Anda di halaman 1dari 161

BAB I

PERANAN SUMBER DAYA ALAM DALAM PEMBANGUNAN


EKONOMI
1.1 Pendahuluan
Pada umumnya ilmu ekonomi (ekonomika) diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana tingkahlaku manusia baik secara perorangan
maupun sebagai masyarakat berusaha memenuhi berbagai kebutuhan dengan alat
pemuas atau sumberdaya yang terbatas. Alat pemuas kebutuhan yang dapat pula
disebut sebagai sumberdaya, dapat berupa barang konsumsi maupun barang
produksi. Yang dimaksud sumberdaya sebagai barang produksi tidak hanya
meliputi tanah, mineral dan bahan bakar tetapi juga tenaga kerja, kapital maupun
valuta asing. Pada dasarnya prinsip-prinsip dalam ekonomika sumberdaya alam
tidaklah terlalu khusus dan masih akan menggunakan prinsip-prinsip analisa pada
umumnya. Barang-barang sumberdaya alam tidaklah bebas adanya sehingga
untuk memperolehnya memerlukan pengorbanan. Dengan kata lain barang-
barang ini langka adanya dan memiliki penggunaan alternatif. Penggunaan
alternatif itu dapat berupa penggunaan sekarang dan penggunaan yang akan
datang. Selanjutnya dalam melakukan pilihan sumberdaya untuk memenuhi
kebutuhan itu selalu dipertimbangkan adanya pemuasan kebutuhan dengan tujuan
untuk memaksimalkan kepuasan atau untuk memaksimalkan produksi, baik untuk
perorangan maupun untuk masyarakat.
Oleh karena itu dengan adanya sumberdaya alam yang terbatas, sedangkan
kebutuhan manusia itu tidak ada batasnya, maka manusia secara sendiri atau
masyarakat secara bersama-sama harus berusaha mencapai kepuasan pribadi
ataupun manfaat sosial yang optimal. Pada saat ini umumnya setiap keputusan
pemerintah selalu memiliki sasaran ganda (multiobjectives) dalam penggunaan
sumberdaya demi pertumbuhan ekonomi, mempertahankan keindahan
lingkungan, pemerataan distribusi pendapatan, kekayaan maupun kekuasaan, serta
keinginan untuk membebaskan terhadap ketergantungan pada kekuatan asing.
Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia adalah salah satu faktor
penting untuk menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara.

1
Sumber daya alam adalah suatu anugerah yang telah diberikan Tuhan untuk
kehidupan manusia di muka bumi ini. Dengan segala kekayaan alam yang
melimpah ruah dan dapat dimanfaatkan untuk kelangsungan hidup manusia.
Sumber daya alam seperti hutan, danau, gunung dan kekayaan lainnya yang dapat
diambil keuntungannya oleh manusia diberikan secara cuma–cuma oleh Tuhan,
tetapi bagaimana manusia memanfaatkannya dan mengolahnya dengan baik.
Pada umumnya ilmu ekonomi (ekonomika) diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana tingkah laku manusia baik secara perorangan
maupun sebagai masyarakat berusaha memenuhi berbagai kebutuhan dengan alat
pemuas atau sumberdaya yang terbatas. Alat pemuas kebutuhan yang dapat pula
disebut sebagai sumberdaya, dapat berupa barang konsumsi maupun barang
produksi. Yang dimaksud sumberdaya sebagai barang produksi tidak hanya
meliputi tanah, mineral dan bahan bakar tetapi juga tenaga kerja, kapital maupun
valuta asing. Pada dasarnya prinsip-prinsip dalam ekonomika sumberdaya alam
tidaklah terlalu khusus dan masih akan menggunakan prinsip-prinsip analisa pada
umumnya. Barang-barang sumberdaya alam tidaklah bebas adanya sehingga
untuk memperolehnya memerlukan pengorbanan. Dengan kata lain barang-
barang ini langka adanya dan memiliki penggunaan alternatif. Penggunaan
alternatif itu dapat berupa penggunaan sekarang dan penggunaan yang akan
datang.
Selanjutnya dalam melakukan pilihan sumberdaya untuk memenuhi
kebutuhan itu selalu dipertimbangkan adanya pemuasan kebutuhan dengan tujuan
untuk memaksimalkan kepuasan atau untuk memaksimalkan produksi, baik untuk
perorangan maupun untuk masyarakat. Oleh karena itu dengan adanya
sumberdaya alam yang terbatas, sedangkan kebutuhan manusia itu tidak ada
batasnya, maka manusia secara sendiri atau masyarakat secara bersama-sama
harus berusaha mencapai kepuasan pribadi ataupun manfaat sosial yang optimal.
Pada saat ini umumnya setiap keputusan pemerintah selalu memiliki
sasaran ganda (multiobjectives) dalam penggunaan sumberdaya demi
pertumbuhan ekonomi, mempertahankan keindahan lingkungan, pemerataan

2
distribusi pendapatan, kekayaan maupun kekuasaan, serta keinginan untuk
membebaskan terhadap ketergantungan pada kekuatan asing.
Definisi pembanguan ekonomi telah dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi,
diantaranya Menurut:
a) Adam Smith, Menjelaskan bahwa definisi pembangunan ekonomi adalah
proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.
Bertambanhnya penduduk suatu negara harus diimbangi dengan kemajuan
teknologi dalam produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan dalam
negeri.
b) Schumpeter, menjelaskan bahwa definisi pembanguan ekonomi adalah
perubahan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional yang terjadi
secatra tiba-tiba dan tidak terputus.
c) Sadono Sukirno, menjelaskan bahwa definisi pembanguan ekonomi adalah
proses untuk meningkatkan pemasukan atau pendapatan perkapita suatu
negara dengan cara mengolah potensi ekonomi menjadi rill.
d) Simon Kuznets, menjelaskan bahwa definisi pembanguan ekonomi adalah
meningkatkan kemampuan suatu negara untuk menyediakan beragam
barang.
1.2 Konsep Sumber Daya Alam Menurut Para Ahli
Sumber daya alam dalam bahasa Inggris dikenal sebagai natural resources.
Manfaat sumber daya alam penting untuk menjaga kelangsungan hidup manusia,
sebagai penghasil bahan bakar dan energi, sebagai pembangkit listrik, memenuhi
kebutuhan makanan manusia, menjaga keseimbangan alam dan lain sebagainya.

Definisi Sumber Daya Alam Secara Umum

a) Menurut KBBI
Pengertian sumber daya alam menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) adalah potensi alam yang dapat dikembangkan untuk proses
produksi.
b) Menurut Undang-Undang

3
Pengertian sumber daya alam menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1982
Pasal 1 ayat (5) menyebutkan bahwa sumber daya alam adalah unsur
lingkungan hidup yang terdiri atas sumber daya manusia, sumber daya hayati,
sumber daya non hayati dan sumber daya buatan.
c) Menurut Wikipedia
Pengertian Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam
yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Yang
tergolong didalamnya tidak hanya komponen biotikseperti hewan, tumbuhan
dan mikroorganisme saja, tetapi juga komponen abiotic, seperti air, tanah,
udara, sinar matahari panas bumi, minyak bumi, gas alam dan berbagai jenis
logam.

Pengertian Sumber Daya Alam Menurut Para Ahli

a) Menurut Chapman (1969)


Pengertian sumber daya alam menurut Chapman adalah hasil penilaian
manusia terhadap unsur-unsur lingkungan hidup yang diperlukannya, dimana
terdapat 3 definisi sumber daya alam yakni persediaan total (total stock),
sumber daya (resources) dan cadangan (reserve).
b) Menurut Isard (1972)
Pengertian sumber daya alam secara umum adalah keadaan lingkungan dan
bahan-bahan mentah yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan
dan memperbaiki kesejahteraannya.
c) Menurut Ireland (1974)
Arti sumber daya alam menurut pendapat Ireland merupakan suatu keadaan
lingkungan alam yang mempunyai nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia.

1.3 Fungsi Produksi dan Penggunaan Sumber daya Alam

Penggunaan Sumber daya alam untuk masa datang secara langsung perlu
dihubungkan dengan apa yang disebut sebagai imbangan antara penduduk dan
Sumber daya alam. Apabila penduduk membutuhkan terlalu banyak barang dan
jasa, maka muncullah kebutuhan untuk meningkatkan penggalian Sumber daya

4
alam baik yang ekstraktif sifatnya maupun Sumber daya alam di lapangan
terbuka, tempat rekreasi dan udara yang bersih.

Namun dampaknya adalah justru berupa memburuknya kondisi fisik dari


dunia ini, dan sayangnya masyarakat sangat lamban dalam menemukan
pemecahan terhadap masalah yang timbul.
Beberapa hal yang menjadi alasan dari lambannya penyesuaian itu ialah
bahwa (Suparmoko, 2002):

a) Masyarakat lebih mengenal adanya pemilikan pribadi (privat) dan


mekanisme pasar, sehingga pengertian bahwa lingkungan sebagai barang
milik bersama dan dipelihara bersama masih sulit dimengerti.
b) Kita tidak mengetahui secara pasti apa yang sesungguhnya yang
diinginkan oleh masyarakat itu, demikian pula teknologi untuk
menghasilkan apa yang diinginkan tidak banyak kita ketahui.
a. Karena adanya eksternalitas, maka biaya produksi barang dan jasa sering
menjadi tidak jelas, disamping adanya kelambanan dalam mobilitas
manusia.

Kalau kita membicarakan pertumbuhan ekonomi, kita melibatkan diri


dalam masalah luaran (output) yang terus menerus dalam jangka panjang.
Peningkatan luaran ini tergantung pada macam dan jumlah masukan (input) atau
faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Hubungan antara luaran
dan masukan disebut funsi produksi. Secara garis besar faktor produksi atau
masukan yang dipakai untuk meningkatkan luaran yang berupa produksi barang
dan jasa dalam suatu perekonomian dapat dikelompokkan.

cara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = f (L, K, R, T, S)

keterangan:

Y = jumlah produksi nasional

L = jumlah tenaga kerja

5
K = kapital

R = jumlah barang Sumber daya alam

T = teknologi

S = faktor social

Masing-masing masukan mempunyai hubungan yang positif dengan


tingkat produksi nasional, artinya semakin banyak jumlah faktor produksi atau
masukan itu digunakan akan semakin tinggi tingkat produksinya. Anggapan yang
dipakai disini adalah masing-masing faktor produksi bersifat homogen.

Seringkali dalam salah satu fungsi produksi hanya dituliskan bahwa


produk nasional bruto merupakan fungsi dari kapital dan tenaga kerja. Namun
yang dimaksud dengan kapital di sini sudah mencakup Sumber daya tanah dan
Sumber daya alam. Hal ini dapat kita mengerti karena pada umumnya tanah atau
Sumber daya alam tanpa aplikasi kapital tidak banyak berarti bagi peningkatan
produksi bagi barang atau jasa. Disamping itu volume tanah dan Sumber daya
alam tersebut relatif konstan dalam jangka panjang. Oleh karena itu layaklah bila
tanah dianggap sebagai bagian dari kapital.

