rp39.960.000
sehingga persamaan kos campuran adalah:

Kos campuran total = Rp39.960.000 + Rp712.X


A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
f. Analisis regresi
• Penggunaan teknik-teknik statistika untuk menganalisis perilaku kos telah
banyak dilakukan.
• Metode ini memberikan analisis yang lebih ilmiah dibandingkan metode-metode
lainnya.
• Salah satu teknik statistika yang dapat digunakan adalah metode regresi
sederhana atau sering disebut juga sebagai metode kuadrat terkecil (least
square method).
• Metode ini sederhana, tetapi efektif.
• Kelebihan lain metode ini jika dibandingkan metode tinggi-rendah adalah
metode regresi memanfaatkan seluruh data yang ada, tidak hanya titik tertinggi
dan terendah.
• Konsekuensinya, hasilnya lebih handal karena mempertimbangkan fluktuasi
seluruh data yang tersedia.
• Metode kuadrat terkecil merupakan metode yang paling banyak digunakan.
• Metode ini didasarkan pada persamaan garis lurus, yaitu Y = a + bX.
• Dalam hal ini, Y merepresentasi kos, a merepresentasi kos tetap, b
merepresentasi kos variabel per basis aktivitas yang digunakan, dan X
merepresentasi volume.
• Untuk kos yang bersifat variabel maka baik a maupun b akan memiliki nilai yang
positif.
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
• Untuk mendapatkan persamaan Y = a + bX maka harus ditentukan terlebih dahulu
besaran a dan b.
• Tahap yang harus dilakukan adalah pertama menentukan terlebih dahulu besaran b
dengan rumus:

• Tahap berikutnya setelah b ditentukan adalah menentukan nilai a dengan cara


memasukkan nilai rata-rata a dan rata-rata X ke dalam persamaan garis dan juga
memasukkan nilai b yang telah didapatkan.
• Sebagai contoh, kita gunakan data pada Tabel Observasi Data Kos Campuran pada slide
10.
• Cara menentukan persamaan kos campuran dengan metode kuadrat terkecil ditunjukkan
pada tabel dibawah ini:
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK

Estimasi kos campuran total adalah: Y = Rp40.948.800 + Rp687,4.X


• Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, metode ini cukup handal dan dapat
dikembangkan lebih lanjut menjadi tidak semata terdiri atas satu factor yang
mempengaruhi kos saja yang dianalisis, tetapi dapat lebih dari satu faktor.
• Regresi yang terdiri dari lebih dari satu faktor (variabel independen) disebut
sebagai regresi berganda.
• Selain itu, dengan perkembangan teknologi perangkat lunak, tidak terdapat
kesulitan yang berarti untuk menentukan persamaan regresi, berapa pun banyak
jumlah data yang dimiliki.
B. SISTEM KOS AKTUAL DAN NORMAL
• Dalam sistem kos aktual, kos produksi hanya dicatat ketika kos tersebut terjadi.
• Teknik ini umumnya dapat digunakan untuk pencatatan bahan baku dan tenaga
kerja langsung karena keduanya dapat secara mudah dilacak dan identifikasi
pada pekerjaan spesifik, produk atau departemen (process costing).
• Akan tetapi, ini tidak mudah diterapkan pada overhead pabrik karena kos ini
tidak dapat dilacak dan diidentifikasi pada pekerjaan spesifik, produk atau
departemen.
• Sebagai contoh, depresiasi gedung pabrik yang diakui setiap akhir bulan.
• Bagaimana membebankan depresiasi ini ke produk atau pekerjaan?
• Untuk mengatasi hal ini maka perlu modifikasi atas system kos aktual agar
overhead dapat secara mudah dibebankan.
• Modifikasian ini disebut sebagai sistem kos normal (normal costing), yaitu bahan
baku dan tenaga kerja langsung dicatat sebesar aktual kosnya, sedangkan
overhead dicatat sebesar penggunaan input aktual dikalikan tarif overhead
(overhead pabrik dibebankan/factory overhead applied).
• Sistem kos aktual dan normal ini terkait dengan pengukuran kos yang akan
dibebankan ke produk.
• Penggunaan tarif overhead ini memungkinkan dilakukannya alokasi overhead
secara konsisten dan logis pada unit-unit produk yang diproduksi maupun pada
pekerjaan-pekerjaan pesanan.
B. SISTEM KOS AKTUAL DAN NORMAL
• Metode dengan menggunakan tarif yang telah ditetapkan di awal periode (predetermined
overhead rate) inilah yang paling fisibel atau layak diterapkan untuk menghitung kos
overhead.
• Penerapan tarif overhead pabrik akan memberikan manfaat berikut ini, yaitu sebagai
berikut.
1. Membantu manajemen dalam menentukan kos produksi. Tanpa harus menunggu kos
tersebut terjadi, manajemen dapat menentukan kos produksi estimasian. Ini sangat
penting terutama dalam sistem kos pekerjaan – order karena pada saat pelanggan
memberikan order, perusahaan telah menentukan dan memberitahukan berapa
harga dari produk yang diorder tersebut.
2. Membantu manajemen menentukan harga jual produk.
3. Identifikasi ketakefisiensi. Dengan ditentukannya tarif overhead pabrik di awal periode
maka jumlah overhead pabrik dibebankan (yaitu overhead pabrik berdasarkan tarif)
dapat dibandingkan dengan overhead pabrik aktual atau yang sesungguhnya terjadi.
Jika terjadi variansi (selisih) antara overhead pabrik aktual dan dibebankan maka
dapat menjadi indikasi adanya ketakefisienan. Jika jumlah variansi signifikan maka
manajemen harus menginvestigasi penyebabnya dan mengambil tindakan yang
dibutuhkan untuk mengoreksinya.
4. Melandaikan fluktuasi bulanan akibat adanya kos overhead aktual yang hanya terjadi
pada waktu-waktu tertentu saja. Sebagai contoh, pajak bumi bangunan gedung
pabrik hanya dibayarkan sekali setahun pada waktu tertentu. Jika sistem tarif tidak
digunakan maka akan menimbulkan kebingungan bagaimana membebankan pajak
tersebut pada produk
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL

