Anda di halaman 1dari 28

PENDAPATAN: SUWARDJONO

Paper yang disusun sebagai tugas mata kuliah


Teori Akuntansi Semester VII

Disusun oleh :
Abby Prakoso

(12121001)

Luthvika

(12121033)

Sugiarti Kiki Handayani

(12121036)

Nur Ain Pratiwi

(12121040)

UNIVERSITAS TRILOGI
Program Pendidikan Studi Strata 1
Jurusan Akuntansi
JAKARTA
2015

PENDAPATAN
MENURUT SUWARDJONO:
Pendapatan dan biaya merupakan penyebab penting perubahan ekuitas yang berasal
dari kegiatan operasi perusahaan dan pembentuk laporan laba rugi yang menentukan laba
perusahaan. Itulah sebabnya akun-akun tersebut disebut dengan akun nominal atau temporer
yang akhirnya secara periodik harus ditutup dengan membuat jurnal penutup.
Konsep dasar upaya accomplishment dan upaya effortmenyatakan bahwa pendapatan
merepresentasikan capaian dan biaya merepresentasikan upaya. Dengan kata lain pendapatan
harus harus diperoleh dengan biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya oleh
karena ini biaya harus dikeluarkan lebih dahulu baru bisa merepresentasikan pendapatan.
Artinya dengan biaya pendapatan tercipta.
Walaupun demikin, secara teknis akuntansi pendapatan biasa di ukur lebih dahulu
baru kemudian biaya yang diperkirakan menghasilkan pendapatan tersebut diukur sehingga
laba dapat diukur dengan tepat. Oleh karena itu dalam laporan laba rugi pendapatan disajikan
terlebih dahulu baru kemudian dikurangi oleh biaya. Namun bukan berarti tidak berarti
pendapatan menanggung biaya. Biaya bukan merupakan beban yang harus dihindari tetapi
merupakan upaya yang sengaja dilakukan dengan senang hati.
Defenisi Pendapatan
Berbagai sumber mamaknai pendapatan kurang kebih sama walaupun dengan variasi yang
berbeda. Dalam SFAC No. 6 FASB mendefinisikan pendapatan dan untung sebagai berikut :
Pendapatan adalah arus masuk atau perangkat tambahan lain aset dari suatu
entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau
produksi barang, jasa render, atau kegiatan lainnya yang merupakan operasi yang
sedang berlangsung oleh entitas besar atau pusat (prg. 78)
Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi perifer
atau insidental dari suatu entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa lain dan
keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau
investasi oleh pemilik (prg 82).
Paton dan Littleton (1970) mengkarakterisasi pendapatan sebagai berikut :
Pendapatan adalah produk dari perusahaan, diukur dengan jumlah aset baru yang
diterima dari pelanggan, ... dinyatakan dalam hal aset pendapatan dari perusahaan
diwakili, akhirnya, oleh aliran dana dari pelanggan atau pelanggan dalam pertukaran
untuk produk bisnis, baik komoditas atau jasa (hlm, 47-47)
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), IAI mengadopsi definisi pendapatan dari IASC
yang menempatkan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income) sebagai
berikut :

Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam


bentuk arus masuk atau perangkat tambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan peserta ekuitas (hlm.
17)
Definisi penghasilan ecompasses baik pendapatan dan keuntungan. Pendapatan
timbul dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan disebut dengan berbagai nama
yang berbeda termasuk penjualan, biaya, bunga, dividen, royalti, dan sewa (hlm.18)
Keuntungan merupakan item lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan
mungkin, atau tidak mungkin, timbul dalam perjalanan dari aktivitas normal
perusahaan. Keuntungan merupakan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian
tidak berbeda di alam dari pendapatan. Oleh karena itu, mereka tidak dianggap
sebagai merupakan elemen yang terpisah dalam kerangka kerja ini (hlm. 18)
Definisi-definisi di atas memisahkan antara pengertian dan pengakuan sehingga tidak ada
yang menjukkan kriteria pengakuan. Sementara itu, APB (1970) mendefinisikan pendapatan
dengan memasukkan kriteria pengakuan sebagai berikut (APB Statement No 4 prg 134) :
Pendapatan - kenaikan bruto dalam aset atau penurunan bruto dalam kewajiban yang
diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang
dihasilkan dari jenis-jenis laba-kegiatan diarahkan kegiatan perusahaan yang dapat
mengubah ekuitas pemilik.
Menurut suwardjono dari beberapa definisi dapat dikarakteristikan yang membentuk
pengertian pendapatan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Aliran masuk atau kenaikan aset


Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang menerus.
Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
Suatu entitas
Produk perusahaan
Pertukaran produk
Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk.
Mengakibatkan kenaikan ekuitas.

Beberapa karakteristik di atas dikatakan merupakan turunan/konsekuensi dsari atau


dikandung secara implisit oleh kata kunci yang lain. Karakteristik (3) sampai (8) sebenarnya
merupakan penjabaran atau konsekuensi dari ketiga karakteristik sebelumnya. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik (1) dan (2) merupakan karakteristik konsekuensi,
pendukung, atau penjelas.
Karakteristik yang harus dipenuhi sehingga disebut Pendapatan:
1.

Kenaikan Aset

Paton dan Litleton (1970:47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai
transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:

a. Transsaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.


b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat
berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.
c. Hadiah, donasi atau temuan
d. Revaluasi aset yang telah ada.
e. Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa)
Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran aset masuk adalah jumlah rupiah kotor. FASB
mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah jumlah rupiah
yang datang dari p-enyerahan produk atau pelaksanaan jasa. (IASC) menunjuk jumlah kotor
dengan menyebutkan bahwa jumlah rupiah pendapatan dapat berupa penjualan, imbalan jasa,
bunga, dividen, royalitas, dan sewa.
Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan konsep
aliran masuk. Konsep ini mempunyai kelemahan karena pendapatan dianggap baru ada
setelah transaksi penjualan terjadi.dengan kata lain pendapatan timbul karena peristiwa atau
transaksi pada saat tertentu dan bukan karena proses selama suatu periode. Kelemahan lain
adalah definisi ini mengacaukan pengukuran dan penentuan saat pengakuan dengan proses
penciptaan pendapatan. IAI harus membatasi bahwa kenaikan aset tersebut adalah yang
menaikkan ekuitas kecuali yang berasal dari transaksi dengan pemilik.konsep ka\enaikan aset
mengalami masalah dalam hal aliran masuk yang berupa pembayaran di muka yang berasal
dari pelanggan. Walaupun pembayaran semacam ini merupakan bagian dari operasi utama
perusahaan, pada kenyataannya aliran masuk tersebut tidak atau belum dianggap pendapatan.
Demikian juga, walaupun penjualan kredit menimbulkan piutang usaha, piutang sering
dianggap buakan suatu aliranmasuk aset.
2.