Tetapi apabila kita teliti secara mendalam, tanah dan SDA merupakan
faktor yang sangat penting menentukan bagi proses pembangunan ekonomi suatu
negara. Negara yang kaya akan SDA dan memiliki tanah yang subur sangatlah
mungkin memiliki produktivitas pertanian yang tinggi pada tahap awal dari
pertumbuhan ekonomi. Pada tahap perkembangan ekonomi selanjutnya
peningkatan produktivitas pertanian akan sangat mempengaruhi perkembangan
sektor-sektor lain seperti sektor industri dan jasa.

Pada umumnya orang menerangkan bahwa kemunduran suatu


perekonomian ataupun adanya kesempatan untuk berkembang bagi suatu
masyarakat dapat dilihat dari tersedianya Sumber daya alam yang ada di daerah
tersebut. Bahkan sampai saat ini masih ada orang yang mengatakan bahwa suatu
negara mengalami kemiskinan karena tidak cukupnya Sumber daya alam yang
dimilikinya

6
1.4 Konsep Pembangunan Menurut Para Ahli

Menurut beberapa pakar, teori-teori pembangunan dapat dikelompokkan


ke dalam dua paradigma, yaitu Modernisasi dan Ketergantungan (Lewellen 1995;
Larrain 1994; Kiely 1995). Di dalam paradigma Modernisasi termasuk teori-teori
makro tentang pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial, dan mikro tentang
nilai-nilai individu yang menunjang proses perubahan tersebut. Sedangkan
paradigma Ketergantungan mancakup teori-teori Keterbelakangan
(Underdevelopment), Ketergantungan (Dependent Development), dan Sistem
Dunia (World System Theory) sesuai dengan klasifikasi Larrain (1994).

Berbeda dengan pengelompokan di atas, yang membagi teori


pembangunan ke dalam dua paradigma, buku ini mengelompokkan ke dalam tiga
paradigma atau perspektif, yaitu Modernisasi, Keterbelakangan dan
Ketergantungan. Dalam hal ini, tidak ada perbedaan dalam perspektif
Modernisasi. Di dalam Paradigma Keterbelakangan termasuk Teori
Underdevelopment Baran, Frank, Amin, dan Wallerstein (World System Theory),
karena mereka lebih mencurahkan perhatian kepada pengaruh ekonomi global
terhadap keterbelakangan di Dunia Ketiga. Sedangkan Associated Dependent
Development (Cardoso dan Faletto) dan Dependent Development (Evans)
dimasukkan ke dalam Paradigma Ketergantungan, karena kedua teori ini lebih
memberikan perhatian kepada kemungkinan pertumbuhan ekonomi di negara-
negara yang sedang membangun, walaupun ada ketergantungan terhadap ekonomi
global.

Adapun pengertian pembangunan menurut para ahli adalah sebagai berikut:

a) Riyadi Dan Deddy Supriyadi Bratakusumah “2005”


Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang
lain, daerah yang satu dengan daerah yang lainnya, negara satu dengan negara
lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan
merupakan proses untuk melakukan perubahan.
b) Menurut Siagian “1994”

7
Menurutnya suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan
yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa “nation
building”.
c) Menurut Ginanjar Kartasasmita “1994”
Memberikan pengertian yang lebih sederhana yaitu sebagai “suatu proses
perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana.
d) Menurut Alexander “1994”
Pembangunan “development” ialah proses perubahan yang mencakup seluruh
system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan
dan teknologi, kelembagaan dan budaya.
e) Menurut Portes “1976”
Menurutnya pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.

1.5 Sumber Daya Alam dan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya Sumber daya


alam tidak sama dengan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya
barang Sumber daya yang dipakai dalam proses produksi. Semakin cepat
pertumbuhan ekonomi akan semakin banyak barang Sumber daya diperlukan
dalam proses produksi yang pada gilirannya akan mengurangi tersedianya Sumber
daya alam yang ada di dalam bumi karena barang Sumber daya itu harus diambil
dari tempat persediaan (stock) Sumber daya alam.

Pada Gambar 3.1. menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pada sumbu


vertikal merupakan fungsi tersedianya barang Sumber daya yang digambarkan
pada sumbu horizontal. Kurva Y=f(R) menunjukkan adanya hubungan positif
antara pertumbuhan ekonomi dengan ketersediaan SDA, yang artinya bila jumlah
barang Sumber daya yang dipakai dalam proses produksi meningkat maka
perekonomian juga berkembang lebih maju. Dampak dari implikasi penggunaan
SDA menyebabkan tumbuhnya ekonomi secara agregat. Apabila ketergantungan

8
ekonomi nasional sangat tinggi terhadap SDA, maka ada kecenderungan
penggunaan SDA yang berlebihan.

Pertumbuhan

Y = f (R)

Ra Ri Barang sumber daya

Gambar 3.1. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi danBarang Sumber daya

Pada Gambar 3.2 menunjukkan bahwa jumlah persediaan barang Sumber


daya alam (N) merupakan fungsi dalam pertumbuhan ekonomi (Y), dan di sini
terdapat hubungan yang negatif. Dari gambar tersebut terlihat bahwa semakin
cepat pertumbuhan ekonomi maka semakin menipis persediaan Sumber daya alam
di negara yang bersangkutan.

Oleh karena itu perlu diingat bahwa dengan adanya pembangunan yang
sangat cepat, apabila kita tidak berhati-hati, pasti pembangunan akan segera
menguras Sumber daya alam yang ada di negara yang bersangkutan dan pada
gilirannya barang Sumber daya yang diperlukan bagi pembangunan juga akan
terbatas adanya, sehingga hal ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi lebih
lanjut.

Ketergantungan suatu negara terhadap SDA untuk meningkatkan ekonomi


masih tinggi, maka ada kecenderungan dalam jangka panjang cadangan SDA akan
semakin meninpis (langka). Supaya kelangkaan SDA tidak cepat munculnya
dalam kehidupan ekonomi, maka teknologi perlu dipacu untuk mengurangi
pemakaian SDA. Uraian tersebut sudah membawa kita kepada pengertian
mengenai pembangunan yang berwawasan lingkungan agar pembangunan tidak
menimbulkan pencemaran.

9
Gambar 3.2. Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi dan Persediaan
Sumber daya Alam

Disamping itu pencemaran lingkungan semakin meningkat pula dengan


semakin lajunya pertumbuhan ekonomi. Jadi dengan pembangunan ekonomi yang
menghasilkan pertumbuhan ekonomi akan terjadi pula dua macam akibat yaitu di
satu pihak memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia yaitu tersedianya
barang dan jasa dalam perekonomian, dan di lain pihak terdapat dampak negatif
bagi kehidupan manusia yang berupa pencemaran lingkungan dan menipisnya
persediaan Sumber daya alam.

Pencemaran lingkungan menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan dan


kurang nyamannya kehidupan, sedangkan berkurangnya persediaan Sumber daya
alam akan mengurangi kemudahan dalam penyediaan barang dan jasa bagi
pemenuhan kebutuhan manusia. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi haruslah
bersifat pembangunan yang berwawasan lingkungan atau pembangunan yang
berkelanjutan.

Hubungan antara jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, barang


sumberdaya, barang sumberdaya alam dan lingkungan dapat dilihat pada Gambar

10
3.3. Berkembangnya jumlah penduduk, perekonomian harus lebih banyak
menyediakan barang dan jasa demi mempertahankan atau mempertinggi taraf
hidup suatu bangsa. Namun peningkatan produksi barang dan jasa akan menuntut
lebih banyak produksi barang sumberdaya alam yang harus digali atau diambil
dari persediaannya. Sebagai akibatnya, SDA menjadi semakin menipis.
Disamping itu pencemaran lingkungan semakin meningkat pula dengan
semakin lajunya pertumbuhan ekonomi. Jadi dengan pembangunan ekonomi yang
menghasilkan pertumbuhan ekonomi akan terjadi pula dua macam akibat yaitu di
satu pihak memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia yaitu tersedianya
barang dan jasa dalam perekonomian, dan dilain pihak terdapat dampak negatif
bagi kehidupan manusia yang berupa pencemaran lingkungan dan menipisnya
persediaan sumberdaya alam.
Pencemaran lingkungan menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan dan
kurang nyamannya kehidupan, sedangkan berkurangnya persediaan sumberdaya
alam akan mengurangi kemudahan dalam penyediaan barang dan jasa bagi
pemenuhan kebutuhan manusia. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi haruslah
bersifat pembangunan yang berwawasan lingkungan atau pembangunan yang
berkelanjutan.
Pemanfaatan SDA dibagi berdasarkan sifatnya, yaitu SDA hayati dan
nonhayati.
1. Sumber Daya Alam Hayati
a. Tumbuhan
Tumbuhan merupakan sumber daya alam yang sangat beragam dan
melimpah. Organisme ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan oksigen dan
pati melalui proses fotosintesis. Oleh karena itu, tumbuhan merupakan produsen
atau penyusun dasar rantai makanan. Eksploitasi tumbuhan yang berlebihan dapat
mengakibatkan kerusakan bahkan kepunahan dan hal ini akan berdampak pada
rusaknya rantai makanan. Kerusakan yang terjadi karena punahnya salah satu
faktor dari rantai makanan akan berakibat punahnya konsumen tingkat di atasnya.
Pemanfaatan tumbuhan oleh manusia diantaranya:
• Bahan makanan: padi, jagung, gandum, tebu

11
• Bahan bangungan: kayu jati, kayumahoni
• Bahan bakar (biosolar): kelapa sawit
• Obat: jahe, daunbinahong, kina, mahkota dewa
• Pupuk kompos.

b. Pertanian dan Perkebunan


Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk
Indonesia mempunyai pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam.Data
statistik pada tahun 2001 menunjukkan bahwa 45% penduduk Indonesia bekerja
di bidang agrikultur.Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa negara ini memiliki
lahan seluas lebih dari 31 juta ha yang telah siap tanam, dimana sebagian besarnya
dapat ditemukan di Pulau Jawa.Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai
macam tumbuhan komoditi ekspor, antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-
sayuran, cabai, ubi, dan singkong.Di samping itu, Indonesia juga dikenal dengan
hasil perkebunannya, antara lain karet (bahan baku ban), kelapa sawit (bahan baku
minyak goreng), tembakau (bahan baku obat dan rokok), kapas (bahan baku
tekstil), kopi (bahan minuman), dan tebu (bahan baku gula pasir).
c. Hewan, Peternakan dan Perikanan
Sumber daya alam hewan dapat berupa hewan liar maupun hewan yang
sudah dibudidayakan. Pemanfaatannya dapat sebagai pembantu pekerjaan berat
manusia, seperti kerbau dan kuda atau sebagai sumber bahan pangan, seperti
unggas dan sapi. Untuk menjaga keberlanjutannya, terutama untuk satwa langka,
pelestarian secara insitu dan exsitu terkadang harus dilaksanakan. Pelestarian in
situ adalah pelestarian yang dilakukan di habitat asalnya, sedangkan pelestarian
exsitu adalah pelestarian dengan memindahkan hewan tersebut dari habitatnya ke
tempat lain. Untuk memaksimalkan potensinya, manusia membangun sistem
peternakan, dan juga perikanan, untuk lebih memberdayakan sumber daya hewan.