• Dalam sistem kos normal, kos bahan baku, dan tenaga kerja langsung dicatat
sesuai dengan jumlah aktual atau sesungguhnya terjadi, sedangkan overhead
pabrik dicatat sebesar tarif yang telah ditetapkan sebelumnya.
• Tarif ini ditetapkan di awal periode, kemudian sepanjang periode tersebut tarif
diaplikasi, dan di akhir periode dilakukan perhitungan overhead pabrik
dibebankan total dan aktual total.
• Perbedaan jumlah yang terjadi antara overhead pabrik dibebankan dan aktual
total disebut sebagai variansi. Gambar dibawah ini menggambarkan penentuan
tarif overhead pabrik

Gambar
Tarif Overhead Pabrik
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
• Dalam penentuan tarif overhead pabrik, berdasarkan Gambar slide sebelumnya,
terdapat 8 langkah yang harus diikuti, yaitu sebagai berikut.
1. Tentukan tingkat aktivitas estimasian.
2. Tentukan anggaran overhead pabrik berdasarkan tingkat aktivitas
estimasian.
3. Tentukan basis aktivitas yang tepat.
4. Hitung tarif overhead pabrik dibebankan.
5. Peroleh input aktual yang digunakan.
6. Aplikasi tarif overhead dibebankan.
7. Hitung variansi antara overhead pabrik dibebankan dengan aktual.
8. Disposisi variansi yang terjadi.
• Kita akan membahas langkah-langkah tersebut dimulai dari dua faktor penting
penentu tarif overhead pabrik, yaitu tingkat aktivitas estimasian, yaitu seberapa
banyak jumlah unit produk akan diproduksi (dapat dinyatakan dalam jumlah unit
produk dan jam mesin) serta basis aktivitas yang digunakan dalam menentukan
tarif overhead pabrik.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL

I. TINGKAT AKTIVITAS ESTIMASIAN

• Dalam perhitungan tarif overhead untuk suatu periode, tingkat aktivitas


estimasian sangat penting karena tingkat aktivitas inilah yang digunakan
sebagai denominator (penyebut) dalam penentuan tarif overhead.
• Akurasi penentuan tingkat aktivitas ini mempengaruhi akurasi dari tarif
overhead.
• Berikut ini merupakan beberapa estimasi tingkat aktivitas yang dapat
digunakan.