Operasi Utama Berlanjut

Tidak semua kenaikan aset di atas membentuk pendapatan. Kegiatan utama atau sentral
yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang membatasi kenaikan yang dapat
disebut pendapatan. Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan kegiatan
investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi ini diwujudkan dalam bentuk memproduksi dan
mengirimkan berbagai barang kepada pelanggan atau menyerahkan atau melaksanakan
berbagai jasa.
Pengertian operasi utama menunjukkan kegiatan sebagaimana pengertian operasi dalam
klasifikasi kegiatan yang membentuk statemen aliran kas yaitu, operasi, investasi, dan
pendanaan. Akan tetapi, pendapatan atau untung yang tidak berasal dari operasi utama
dengan sendirinya lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi.
a) Operasi dan Non-operasi
Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidential sering dianggap sebagai pos
pendapatan non-operasi dan dipisahkan penyajiannya. Pembedaan memang perlu tetapi
mengklasifikasinya sebagai non-operasi dapat menyesatkan dalam pengukuran kinerja atau
daya melaba perusahaan.

Paton dan Litleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi sebagai pos operasi
dan non-operasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau rugi sebagai pos operasi tesebut
benar benar luar biasa dan berkaitan dengan tujuan perusahaan utama hanya secara sangat
kebetulan saja. Jadi, istilah non-operasi kurang deskriptif untuk mengklasifikasikan
beberapa pendapatan atau untung yang sebenarnya masuk dalam pengertian operasi dalam
arti luas. Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat dilaporkan sebagai
pendapatan lain-lain dan untung (other revenue and gains).
3.

Penurunan Kewajiban

Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya misalnya
menerima pembayarn di muka dari pelanggan penerimaan ini bukan merupakan pendapatan
karena perusahaan belum melakukan prestasi yang menimbulkan hak penuh atas aset yang
diterima. Oleh karena itu, jumlah rupiah yang diterima biasanya diperlukan sebagai
pendapatan tekterhak atau pendapatan tangguhan yang statusnya adalah kewajiban sampaiada
prestasi dari perusahaan berupa pengirimkan barang atau pelaksanaan jasa. Pengiriman
barang atau pelaksanaan jasa akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan.
Kejadian itu mengubah kewajiban menjadi pendapatan.
4.

Suatu Entitas

Dimasukkan kata entitas atau perusahaan dalam definisi mengisyaratkan bahwa konsep
kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset
bukannya kenaikan ekuitas bersih. Jadi, aset yang masuk itulah yang disebut pendapatan.
Aset tersebut dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi, karena hubungan perusahaan dengan
pemilik merupakan hubungan utang-piutang, pada saat aset naik sebagai pendapatan utang
perusahaan kepada pemilik juga naik dengan jumlah yang sama. Hal ini mengisyaratkan
bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Karena pendapatan didefinisikan
sebagai kenaikan aset bukan kenaikan ekuitas.
5.

Produk Perusahaan

Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan. Di sini
pendapatan didefinisikan secara fisis bukan moneter. Definisi ini juga netral terhadap saat
pengakuan. Aliran aset dari pelanggan berfungsi hanya sebagai pengukur tetapi bukan
pendapatan itu sendiri; produk fisis yang dihasilkan oleh kegiatan usaha itulah pendapatan.
Pengertian semacam ini sesuai dengan konsep upaya dan capaian (efford and
accomplishment) yaitu pendapatan merupakan capaian upaya produktif perusahaan. Produk
merupakan capaian dari tiap kegiatan produktif. Dengan pengertian ini, pendapatan terbentuk
atau terhimpun bersamaan dengan atau selama kegiatan produktif tanpa harus menunggu
kejadian atau saat penyerahan produk kepada pelanggan.
Ada dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu aliran fisis dan moneter. Pendapatan
merupakan aliran masuk aset (unit moneter dan hal tersebut berkaitan dengan aliran fisis
berupa penyerahan produk (output) perusahaan. Dalam hal ini, Kam (1990, hlm. 237)

mempertanyakan apakah pendapatan itu objek atau kejadian. Untuk menjawab hali tersebut,
Kam merinci lebih lanjut kedua aliran tersebut yaitu:
a. Aliran fisis berupa :
Kejadian memproduksi dan menjual produk
Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.
b. Aliran moneter berupa :
Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena produksi atau penjualan
produk ke konsumer.
Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang dihasilkan atau dijual.
6.

Pertukaran

Ini dikarenakan pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter untuk dicatat
dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah kalau jumlah rupiah
tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak independen.
7.

Berbagai bentuk dan Nama

Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos dengan berbagai
bentuk dan nama apapun. Pendapatan untuk perusahaan perdagangan misalnya disebut
dengan penjualan.
Sekilas Tentang Untung
FASB membatasi pengertian pendapatan hanya untuk kenaikan aset yang berkaitan
dengan operasi utama atau sentral. IAI (IASC) tidak membedakan untung dan pendapatan
sehingga keduanya digabung dalam konsep penghasilan (income). Maka dari itu, definisi
untung dapat dikatakan sebagai:
1. Kenaikan ekuitas (aset bersih)
2. Transaksi peripheral atau incidental
3. Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik
PENGAKUAN PENDAPATAN
Kriteria Pengakuan Pendapatan
Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesei diproduksi dan penjualan
benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Dengan kata lain,
pendapatan belum dapat dikatakan ada dan diakui sebelum ada penjualan yang nyata. Hal ini
didasarkan pada gagasan bahwa pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi harus
didasarkan pada konsep dasar keterukuran dan reliabilitas; jumlah rupiah harus cukup pasti
dan ditentukan secara objektif oleh pihak independen.
Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk mengakui pendapatan
sebelum barang atau jasa sudah cukup selesai dikerjakan walaupun jumlah rupiah pendapatan

telah terealisasi karena belum ada upaya yang membentuk pendapatan. Atas dasar konsep
kesatuan usaha, tidak ada pendapatan tanpa upaya. Tanpa upaya yang cukup pendapatan
belum dapat diakui. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang
keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83):
a. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi
Pendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah terjual atau ditukarkan dengan
kas atau klai atas kas. Dan dikatakan cukup pasti terealisasi bilamana aset berkaitan
yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang
cukup pasti jumlahnya.
b. Terbentuk atau terhak
Pendapatan dikatakan dapat terbentuk bila mana perusahaan telah melakukan secara
substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai
yang melekat pada pendapatan.
Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu kegiatan
tertentu dapat berbeda artinya dalam keadaan tertentu perhimpun menjadi lebih kritis
daripada realisasi dan sebaliknya. Terbentuknya pendapatan, tidak selalu harus mendahului
realisasi pendapatan, dapat terjadi pendapatan sebelum realisasi terbentuk. Kam (1990)
mengemukakan kriteria pengakuan secara teknis. Pendapatan baru dapat diakui kalau
dipenuhi syarat-syarat berikut :
1.