2. Sumber Daya Alam Nonhayati

12
Sumber daya alam adalah sumber daya alam yang dapat diusahakan
kembali keberadaannya dan dapat dimanfaatkan secara terus-menerus, contohnya:
air, angin, sinar matahari, dan hasil tambang.

a. Air
Air merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk hidup dan bumi
sendiri didominasi oleh wilayah perairan. Dari total wilayah perairan yang ada,
97% merupakan air asin (wilayah laut, samudra, dll.) dan hanya 3% yang
merupakan air tawar (wilayah sungai, danau, dll.). Seiring dengan pertumbuhan
populasi manusia, kebutuhan akan air, baik itu untuk keperluan domestik dan
energi, terus meningkat. Air juga digunakan untuk pengairan, bahan dasar industri
minuman, penambangan, dan aset rekreasi. Di bidang energi, teknologi
penggunaan air sebagai sumber listrik sebagai pengganti dari minyak bumi telah
dan akanterus berkembang karena selain terbaharukan, energi yang dihasilkan dari
air cenderung tidak berpolusi dan hal ini akan mengurangi efek rumah kaca.
b. Angin
Pada era ini, penggunaan minyak bumi, batu bara, dan berbagai jenis
bahan bakar hasil tambang mulai digantikan dengan penggunaan energi yang
dihasilkan oleh angin. Angin mampu menghasilkan energi dengan menggunakan
turbin yang pada umumnya diletakkan dengan ketinggian lebih dari 30 meter di
daerah dataran tinggi. Selain sumbernya yang terbaharukan dan selalu ada, energi
yang dihasilkan angin jauh lebih bersih dari residu yang dihasilkan oleh bahan
bakar lain pada umumnya. Beberapa negara yang telah mengaplikasikan turbin
angin sebagai sumber energi alternatif adalah Belanda dan Inggris.
c. Tanah
Tanah termasuk salah satu sumber daya alam nonhayati yang penting
untuk menunjang pertumbuhan penduduk dan sebagai sumber makanan bagi
berbagai jenis makhluk hidup. Pertumbuhan tanaman pertanian dan perkebunan
secara langsung terkait dengan tingkat kesuburan dan kualitas tanah. Tanah
tersusun atas beberapa komponen, seperti udara, air, mineral, dan senyawa
organik. Pengelolaan sumber daya nonhayati ini menjadi sangat penting

13
mengingat pesatnya pertambahan penduduk dunia dan kondisi cemaran
lingkungan yang ada sekarang ini.
d. Hasil tambang
Sumber daya alam hasil penambangan memiliki beragam fungsi bagi
kehidupan manusia, seperti bahan dasar infrastruktur, kendaraan bermotor,
sumber energi, maupun sebagai perhiasan. Berbagai jenis bahan hasil galian
memiliki nilai ekonomi yang besar dan hal ini memicu eksploitasi sumber daya
alam tersebut. Beberapa negara, seperti Indonesia dan Arab, memiliki pendapatan
yang sangat besar dari sektor ini. Jumlahnya sangat terbatas, oleh karena itu
penggunaannya harus dilakukan secara efisein. Beberapa contoh bahan tambang
dan pemanfaatannya:
• Minyak Bumi
• Avtur untuk bahan bakar pesawat terbang;
• Bensin untuk bahan bakar kendaraan bermotor;
• Minyak Tanah untuk bahan baku lampu minyak;
• Solar untuk bahan bakar kendaraan diesel;
• dan lain sebagainnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abe, Alexander. 1994. Perencanaan Daerah Partisipatif. Yogyakarta: Pustaka


Jogja Mandiri.

Alejandro, Portes. 1976. “On the Sociology of National Development: Theories


and Issues”. American Journal of Sociology.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (n.d). Sumber Daya Alam (Def. 1).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses 19 Maret
2022, melalui https://kbbi.web.id/.

Ginanjar, Kartasasmita. 1994. Pembangunan Untuk Rakyat, Memandukan


Pertuumbuhan Dan Pemerataan. Jakarta: PT Pustaka CIDES INDO.

Pakpahan, A. 1989. ‘Perspektif Ekonomi Institusi Dalam Pengelolaan Sumber


daya Alam’, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 34(4).

Perrings, C. (1989) ‘An optimal path to extinction?: Poverty and resource


degradation in the open agrarian economy’, Journal of Development
Economics. Elsevier, 30(1), pp. 1–24.

Riyadi dan Deddy Supriadi Bratakusumah. 2005. Perencanaan Pembangunan


Daerah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Simarmata, Marulam MT, dkk. 2021. Ekonomi Sumber Daya Alam. Medan:
Yayasan Kita Menulis. Hal. 12,14

Suparmoko, M. 2002. ‘Buku Pedoman Penilaian Ekonomi: Sumber daya Alam


dan Lingkungan’, BPFE, Yogyakarta, Edisi Pertama.

Syahza, Almasdi. 2017. Ekonomi Sumber daya Manusia Dan Alam. Riau: UR
Press Pekanbaru. Hal. 21-26

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 Ayat (5)

Sumber Artikel :

15
https://bappeda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pengertian-
pembangunan-menurut-prof-dr-hj-syamsiah-badruddin-m-si-
48#:~:text=Pembangunan%20adalah%20proses%20perubahan
%20yang,strategi%20menuju%20arah%20yang%20diinginkan diakses
pada 19 Maret 2022

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam#:~:text=Sumber%20daya
%20alam%20(biasa%20disingkat,untuk%20memenuhi%20kebutuhan
%20hidup%20manusia diakses pada 19 Maret 2022

https://www.zonareferensi.com/pengertian-sumber-daya-alam/ diakses pada 19


Maret 2022.

16
BAB II
KLASIFIKASI SUMBER DAYA ALAM YANG SATU DENGAN YANG
LAINNYA

2.1 Pendahuluan
Manusia akan selalu memanfaatkan segala sesuatu yang tersedia di alam
guna memenuhi segala kebutuhannya, baik benda mati atau non hayati (air, tanah,
udara, batu dan bahan tambang lainnya) maupun benda hidup atau hayati
(makhluk hidup dari unsur tumbuhan dan hewan) yang disebut sebagai sumber
daya alam. Keberadaan sumber daya alam tersebut beberapa di antaranya sangat
penting guna kelangsungan hidup manusia, tetapi sebagian lainnya berguna hanya
untuk memenuhi keinginan dari manusia. Selain itu, terdapat kekuatan alam yang
mampu menghasilkan tenaga atau energi luar biasa, seperti cahaya matahari,
energi panas bumi, tenaga angin dan udara. Beberapa ahli memiliki definisi yang
berbeda-beda tentang pengertian dan penjelasan tentang sumber daya alam,
(Suryanegara, 1977) mendefinisikan bahwa sumber daya alam adalah unsur-unsur
lingkungan alam, baik fisik maupun hayati yang diperlukan manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna meningkatkan kesejahteraan hidup. Menurut
(Katili, 1983) sumber daya alam adalah semua unsur tata lingkungan biofisik yang
nyata atau potensial dapat memenuhi kebutuhan manusia. Pemerintah
mendefinisikan pengertian sumber daya alam yang dijabarkan melalui Undang-
Undang NO. 4 tahun 1982 pasal 5 ayat 2, yang menyebutkan bahwa semua unsur
lingkungan hidup disebut yang terdiri atas sumber daya hayati, sumber daya non
hayati dan sumber daya buatan disebut sebagai sumber daya alam (SDA).
Sumberdaya alam perlu kita klasifikasikan atau kita golongkan, karena
dengan penggolongan itu akan mempermudah pemahaman kita mengenai sifat-
sifat sumberdaya tersebut. Selanjutnya, penggolongan tersebut akan
mempermudah kita dalam merencanakan bagaimana memanfaatkannya dan
bagaimanan mengelolanya agar volume sumberdaya alam tersebut tidak lekas
habis dan tetap lestari namun memberikan manfaat social yang optimal.
Sumberdaya alam dapat didefinisikan juga sebagai sumberdaya atau factor
produksi yang disediakan oleh alam, dan bukan merupakan buatan manusia.

17
Pada dasarnya sumberdaya alam itu dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok utama yaitu, kelompok sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui
(exhaustible resources = stock resources = fund resources) dan kelompok
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources = flow
resources).
Professor Barlow mengelompokkan sumberdaya alam menjadi 3
kelompok, yaitu :
1. Sumber Daya Alam yang tak Pulih
Sumber daya alam yang tidak dapat pulih atau yang tidak dapat diperbarui
mempunyai sifat bahwa volume fisik yang tersedia tetap dan tidak dapat
diperbarui atau diolah kembali. Untuk terjadinya sumberdaya jenis ini diperlukan
waktu ribuan tahun. Metal, batu bara, minyak bumi, batu-batuan termasuk dalam
kategori ini. Batu bara, minyak tanah dan gas alam dapat dicarikan penggantinya
tetapi dalam jangka waktu yang lama, sehingga kita tidak dapat mengharapkan
adanya tambahan volume secara fisik dalam jangka waktu tertentu. Sumberdaya
alam yang tidak dapat diperbaiki ini dapat digolongkan lagi menjadi 2 macam,
yaitu :
 Sumberdaya seperti batu bara dan mineral yang sifatnya dapat dipakai
habis atau berubah secara kimiawi melalui penggunaan.
 Sumberdaya seperti logam dan batu-batuan yang mempunyai umur
penggunaan yang lama dan seringkali dapat dipakai ulang.