1. Kapasitas Teoretis atau Ideal


• Kapasitas teoretis atau ideal adalah maksimum jumlah output atau produk
yang dapat diproduksi oleh suatu departemen atau pabrik.
• Asumsi yang digunakan pada kapasitas teoretis ini adalah sebagai berikut.
a. Produksi dilakukan dengan kecepatan dan kemampuan penuh.
b. Tidak pernah terjadi kekurangan pesanan penjualan.
c. Tidak pernah terjadi interupsi dalam produksi akibat perawatan mesin,
pergantian pekerja, kesalahan, perubahan model produk, waktu setup
mesin, dan libur.
d. Pabrik beroperasi selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL

• Dengan asumsi-asumsi di atas maka pabrik menghasilkan tingkat output


paling maksimal (kapasitas pabrik 100%). Apakah menurut Anda asumsi di
atas mungkin terpenuhi?
2. Kapasitas Praktikal atau Realistik
• Kapasitas praktikal atau realistik adalah tingkat produksi maksimum yang
dapat dicapai dengan asumsi sebagai berikut.
a. Mempertimbangkan adanya interupsi dalam produksi.
b. Tidak ada kekurangan pesanan penjualan.
• Pengurangan dari tingkat teoretis ke tingkat praktikal berkisar antara 15−
25%, menghasilkan tingkat kapasitas pabrik sebesar 75−85%.
3. Kapasitas Normal atau Jangka Panjang
• Kapasitas normal adalah kapasitas produksi yang didasarkan pada kapasitas
produktif praktikal, ditambah adanya penyesuaian permintaan atas produk
yang dihasilkan.
• Peranan peramalan permintaan produk oleh pelanggan dilakukan dengan
menyesuaikan adanya fluktuasi musiman, siklus ataupun fluktuasi lainnya
sehingga peramalan permintaan akan lebih landai tanpa adanya fluktuasi
yang tajam.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL

4. Kapasitas Aktual Ekspektasian atau Jangka Pendek


• Kapasitas aktual ekspektasian terkait dengan estimasi produk yang
diproduksi selama periode waktu tertentu.
• Tingkat aktivitas aktual ekspektasian umumnya berfluktuasi antarperiodenya
karena adanya perbedaan estimasi jumlah produk yang akan diproduksi.
Dalam suatu periode, kapasitas aktual ekspektasian dapat lebih, sama atau
kurang daripada kapasitas normal.
• Akan tetapi, dalam jangka panjang, kapasitas aktual ekspektasian sama
dengan kapasitas normal.
5. Kapasitas Menganggur dan Berlebih
• Meskipun tidak ada satu pun perusahaan yang dapat mencapai tingkat
penggunaan penuh atas kapasitas produksi yang tersedia, informasi
akuntansi kos harus dapat menunjukkan kos takdigunakannya (unused cost)
kapasitas produksi.
• Informasi ini akan digunakan oleh manajemen untuk mengambil tindakan
yang diperlukan.
• Kos takdigunakannya kapasitas produksi dibagi dua, yaitu sebagai berikut.
a. Kos akibat kapasitas menganggur.
b. Kos akibat kapasitas berlebih.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL

• Kapasitas menganggur dihasilkan dari adanya kekurangan temporer penjualan.


• Sebaliknya, kapasitas berlebih dihasilkan dari kapasitas produksi yang lebih besar
daripada kapasitas ekspektasian akibat adanya permintaan pelanggan yang melebihi
ekspektasi yang dibuat atau akibat adanya ketakseimbangan dalam peralatan atau
mesin.
• Ketakseimbangan ini terjadi ketika kapasitas satu mesin tidak sama kapasitasnya
dengan mesin lainnya yang sejenis (spesifikasi mesin yang sama) sehingga untuk itu
diperlukan tindakan sinkronisasi.
• Tabel dibawah ini menunjukkan pengaruh berbagai tingkat kapasitas terhadap tarif
overhead yang ditentukan.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
II. ANGGARAN OVERHEAD PABRIK
• Setelah tingkat aktivitas atau produksi estimasian telah ditentukan, perusahaan harus
menghitung berapa besaran kos overhead pabrik total.
• Umumnya, digunakan anggaran overhead pabrik estimasian untuk merencanakan besaran
overhead pada periode ke depan.
• Dalam anggaran ini, semua item harus diklasifikasi sebagai overhead tetap ataukah
variabel.
• Jika overhead berperilaku campuran maka harus dipisahkan terlebih dahulu mana yang
tetap dan mana yang variabel.
• Berikut ini merupakan contoh anggaran overhead pabrik PT ANUGRAH untuk tahun 20XX
pada tingkat kapasitas normal:

