AKUNTANSI BIAYA
OVERHEAD PABRIK
a. Metode observasi
• Metode observasi mengandalkan kemampuan pengamat untuk mendeteksi pola perilaku kos
dengan cara mereviu data kos dan volume masa lalu.
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
• Reaksi perubahan kos akibat adanya perubahan volume produksi diobservasi dan
berdasarkan itu ditentukan apakah kos tersebut termasuk kos tetap atau variabel, tergantung
pada kemiripan pola perilaku yang dimilikinya.
• Tentu saja kelebihan metode ini adalah pada kemudahannya, tetapi kelemahan utama adalah
rendahnya akurasi ketepatan pemisahan kos sebagai bersifat tetap maupun variabel.
• Hal ini dikarenakan pengamat akan kesulitan secara tepat untuk memisahkan besaran kos
tetap dan variabel dari suatu kos campuran.
Tabel
Observasi Data Kos Campuran
Bulan Volume (Jam Mesin) Kos
Januari 35.000 Rp65.000.000
Februari 28.000 59.800.000
Maret 34.000 64.100.000
April 42.000 67.800.000
Mei 37.000 70.000.000
Juni 30.000 61.300.000
Juli 25.000 57.800.000
Agustus 22.000 55.600.000
September 20.000 54.200.000
Oktober 37.000 71.000.000
November 45.000 72.000.000
Desember 41.000 65.000.000
Total 396.000 Rp763.600.000
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
• Tahap yang harus dilakukan untuk memisahkan antara kos tetap dan variabel
adalah pertama, memplot data pada diagram dengan data kos pada garis
vertikal atau Y dan data penggunaan listrik pada garis horizontal atau X.
• Tahap kedua, memplot keseluruhan data berdasarkan kategori garis vertikal dan
horizontal yang telah ditetapkan sehingga setiap poin dalam diagram
merepresentasi 1 dari 12 observasi.
dan
Kos tetap = kos total saat titik tinggi - (Kos variabel × Output tinggi)
atau
Kos tetap = kos total saat titik rendah - (Kos variabel × Output rendah)
A. DEFINISI DAN JENIS OVERHEAD PABRIK
• Berikut ini perincian kos variabel dan tetap pada kos campuran dengan metode
tinggi-rendah.
• Data berikut berasal dari PT Sempurna:
Titik tinggi: 45.000 jam mesin dengan kos Rp72.000.000 atau (45.000;
Rp72.000.000)
Titik rendah: 20.000 jam mesin dengan kos Rp54.200.000 atau (20.000;
Rp54.200.000)
• Untuk menentukan besaran kos variabel adalah:
Kos variabel per JM = Rp72 juta - Rp54,2 juta
45.000 - 20.000
= Rp72 juta - Rp54,2 juta = Rp712 per JM
45.000 - 20.000
Kos tetap = Rp72.000.000 – (Rp712 × 45.000)
= Rp39.960.000
sehingga persamaan kos campuran adalah:
• Dalam sistem kos normal, kos bahan baku, dan tenaga kerja langsung dicatat
sesuai dengan jumlah aktual atau sesungguhnya terjadi, sedangkan overhead
pabrik dicatat sebesar tarif yang telah ditetapkan sebelumnya.
• Tarif ini ditetapkan di awal periode, kemudian sepanjang periode tersebut tarif
diaplikasi, dan di akhir periode dilakukan perhitungan overhead pabrik
dibebankan total dan aktual total.
• Perbedaan jumlah yang terjadi antara overhead pabrik dibebankan dan aktual
total disebut sebagai variansi. Gambar dibawah ini menggambarkan penentuan
tarif overhead pabrik
Gambar
Tarif Overhead Pabrik
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
• Dalam penentuan tarif overhead pabrik, berdasarkan Gambar slide sebelumnya,
terdapat 8 langkah yang harus diikuti, yaitu sebagai berikut.
1. Tentukan tingkat aktivitas estimasian.
2. Tentukan anggaran overhead pabrik berdasarkan tingkat aktivitas
estimasian.