2. Sumber Daya Alam yang Pulih


Sumberdaya alam
yang pulih atau yang dapat diperbarui ini mempunyai sifat terus menerus ada, dan
dapat diperbarui baik oleh alam sendiri maupun dengan bantuan manusia. Yang
termasuk dalam kelompok sumberdaya jenis ini adalah sumberdaya air (baik yang
mengalir di sungai, maupun yang tidak mengalir seperti air di danau dan di laut),
angin, cuaca, gelombang laut, sinar matahari dan bulan. Aliran sumberdaya alam
jenis ini entah dipakai atau tidak, terus menerus ada dan dapat diperkirakan.
Walaupun demikian, kita harus dapat menggunakannya sebaik mungkin, sebab

18
kesalahan dalam memanfaatkan sumberdaya yang dapat diperbarui ini dapat
mengakibatkan kerugian yang sifatnya kontinyu pula. Sebagai contoh bila terjadi
pencemaran lingkungan baik terhadap air maupun udara, hal ini akan
mengakibatkan hilangnya manfaat yang seharusnya kita peroleh. Kalau air itu
tidak tercemar, ia dapat digunakan sebagai air minum. Kadang-kadang
sumberdaya yang dapat pulih ini dapat pula disimpan untuk digunakan pada
waktu yang akan datang. Jika sumberdaya alam yang dapat pulih ini dapat
disimpan, maka ia akan mempunyai sifat seperti sumberdaya alam yang tak pulih.
Sebagai missal adalah energi matahari yang dapat disimpan sebagai energy dalam
tanaman maupun zat-zat kimia tertentu.
3. Sumber Daya Alam yang Mempunyai Sifat Gabungan
Sumberdaya alam yang ada dalam kelompok ini masih dapat dibedakan
lagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Sumberdaya biologis
Yang termasuk dalam sumberdaya biologis adalah hasil panen, hutan,
margasatwa, padang rumput, perikanan dan peternakan. Sumberdaya alam jenis
ini mempunyai ciri seperti sumberdaya alam yang dapat diperbarui karena mereka
dapat diperbaiki setiap saat, asal ada perawatan untuk melindunginya dan
pemakaiannya sesuai dengan persediaan mereka dan kebutuhan. Dalam waktu-
waktu tertentu sumberdaya alam ini dapat digolongkan ke dalam sumberdaya
alam yang tak dapat diperbarui, yaitu pada saat mereka menjadi sangat berkurang
pertumbuhannya sebagai akibat dari pemakaian yang boros dan kurang
bertanggungjawab.
b. Sumber Daya Tanah
Sumberdaya tanah ini menggambarkan gabungan antara sifat sumberdaya alam
yang dapat diperbarui, yang tidak dapat diperbarui, maupun sumberdaya biologis.
Sebagai contoh adalah kesuburuan tanah. Kesuburan tanah dapat terjadi karena
perbuatan akar tanaman, dan adanya organism-organisme yang mengeluarkan
bermacam-macam nutrisi tanah untuk diserap oleh tanaman. Keadaan ini
merupakan sifat dari sumberdaya alam yang tak dapat diperbarui, karena manusia
dapat menggunakan kesuburan tanah tersebut sampai ratusan tahun. Tetapi dapat

19
juga sumberdaya tanah itu mempunyai sifat seperti sumberdaya alam yang dapat
diperbarui, yaitu bila petani menggunakan pupuk, tanaman penolong, dan
tanaman-tanaman untuk pupuk hijau lainnya. Sedangkan sifat yang menyerupai
sumberdaya biologis adalah bila sumberdaya tanah ini ditingkatkan, atau
dipertahankan atau dipakai sehingga bertambah atau berkurang kesuburannya
sebagai akibat dari tingkah laku manusia.

2.2 Klasifikasi Sumber daya alam

Klasifikasi atau pengelompokan sumber daya alam dibedakan berdasarkan


pada jenis, sifat, nilai ekonomi, tempat, wujud, proses terbentuknya dan
penggunaannya.
2.2.1 Berdasarkan jenis
Secara umum, jenis SDA ada dua, yaitu hayati dan non hayati, sebagaimana
penjelasan berikut:
1. Sumber daya alam hayati/biotik adalah sumber daya alam yang berasal dari
makhluk hidup yaitu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Contoh SDA ini
antara lain pohon dan produknya (buah-buahan, kelapa, kayu), hasil pertanian,
susu dan daging dari hasil peternakan sapi, telur dan bulu peternakan unggas.
Berbagai jenis ikan di wilayah perairan dan organisme laut lainnya. Selain itu,
bahan bakar fosil seperti batubara dan minyak bumi tergolong biotik karena
bersumber dari bahan organik, dengan batubara diyakini terbentuk dari tumbuhan
darat dan minyak bumi dari plankton.
2. Sumber daya alam non hayati/abiotik adalah sumber daya alam yang berasal
dari benda mati atau makhluk tak hidup. contoh: bahan tambang (emas, tembaga,
besi), air, udara, batuan, dan lain-lain.
2.2.2 Berdasarkan sifat pembaharuan/Kelestariannya
Keberadaan SDA saat ini ada yang tidak terbatas ada pula yang sudah
hampir habis tetapi ada pula yang bisa terus menerus diadakan sehingga SDA
tersebut masih tetap ada. Berikut pengelompokan SDA berdasarkan kelestarian
atau sifat pembaharuannya:

20
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui/renewable yaitu sumber daya alam
yang dapat digunakan berulang-ulang kali dan dapat dilestarikan. Contoh: Pohon,
bagian dari pohon dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk yang ada
di rumah, furniture, kertas, dan sebagainya. Bahan kimia pohon juga digunakan
untuk memproduksi barang-barang seperti kain rayon, makanan, obat obatan, dan
karet. Meskipun keberadaan berbagai tumbuhan dan hewan bisa diperbaharui,
manusia harus tetap menjaga penggunaannya secara wajar dan tidak berlebihan,
karena sumber daya jenis ini juga bisa mengalami kepunahan, apabila tidak bijak
penggunaannya.
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui/non renewable ialah sumber
daya alam yang tidak dapat di daur ulang atau bersifat hanya dapat digunakan
sekali saja atau tidak dapat dilestarikan serta dapat habis. contoh: minyak bumi,
batubara, timah, gas alam (Smith, 2006).
3. Sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya/unlimited contoh: sinar
matahari, arus air laut, udara, dan angin. air dan udara, sumber daya alam yang
tidak mengalami proses tumbuh seperti pohon atau dilahirkan seperti binatang.
Udara dan air selalu diperbarui, karena terus menerus bergerak dalam siklus.
Pindah dari satu tempat ke tempat lain, dan sering kembali ke tempat mereka
memulai, keadaan tersebut terus menerus terulang, karena semua makhluk hidup
membutuhkan udara dan air untuk bertahan hidup.
2.2.3 Berdasarkan nilai ekonominya
Setiap sumber daya alam memiliki nilai secara ekonomi, pada proses
pencarian atau mendapatkan sebuah sumber daya alam, nilai yang dibutuhkan
juga berbeda-beda, ada yang membutuhkan biaya tinggi ada yang tidak
membutuhkan sama sekali, sebagaimana penjelasan berikut:
1. Sumber daya alam ekonomis. SDA yang cara dan untuk mendapatkannya
memerlukan biaya yang tinggi dan secara ekonomi harga jualnya mahal. SDA
jenis ini dibedakan menjadi dua:
• Sumber daya alam ekonomi tinggi, contoh dari SDA yang masuk kategori ini
antara lain emas dan minyak bumi. Guna mengambil manfaat dari emas dan
minyak bumi, manusia membutuhkan sebuah teknologi yang tidak murah,

21
membutuhkan investasi yang mahal tetapi setelah produknya selesai, nilai secara
ekonomi sangat mahal.
• Sumber daya alam ekonomi rendah, contohnya adalah pasir, batu, dan tanah.
Secara ekonomi, guna mendapatkan SDA jenis ini tetap membutuhkan biaya,
tetapi tidak begitu besar.
2. Sumber daya alam non ekonomis, SDA yang dapat dicari di alam tanpa
memerlukan biaya. Contohnya adalah air, udara, sinar matahari.
2.2.4 Berdasarkan tempat
Berdasarkan pada tempatnya, sumber daya alam dikelompokkan menjadi
empat tempat, yaitu.
1. Berada lingkungan udara, sumber daya alam yang berada mengambang di atas
permukaan tanah atau berada di atmosfer bumi, misalnya oksigen, karbon dan
nitrogen.
2. Berada di lingkungan daratan (teresterial) maupun permukaan bumi adalah
sumber daya yang berhubungan dengan daratan atau permukaan tanah sebagai
lahan untuk berbagai aktivitas penduduk, sebagai bahan industri (keramik,
genteng, dan lain-lain), dan segala sumber daya yang berasal dari darat contoh:
tumbuhan, hewan dan tanah
3. Berada dilingkungan dalam tanah maupun perut bumi, sumber daya alam hidup
dan tak hidup yang ada di dalam tanah, misalnya cacing, bahan-bahan tambang
dan unsur mineral yang dibutuhkan oleh tumbuhan.
4. Berada di lingkungan akuatik (perairan), sumber daya alam yang berhubungan
dengan air laut, air sungai, danau, air tanah, air hujan, seperti: ikan, mutiara, dan
rumput laut.
Sumber daya alam materi, yaitu sumber daya alam yang dimanfaatkan materinya.
Contoh: mineral magnetit, hematit, limonit, dan pasir kuarsa yang dapat dilebur
menjadi besi (baja) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, di
antaranya bahan kendaraan,alat rumah tangga dan sebagainya.
2.2.5 Berdasarkan wujud
Berdasarkan pada wujudnya, penggolongan sumber daya alam
sebagaimana berikut.

22
1. Sumber daya alam padat, yaitu sumber daya alam yang wujudnya berbentuk
benda padat, misalnya kayu, telur, daging, besi, emas, nikel (logam), dan batu
bara.
2. Sumber daya cair, yaitu sumber daya alam yang wujudnya berupa benda cair,
misalnya air dan minyak bumi.
3. Sumber daya gas, yaitu sumber daya alam yang wujudnya berupa gas, misalnya
geothermal (panas bumi), LPG (Liquefied Petroleum Gas), dan LNG (Liquefied
Natural Gas).
4. Sumber daya alam berbentuk energi, yaitu sumber daya alam yang di dalamnya
terkandung energi atau menghasilkan energi, contohnya adalah cahaya matahari,
bahan bakar minyak (bensin, solar, minyak tanah), gas alam, batu bara, dan kayu
bakar.
2.2.6 Berdasarkan proses terbentuk
Adanya berbagai sumber daya alam saat ini, dalam pembentukannya
membutuhkan sebuah proses. Berdasarkan proses terbentuknya, SDA dibedakan
menjadi tiga, di antaranya yaitu:
1. Sumber daya alam fisik yaitu SDA yang terbentuk karena adanya proses fisik
atau kekuatan (alamiah) serta membutuhkan waktu yang sangat lama. Contoh
SDA yang termasuk antara lain berbagai jenis barang tambang dan sumber
mineral
2. Sumber daya alam non fisik yaitu SDA yang terbentuk karena adanya proses
kehidupan, mampu tumbuh dan berkembang biak dengan baik walaupun dalam
proses perkembangbiakan (regenerasi) tersebut ada yang membutuhkan waktu
lama (ikan paus dan gajah) dan ada pula yang membutuhkan waktu singkat (semut
dan katak). Contoh lainnya yaitu dalam bidang pertanian, peternakan, perikanan
dan perkebunan.
3. Sumber daya alam lingkungan yaitu SDA yang terbentuk karena adanya
perpaduan antara sda fisik dan biotik. Indahya pemandangan pantai dan
pegunungan merupakan perpaduan antara makhluk hidup di lokasi tersebut
dengan suhu, angin dan faktor alam lainnya.