Diketahui:
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL

Berdasarkan data di slide sebelumnya maka dibuatlah anggaran overhead pabrik total
sebagai berikut:
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
III. BASIS PENENTUAN TARIF OVERHEAD PABRIK
• Secara umum, tarif overhead pabrik dapat dihitung dengan cara membagi
overhead pabrik estimasian (teranggarkan) dengan basis tingkat aktivitas
estimasian (dapat disebut saja sebagai basis), sehingga dapat dituliskan
sebagai berikut.
Tarif overhead pabrik* = Overhead pabrik teranggarkan**
Basis tingkat aktivitas estimasian
catatan:
* dapat dinyatakan per unit, per jam, per rupiah. Untuk basis yang dinyatakan dalam rupiah, tarif
harus dikalikan dengan 100 agar didapatkan hasil berupa persentase.
** disebut juga kos overhead pabrik estimasian.
• Penentuan basis yang tepat sebagai pembilang dalam penentuan tarif
overhead pabrik adalah penting karena mempengaruhi makna dari data kos
yang dihasilkan.
• Tujuan dalam pemilihan basis ini adalah sebagai berikut.
1. Memastikan bahwa tarif overhead merupakan proporsi yang memadai atas
sumber daya pabrik taklangsung yang digunakan dalam proses produksi
(akurasi).
2. Meminimalkan upaya dan kos klerikal. Ketika dua atau lebih basis
menghasilkan overhead pabrik yang sama untuk setiap pekerjaan atau
produk maka basis yang paling sederhana dan paling mudahlah yang akan
digunakan (kemudahan).
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
• Dalam menentukan basis yang akan digunakan sebagai penyebut dalam penentuan tarif
overhead pabrik, beberapa hal perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
1. Basis yang digunakan harus secara realistik terkait dengan overhead pabrik yang
terjadi. Sebagai contoh, apabila overhead yang terjadi terkait dengan mesin tentu basis
realistik yang tepat adalah menggunakan jam mesin.
2. Basis harus secara akurat terukurkan (measurable).
3. Kemudahan penggunaan basis.
4. Basis dapat dinyatakan dalam kuantitas atau jumlah.
• Berikut ini merupakan beberapa basis yang dapat digunakan dalam penentuan tarif
overhead pabrik.
1. Unit Produksi (Output Fisik)
Basis ini sangat sederhana karena data jumlah unit yang diproduksi pasti tersedia untuk
penentuan tarif overhead. Formula berikut dapat digunakan untuk menghitung tarif
overhead:
Tarif overhead pabrik per unit produksi = Overhead pabrik teranggarkan
Unit diproduksi estimasian

Data ilustrasi berikut diambil dari PT ANUGRAH. Kos estimasi overhead pabrik
teranggarkan sebesar Rp395.000.000 dan kapasitas normal unit yang diproduksi adalah
250.000 unit. Tarif overhead pabrik adalah:
Rp1.580 per unit produk = Rp395.000.000
250.000 unit
Basis ini membebankan kos overhead pabrik dengan jumlah yang sama untuk setiap
unit produk yang dihasilkan dan ini cocok ketika perusahaan hanya memproduksi satu
jenis produk.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
2. Kos Bahan Baku
Basis ini cocok ketika dapat dipastikan bahwa terdapat hubungan antara kos overhead
pabrik dengan kos bahan baku. Ini dapat terjadi ketika banyak pekerjaan produksi yang
melibatkan penerimaan, inspeksi, penyimpanan, pengambilan kembali, dan penanganan
bahan baku yang mahal. Selain itu, apabila bahan baku merupakan komponen yang
sangat besar dari kos total, ini menandakan bahwa kos overhead pabrik terkait langsung
dengan bahan baku. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

Sebagai contoh, Overhead pabrik teranggarkan sebesar Rp395.000.000, diasumsikan


kos bahan baku sebesar Rp197.500.000. Dengan menggunakan kos bahan baku sebagai
basis, tarif overhead pabrik dihitung sebagai berikut.