3. Tentukan basis aktivitas yang tepat.
4. Hitung tarif overhead pabrik dibebankan.
5. Peroleh input aktual yang digunakan.
6. Aplikasi tarif overhead dibebankan.
7. Hitung variansi antara overhead pabrik dibebankan dengan aktual.
8. Disposisi variansi yang terjadi.
• Kita akan membahas langkah-langkah tersebut dimulai dari dua faktor penting
penentu tarif overhead pabrik, yaitu tingkat aktivitas estimasian, yaitu seberapa
banyak jumlah unit produk akan diproduksi (dapat dinyatakan dalam jumlah unit
produk dan jam mesin) serta basis aktivitas yang digunakan dalam menentukan
tarif overhead pabrik.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
Diketahui:
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
Berdasarkan data di slide sebelumnya maka dibuatlah anggaran overhead pabrik total
sebagai berikut:
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
III. BASIS PENENTUAN TARIF OVERHEAD PABRIK
• Secara umum, tarif overhead pabrik dapat dihitung dengan cara membagi
overhead pabrik estimasian (teranggarkan) dengan basis tingkat aktivitas
estimasian (dapat disebut saja sebagai basis), sehingga dapat dituliskan
sebagai berikut.
Tarif overhead pabrik* = Overhead pabrik teranggarkan**
Basis tingkat aktivitas estimasian
catatan:
* dapat dinyatakan per unit, per jam, per rupiah. Untuk basis yang dinyatakan dalam rupiah, tarif
harus dikalikan dengan 100 agar didapatkan hasil berupa persentase.
** disebut juga kos overhead pabrik estimasian.
• Penentuan basis yang tepat sebagai pembilang dalam penentuan tarif
overhead pabrik adalah penting karena mempengaruhi makna dari data kos
yang dihasilkan.
• Tujuan dalam pemilihan basis ini adalah sebagai berikut.
1. Memastikan bahwa tarif overhead merupakan proporsi yang memadai atas
sumber daya pabrik taklangsung yang digunakan dalam proses produksi
(akurasi).
2. Meminimalkan upaya dan kos klerikal. Ketika dua atau lebih basis
menghasilkan overhead pabrik yang sama untuk setiap pekerjaan atau
produk maka basis yang paling sederhana dan paling mudahlah yang akan
digunakan (kemudahan).
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
• Dalam menentukan basis yang akan digunakan sebagai penyebut dalam penentuan tarif
overhead pabrik, beberapa hal perlu dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
1. Basis yang digunakan harus secara realistik terkait dengan overhead pabrik yang
terjadi. Sebagai contoh, apabila overhead yang terjadi terkait dengan mesin tentu basis
realistik yang tepat adalah menggunakan jam mesin.
2. Basis harus secara akurat terukurkan (measurable).
3. Kemudahan penggunaan basis.
4. Basis dapat dinyatakan dalam kuantitas atau jumlah.
• Berikut ini merupakan beberapa basis yang dapat digunakan dalam penentuan tarif
overhead pabrik.
1. Unit Produksi (Output Fisik)
Basis ini sangat sederhana karena data jumlah unit yang diproduksi pasti tersedia untuk
penentuan tarif overhead. Formula berikut dapat digunakan untuk menghitung tarif
overhead:
Tarif overhead pabrik per unit produksi = Overhead pabrik teranggarkan
Unit diproduksi estimasian
Data ilustrasi berikut diambil dari PT ANUGRAH. Kos estimasi overhead pabrik
teranggarkan sebesar Rp395.000.000 dan kapasitas normal unit yang diproduksi adalah
250.000 unit. Tarif overhead pabrik adalah:
Rp1.580 per unit produk = Rp395.000.000
250.000 unit
Basis ini membebankan kos overhead pabrik dengan jumlah yang sama untuk setiap
unit produk yang dihasilkan dan ini cocok ketika perusahaan hanya memproduksi satu
jenis produk.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
2. Kos Bahan Baku
Basis ini cocok ketika dapat dipastikan bahwa terdapat hubungan antara kos overhead
pabrik dengan kos bahan baku. Ini dapat terjadi ketika banyak pekerjaan produksi yang
melibatkan penerimaan, inspeksi, penyimpanan, pengambilan kembali, dan penanganan
bahan baku yang mahal. Selain itu, apabila bahan baku merupakan komponen yang
sangat besar dari kos total, ini menandakan bahwa kos overhead pabrik terkait langsung
dengan bahan baku. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Salah satu masalah penggunaan basis ini adalah ketika perusahaan memproduksi lebih
dari satu produk dan setiap produk membutuhkan bahan baku dalam kuantitas dan jenis
yang berbeda dengan kos pemerolehan yang berbeda juga. Akibatnya, tarif overhead
yang berbeda harus ditentukan untuk setiap produk. Dengan kondisi ini maka tujuan
kedua dari pemilihan basis, kemudahan, tidak lagi terpenuhi. Oleh karenanya manajemen
harus berusaha memilih basis lainnya sebagai dasar penentuan tarif overhead pabrik.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
3. Kos Tenaga Kerja Langsung
Basis ini merupakan basis yang paling banyak digunakan karena kos tenaga kerja
langsung umumnya terkait erat dengan kos overhead pabrik, selain itu data mengenai
penggajian telah tersedia.