23
2.2.7 Berdasarkan kegunaan atau penggunaannya
Pemanfaatan sumber daya alam sangat beragam, berdasar pada
kegunaannya, SDA dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Sumber daya alam penghasil bahan baku adalah sumber daya alam yang dapat
digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain sehingga nilai gunanya
akan menjadi lebih tinggi. Contoh SDA jenis ini antara lain hasil hutan, barang
tambang, hasil pertanian dan perkebunan.
2. Sumber daya alam penghasil energi adalah sumber daya alam yang dapat
menghasilkan atau memproduksi energi demi kepentingan umat manusia di muka
bumi, misalnya: ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak
bumi, gas bumi, dan lain sebagainya
2.2.8 Berdasarkan Kepemilikan
Status kepemilikan dan atau penguasaan sumber daya alam dipengaruhi
oleh dua sifat, yaitu: feasibility of exclusion dan rivalry in consumption.
Feasibility of exclusion atau eksklusif yaitu suatu kemungkinan pihak tertentu
untuk mampu mengontrol dan membatasi akses ke suatu sumber daya alam.
Rivalry in consumption adalah sifat di mana para pihak memanfaatkan sumber
daya alam yang dimilikinya tanpa mengurangi manfaat yang bisa diperoleh orang
lain atas sumber daya tersebut.
Berdasar pada kedua sifat tersebut (Widowati, dkk., 2019) kepemilikan suatu
sumber daya alam dikelompokkan menjadi empat, yaitu:
1. Private goods (benda privat) yaitu sumber daya alam yang secara fisik dimiliki
oleh individu atau kelompok, sehingga pemilik bisa mengontrol pemanfaatannya,
misalnya hak guna lahan yang dimiliki oleh industri perkebunan.
2. Common pool resources yaitu sumber daya alam dimiliki secara bersama-sama,
karena berhubungan dengan asas kemanfaatan tetapi jarang memikirkan akibat
atau kerusakan sumber daya alam tersebut. Misalnya yaitu keberadaan ikan di
laut, sumber air yang ada di dalam tanah.
3. Club good yaitu pemanfaatan sumber daya alam yang bisa dilakukan secara
bersama-sama, tetapi terdapat lembaga atau pihak yang bertanggungjawab,
sehingga bisa melarang atau membatasi pihak lain mengakses sumber daya alam

24
tersebut. Contohnya adalah taman nasional, taman suaka marga satwa, taman
perburuan. Pengunjung bisa dating dengan cara membeli lisensi atau tiket masuk
dan pengelola bisa membatasi pengunjung yang datang.
4. Public good merupakan sumber daya alam yang tidak bisa dimiliki oleh
individu atau kelompok, misalnya udara. Setiap orang bebas menghirup udara
tanpa mengurangi hak orang lain.

2.3 Hubungan Antara SDA dan Penggunaannya

Ragam dan jenis sumber daya alam sangat banyak, kesemuanya memiliki
manfaat dan fungsi yang berbeda-beda tetapi banyak di antara sumber daya alam
saling berhubungan (Handayani., 2020). Pengelolaan dan pengolahan sumber
daya alam tidak boleh memutus rantai makanan, karena apabila hal tersebut
terjadi maka bencana tinggal menanti (Dailami, 2020). Sumber Daya alam dapat
secara bersama-sama saling memberikan manfaat atau masuk klasifikasi sumber
daya alam lainnya. Hutan produksi yang bawah naungan perhutani, misalnya
selain menghasilkan kayu dan hasil tanaman lainnya, sekitar hutan juga akan
muncul sumber air dan sungai yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar
hutan. Taman Hutan Rakyat (Tahura) Raden Soerjo yang berada di wilayah Jawa
timur termasuk hutan lindung, untuk melindungi aneka satwa endemic juga hidup
berbagai spesies tumbuhan, selain itu juga dimanfaatkan sebagai resapan air hujan
dan penangkapan karbon. Di saat saat tertentu dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk berlibur atau rekreasi bagi masyarakat. Sumber daya manusia (SDM) juga
memengaruhi keberadaan suatu SDA. Kepedulian terhadap kelestarian SDA
sangat dibutuhkan, ditunjang keberadaan teknologi saat ini, maka keberadaan
SDA bisa sangat bermanfaat atau malah menimbulkan bencana. Manfaat paling
nyata secara ekonomi adalah dapat menyerap tenaga kerja sehingga mengkitakan
ekonomi warga sekitar dan PAD suatu wilayah (Jolianis, 2014). Hubungan antar
berbagai sumber daya alam serta fungsinya untuk kepentingan ekonomi harus
dipertimbangkan dengan baik. Perubahan fungsi dan manfaat Sumber daya alam
hayati di lingkungan persawahan tidak boleh berubah secara signifikan karena
masuknya sumber daya baru (OECD, 2011).

25
Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam air yang kurang tepat
dapat menyebabkan sumber daya hayati (tanaman padi, palawija) kekurangan air
sehingga pertumbuhan menjadi terganggu. Pengaturan waktu sistem tanam dan
pengolahan sumber daya tanah juga bisa memengaruhi sumber daya alam yang
berada di dalam tanah, seperti cacing dan unsur hara lainnya. Semakin
bertambahnya populasi manusia, maka keperluan serta kebutuhan akan sandang,
pangan dan papan juga akan meningkat. Kondisi tersebut menyebabkan sumber
daya alam ruang akan makin sulit didapatkan. Sumber daya alam ruang yang
dimaksud adalah mata pencaharian (perikanan, pertanian dan perkebunan) dan
tempat tinggal. Kita bisa melihat saat ini banyak lahan pertanian di berbagai
wilayah yang sudah beralih fungsi menjadi
perumahan. Perubahan fungsi tersebut menjadikan sumber daya alam gas seperti
kandungan oksigen, karbon akan mengalami perubahan begitu juga sumber daya
alam hayati lainnya.
2.4. Pengelompokan Lain dalam Sumber Daya Alam
Sumberdaya alam dapat dikelompokkan lagi atas dasar pengelolaannya
yaitu apakah sumberdaya itu dikelola oleh pemerintah atau dikelola oleh swasta,
atau seharusnya dikelola oleh swasta tetapi pengelolaannya diserahkan kepada
pemerintah. Beberapa macam sumberdaya alam seperti batu bara, minyak dan biji
besi dapat diperlakukan sebagai barang pribadi (private goods), sedangkan udara
dan air dapat diperlakukan sebagai barang public (public goods). Tidak jelas
apakah pemerintah harus campur tangan dalam pengelolaan sumberdaya yang
pribadi sifatnya, karena itu tergantung pada system ekonomi yang dianut oleh
Negara yang bersangkutan, tetapi untuk sumberdaya yang memiliki cirri barang
public, mau tidak mau agar dapat diperoleh alokasi dan distribusi yang optimal
yaitu demi efisiensi dan keadilan harus berada di bawah campur tangan
pemerintah.
Untuk sumberdaya yang dikelola oleh pemerintah, walaupun
sesungguhnya adalah barang pribadi, seperti hutan misalnya, maka kita harus
membuat pembedaan yang jelas antara jenis sumberdaya yang demikian ini dan
barang public. Seringkali terdapat hal yang masih membingungkan, yaitu

26
misalnya ikan yang ada di danau adalah milik umum, sehingga merupakan barang
public, meskipun kalau ikan itu ditangkap orang, ini akan mengurangi jumlah
yang tersedia bagi orang lain, dan hak penguasaan (property right) untuk
penangkapan ikan dapat diserahkan kepada perorangan.
2.5. Implikasi dari Penggolongan Sumber Daya Alam
Sesungguhnya perbedaan antara sumberdaya alam yang tak dapat
diperbarui dan alam sumberdaya alam yang tak dapat diperbarui dan alam
sumberdaya yang dapat diperbarui hanya tergantung pada derajat keberadaannya.
Sumberdaya alam yang tak dapat diperbarui karena adanya penemuan-penemuan
baru hasil eksplorasi, akan bertambah volume persediaannya, dan sumberdaya
alam yang dapat diperbarui akan dapat punah bila dimanfaatkan dengan tidak
mempertimbangkan unsure kelestariannya.
Dalam hal sumberdaya alam yang tak dapat diperbarui, jumlahnya secara
fisik tidak dapat meningkat secara berarti dengan berkembangnya waktu dilihat
dari sudut pandangan ekonomi. Memang persediaan beberapa sumberdaya alam
itu selalu meningkat dari waktu ke waktu, namun tingkat pertumbuhannya sangat
lamban sehingga kurang berarti secara ekonomis. Dari sudut pandangan geologis,
pembentukan batu bara dan minyak masih terus berlangsung. Dengan persediaan
yang terbatas maka penggunaan sumber daya alam itu akan semakin meurun dan
ini sangat ditentukan oleh kondisi harga dan biaya yang berkaitan dengan
pengambilan dan penjualan barang sumberdaya tersebut. Para ekonom biasanya
akan tertarik pada keadaan sumberdaya alam tertentu, di tempat tertentu, dan pada
kedalaman tertentu, dan bukannya pada persediaan sumberdaya alam di seluruh
bumi ini.
Kita perlu pula membedakan sumberdaya yang dapat diperbaharui menjadi
dua macam yaitu sebagai sumberdaya yang alirannya itu dapat dipengaruhi oleh
tingkat teknologi yang ada, dan sumberdaya alam yang alirannya tidak dapat
dipengaruhi oleh tingkat teknologi yang ada. Termasuk dalam kelompok yang
terakhir adalah energy surya, gelombang laut dan angin. Sedangkan yang
termasuk kelompok sumberdaya yang alirannya dapat diperbaharui oleh manusia
adalah aliran air irigasi, curah hujan, air tanah dan sebagainya. Dalam hal ini perlu

27
diketahui pula adanya daerah kritis yang didefinisikan sebagai suatu keadaan di
mana sumberdaya itu telah menurun dan secara ekonomis tidak dapat
dikembalikan lagi (irrevisible) dengan teknologi yang ada pada saat itu. Sebagai
missal penambahan dalam populasi hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak akan ada
lagi bila pertumbuhannya sudah menjadi nol yaitu apabila induknya sudah punah.
Secara ekonomis dapat atau tidaknya dikembalikan aliran sumberdaya itu
dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: oleh tingakt teknologi, kehendak masyarakat, dan
lembaga social yang ada. Pada umumnya tindakan manusia dalam mengambil dan
menggunakan sumberdaya alam itulah yang menyebabkan tidak dapat
dikembalikannya aliran sumberdaya yang menjadi parah dan menurun terus.
Dilihat dari penggunaannya, sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui
terutama digunakan sebagai bahan mentah untuk menghasilkan barang-barang
tahan lama dan energy. Peranan teknologi sangat penting dalam menghasilkan
barang-barang jenis itu. Sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan tidak
memiliki daerah kritis tidak mungkin dapat habis sehingga tidak mungkin
menimbulkan masalah social yang mengkhawatirkan. Sumberdaya seperti ini
biasanya sangat berguna untuk menghasilkan pangan, sandang, rekreasi dan
keindahan.
Setelah kita dapat menggolongkan sumberdaya alam ini ke dalam
beberapa macam golongan, hal ini membawa implikasi sebagai berikut:
a. Bagi sumberdaya alam yang tak dapat diperbaharui, ketidakpastian
mengenai perkembangan teknologi akan merupakan hambatan dalam
perencanaan disbanding untuk sumberdaya alam yang dapat diperbaharui.
b. Bahwa dengan berhasilnya perkembangan teknologi membuat kita kurang
memperhatikan keadaan di masa yang akan datang.
c. Sangat diperlukan adanya kebijaksanaan Pemerintah untuk konservasi
sumberdaya alam, khususnya sumberdaya alam yang bersifat dapat
diperbaharui tadi.
d. Adanya penemuan barang-barang sintetis, tidak berarti dapat menolak
perlunya usaha konservasi sumberdaya alam.