Salah satu masalah penggunaan basis ini adalah ketika perusahaan memproduksi lebih
dari satu produk dan setiap produk membutuhkan bahan baku dalam kuantitas dan jenis
yang berbeda dengan kos pemerolehan yang berbeda juga. Akibatnya, tarif overhead
yang berbeda harus ditentukan untuk setiap produk. Dengan kondisi ini maka tujuan
kedua dari pemilihan basis, kemudahan, tidak lagi terpenuhi. Oleh karenanya manajemen
harus berusaha memilih basis lainnya sebagai dasar penentuan tarif overhead pabrik.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
3. Kos Tenaga Kerja Langsung
Basis ini merupakan basis yang paling banyak digunakan karena kos tenaga kerja
langsung umumnya terkait erat dengan kos overhead pabrik, selain itu data mengenai
penggajian telah tersedia.
Rumus yang digunakan adalah:

Contohnya, apabila diestimasi overhead pabrik teranggarkan adalah Rp395.000.000 dan


diasumsikan kos tenaga kerja adalah Rp790.000.000 (jam kerja langsung × tarif upah
kerja langsung per jam) maka tarif overhead pabrik adalah sebagai berikut.

Penggunaan basis ini logis ketika terdapat hubungan erat antara kos overhead dengan
kos tenaga kerja langsung dan upah per jam kerja langsung sama untuk pekerjaan yang
sama pada setiap pekerja. Basis ini tidak tepat digunakan ketika:
a. Depresiasi mesin termasuk bagian dari overhead pabrik.
b. Kos tenaga kerja langsung berasal dari tarif upah yang berbeda-beda antarpekerja
dengan jenis pekerjaan yang sama.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
4. Jam Kerja Langsung
Basis ini cocok digunakan ketika terdapat hubungan antara kos overhead
dengan jam kerja langsung dan ketika terdapat disparitas yang signifikan dalam
tarif upah per jam antartenaga kerja langsung. Basis ini mengatasi kelemahan
pada basis kos tenaga kerja langsung.

Dengan menggunakan data pada PT ANUGRAH, overhead pabrik


teranggarkan Rp395.000.000 dan jam kerja langsung estimasian sebesar
500.000 jam (250.000 unit × 2 jam kerja langsung) maka tarif overhead pabrik
adalah:
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
5. Jam Mesin
• Jika mesin digunakan secara ekstensif maka basis jam mesin merupakan basis yang
tepat digunakan untuk menentukan tarif overhead pabrik. Basis ini menggunakan jam
mesin yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan yang sama. Jam mesin total
ekspektasian yang digunakan untuk menghitung tarif sebagai berikut.

• Diasumsikan bahwa overhead pabrik teranggarkan sebesar Rp395 juta dan jam mesin
adalah 15.000 jam. Maka tarif overhead pabrik:

• Kelemahan dari basis jam mesin adalah adanya kos dan waktu tambahan yang
digunakan untuk meringkas jam mesin total per unit.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
6. Transaksi
• Kelompok kos dapat terkait dengan aktivitas tertentu yang mungkin tidak dapat
direpresentasi secara tepat menggunakan basis-basis yang telah dibahas di atas.
• Sebagai contoh, kos setup dapat dibebankan lebih tepat pada produk berdasarkan tarif
per setup sehingga setiap setup dipandang sebagai sebuah transaksi, dengan kos
dibebankan pada produk atau kelompok produk berdasarkan jumlah transaksi yang
dibutuhkan.
• Pendekatan transaksi ini dapat juga diaplikasi pada aktivitas-aktivitas, seperti
penjadwalan (scheduling), inspeksi, pemindahan bahan, serta perubahan dalam produk
dan pemrosesan.
• Semakin besar diversitas dan kompleksitas dalam lini produk maka semakin besar juga
jumlah transaksi.
• Transaksi tertentu sering kali bertanggung jawab atas persentase yang besar dari
overhead pabrik dan kunci untuk mengelola overhead adalah dengan mengendalikan
transaksi yang menyebabkannya muncul.
• Pendekatan basis transaksi untuk mengalokasi overhead pabrik dikenal dengan istilah
pengkosan berbasis aktivitas (activity-base costing/ABC).
• ABC mengakui bahwa kos overhead yang signifikan bisa jadi tidak disebabkan atau tidak
berhubungan dengan volume dari output yang dihasilkan, tetapi disebabkan oleh
kompleksitas lini produk.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
IV. KOS DAN JURNAL OVERHEAD PABRIK DIBEBANKAN