Keterukuran nilai asset (measurability of asset value)

2. Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)


3.

Proses perhimpunan secara substansial telah selesai

Syarat (1) dan (2) telah dicakupi dalam kriteria dari FASB. Agar dapat dikatakan
terealisasi pendapatan memang harus diukur secara objektif dan hal tersebut pada umunya
dapat dicapai setelah adanya transaksi penjualan atau kontrak. Syarat (1) berkaitan dengan
masalah apakah aliran masuk asset harus bersifat likuid dan bila pendapatan dalam bentuk
piutang apakah ketertagihan (collectability) cukup pasti sehingga jumlah rupiah pendapatn
yang dicatat benar merefleksi jumalh rupiah yang akhirnya diterima. Dengan demikian
pengukkuran pendapatan sangat andal. Syarat (3) tidak berbeda dengan kriteria b dari FASB.
(Sumber Suwardjono, 2005 : 362-369)
PENGAKUAN PENDAPATAN
A. Pada Saat Kontrak Penjualan
Kondisi dimana perusahaan telah menandatangani kontrak
penjualan dan bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai
kontrak tetapi perusahaan belum mulai memproduksi barang (ada
di titik A). Pada titik ini pendapatan sudah terrealisasi tetapi belum
terbentuk. Karena hanya ada satu kriteria yang dipenuhi, jelas

pendapatan tidak bisa diakui pada saat tersebut. Pengakuan harus


menunggu sampai proses penghimpunan cukup selesai yaitu di
tahap penjualan (antara P dan T). Sementara itu, pembayaran
dimuka harus diakui sebagai kewajiaban sampai barang atau jasa di
serahkan kepada pembeli. Pada umumnya pengakuan semacam ini
berlaku untuk perusahaan yang memproduksi barang konsumsi
(consumers good) dan jarak antara penandatanganan kontrak dan
penyerahan barang cukup pendek (kurang dari satu tahun)
B. Selama Proses Produksi Secara Bertahap
Kondisi dimana dalam industri tertentu, pembuatan produk
memerlukan waktu yang cukup lama. Misalnya dalam industri
konstruksi bangunan seperti jembatan layang, jalan raya, dan
bendungan serta dalam industri konstruksi alat berat seperti
lokomotif, kapal, dan pabrik. Biasanya produk semacam itu
diperlakukan sebagai projek dan dilaksanakan atas dasar kontrak
sehingga pendapatan telah terealisasi untuk seluruh perioda
kontrak tetapi mungkin belum cukup terbentuk pada akhir tiap
perioda akuntansi. Dalam hal ini, pengakuan pendapatan dapat
dilakukan secara bertahap (per perioda akuntansi) sejalan dengan
kemajuan proses produksi atau sekaligus pada saat projek selesai
dan diserahkan. Yang pertama disebut metoda persentase
penyelesaian (percentage-of-completion methode) sedangkan yang
terakhir disebut metoda kontrak selesai (completed-contract
method).
Akresi
Berkaitan dengan pengakuan pendapatan sebagai fungsi kegiatan
produksi adalah masalah akresi (accretion) yaitu pertambahan nilai
akibat pertumbuhan fisis atau proses alamiah. Misalnya PT
perhutani yang mengelola hutan kayu jati. Banyaknya kayu yang
dapat diolah dan dijual akan semakin bertambah karena hutan kayu
tumbuh bersamaan dengan berjalannya waktu yang mengakibatkan
naiknya nilai yang dapat direalisasi dari hutan kayu tersebut.
Perlakuan semacam ini sama saja dengan mengakui pendapatan
sejalan dengan pertumbuhan.
Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena
aset jelas telah bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut
dapat ditentukan secara objektif. Pertambahan teersebut juga
berkaitan dengan operasi utama perusahaan (dalam hal PT
Perhutani). Apa yang terjadi adalah pendapatan sudah terbentuk
tetapi belum terrealisasi. Untuk merealisasikan pertambahan nllai
tersebut, proses produksi masih diperlukan dan masih harus diikuti
dengan perubahan bentuk aset menjadi aset lancar baru (kas atau

piutang). Oleh karena itu, tidak selayaknyalah akresi diakui sebagai


pendapatan. Walaupun seandainya produk akhir PT Perhutani bukan
papan kayu melainkan balok kayu,tetaplah tidak tepat untuk
memperlakukan pertambahan nilai tersebut sebagai pendapatan
karena tidak ada aliran sumber ekonomik baru yang masuk ke unit
usaha.
Dari segi pelaporan laba periodik, tidak diakuinya akresi
sebagai pendapatan bukan berarti meniadakan arti penting akresi,
lebih-lebih untuk kepentingan analisis internal. Bila harus
dilaporkan, pelaporan harus sedemikian sehinggatidak memberi
kesan bahwa akresi telah terealisasi. Jumlah rupiah kreditnya harus
dilaporkan terpisah dari laba yang benar-benar terealisasi.
Pemecahan yang paling baik untuk pengakuan pendapatan
sehubung dengan akresi adalah pergantian takaran penanndingan
pendapatan dan biaya dari perioda tahunan ke angkatan produk
(angkatan tanam kehutanan). Kalau cara ini ditempuh, dasar saat
penjualan untuk pengakuan tetap dapat dipakai walaupun perioda
akuntansinya menjadi lebih panjang mulai dari pembiakan bibit
sampai terjualnya produk.
Apresiasi
Apresiasi yaitu selisih nilai pasar wajar aset perusahaan dengan
kos (nilai buku aset terdepresiasi). Berbeda dengan akresi, apresiasi
berlaku untuk semua jenis aset tidak terbatas pada aset yang
dikategorikan sebagai produk. Juga kenaikan aset atau selisih
tersebut tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan.
Dibandingkan akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi
pengertian pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan
operasi perusahaan tetapi berkaitan dengan kondisi pasar. Dapat
dikatakan, apresiasi bukan merupakan suatu hasil dari proses
pembentukan pendapatan karena tidak ada upaya yang sengaja
dilakukan untuk menaikan nilai aset. Paton dan littleton (1970)
sangat menentang pengakuan apresiasi sebagai pendapatan karena
:
a) Apresiasi Bukan Merupakan Transaksi
Kenaikan nilai pasar semata-mata dengan cara apapun
menghitungnya bukanlah merupakan pendapatn yang
nyata. Apresiasi tidak menunjukkan kemajuan kegiatan
operasi. Apresiasi juga tidak menambah sumber ekonomik
yang dapat digunakan untuk mendanai operasi. Jadi,
apresiasi mepunyai karakteristik yang lemah untuk dapat
dikatakan sebagai pendapatan
b) Apresiasi Tidak Objektif