28
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, H. (2021). Von https://oretzz.com/gokil-dusun-di-mojokerto-ini-
jadipercontohan-negara-di-asean/: Online. Diakses tangga 24 Februari
2021 abgerufen
Adishakti, L. T. (2016) Pengantar pelestarian pusaka. Yogyakrta.
Ahmad, A., Sreedhar Reddy, S. and Rumana, G. (2019) ‘Model for bioavailability
and metal reduction from soil amended with petroleum wastewater by rye-
grass L’, International Journal of Phytoremediation. Taylor & Francis,
21(5), pp. 471–478. doi: 10.1080/15226514.2018.1537243.
Ahmad, Y. (2021) Apemindo : SDA sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi,
merdeka.com.
Ahmed, S.U., Gotoh, K., (2006). Cost-Benefit Analysis of Environmental Goods
by Applying the Contingent Valuation method. Springer, Tokyo, Japan.
Akib, M. (2014). Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Alam, S. (2007) ‘Peranan Sumber daya Hutan dalam Perekonomian dan Dampak
Pemungutan Rente Hutan Terhadap Kelestarian Hutan di Kabupaten
Gowa’, Marina Chimica Acta, 3(2), pp. 59–66.
Alam, S. and Supratman, A. M. (2009) ‘Ekonomi Sumber daya Hutan’. Makassar
(ID): Laboratorium Kebijakan dan Kewirausahaan Kehutanan
Alen, W. S. (1959) Conserving Natural Resources : Principles and Practice in a
Demogracy, New York : McGraw-Hill Book Company, Inc. New York:
Mc Graw-Hill Book Company, Inc.
Ali, Sadia, Sofia Anwar, and Samia Nasreen. (2018). “Renewable and Non-
Renewable Energy and Its Impact on Environmental Quality in South
Asian Countries Renewable and Non-Renewable Energy and Its Impact on
Environmental Quality in South Asian Countries.” Journal of Economic
Studies 13(February):177–94. doi: 10.32368/FJES.20170009.
Alkhasani, F. A., Ramdani, F. and Pinandito, A. (2018) ‘Sistem Inventarisasi dan
Eksplorasi Pertambangan Batu Bara Di Kalimantan Berbasis Mobile

29
Android’, Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer,
2(9), pp. 3433–3439.

30
BAB III
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM, DEPLISI DAN PERSEDIAAN

3.1 Pendahuluan

Konservasi diartikan sebagai upaya pengelolaan sumber daya alam secara


bijaksana dengan berpedoman pada asas pelestarian. Sumber daya alam adalah
unsur-unsur hayati yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan
sumber daya alam hewani (satwa) dengan unsur non hayati di sekitarnya yang
secara keseluruhan membentuk ekosistem. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Konservasi Sumber Daya Alam Hayati adalah pengelolaan
sumber daya alam (hayati) dan pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin
kesinambungan persediaan dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
nilai keragamannya (UIN). Pengertian ini juga disebutkan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya Pasal 1 Nomor 5 Tahun 1990 Secara hukum tujuan konservasi
tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yaitu bertujuan
mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta
keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia (UIN).

Sumber daya alam merupakan komponen ekosistem yang sangat penting


bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, yang dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Hal ini tertuang dalam
Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam pasal 33 UUD 1945 mengatur tentang pengertian perekonomian
pemanfaatan SDA, dan prinsip perekonomian nasional. Pemerintah terus berupaya
untuk mengelola sumber daya alam (SDA) yang ada untuk kesejahteraan
masyarakat Indonesia sebagai bentuk keberpihakan Pemerintah kepada
kepentingan masyarakat.

31
Hal tersebut merupakan perwujudan amanah Pasal 33 Ayat (3) Undang-
Undang Dasar 1945 di mana bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk
kemakmuran rakyat. Hal ini diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM), Ignasius Jonan, Selasa (2/4/2019) pada Acara Economic
Challenges.

3.2 Konservasi Sumber Daya Alam

3.2.1 Pengertian Konservasi dan Konservasi Sumber Daya Alam

Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang


terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian
mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have),
namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt
(1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang
konsep konservasi.
Menurut Gifford Pinchot, konservasi merupakan penggunaan Sumber
Daya Alam (SDA) untuk kebaikan secara optimal dalam jumlah yang terbanyak
dan jangka waktu paling lama. Konservasi juga dapat diartikan sebagai suatu
tindakan untuk mencegah pengurasan SDA dengan cara pengembalian yang tidak
berlebihan, sehingga dalam jangka panjang SDA tetap tersedia. Dari cara pandang
sosia laya, konservasi dikonotasikan sebagai kewajiban moral yang menurutnya
untuk melindungi satu jenis atau beberapa sumber daya.
Selanjutnya profesor Wantrup (1986) menyatakan bahwa konservasi SDA
bukanlah memelihara persediaan secara permaen, tanpa pengurangan dan
perusakan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa konservasi adalah suatu tindakan untuk
mencegah perusakan SDA dengan cara pengambilan yang tidak berlebihan
sehingga dalam jangka panjang SDA tetap tersedia.

Konservasi secara bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI-


online) adalah pemeliharaan dan perlindungan sesuatu secara teratur untuk
mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan; pengawetan;
pelestarian. Pengertian konservasi sumber daya alam hayati dapat dilihat pada UU

32
No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati yang
menyatakan konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya
alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya.

Ada pula pengertian lain yaitu pengelolaan biosfer secara aktif yang
bertujuan untuk menjaga kelangsungan keanekaragaman spesies dan pemeliharaan
keragaman genetik di dalam suatu spesies. Hal ini termasuk juga pemeliharaan
fungsi ekosistem dan siklus nutrisi (Allaby, 2010). Sedangkan pengertian lain dari
konservasi adalah pengertian konservasi adalah suatu proses pengolahan tempat,
ruang, objek agar memiliki makna kultural yang di dalamnya dapat terpelihara
dengan berorientasi pada sumber daya alam (Adishakti, 2016). Terkait dengan ini
menurut (Kustamar, 2016) konservasi merupakan bagian penting dari pengelolaan
sumber daya air, karena sangat berpengaruh terhadap keberhasilan upaya
penyediaan air, dan pengendalian daya rusak air.

Menurut UNS (2014) konservasi merupakan upaya pelestarian lingkungan,


tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat diperoleh pada saat itu dengan
tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk
pemanfaatan masa depan. Konsep konservasi adalah kegiatan pelestarian sesuai
dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. konservasi
adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau objek agar makna
kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan
konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan
situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut.

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, konservasi


sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam yang pemanfaatannya
dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan
nilainya. Sumber daya alam yang selama ini menjadi pendukung utama

33
pembangunan nasional perlu diperhatikan keberlanjutan pengelolaannya agar
dapat memenuhi kepentingan generasi saat ini dan masa depan (Christanto, 2014).

Untuk itu, telah dilaksanakan berbagai kebijakan, upaya, dan kegiatan


yang berkesinambungan untuk mempertahankan keberadaan sumber daya alam
sebagai modal dalam pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan seluruh bangsa dengan tetap mempertahankan daya dukung dan
fungsi lingkungan hidup. Sampai saat ini masih terjadi berbagai kerusakan,
pencemaran, dan bencana alam akibat pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan yang mengesampingkan keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.

Hal ini menjadi tantangan dalam meningkatkan fungsi lingkungan hidup


sebagai penyediaan sumber daya alam untuk pembangunan nasional. Saat ini
masalah yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya alam dan kelestarian
lingkungan hidup semakin kompleks karena dampak perubahan iklim yang sudah
dirasakan dan diperkirakan akan bertambah besar apabila tidak diantisipasi
melalui kegiatan adaptasi, mitigasi dan konservasi.

Kegiatan ini merupakan upaya atau tindakan untuk menjaga keberadaan


SDAL secara terus menerus berkesinambungan baik mutu maupun jumlah,
sehingga dapat menghemat penggunaan sumber daya alam dan
memperlakukannya berdasarkan hukum alam (Christanto, 2014).

3.2.2 Strategi Konservasi dan Strategi Konservasi Sumber Daya Alam


serta Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan

Strategi konservasi adalah pendekatan yang fokus pada konservasi sumber


daya makhluk hidup dan memberikan panduan kebijakan tentang bagaimana hal
ini dapat dilakukan. Secara khusus, strategi mengidentifikasi tindakan yang
diperlukan baik untuk meningkatkan efisiensi dan konservasi untuk
mengintegrasikan konservasi dan pembangunan.

Strategi konservasi penting untuk mencapai tiga tujuan utama konservasi


yaitu:

34
 Menjaga proses ekologi dan sistem pendukung kehidupan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan perkembangan manusia,
 Melestarikan keragaman genetik untuk mempertahankan fungsi banyak
proses dan sistem pendukung kehidupan yang menggunakan sumber
daya hidup; dan
 Memastikan pemanfaatan berkelanjutan spesies dan ekosistem yang
mendukung manusia serta industry (KBR4, 2015).

Pemerintah Indonesia juga menyusun strategi konservasi yang


menyesuaikan dengan kondisi domestik agar dapat melakukan upaya konservasi
lebih efektif. Sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan Program Konservasi
Sumber daya Alam Hayati dan Ekosistem adalah peningkatan efektivitas
pengelolaan hutan konservasi dan konservasi keanekaragaman hayati untuk
pemanfaatan yang berkelanjutan bagi kepentingan ekonomi, sosial dan ekologi.
Untuk memetakan keterkaitannya dengan sasaran strategis Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Maka rumusan sasaran Program Konservasi
Sumber daya Alam dan Ekosistem disesuaikan menjadi:

 Peningkatan efektivitas pengelolaan hutan konservasi dan upaya


konservasi keanekaragaman hayati; serta
 Peningkatan penerimaan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa
lingkungan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati.

Sasaran program tersebut diindikasikan pencapaiannya dengan sembilan


indikator kinerja program. Upaya pencapaian sasaran Program Konservasi
Sumber daya Alam dan Ekosistem, serta pencapaian indikator kinerja programnya
akan dilaksanakan melalui delapan kegiatan. Setiap kegiatan menggambarkan
pelaksanaan tugas dan fungsi dari masing-masing unit kerja mandiri (pusat dan
UPT di daerah) di lingkup Direktorat Jenderal KSDAE.

Strategi Konservasi Alam Indonesia sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan


Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No. 23 Tahun 1997) yang sekarang Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang PPLH. Strategi konservasi sumber daya

35
alam disusun dengan maksud untuk memberikan pedoman kepada para
pengelolaan sumber daya alam dalam menggunakan sumber daya alam tersebut
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pembangunan. Menurut Undang-
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa
kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan
kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter, dan fiskal, agama serta kewenangan lain. Kewenangan lain
yang dimaksud meliputi kebijaksanaan antara lain tentang pendayagunaan sumber
daya alam serta konservasi. Kebijakan ini dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2004 tentang Tugas Pemerintah yang berkaitan
dengan konservasi sumber daya hayati (Christanto, 2014).