• Tarif overhead dihitung dan ditentukan pada awal periode. Tarif yang telah dihitung
berdasarkan tingkat aktivitas tertentu dan basis yang paling tepat akan digunakan untuk
menghitung besaran overhead pabrik dibebankan yang akan dibebankan sepanjang
periode berjalan. Overhead pabrik dibebankan merupakan akun yang digunakan untuk
mengakumulasi overhead sebesar tarif yang telah ditetapkan sebelumnya dikalikan
dengan input yang digunakan. Overhead pabrik dibebankan ini merupakan bagian dari
kos produksi. Untuk menghitungnya dapat digunakan rumus sebagai berikut.

Overhead pabrik dibebankan = Tarif overhead × Input aktual yang digunakan

• Sebagai contoh, tarif overhead pabrik adalah 200% dari bahan baku. Kos bahan baku
sesungguhnya diketahui sebesar Rp190.000.000. Maka perhitungan besaran overhead
dibebankan adalah:

Rp190.000.000 × 200% = Rp380.000.000

• Secara akuntansi, overhead pabrik dibebankan akan dijurnal sebagai berikut.

Produk dalam proses xxx


Overhead pabrik dibebankan xxx
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
• sehingga dengan menggunakan overhead pabrik dibebankan akan dijurnal:

Produk dalam proses 380.000.000


Overhead pabrik dibebankan 380.000.000

• Perlu diingat kembali dalam sistem normal meskipun dilakukan pencatatan overhead
pabrik dibebankan, tetapi tetap saja overhead pabrik aktual atau sesungguhnya dicatat.
Kembali bahwa tujuan penggunaan tarif overhead ini adalah mempermudah
pembebanan overhead pabrik ke produk atau pekerjaan. Jurnal yang digunakan untuk
mencatat overhead pabrik sesungguhnya adalah sebagai berikut.

Overhead pabrik kendali xxx


Macam-macam rekening dikredit xxx

• Kemudian secara periodik, saldo pada akun overhead pabrik dibebankan ini akan
dipertemukan dengan akun overhead pabrik. Tujuannya adalah untuk saling hapus saldo
masing-masing akun tersebut. Jurnalnya adalah sebagai berikut.

Overhead pabrik dibebankan xxx


Overhead pabrik kendali xxx
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
• sehingga dengan menggunakan contoh di atas, penutupan akun overhead pabrik
dibebankan akan dicatat sebagai berikut (dengan asumsi saldo akun overhead pabrik
dibebankan dan kendali adalah sama):

Overhead pabrik dibebankan 380.000.000


Overhead pabrik kendali 380.000.000

V. KOS DAN JURNAL OVERHEAD PABRIK AKTUAL

• Tarif overhead tetap ditentukan pada saat awal periode dan kemudian bersama
berjalannya proses produksi dibebankan pada produk. Selain itu, overhead pabrik aktual
juga harus dicatat sebesar overhead pabrik yang aktual atau sesungguhnya dikeluarkan
oleh perusahaan. Overhead pabrik aktual diakumulasi pada akun kontrol, yaitu akun
overhead pabrik kendali. Pada saat dilakukan pencatatan atas overhead pabrik aktual
yang terjadi maka dijurnal sebagai berikut.

Overhead pabrik kendali xxx


Macam-macam rekening dikredit xxx

• Sebagai contoh, diketahui overhead pabrik actual sebesar Rp355.000.000. Jumlah ini
akan dicatat sebagai berikut.

Overhead pabrik kendali 355.000.000


Macam-macam rekening dikredit 355.000.000
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
VI. PERLAKUAN DAN DISPOSISI VARIANSI OVERHEAD PABRIK
• Sangat jarang sekali terjadi besaran overhead dibebankan dan aktual memiliki jumlah
atau saldo yang sama. Paling sering terjadi adalah salah satu lebih besar. Hal inilah yang
menimbulkan variansi overhead pabrik. Variansi overhead pabrik adalah selisih yang
terjadi antara overhead pabrik kendali (aktual) dengan overhead pabrik dibebankan. Jika
overhead pabrik dibebankan lebih besar daripada overhead pabrik maka terjadilah
kondisi terbeban lebih (overapplied). Sebaliknya, apabila overhead pabrik dibebankan
lebih kecil daripada overhead pabrik aktual terjadilah terbeban kurang (underapplied).
Gambar dibawah ini menunjukkan terjadinya variansi overhead pabrik.