Penentuan besarnya nilai pasar, khususnya untuk aset-aset


yang kompleks atau khusus, mempunyai validitas yang
meragukan. Dalam keadaan yang sangat khusus, apresiasi
dapat erupakan alat atau cara untuk memperoleh
tambahan aset likuid. Dengan demikian apresiasi seolaholah dapat diubah menjadi dana likuid melalui proses
peminjaman atau utang. Proses tidak dapat disamakan
dengan realisasi pendapatan. Kenaikan nilai aset melalui
penerbitan obligasi atau kontrak utang lainnya tidak sama
dengan penjualan atau pertukaran aset yang sebelumnya
di miliki perusahaan.
Penghematan Kos
Dua pos yang bersangkutan dengan proses pembelian yang sering
dianggap sebagai pendapatan yaitu potongan pembelian dengan
harga murah atau pembelian beruntung (lucky buy). Ptongan
pembelian tidak memenuhi definisi pendapatan karena berkaitan
dengan proses pembelian yaitu proses pemrolehan aset pada
tingkat awal (pengukuran). Oleh karena itu, mengakui pendapatan
pada tingkat ini sama saja mengantisipasi pendapatan. Hal ini
merupakan suatu contoh ekstrem pengakuan pendapatan yang
belum terealisasi. Kalau potongan pembelian diakui sebagai
pendapatan yang terrealisasi maka akan terjadi hal yang janggal
yaitu bahwa perusahaan yang baru saja berdiri dan belum
meproduksi dan menjual produk sudah memperoleh pendapatan
melalui proses pembelian bahan baku dengan memanfaatkan
potongan yang ditawarkan.
Kalau potongan pembelian dianggap sebagai pendapatan
maka dapat terjadi suatu perusahaan akan memperoleh pendapatan
melalui proses pembangunan dan pembelian fasilitas fisis lantaran
perusahaan memilih untuk membayar harga tunainya pada saat
pembelian daripada membayar harga brutonya beberapa waktu
kemudian.
Prinsip yang masuk akal adalah semua jenis potongan pembelian
diperlakukan sebagai pengurang (offsets) terhadap kos nominal
pembelian. Manajemen yang bijaksana akan menentukan kebijakan
untuk tidak melewatkan potongan. Setiap tambahan pembayaran
karena ketidakmampuan membayar dalam perioda potongan
(discount period) merupakan rugi. Sementara itu, potongan yang
diperolehh karena membayar dalam perioda potongan adalah
pengurangan atau penyesuai kos (cost adjustment) bukan hutang.

C. Pada Saat Produksi Selesai


Ini berarti pendapatan diakui pada saat akhir tahap produksi. Kalau sudah ada kontrak
sebelumnya, tidak ada masalah dengan pengakuan pada saat produksi selesai karena
penapatan sudah terrealisasi dan pada saaat produk selesai pendapatan secara substansional
sudah terbentuk. Pengakuan semacam ini sudah setara pengakuan pendapatan dengan metode
kontrak selesai. Akan tetapi, kalau tidak ada kontrak sebelumnya, hanya kriteria terbentuk
yang dipenuhi.
Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat dianggap layak untuk
industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian. Dengan karakteristik industri
semacam itu, kegiatan produksilah yang merupakan faktor penentu dalam menghasilkan
pendapatan dan bukan kegiatan penjualan. Dengan demikian, pendapatan dapat diakui
berdasarkan banyaknya barang yang diproduksi bukannya banyaknya unit barang yang sudah
terjual.
Walaupun dasar pengakuan pendapatan atas dasar produksi selesai mempunyai alasan yang
logis yang kuat untuk industri ekstraktif, penggunaannya secara umum kurang dapat diterima
bahkan dalam industri estraktif sekalipun. Dengan kata lain, kegiatan produksi industri itu
sendiri tanpa adanya penguatan yang berasal dari penjualan dengan harga yang disepakati
tidak dapat selalu dijadikan penguji yang obyektif dan menentukan untuk dasar pencatatan
dan pengakuan pendapatan. Oleh karena itu, pengakuan semacam itu menuntut alasan yang
kuat sesuai dengan keadaan yang melingkupinya. Statemen keuangannya juga menuntut
penjelasan (pengungkapan) yang jelas mengenai kondisi yang melandasi penyimpangan dari
standar umum (penjualan).
D. Pada Saat Penjualan
Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan kriteria
penghimpunan dan realisasi telah dipenuhi. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat
yang kritis dalam operasi perusahaan sehingga menjadi standar utama dalam pengakuan
pendapatan.
Lebih lebih untuk perusahaan yang bergerak dibidang produksi dan perdagangan barang,
kegiatan penjualan merupakan hal yang paling menentukan dan mempunyai arti keuangan
yang paling berharga dibandingkan dengan kegiatan lain dalam operasi perusahaan.
Kendati penjualan menjadi menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat beberapa
hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dassar tersebut. Hal pertama berkaitan
dengan kepastian pengukuran terhadap akibat kos purna-jual atau pasca-jual (after-sale-cost
atau after-cost). Ada kegiatan perusahaan yang masih harus dilakukan perusahaan untuk
menuntaskan penjualan yang menimbulkan kos misalnya administratif, perbaikan barang, dan
penggantian barang yang rusak. Masalah lain berkaitan dengan kemungkinan atau
pengembalian barang.

Masalah terebut tidak menghalangi secara konsptual maupun teknis untuk mengakui
pendapatan pada saat penjualan. Berikut ini dibahas untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut.