Selama ini pola dan konsep kegiatan eksploitasi yang dilakukan di negara
ini hanya memandang kebutuhan manusia Indonesia yang ada sekarang. Padahal
seharusnya semua kegiatan pengelolaan yang dilakukan dalam pemanfaatan SDA
dan lingkungan hidup adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia saat ini
dan menjamin terpenuhinya kebutuhan dan kelangsungan hidup generasi yang
akan datang. Hal ini merupakan asas kelestarian yang lebih populer dengan istilah
SFM (Sustainable Forest Management).

Pengelolaan yang demikian juga sejalan dengan istilah konservasi. Melihat


kenyataan yang bukan sekedar fenomena, namun merupakan realitas dari
pemaparan diatas, maka sudah saatnya seluruh komponen bangsa Indonesia
berperilaku arif dalam memandang kesinambungan kehidupan di bumi dan
mampu memperbaiki kondisi alam khususnya hutan dan segala isinya, dengan
semangat dan jiwa baru yaitu semangat dan jiwa konservasi. Konservasi mutlak
diperlukan jika manusia masih ingin menghirup udara bersih, meminum air dari
sumber air yang bersih dan menikmati pemandangan alam yang sangat luar biasa
(Christanto, 2014).

Manusia menggunakan sumber daya alam, baik biotik maupun abiotik,


untuk mendukung kelangsungan hidupnya di muka bumi. Dewasa ini, kebutuhan

36
akan sumber daya alam cenderung meningkat terus karena adanya 2 (dua) faktor
utama yaitu:

 Pertumbuhan penduduk yang pesat; dan


 Perkembangan teknologi dalam pemanfaatan sumber daya alam.

Akibat dari penggunaan sumber daya alam yang tidak memperhatikan


daya dukung lingkungan (carrying capacity) seperti terjadi sekarang ini telah
merugikan manusia itu sendiri. Hal ini karena keseimbangan alam terganggu,
sehingga tak jarang justru menimbulkan bencana bagi manusia. Seperti timbulnya
erosi, banjir, polusi, hama tanaman, dan penyakit yang sulit diatasi, serta
punahnya keanekaragaman hayati (Christanto, 2014).

3.2.3 Strategi Pendidikan Konservasi

a. Model Penyuluhan
Model Penyuluhan Konservasi Penyuluhan merupakan kegiatan
komunikasi yang dilakukan dengan sengaja melibatkan seseorang (penyuluh),
dengan tujuan membantu sesama masyarakat agar mereka dapat membuat
keputusan yang benar, meningkatkan pengetahuan serta membangkitkan
kesadaran masyarakat.

Di Indonesia, penyuluhan merupakan suatu sistem pendidikan non-formal


yang diberikan kepada petani dan nelayan beserta keluarganya agar mereka
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang lebih baik, dapat
mengembangkan sikap positif terhadap perubahan serta menumbuhkan
kepercayaan terhadap kemampuan sendiri untuk melakukan usahanya (Ramli,
2008).

Penyuluhan konservasi, sebagai bentuk kegiatan pendidikan nonformal


tentang konservasi sumber daya alam pesisir memiliki tujuan, materi, pendekatan,
teknik penyampaian materi, peserta (sasaran) dan instruktur (penyuluh). Tujuan
penyuluhan konservasi adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang
konservasi sumber daya alam kepada masyarakat di wilayah pesisir, agar mereka
memiliki kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya alam pesisir, melakukan

37
usaha memelihara keseimbangan ekosistem serta melindungi ekosistem pesisir
dari kerusakan. Ini dimaksudkan pula agar masyarakat memperoleh pengetahuan
dan teknologi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka materi penyuluhan konservasi
yang diberikan meliputi; pemanfaatan sumber daya alam pesisir, pemeliharaan
keseimbangan ekosistem, dan perlindungan ekosistem pesisir dari kerusakan.
Materi yang dipilih untuk kegiatan penyuluhan konservasi hendaknya
berhubungan dengan kebutuhan masyarakat serta pengalaman mereka, sehingga
pengetahuan itu dapat segera diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari (Ramli,
2008).

Sasaran penyuluhan dapat berbentuk kelompok atau individu, yang dapat


menentukan pendekatan penyuluhan yang digunakan, yaitu;

 Pendekatan kelompok,
 Pendekatan individual, dan
 Pendekatan massal.

Menurut Jamie dan Michelle (2003), kelompok atau individu adalah cara
yang digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada masyarakat, di
mana materi disampaikan kepada peserta secara kelompok atau individual.
Strategi merupakan pendekatan penyuluh dalam menggunakan informasi, memilih
sumber dan menentukan peran peserta serta latihan khusus untuk mencapai tujuan
penyuluhan, sedangkan ceramah dan diskusi merupakan teknik untuk mencapai
tujuan. Pendekatan yang digunakan akan menentukan tingkat interaksi antara
penyuluh dengan peserta penyuluhan (Ramli, 2008).

b. Pendidikan konservasi bagi orang dewasa

Pendidikan dan pembinaan untuk masyarakat umum (orang dewasa) dalam


tulisan ini tidak dibedakan pengertiannya, karena satu sama lain erat kaitannya.
Pada dasarnya masyarakat telah memiliki kemampuan merencanakan,
melaksanakan atau mengelola lingkungan hidup. Pemanfaatan, pemeliharaan
lahan dan budidaya sumber daya hayati lainnya telah lama dilakukan orang untuk

38
memenuhi kebutuhan hidup dan kesejahteraannya. Keberlanjutan pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan oleh masyarakat dapat dijamin melalui
kegiatan konservasi dan upaya pendidikan bagi masyarakat. Pendidikan, menjadi
sarana penting dalam proses perubahan sikap dan tingkah laku suatu masyarakat,
sementara media massa sebagai mobility multiplier (Ramli, 2008).

Pendidikan konservasi bagi orang dewasa (anggota masyarakat)


memerlukan media komunikasi yang memadai. Masyarakat sasaran memiliki
kemampuan menafsirkan dan menginterpretasi pesan yang disampaikan melalui
media, baik verbal maupun non-verbal. Komunikasi, akan mendorong orang lain
agar mampu menginterpretasi pendapat seseorang lainnya. Tujuan komunikasi
juga dimaksudkan untuk memperoleh kesamaan persepsi dan pengertian, namun
perbedaan pula tidak dapat dihindari akibat kurangnya pengalaman dan pengaruh
media penyampai informasi. Ada empat tujuan komunikasi, yaitu: perubahan
pendapat, perubahan sikap, perubahan perilaku dan perubahan sosial. Dalam
proses komunikasi dikenal dua tahap, yaitu secara primer dan sekunder.

Proses penyampaian ide seseorang kepada orang lain dengan


menggunakan simbol-simbol komunikasi seperti bahasa, isyarat, gambar yang
langsung dapat dipersepsikan oleh penerima merupakan proses komunikasi
primer. Sedangkan proses komunikasi sekunder adalah penyampaian pesan
dengan menggunakan media kedua kepada sasarannya di tempat yang relatif jauh,
misalnya melalui surat, radio, televisi. Penentuan media komunikasi untuk
menyampaikan informasi tentang konservasi sumber daya alam hendaknya
mempertimbangkan materi dan karakteristik sasaran (Ramli, 2008).

Dalam konteks pendidikan untuk konservasi dan penyelamatan lingkungan


hidup, maka strategi komunikasi yang cukup efektif dalam menyampaikan pesan
adalah menciptakan kesadaran dan empati masyarakat terhadap lingkungannya
melalui pemilihan media yang tepat. Prinsip pendidikan bagi orang dewasa adalah
berkenaan dengan kebutuhan hidup dan kehidupan masyarakat.

Konsep pendidikan hendaknya menyentuh kebutuhan dan segera


terealisasi mengatasi masalah yang mereka hadapi. Karena itu pemilihan media

39
pendidikan konservasi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Stiker, poster,
leaflet dapat diedarkan kepada masyarakat dalam berbagai jenis dan bentuk untuk
menyampaikan informasi lingkungan (Ramli, 2008).

c. Pendidikan Konservasi bagi Usia Dini

Masalah lingkungan telah melahirkan kesepakatan untuk memperbaiki


lingkungan. Perhatian terhadap masalah lingkungan hidup telah digariskan dalam
pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Masalah lingkungan hidup dipahami memiliki dimensi yang luas dan berdampak
langsung atau tidak langsung terhadap kelangsungan pembangunan dan
kesejahteraan penduduk. Namun demikian, penanganan masalah lingkungan
belum sepenuhnya mendapat prioritas, mengingat banyaknya masalah lain seperti
kemiskinan yang dipandang sangat mendesak, selain pemahaman yang kurang
terhadap masalah lingkungan serta komitmen dari pengambil kebijakan di tingkat
pemerintahan daerah.

Pemahaman dan perubahan perilaku masyarakat luas terhadap pelestarian


lingkungan hidup berkaitan dengan peran pendidikan lingkungan. Dengan
pendidikan lingkungan hidup dapat ditumbuhkan kesadaran dan perubahan sikap
dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Segmen masyarakat yang dipandang
strategis sebagai sasaran pendidikan lingkungan hidup adalah anak pada usia dini.
Pada masa usia dini perlu dikenalkan dan ditanamkan nilai-nilai mencintai dan
menyayangi lingkungan hidup, sehingga dalam diri mereka terbentuk sikap peduli
terhadap lingkungan hidup. Mereka diharapkan menjadi generasi yang sadar
lingkungan. Pendidikan tidak saja menjadi tanggungjawab pemerintah tetapi
semua pihak (Ramli, 2008).

Di sekolah, penanaman nilai-nilai lingkungan hidup terhadap anak tidak


selamanya menjadi beban kurikulum apalagi menambah jam pelajaran.
Pembiasaan anak terhadap lingkungan sekolah atau kelas yang bersih, sanksi dan
penghargaan kepada anak, panutan guru dan situasi bermain yang bernuansa
lingkungan menjadi bagian dari strategi pembelajaran lingkungan hidup.
Lingkungan keluarga, orang tua dan teman bermain di rumah menjadi bagian dari

40
pola pembentukan sikap peduli anak terhadap lingkungan hidup. Orang tua
menjadi panutan atau idola bagi anak, jika orang tua meminta anaknya membuang
sampah pada tempatnya, maka orang tua juga harus melakukan hal yang sama
(Ramli, 2008).

3.2.4 Kawasan Konservasi serta Arah Kebijakan dan Pengelolaan


Konservasi Sumber Daya Alam di Indonesia

Kawasan konservasi adalah suatu wilayah yang ditetapkan oleh


pemerintah sebagai kawasan yang dilindungi agar kondisinya tetap lestari.
Dijadikan sebagai kawasan konservasi karena memiliki keunikan dan kekhasan
serta peranan yg penting bagi lingkungan di sekitarnya. Contoh kawasan
konservasi adalah kawasan-kawasan yg ditetapkan sebagai kawasan pelestarian
alam dan kawasan suaka alam (Sataloff, Johns and Kost, 2018).

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati


tumbuhan obat. Konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan spesies tersebut di
Indonesia sangat penting karena pertumbuhan populasi yang baru dimulai,
perubahan penggunaan lahan, pembukaan hutan, dan perubahan iklim di negara di
mana sebagian besar populasinya bergantung pada obat-obatan tradisional untuk
perawatan kesehatan dan kesejahteraan mereka.