Rumus yang digunakan adalah:
Penggunaan basis ini logis ketika terdapat hubungan erat antara kos overhead dengan
kos tenaga kerja langsung dan upah per jam kerja langsung sama untuk pekerjaan yang
sama pada setiap pekerja. Basis ini tidak tepat digunakan ketika:
a. Depresiasi mesin termasuk bagian dari overhead pabrik.
b. Kos tenaga kerja langsung berasal dari tarif upah yang berbeda-beda antarpekerja
dengan jenis pekerjaan yang sama.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
4. Jam Kerja Langsung
Basis ini cocok digunakan ketika terdapat hubungan antara kos overhead
dengan jam kerja langsung dan ketika terdapat disparitas yang signifikan dalam
tarif upah per jam antartenaga kerja langsung. Basis ini mengatasi kelemahan
pada basis kos tenaga kerja langsung.
• Diasumsikan bahwa overhead pabrik teranggarkan sebesar Rp395 juta dan jam mesin
adalah 15.000 jam. Maka tarif overhead pabrik:
• Kelemahan dari basis jam mesin adalah adanya kos dan waktu tambahan yang
digunakan untuk meringkas jam mesin total per unit.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
6. Transaksi
• Kelompok kos dapat terkait dengan aktivitas tertentu yang mungkin tidak dapat
direpresentasi secara tepat menggunakan basis-basis yang telah dibahas di atas.
• Sebagai contoh, kos setup dapat dibebankan lebih tepat pada produk berdasarkan tarif
per setup sehingga setiap setup dipandang sebagai sebuah transaksi, dengan kos
dibebankan pada produk atau kelompok produk berdasarkan jumlah transaksi yang
dibutuhkan.
• Pendekatan transaksi ini dapat juga diaplikasi pada aktivitas-aktivitas, seperti
penjadwalan (scheduling), inspeksi, pemindahan bahan, serta perubahan dalam produk
dan pemrosesan.
• Semakin besar diversitas dan kompleksitas dalam lini produk maka semakin besar juga
jumlah transaksi.
• Transaksi tertentu sering kali bertanggung jawab atas persentase yang besar dari
overhead pabrik dan kunci untuk mengelola overhead adalah dengan mengendalikan
transaksi yang menyebabkannya muncul.
• Pendekatan basis transaksi untuk mengalokasi overhead pabrik dikenal dengan istilah
pengkosan berbasis aktivitas (activity-base costing/ABC).
• ABC mengakui bahwa kos overhead yang signifikan bisa jadi tidak disebabkan atau tidak
berhubungan dengan volume dari output yang dihasilkan, tetapi disebabkan oleh
kompleksitas lini produk.
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
IV. KOS DAN JURNAL OVERHEAD PABRIK DIBEBANKAN
• Tarif overhead dihitung dan ditentukan pada awal periode. Tarif yang telah dihitung
berdasarkan tingkat aktivitas tertentu dan basis yang paling tepat akan digunakan untuk
menghitung besaran overhead pabrik dibebankan yang akan dibebankan sepanjang
periode berjalan. Overhead pabrik dibebankan merupakan akun yang digunakan untuk
mengakumulasi overhead sebesar tarif yang telah ditetapkan sebelumnya dikalikan
dengan input yang digunakan. Overhead pabrik dibebankan ini merupakan bagian dari
kos produksi. Untuk menghitungnya dapat digunakan rumus sebagai berikut.