Kembalian atau Potongan Tunai

Kembalian atau return utnuk suatu periode yang timbul akibat barang cacat atau rusak
dicatat dengan membalik jurnal yang telah dibuat pada saat penjualan dengan jumlah
rupiah pengembalian. Adanya potongan tunai penjualan sama sekali tidak menghalangi
pengakuan pendapatan pada saat penjualan. Potongan tunai adalah potongan yang
ditawarkan penjual melalui terma penjualan seperti 2/10, n/30. Masalah yang timbul tidak
berkaitan dengan pengakuan pendapatan tetapi dengan berapa jumlah rupiah pendapatan
(penjualan) harus dicatat. Keuntungan lain adalah perusahaan tidak perlu lagi meneliti
pelunasan makna yang mendapat potongan dan mana yang tidak tetapi cukup
memperhatikan berapa potongan tuna yang dilewatkan pelanggan. Potongan yang
dilewatkan dapat diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain.
2

Kos Purna Jual

Prosedur yang umum diberlakukan untuk mengantisipasi kos semacam itu adalah
mendebit jumlah taksiran rupiah kos kegiatan dan mengkredit jumlah rupiah yang sama
kedalam suatu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun.
3

Kerugian Piutang

Masalah kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakuan piutang yang sama seperti kos
purna jual yaitu dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Dengan demikian
pendapatan dapat disajikan dalam statemen sejumlah piutang yang benar-benar dapat
direalisasi (net realizable value).
4

Transaksi Penjualan

Kriteria realisasi telah terpenuhi pada saat penjualan hanya kalau telah terjadi transfer
atau pengiriman barang tak bersyarat. Pada saat barang ditransfer, proses pembentukan
pendapatan secara substansional dianggap telah selesai sehingga kriteria pembentukan
automatis telah tepenuhi pada saat penjualan (pertukaran) sehingga tidak dipersoalkan
lagi.
E. Pada saat kas terkumpul
Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan
pendapatan berdasarkan asas kas.. Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan
yang barang atau jasanya telah diserahkan/dilaksanakan tetapi kasnya baru akan diterima
secara berkala dalam waktu yang cukup panjang.

Alasan digunakannya dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang ketertagihan


piutang. Pendapatan suatu periode diakui secara proporsional atas dasar kas yang telah
diterima dalam periode tersebut. Ini berarti, jumlah rupiah tagihan sejalan dengan kemajuan
pekerjaan. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengakuan pendapatan pada saat
kas terkumpul adalah:

Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Pendek


Dalam perusahaan jasa seperti perusahaan angkutan dan bioskop, transaksi dilakukan
dalam waktu yang relatif pendek. Penerimaan kas hampir bersamaan dan sejalan dengan
penyerahan jasa. Ini berarti bahwa saat penerimaan kas atau penyerahan jasa dapat
dijadikan pengujian untuk dasar pengukuran dan pengakuan pendapatan.

Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Panjang


Di lain pihak, apabila jasa yang diberikan adalah kompleks dan baru akan selesai dalam
periode yang relatif panjang seperti halnya penyewaan ruang, maka besar kemungkinan
akan terjadi perbedaan yang mencolok antara jumlah rupiah pendapatan yang diakui
dengan basis akrual dan basis kas.

Argumen Pendukung
Validitas pengakuan pendapatan secara proporsional dengan penerimaan kas didasarkan
atas tiga pertimbangan yang saling berkaitan, yaitu:
Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan aset yang
mempunyai daya beli murni (dapat dibelanjakan).
Makin lama jangka waktu untuk mengangsur makin besar kemungkinan piutang
tidak tertagih.
Kos purna-jual, terutama kos penagihan dan pengumpulan piutang, biasanya lebih
tinggi dibandingkan dengan kos purna jual untuk penjualan kredit (biasa).

Alasan Penyanggah
Patton dan Litteton (1970) menegaskan bahwa pengakuan pendapatan dasar kas (untuk
perusahaan jasa) kurang dapat didukung dengan alasan:
Tagihan (piutang) yang timbul akibat penyerahan jasa pada dasarnya mempunyai
kedudukan yuridis yang sama dengan piutang yang timbul dari penjualan barang.

Belum tentu kegagalan untuk penerimaan peluanasan piutang dalam perusahaan


jasa lebih besar daripada perusahaan barang dagang.
Dalam hal penerimaan pembayaran dimuka, kemungkinan terjadinya kerugian
piutang memang sudah tidak ada lagi tetapi tidak berarti bahwa pendapatan sudah
dapat diakui.
Jadi, pada dasarnya pengakuan pendapatan atas penerimaan kas hanya berlaku untuk
jasa profesi yang mempunyai karakteristik: (1) jasa bersifat unik dan tidak dapat ditentukan
secara jelas dan pasti pada permulaan pekerjaan, dan (2) jumlah pendapatan total yang harus
ditagih tergantung pada hasil pekerjaan yang bersangkutan.

Prosedur Akuntansi Dasar Kas

Patton dan Litteton (1970) menggambarkan prosedur akuntansi untuk mencapai penandingan
yang tepat sebagai berikut:
Pada saat kontrak penjualan angsuran dan pengiriman seluruh barang, perusahaan
mencatat sebagai berikut:
Pengiriman Barang-Dasar Kas

xxx

Sediaan Barang Dagangan

xxx

Jumlah di atas dicatat atas dasar kos. Piutang angsuran dicatat secara memorial (tidak
dijurnal). Pengiriman barang-dasar kas mempunyai status sebagai aset perusahaan (semacam
barang konsinyasi).
Bila perusahaan menerima uang muka atau angsuran, penerimaan dicatat sebagai:
Kas

xxx
Penjualan-Dasar Kas

xxx

Seluruh jumlah rupiah kas yang telah diterima dari penjualan dalam suatu periode yang
tampak dalam saldo akun Penjualan-Dasar Kas yang merupakan pendapatan yang diakui dan
dilaporkan dalam periode tersebut.

Pada akhir periode harus diperhitungkan kos produk yang dapat dibebankan secara
tepat (sebagai biaya) ke pendapatan dasar kas tersebut. Jurnal yang harus dibuat pada
akhir tahun adalah:
Cost Barang Terjual-Dasar Kas

xxx

Pengiriman Barang-Dasar Kas

xxx

Kalau ternyata ada akhir periode terdapat penjualan yang sudah diterima kasnya tetapi
barang belum dikirim maka cost barang tersebut harus ditaksir dan ditambahkan ke
kos barang terjual dasar kas. Jurnal yang harus dibuat pada akhir periode adalah:
Cost Barang Terjual-Dasar Kas

xxx

Utang Pengiriman Barang-Dasar Kas

xxx

Dalam neraca, pos Pengiriman Barang-Dasar Kas akan disajikan sebagai aset lancar sebesar
kosnya dan pos Utang Pengiriman Barang-Dasar Kas dapat dilaporkan sebagai kewajiban
atau dikontrakan dengan pos Pengiriman Barang-Dasar Kas

Biaya Administrasi dan Penjualan


Pada umumnya cost administrasi dan penjualan bukan merupakan cost yang dapat

diperlakukan seperti cost sediaan yaitu tersediakan. Cost tersebut harus segera dibebankan ke
pendapatan sebagai biaya periode. Dalam hal inilah pengakuan pendapatan atas dasar kas
menunjukkan kelemahannya. Sementara cost produk dapat diperhitungkan secara cukup teliti
untuk ditandingkan dengan pendapatan dasar kas, biaya administrasi dan umum sangat sulit
untuk dikaitkan dengan pendapatan tersebut.
SAAT PENGAKUAN PENJUALAN JASA
Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang
melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang. Masalah teoritis yang dihadapi
lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan. Yang sering
sulit ditentukan adalah mengenali kejadian atau kegiatan yang menandai bahwa penyerahan
jasa telah terjadi dan selesai.
AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut:

Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan, pendapatan
harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan.

Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkain pekerjaan atau tindakan secara
bertahap, pendapatan harus diakui selama periode pelaksanaan pekerjaan secara
proporsional.

Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau tindakan secara
bertahap, pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan
bila kondisi berikut terpenuhi:
1. Proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu kritisnya
sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai sebelum tahap akhir
dilaksanakan.
2. Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditetukan di muka
selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup layak untuk
menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan.

Terdapat tingkat ketidak pastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan atau
kolektabilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas terkumpul.
Dalam PSAK No. 23, IAI menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atas dasar

kemajuan pelaksanaan merupkan ketentuan utama sedangkan kaidah lain merupakan


pengecualian dari kaidah ini. IAI mengeksplisitkan asumsi atau kondisi yang melandasi
keterterapan pengakuan atas dasar kemajuan pelaksanaan yaitu:
1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh perusahaan.
3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal.
4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.
PEDOMAN UMUM PENGAKUAN PENDAPATAN
FASB meringkas pedomam umum dalam SFAC No. 5 paragraf 84 sebagai berikut:
1. Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk diserahkan
kepada konsumen.

2. Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi atau pengiriman
barang, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman.
3. Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara bertahap
dengan metode persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk asalkan dapat
diukur secara andal.
4. Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara terusmenerus selama suatu periode dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan dapat
diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.
5. Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan harga
yang cukup pasti tanpa biaya tambahan berarti, pendapatan dan untung rugi dapat
diakui pada saat selesainya produksi atau pada saat harga aset tersebut berubah.
6. Kalau produk, jasa atau aset lain ditukarkan dengan aset non moneter yang tidak
segera dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung rugi dapat diakui pada
saat telah terhak atau transaksi telah selesai asalkan nilai wajar aset non moneter yang
dapat ditentukan dengan layak.
7. Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain meragukan,
pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.
PROSEDUR PENGAKUAN
Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal apa
yang dapat digunakan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi.
Kegiatan Internal Sebagai Pemicu dan Bukti Pengakuan Pendapatan:
Kaidah

Kegiatan

Internal

yang

proses

Overhead.

Penyiapan dan pengiriman surat penagihan.

produksi

Pembayaran biaya Adm.

Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan

secara

Penagihan.

akumulasi kos.

Kegiatan Pemicu dan Bukti Pengakuan


Pengakuan Terlibat
Pada saat
Pendapatan belum diakui. Surat kontrak dan
Penandatanganan kontrak,
kontrak
penerimaan bukti setor bank sebagai dasar
penerimaan uang muka
penjualan
pencatatan uang muka
Selama
Penggunaan BB, TKL, dan

bertahap
Penyesuaian akhir tahun.
Pada saat Pemindahan barang jadi dari Belum ada kontrak : (1) penyerahan barang ke
proses

pabrik ke gudang.

gudang

disertai

nota

penerimaan,

atau

(2)

penyesuaian akhir tahun.


produksi
selesai

Penyesuaian akhir tahun

Sudah ada kontrak: Penyerahan barang ke bagian


gudang disertai nota penerimaan dan surat kontrak
atau order pembelian

Penerimaan

order

pembelian. Penerimaan uang Pengiriman barang disertai pengiriman faktur


Pada

saat muka. Pengiriman barang. sesuai syarat.

penjualan

Pengiriman

faktur Penerimaan nota terima barang didukung faktur

penjualan. Penerimaan nota dan order pembelian/penjualan


terima barang dari pembeli
Pengiriman surat tagihan
Pada

saat angsuran.

kas

Penerimaan kas atau alat

terkumpul

pembayaran lain.
Penyesuaian akhir tahun

Penerimaan kas didukung nota pembayaran atau


bukti transfer.
Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan kas
yang terkumpul sampai akhir periode

PENYAJIAN
Masalah penyajian berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah memisahkan antara
pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa
dan cara menuangkannya dalam statemetnt laba rugi.
(Sumber Suwardjono, 2014 : 369-392)

MENURUT PSAK 23 PENDAPATAN


Ruang Lingkup
Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi pendapatan yang timbul dari transaksi dan
kejadian berikut ini:
a) Penjualan barang
Barang meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk dijual dan barang yang
dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah
dan properti lain yang dimiliki untuk dijual kembali.
b) Penjualan jasa
Penjualan jasa biasanya terkait dengan kinerja entitas atas

tugas

yang

telah

disepakati secara kontraktual untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu. Jasa
tersebut dapat diserahkan dalam satu periode atau lebih dari satu periode. Beberapa
kontrak untuk penjualan jasa secara langsung terkait dengan kontrak konstruksi,
misalnya kontrak penjualan jasa dari manajer proyek dan arsitek. Pendapatan yang
timbul dari kontrak ini tidak diatur dalam Pernyataan ini tetapi diatur sesuai dengan

persyaratan kontrak konstruksi sebagaimana diatur dalam PSAK 34: Akuntansi


Kontrak Konstruksi.
c) Penggunaan asset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan
dividen. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam
bentuk:
i.

bunga yaitu pembebanan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah
terutang kepada entitas;

ii.

royalti yaitu pembebanan untuk penggunaan aset jangka panjang entitas,


misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan peranti lunak komputer; dan

iii.

dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan
proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu.

Pernyataan ini tidak mengatur pendapatan yang timbul dari:


a) perjanjian sewa (lihat PSAK 30 (revisi 2007): Sewa);
b) dividen yang timbul dari investasi yang dicatat sesuai metode ekuitas (lihat PSAK 15
(revisi 2009): Investasi pada Entitas Asosiasi);
c) kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28: Akuntansi Asuransi
Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Asuransi Jiwa.
d) perubahan nilai wajar dari aset dan liabilitas keuangan atau pelepasannya (lihat PSAK
55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran); perubahan nilai
aset lancar lainnya;
e) ekstraksi hasil tambang (lihat PSAK 33: Akuntansi Pertambangan Umum).
Definisi
Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini:

Nilai wajar adalah jumlah dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar (arms length transaction).

