Anda di halaman 1dari 4

PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan akad mudhrabah.?


Jawab :
Akad Mudharabah adalah akad kerja sama antara pemilik dana dan pengelola dana,
dana sepenuhnya berasal dari pemilik dana sedangkan pengelola dan berkontribusi
dalam kerja. Apabila terjadi keuntungan akan dibagi sesuai nisbah yang disepakati
atas dasar realisasi keuntungan, sementara jika terjadi kerugian yang tidak
diakibadkan oleh kelalaian pengelola dana akan ditanggung sepenuhnya oleh pemilik
dana sementara pengelola dana akan menanggung risiko nenfinansial.
(Jawaban hal.146)
2. Apakah mudharabah merupakan bentuk profit and loss sharing.?
Jawab :
Bukan, karena dalam mudharabah instilah profit and loss sharing tidak tepat
digunakan karena yang dibagi hanya keuntungannnya saja (profit), tidak termasuk
kerugiannya (loss). Pembagian hasil dapat diketahui berdasarkan pengakuan
penghasilan usaha mudharabah, dalam praktik dapat diketahui berdasarkan laporan
bagi hasil atas relisasi penghasilan hasil usaha dari pengelola dana.
(Jawaban hal.134)
3. Jelaskan jenis- jenis akad mudharabah.!
Jawab :
Dalam PSAK, akad mudharabah diklasifikasikan ke dalam 3 jenis, yaitu :
1. Mudharabah Muthalaqah, yaitu mudharabah dimana pemilik dana memberikan
kebebasan kepada pengelola dana dalaam pengelolaan investasinya. Mudharabah
ini disebut juga investasi tidak terikat.
2. Mudharabah Muqayyadah, yaitu mudharabah dimana pemilik dana memberikan
batasan kepada pengelola antara lain mengenai dana, lokasi, cara, dan/atau objek
investasi atau sektor usaha.
3. Mudharabah Musytarakah, yaitu mudharabah dimana pengelola dana
menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
(Jawaban hal.130)
4. Jelaskan hukum asal dari mudharabah.!
Jawab :
Menurut Ijmak Ulama, mudharabah hukumnya jaiz (boleh). Hal ini dapat diambil dari
kisah Rasulullah yang pernah melakukan mudharabah dengan Siti Khadijah. Siti
Khadijah bertindak sebagai pemilik dana dan Rasulullah sebagai pengelola dana.lalu
rasulullah membawa barang dagangannya ke negeri Syam. Oleh karena itu akan
mudharabah diperbolehkan secara syariah.
(Jawaban hal.131)
5. Jelaskan rukun dan ketentuan syariah mudharabah.!
Jawab :
Rukun mudharabah ada empat, yaitu
1. Pelaku, terdiri atas pemilik dana dan pengelola dana
2. Objek mudharabah berupa modal dan kerja
3. Ijab Kabul/ Serah Terima
4. Nishab Keuntungan
Adapun ketentuan syariah mudharabah, yaitu :
1. Pelaku
• Pelaku harus cakap hukum dan baligh.
• Pelaku akad mudharabah dapat dilakukan sesama atau dengan nonmuslim
• Pemilik dana tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan usaha tetapi
ia boleh mengawasi.
2. Objek mudharabah (Modaldan Kerj a)
• Modal
1) Modal yang diserahkan dapat berbentuk uang atau aset lainnya
(dinilai sebesar nilai wajar), harus jelas jumlah dan jenisnya.
2) Modal harus tunai dan tidak utang.
3) Modal harus diketahui dengan jelas jumlahnya sehingga
dapat dibedakan dari keuntungannya.
4) Pengelola dana tidak diperkenankan untuk memudharabahkan
kembali modal mudharabahnya.
5) Pengelola dana tidak diperbolehkan untuk meminjamkan
modal kepada orang lain kecuali atas seiizin pemilik dana.
6) Pengelola dana memiliki kebebasan untuk mengatur modal menurut
kebijaksanaan dan pemikirannya sendiri, selama tidak dilarang secara
syariah.
• Kerja
1) Kontribusi pengelola dana dapat berbentuk keahlian,
keterampilan. Selling skill, management skill dan lain-lain.
2) Kerja adalah hak pengelola dana dan tidak boleh diintervensi oleh
pemilik dana.
3) Pengelola dana harus menjalankan usaha sesuai dengan syariah.
4) Pengelola dana harus mematuhi semua ketetapan yang ada
dalam kontrak.
5) Dalam hal pemilik dana tidak boleh melakukan kewajiban atau
melakukan pelanggarang terhadap kesepakatan, pengelola dana sudah
menerima modal dan sudah bekerja maka pengelola dana berhak
mendapatkan imbalan/ganti rugi/upah.
3. Ijab Kabul
Adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela di antara pihak-pihak akad yang
dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan
cara-cara komunikasi modern.
4. Nisbah Keuntungan
1) Nisbah adalah besaran yang digunakan untuk pembagian
keuntungan, mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua
pihak yang bermudharabah atas keuntungan yang diperoleh. Nisbah
keuntungan harus diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak dan
bersifat proporsional atau dinyatakan dalam angka persentase (nisbah)
dari keunutngan sesuai kesepakatan, inilah yang akan mencegah
terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara
pembagian keuntungan.
2) Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
3) Pemilik dana tidak boleh meminta pembagian keuntungan
dengan menyatakan nilai nominal tertentu karena dapat menimbulkan
riba.
(Jawaban hal.132)
6. Kapan akad mudharabah dianggap selesai.?
Jawab :
Akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut (Sabbiq, 2008)
• Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya.
Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri.
Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang
• Pengelola
akal. dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha
untuk mencapai tujuan sebagaimana dituangkan dalam akad.
• Modal sudah tidak ada.
(Jawaban hal.133)
7. Bagaimana cara perhitungan pembagian laba.?
Jawab :
Cara penghitungan pembagian laba :
Data :
Penjualan Rp.
HPP (Rp.)
Laba Kotor Rp.
Biaya-biaya (Rp.)
Laba (Rugi) bersih Rp.

1. Berdasarkan prinsip bagi laba (profit sharing), maka nisbah pemilik dana :
pengelola dana = 30 : 70
Pemilik dana : 30% x Laba (Rugi) bersih = Rp.
Pengelola dana : 70% x Laba (Rugi) bersih = Rp.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba
bruto/laba kotor bukan pendapatan usaha dengan nisbah pemilik dana : pengelola
dana = 10 : 90
Bank syariah : 10% x Laba Kotor = Rp.
Pengelola : 90% x Laba Kotor = Rp.
(Jawaban Hal 134)
8. Berdasarkan ilustrasi diatas, jawablah pertanyaan dari bapak A berdasarkan
pertimbangan saudara.!
Jawab :

Anda mungkin juga menyukai