• Sebagai contoh, tarif overhead pabrik adalah 200% dari bahan baku. Kos bahan baku
sesungguhnya diketahui sebesar Rp190.000.000. Maka perhitungan besaran overhead
dibebankan adalah:
• Perlu diingat kembali dalam sistem normal meskipun dilakukan pencatatan overhead
pabrik dibebankan, tetapi tetap saja overhead pabrik aktual atau sesungguhnya dicatat.
Kembali bahwa tujuan penggunaan tarif overhead ini adalah mempermudah
pembebanan overhead pabrik ke produk atau pekerjaan. Jurnal yang digunakan untuk
mencatat overhead pabrik sesungguhnya adalah sebagai berikut.
• Kemudian secara periodik, saldo pada akun overhead pabrik dibebankan ini akan
dipertemukan dengan akun overhead pabrik. Tujuannya adalah untuk saling hapus saldo
masing-masing akun tersebut. Jurnalnya adalah sebagai berikut.
• Tarif overhead tetap ditentukan pada saat awal periode dan kemudian bersama
berjalannya proses produksi dibebankan pada produk. Selain itu, overhead pabrik aktual
juga harus dicatat sebesar overhead pabrik yang aktual atau sesungguhnya dikeluarkan
oleh perusahaan. Overhead pabrik aktual diakumulasi pada akun kontrol, yaitu akun
overhead pabrik kendali. Pada saat dilakukan pencatatan atas overhead pabrik aktual
yang terjadi maka dijurnal sebagai berikut.
• Sebagai contoh, diketahui overhead pabrik actual sebesar Rp355.000.000. Jumlah ini
akan dicatat sebagai berikut.
• Jika kita gunakan contoh sebelumnya maka akun overhead pabrik akan berisi:
C. PENENTUAN TARIF OVERHEAD – DEPARTEMEN TUNGGAL
• Variansi yang terjadi antara overhead pabrik dibebankan dengan kendali (aktual) akan
dicatat pada akun Overhead pabrik terbeban lebih/kurang. Jika yang terjadi adalah
variansi terbeban kurang (overhead pabrik dibebankan lebih kecil dari aktual) maka
jurnalnya adalah sebagai berikut.
• Jika yang terjadi adalah variansi terbeban lebih (overapplied), yaitu overhead pabrik
dibebankan terlalu besar dibandingkan yang aktual atau sesungguhnya maka jurnalnya
adalah sebagai berikut.
• Dengan menggunakan contoh di atas maka variansi akan dicatat sebagai berikut.
Diminta:
Tentukan besaran kos tetap dan variabel dari kos pemeliharaan kamar di Hotel
Karunia. Gunakan metode (a) tinggi-rendah; (b) kuadrat terkecil.
LATIHAN
2) PT Rahayu mengestimasi overhead pabrik untuk tahun depan sebesar
Rp225.000.000. Diestimasi 5.000 unit akan diproduksi, dengan kos bahan
baku sebesar Rp500.000.000. Jam konversi yang dibutuhkan diestimasi
sebesar 56.250 jam kerja langsung dengan tarif per upah per jam sebesar
Rp8.000 dan 75.000 jam mesin.
Hitunglah tarif overhead yang digunakan dalam overhead pabrik dibebankan
jika perusahaan menggunakan basis berikut ini.
a) Unit diproduksi.
b) Jam kerja langsung.
c) Kos bahan baku.
d) Kos tenaga kerja langsung.
e) Jam mesin.
3) PT Kusuma menerapkan overhead pabrik berbasis jam kerja langsung. Tarif
overhead yang ditetapkan adalah Rp4.650 per JKL. Pada bulan November
20XX jam kerja aktual adalah sebesar 8.100 JKL dan overhead pabrik aktual
sebesar Rp39.200.000.Diminta:
a) Buatlah jurnal untuk mencatatnya overhead pabrik dibebankan dan
overhead pabrik aktual.
b) Buatlah jurnal untuk mencatat variansi overhead pabrik pada bulan
November.
c) Disposisi variansi overhead pabrik pada produk dalam proses.