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan
kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

Pendapatan hanya meliputi arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
diterima dan dapat diterima oleh entitas untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih
atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat
ekonomi yang mengalir ke entitas dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas. Oleh
karena itu, hal tersebut dikeluarkan dari pendapatan. Demikian juga dalam hubungan
keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi meliputi jumlah yang ditagih atas nama
prinsipal, yang tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas entitas. Jumlah yang ditagih
atas nama prinsipal bukan merupakan pendapatan, yang merupakan pendapatan
adalah komisi yang diterima.
Pengukuran Pendapatan
Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.
Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara
entitas dan pembeli atau pengguna aset tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar
imbalan yang diterima atau dapat diterima oleh entitas dikurangi jumlah diskon dagang dan
rabat volume yang diperbolehkan oleh entitas.
Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah
pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima.
Namun, jika arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan
tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau dapat diterima.
Misalnya, entitas dapat memberikan kredit bebas bunga kepada pembeli atau menerima wesel
tagih dari pembeli dengan tingkat bunga dibawah pasar sebagai imbalan dari penjualan
barang. Jika perjanjian tersebut secara efektif merupakan transaksi keuangan, maka nilai
wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan dengan
menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga tersirat yang digunakan adalah
yang paling mudah ditentukan antara:
a. tingkat bunga yang berlaku bagi instrumen serupa dari penerbit dengan penilaian
kredit yang sama; atau
b. tingkat bunga yang mendiskonto nilai nominal instrumen tersebut ke harga jual
tunai saat ini dari barang atau jasa. Perbedaan antara nilai wajar dan jumlah
nominal dari imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga sebagaimana
dijelaskan paragraf 30 dan 31, dan sesuai PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.

Jika barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang
serupa, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan
pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditas seperti minyak atau susu di mana
penyalur menukarkan persediaan di beberapa lokasi untuk memenuhi permintaan dengan
dasar tepat waktu dalam suatu lokasi. Jika barang dijual dan jasa diberikan untuk
dipertukarkan dengan barang atau jasa yang tidak serupa, maka pertukaran tersebut dianggap
sebagai transaksi yang menghasilkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai
wajar dari barang atau jasa yang diterima, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas
yang dialihkan. Ketika nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur
secara andal, maka pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang
diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.
Pengidentifikasian Transaksi
Kriteria pengakuan dalam Pernyataan ini biasanya diterapkan secara terpisah pada
setiap transaksi. Namun, dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk menerapkan kriteria
pengakuan tersebut pada komponen-komponen yang dapat diidentifikasikan secara terpisah
dari transaksi tunggal, agar mencerminkan substansi dari transaksi tersebut. Misalnya, jika
harga penjualan dari suatu produk termasuk jumlah yang dapat diidentifikasi untuk jasa
lanjutan, maka jumlah tersebut ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan selama periode
di mana jasa tersebut ditunaikan.
Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi bersamasama jika transaksi tersebut terkait sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak
dapat dimengerti tanpa melihat pada rangkaian transaksi tersebut secara keseluruhan.
Misalnya, entitas dapat menjual barang dan pada saat yang sama, menyetujui perjanjian yang
terpisah untuk membeli kembali barang tersebut di kemudian hari, sehingga meniadakan
pengaruh yang sesungguhnya dari transaksi tersebut, maka dalam hal ini kedua transaksi
tersebut diberlakukan bersamaan.
Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:
a) entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan
kepada pembeli;

b) entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan
atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
c) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
d) kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan
mengalir kepada entitas tersebut; dan
e) biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat
diukur dengan andal.
Penentuan kapan entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan secara
signifikan kepada pembeli memerlukan pengujian atas keadaan transaksi tersebut. Pada
umumnya, pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan terjadi pada saat yang bersamaan
dengan pemindahan hak milik atau penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli. Hal ini
terjadi pada kebanyakan penjualan eceran. Dalam hal lain, pemindahan risiko dan manfaat
kepemilikan terjadi pada saat yang berbeda dengan pemindahan hak milik atau penguasaan
atas barang tersebut.
Jika entitas tersebut menahan risiko signifikan dari kepemilikan, transaksi tersebut
bukanlah penjualan dan pendapatan tidak diakui. Entitas dapat menahan risiko kepemilikan
yang signifikan dengan berbagai cara. Contoh situasi dimana entitas menahan risiko dan
manfaat kepemilikan secara signifikan adalah:
a. jika entitas menahan kewajiban untuk kinerja tidak memuaskan yang tidak
dijamin oleh ketentuan jaminan normal;
b. jika penerimaan pendapatan dari penjualan bergantung pada pendapatan pembeli
dari penjualan barang yang bersangkutan;
c. jika pengiriman barang bergantung pada instalasinya, dan instalasi tersebut
merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh entitas;
dan
d. jika pembeli berhak membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan
dalam kontrak dan entitas tidak dapat memastikan apakah akan terjadi retur.
Jika entitas hanya menahan risiko tidak signifikan atas kepemilikan, transaksi tersebut
adalah penjualan dan pendapatan yang diakui. Misalnya, penjual mungkin menahan hak milik
atas barang semata-mata untuk melindungi kolektibilitas jumlah yang jatuh tempo. Dalam hal

seperti itu, jika entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan secara signifikan,
transaksi tersebut adalah penjualan dan pendapatan harus diakui.
Contoh lain entitas yang hanya menahan risiko yang tidak signifikan dari kepemilikan
adalah dalam penjualan eceran dengan syarat dapat dikembalikan jika pelanggan tidak puas.
Pendapatan dalam hal ini diakui pada waktu penjualan dilakukan jika penjual dapat
mengestimasi secara andal retur yang akan terjadi dan mengakui liabilitas untuk retur
berdasarkan pengalaman sebelumnya dan faktor-faktor lain yang relevan.
Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan
dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada entitas. Terkadang kemungkinan besar
tersebut baru tercapai pada saat imbalan diterima atau ketidakpastian dihilangkan. Misalnya,
belum ada kepastian bahwa pemerintahan asing akan memberi ijin pengiriman imbalan atas
penjualan di negara asing. Jika ijin diberikan, ketidakpastian tersebut hilang dan pendapatan
diakui. Namun, jika ketidakpastian timbul dari kolektibilitas jumlah tertentu yang telah
termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih atau jumlah yang kemungkinan
pemulihannya tidak besar lagi, diakui sebagai beban bukan sebagai penyesuaian terhadap
jumlah pendapatan yang diakui semula.
Pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi yang sama atau peristiwa lain
diakui secara bersamaan, proses ini biasanya mengacu pada pengaitan pendapatan dengan
beban. Beban, termasuk jaminan dan biaya lain yang terjadi setelah pengiriman barang,
biasanya dapat diukur dengan andal jika kondisi lain untuk pengakuan pendapatan yang
berkaitan telah dipenuhi. Tetapi, pendapatan tidak diakui jika beban yang berkaitan tidak
dapat diukur dengan andal. Dalam keadaan demikian, setiap imbalan yang diterima untuk
penjualan barang tersebut diakui sebagai liabilitas.
Penjualan Jasa
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil transaksi dapat diestimasi dengan
andal jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
a. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat
diperoleh entitas;

c. tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal;
d. biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut
dapat diukur dengan andal.
Pengakuan pendapatan dengan mengacu pada tingkat penyelesaian dari suatu
transaksi sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Dengan metode ini,
pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa ditunaikan. Pengakuan pendapatan
atas dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja
entitas dalam suatu periode. PSAK 34: Akuntansi Kontrak Kontruksi juga mensyaratkan
pengakuan pendapatan berdasarkan hal ini. Persyaratan pada Pernyataan tersebut berlaku
secara umum untuk pengakuan pendapatan dan beban terkait untuk transaksi yang melibatkan
pemberian jasa.
Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan
dengan transaksi tersebut akan diperoleh entitas. Namun, jika ketidakpastian timbul dari
kolektibilitas jumlah yang telah masuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih, atau
jumlah yang kemungkinan pemulihannya tidak lagi besar, diakui sebagai beban bukan
sebagai penyesuaian terhadap jumlah pendapatan yang diakui semula.
Entitas pada umumnya dapat membuat estimasi yang andal setelah entitas mencapai
persetujuan mengenai hal-hal berikut dengan pihak lain dalam transaksi:
a. hak yang dapat dipaksakan dari masing-masing pihak terkait dengan jasa yang
disediakan dan diterima para pihak;
b. imbalan yang dipertukarkan; dan
c. cara dan persyaratan penyelesaian.
Biasanya, entitas juga perlu mempunyai sistem anggaran dan pelaporan keuangan
internal yang efektif. Entitas tersebut menelaah dan jika perlu merevisi estimasi pendapatan
sewaktu jasa diberikan. Kebutuhan atas revisi tersebut tidak berarti mengindikasikan bahwa
hasil dari transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal.
Tingkat penyelesaian transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode. Entitas
menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal jasa yang diberikan. Bergantung
pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi:

a. survei pekerjaan yang telah dilaksanakan;


b. jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa
yang harus dilakukan; atau
c. proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya
transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanakan
hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal
tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilakukan atau yang harus
dilakukan, dimasukkan ke dalam estimasi total biaya transaksi tersebut.
Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima dari pelanggan sering kali tidak
mencerminkan jasa yang dilakukan.
Untuk tujuan praktis, jika jasa dilaksanakan melalui sejumlah kegiatan yang tidak
dapat ditentukan selama suatu periode, pendapatan diakui atas dasar garis lurus selama
periode tertentu, kecuali jika ada bukti bahwa terdapat metode lain yang lebih baik dapat
mencerminkan tingkat penyelesaian. Jika kegiatan tertentu jauh lebih signifikan daripada
kegiatan yang lain, pengakuan pendapatan ditunda sampai kegiatan yang signifikan tersebut
dilakukan.
Jika hasil transaksi terkait dengan penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan
andal, maka pendapatan diakui hanya yang berkaitan dengan beban terakui yang
dapat terpulihkan.
Selama tahap awal transaksi, sering kali terjadi bahwa hasil suatu transaksi tidak
dapat diestimasi dengan andal. Namun demikian, besar kemungkinan terjadi bahwa entitas
tersebut akan memperoleh kembali biaya transaksi yang timbul. Oleh karena itu, pendapatan
diakui hanya yang berkaitan dengan biaya yang telah terjadi yang diharapkan dapat
terpulihkan. Karena hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal, tidak ada
laba yang diakui.
Jika hasil transaksi tidak dapat diestimasi dengan andal dan kemungkinan kecil biaya
yang terjadi akan terpulihkan, pendapatan tidak diakui dan biaya yang timbul diakui sebagai
beban. Jika tidak ada lagi kondisi semula yang mengakibatkan hasil kontrak tidak dapat
diestimasi dengan andal, maka pendapatan diakui sesuai dengan paragraf 20 bukan paragraf
26.

Bunga, Royalti, dan Dividen


Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar yang dijelaskan dalam paragraf
30, jika:
a) kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh entitas; dan
b) jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:
a) bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di
PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: Pengakuan dan Pengukuran paragraf
8 dan PA 17-20;
b) royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan;
dan
c) dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
Jika bunga yang belum dibayar telah diakru sebelum pembelian investasi yang
berbunga, maka penerimaan bunga kemudian dialokasikan antara periode sebelum pembelian
dan sesudah pembelian, hanya bagian setelah pembelian yang diakui sebagai pendapatan.
Royalti diakui sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan dan pendapatan juga
umumnya diakui sesuai dengan dasar tersebut kecuali, dengan memperhatikan hakikat
perjanjian, akan lebih sesuai untuk mengakui pendapatan atas dasar sistematik dan rasional
yang lain.
Pendapatan diakui hanya jika kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan
dengan transaksi tersebut akan diperoleh entitas. Namun, jika ketidakpastian timbul dari
kolektibilitas jumlah tertentu yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat
ditagih, atau jumlah yang kemungkinan pemulihannya tidak besar lagi, maka jumlah tersebut
diakui sebagai beban, bukan penyesuaian terhadap jumlah pendapatan yang diakui semula.
Pengungkapan
Entitas mengungkapkan:

a) kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk


metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang
melibatkan pemberian jasa;
b) jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode
tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:
i.

penjualan barang;

ii.

penjualan jasa;

iii.

bunga;

iv.

royalti;

v.

dividen; dan

c) jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup
dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.
Entitas mengungkapkan setiap liabilitas kontijensi dan aset kontijensi sesuai dengan
PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset Kontinjensi. Liabilitas
kontijensi dan aset kontijensi dapat timbul dari pos-pos seperti biaya jaminan, klaim, denda,
atau kemungkinan kerugian lainnya.

Anda mungkin juga menyukai