• Jika kita gunakan contoh sebelumnya maka akun overhead pabrik akan berisi:
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
• Variansi yang terjadi antara overhead pabrik dibebankan dengan kendali (aktual) akan
dicatat pada akun Overhead pabrik terbeban lebih/kurang. Jika yang terjadi adalah
variansi terbeban kurang (overhead pabrik dibebankan lebih kecil dari aktual) maka
jurnalnya adalah sebagai berikut.

Overhead pabrik dibebankan xxx


Overhead pabrik terbeban kurang xxx
Overhead pabrik kendali xxx

• Jika yang terjadi adalah variansi terbeban lebih (overapplied), yaitu overhead pabrik
dibebankan terlalu besar dibandingkan yang aktual atau sesungguhnya maka jurnalnya
adalah sebagai berikut.

Overhead pabrik dibebankan xxx


Overhead pabrik kendali xxx
Overhead pabrik terbeban lebih xxx

• Dengan menggunakan contoh di atas maka variansi akan dicatat sebagai berikut.

Overhead pabrik dibebankan 380.000.000


Overhead pabrik kendali 355.000.000
Overhead pabrik terbeban lebih 25.000.000
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
• Variansi yang terjadi harus didisposisi.
• Variansi overhead pabrik ini diperlakukan sebagai penambah (jika yang terjadi
adalah kondisi terbeban kurang) atau pengurang (jika yang terjadi adalah
kondisi terbeban lebih) dari:
1. Sediaan produk dalam proses.
2. Sediaan produk jadi
3. Kos barang terjual.

• Sebagai contoh, untuk mendisposisi variansi tersebut pada sediaan produk


dalam proses maka akan dicatat sebagai berikut.

Overhead pabrik terbeban lebih 25.000.000


Produk dalam proses 25.000.000
LATIHAN

1) Hotel Karunia mengalami kesulitan dalam mengestimasi kos pada berbagai


variasi tingkat hunian (occupancy) kamar hotel tersebut. Manajer bermaksud
untuk melakukan analisis perilaku kos agar estimasi yang lebih tepat dapat
dilakukan. Manajer kemudian melakukan analisis atas data masa lalu. Ditemukan
bahwa kos jasa pemeliharaan kamar (housekeeping) merupakan kos
semivariabel. Berikut ini data terkait dengan jasa pemeliharaan kamar.

Diminta:
Tentukan besaran kos tetap dan variabel dari kos pemeliharaan kamar di Hotel
Karunia. Gunakan metode (a) tinggi-rendah; (b) kuadrat terkecil.
LATIHAN
2) PT Rahayu mengestimasi overhead pabrik untuk tahun depan sebesar
Rp225.000.000. Diestimasi 5.000 unit akan diproduksi, dengan kos bahan
baku sebesar Rp500.000.000. Jam konversi yang dibutuhkan diestimasi
sebesar 56.250 jam kerja langsung dengan tarif per upah per jam sebesar
Rp8.000 dan 75.000 jam mesin.
Hitunglah tarif overhead yang digunakan dalam overhead pabrik dibebankan
jika perusahaan menggunakan basis berikut ini.
a) Unit diproduksi.
b) Jam kerja langsung.
c) Kos bahan baku.
d) Kos tenaga kerja langsung.
e) Jam mesin.
3) PT Kusuma menerapkan overhead pabrik berbasis jam kerja langsung. Tarif
overhead yang ditetapkan adalah Rp4.650 per JKL. Pada bulan November
20XX jam kerja aktual adalah sebesar 8.100 JKL dan overhead pabrik aktual
sebesar Rp39.200.000.Diminta:
a) Buatlah jurnal untuk mencatatnya overhead pabrik dibebankan dan
overhead pabrik aktual.
b) Buatlah jurnal untuk mencatat variansi overhead pabrik pada bulan
November.
c) Disposisi variansi overhead pabrik pada produk dalam proses.

Anda mungkin juga menyukai