Identifikasi kesenjangan konservasi sangat penting untuk perencanaan


konservasi genetik spesies tumbuhan obat prioritas Indonesia. Ini adalah tanaman
asli dengan distribusi terbatas, dipanen secara liar (seringkali sampai
dimusnahkan) dan atau termasuk dalam Daftar Merah IUCN, apendiks CITES,
dan perundang-undangan nasional. Data ekogeografi dikumpulkan dari database
online, spesimen herbarium dan koleksi hidup kemudian dilakukan analisis
kesenjangan in situ dan ex situ. Hasil analisis kesenjangan ini mendukung
rekomendasi kami bahwa cadangan konservasi aktif untuk tanaman prioritas
ditetapkan di wilayah Indonesia dengan keanekaragaman spesies terbesar
(Cahyaningsih, Brehm and Maxted, 2021).

41
Program konservasi menuju efektivitas konservasi hutan kota dengan
melibatkan masyarakat dalam program pemerintah yang memiliki nilai efektivitas
lebih tinggi dari program swasta. Sehingga diharapkan kepada pemerintah agar
program tetap berjalan dan terus berjalan dan bagi swasta/korporasi harus
mempunyai program lain agar program konservasi lebih efektif (Hidayat, 2017).

Kebijakan konservasi di Indonesia diatur menurut Undang-Undang Nomor


5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa pengawetan dan pemanfaatan secara lestari
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan kegiatan konservasi.
Taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam melaksanakan kedua kegiatan
tersebut menurut Peraturan Pemerintah No 28 tahun 2011 jo PP No 108 tahun
2015 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian
Alam (KPA).

Pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui


kegiatan:

 Perlindungan sistem penyangga kehidupan;


 Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya;
 Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Untuk mewujudkan tujuan perlindungan sistem penyangga kehidupan,


pemerintah menetapkan hal-hal seperti:

 Wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga


kehidupan;
 Pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga
kehidupan;
 Pengaturan cara pemanfaatan wilayah perlindungan sistem penyangga
kehidupan.

Sedangkan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta


ekosistemnya, dilaksanakan melalui kegiatan:

42
 Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya; dan
 Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (UU RI No 5, 1990).

Kawasan konservasi dikelompokan berdasarkan fungsinya. Pada dasarnya


semua memiliki fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan. Tetapi kemudian
sesuai dengan kondisi dan potensi alamnya, dijadikan sebagai kawasan konservasi
dengan fungsi tertentu. Jenis-jenis kawasan konservasi itu adalah:

a. Kawasan suaka alam

Kawasan suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya yang juga berfungsi
sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Dari pengertian tersebut dapat
dikatakan bahwa selain untuk perlindungan sistem penyangga kehidupan, di
dalam kawasan suaka alam terdapat jenis tumbuhan dan satwa tertentu yang unik,
khas, atau langka sehingga perlu dilindungi. Kawasan Pelestarian Alam Sama
seperti kawasan suaka alam,

b. Kawasan pelestarian alam

Kawasan pelestarian alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
darat maupun di perairan yang berfungsi untuk perlindungan sistem penyangga
kehidupan dan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa. Jika
demikian, apa bedanya dengan kawasan suaka alam? Ada tambahan dalam
definisi kawasan pelestarian alam yaitu “Pemanfaatan secara lestari sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya”.

c. Taman Buru

Taman Buru Selain kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam, masih
ada kawasan konservasi lain yaitu taman buru. Taman buru adalah kawasan hutan
yang ditetapkan sebagai tempat wisata berburu. Artinya di kawasan tersebut dapat
dilakukan kegiatan berburu, namun tentunya tidak sembarangan. Satwa yang

43
dapat diburu dibatasi pada jenis, umur dan jumlah tertentu yang sudah ditentukan.
Jumlahnya pun dibatasi.

Negara telah menetapkan 521 kawasan konservasi meliputi total wilayah


27.108.486 ha, termasuk: 221 cagar alam (4,08 juta ha); 75 suaka alam (5,03 juta
ha); 50 taman nasional (16,34 juta ha); 23 taman hutan raya (0,35 juta ha); 115
taman wisata alam (0,75 juta ha); dan 13 taman buru (0,22 juta ha). Saat ini,
pokok perhatian pengelolaan kawasan konservasi adalah pada taman nasional
dengan mengembangkan institusi khusus untuk mengelola kawasan, yang disebut
Balai Taman Nasional, yaitu unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Konservasi
Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK). Sedangkan kawasan konservasi non-taman nasional masih
belum dikelola dengan baik oleh Kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam
yang berada di tingkat provinsi (Indonesia and (GIZ), 2017).

Kebijakan pengelolaan sumber daya alam cenderung tidak terintegrasi dan


lebih bias sektoral, sebagaimana yang terdapat pada UU Nomor 5 Tahun 1960
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Agraria (UUPA), UU Nomor 11 Tahun 1974
tentang Pertambangan, UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah,
UU Pokok Kehutanan, UU Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, UU
Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan, UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan lain sebagainya. Tidak sinkronnya berbagai
undang-undang tersebut antara lain tampak dari UU Pokok Kehutanan dan UU
Pertambangan yang tidak mencantumkan UUPA sebagai rujukan.

Disamping itu muncul pula istilah-istilah yang berbeda seperti kawasan


lindung yang terdapat di dalam Keppres tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
yang tidak terdapat di dalam UU KSDH. Bahkan, muncul lagi suatu istilah baru
yaitu Ekosistem Leuser yang didalamnya termasuk juga kawasan Taman Nasional
dan Kawasan Lindung (Sembiring, 1997).

Pengelolaan sumber daya alam, termasuk kawasan lindung, cenderung


tersentralisasi. Peran pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan lindung
terbatas pada kawasan yang tidak sepenting PP No. Tidak. Resolusi No. 62 tahun

44
1998 mengatur penyerahan sebagian urusan pemerintahan departemen kehutanan
ke berbagai daerah. Di wilayah ini kewenangan pemerintah daerah hanya terbatas
pada pengelolaan taman hutan yang luas dan penataan batas hutan. Penanggung
jawab kawasan meliputi; penghijauan dan konservasi tanah dan air, sutera alam,
peternakan lebah, pengelolaan hutan hak/masyarakat, pengelolaan hutan lindung,
perluasan kehutanan, pengelolaan hasil hutan bukan kayu, perburuan tradisional
dalam perburuan. kawasan dan Satwa Liar yang tidak dilindungi, perlindungan
hutan dan pelatihan keterampilan masyarakat departemen kehutanan.

Sementara itu di dalam Keppres Kawasan Lindung peran Pemerintah


Daerah hanya diberikan dalam hal untuk pembuatan peta. Mestinya peran tersebut
diberikan sejak dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan termasuk di
dalamnya perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, disamping kepada
Pemerintah Daerah, dan hal ini yang paling prinsip, diberikannya akses dan dalam
hutan-hutan produksi (Sembiring, 1997).

Adapun beberapa masalah konservasi yang didapatkan, yaitu:


a. Ketidakbiasaan Kebiasaan Konservasi
Hal ini disebabkan karena hambatan-hambatan dalam konservasi tidak
bisa diatasi atau dihilangkan, berupa:
1) Hambatan Fisik
Yaitu hambatan yang berkaitan dengan letak geografis SDA. Letak SDA
yang tidak bisa dijangkau oleh manusia merupakan hambatan bagi
manusia untuk mengelola maupun melestarikannya. Misalnya daerah
lereng bukit atau tebing, daerah ini akan menyulitkan manusia untuk
melakukan reboisasi, padahal lahan tersebut sangat membutuhkan
reboisasi untuk mencegah longsor atau erosi.
2) Hambatan Ekonomi
Biasanya berkaitan dengan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan
konservasi. Kurangnya modal dalam kegiatan konservasi akan
menyebabkan kurangnya pelatihan dan pendidikan kepada masyarakat,
sehingga masyarakat tidak mengetahui arti pentingnya konservasi bagi

45
kelangsungan hidup manusia. Ketidaktahuan masyarakat tersebut akan
menyebabkan perbedaan keinginan antara kepentingan masyarakat dengan
kepentingan pemerintah. Di satu sisi pemerintah melakukan konservasi,
sementara di sisi lain masyarakat melakukan deplisi, sehingga konservasi
tidak bisa berjalan atau menjadi sesuatu yang sia-sia.
3) Hambatan Kelembagaan
Konservasi tidak bisa dilakukan karena adanya kebiasaan atau adat istiadat
masyarakat setempat yang menghambat kegiatan konservasi. Bahkan ada
adat istiadat yang cenderung menguras sumber daya alam dan merusak
lingkungan. Dengan adanya hambatan tersebut konservasi tidak bisa
dilakukan, kecuali bisa mengubah adat atau kebiasaan masyarakat
tersebut.
4) Hambatan Teknologi
Seperti dijelaskan pada pembahasan-pembahasan sebelum-nya, bahwa
teknologi mempunyai peran terhadap pencegahan habisnya sumber daya
alam dan rusaknya lingkungan. Jadi keterbatasan teknologi akan menjadi
penghambat untuk melakukan kegiatan konservasi. Kemajuan teknologi
yang cukup pesat akan menyerap kekayaan (eksploitasi sumber daya alam)
dan kurangnya aparat pengawasan serta terbatasnya sarana prasarana.
b. Keengganan Melakukan Konservasi
Maksudnya adalah adanya pertimbangan-pertimbangan lain mengapa
orang enggan atau tidak mau melakukan konservasi. Pertimbangan-pertimbanga
tersebut antara lain: apakah konservasi menguntungkan, waktu perencanaan yang
sangat panjang, risiko ketidakpastian, dan kesalahan keputusan.
1. Contoh Konservasi Sumber Daya Alam
Adapun contoh konservasi SDA adalah sebagai berikut:
1) Konservasi Tanah
Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara
penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar
tidak terjadi kerusakan tanah. Contoh konservasi tanah yaitu pertanaman

46
lorong. tumpangsari, Pemberian mulsa dimaksudkan untuk menutupi
permukaan tanah agar terhindar dari pukulan butir hujan, pengolahan
tanah, dan terasering.
2) Konservasi Air
Konservasi air adalah perilaku yang disengaja dengan tujuan mengurangi
penggunaan air segar, melalui metode teknologi atau perilaku sosial.
Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jauh ke
tanah untuk pertanian seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar
tidak terjadi banjir yang dapat merusak serta tersedianya air pada musim
kemarau. Contoh konservasi air adalah waduk, rorak, perbaikan drainase
dan irigasi.
3) Cagar Alam
4) Suaka Marga Satwa
5) Hutan Lindung
3.3 Deplisi

3.3.1 Pengertian Deplisi

Deplisi berasal dari kata depletion yang artinya suatu cara pengambilan
sumber daya alam secara besar-besaran, yang biasanya demi memenuhi
kebutuhan akan bahan mentah (Safitri, 2019). Deplesi atau penyusutan merupakan
suatu cara pengambilan sumber daya alam secara besar-besaran, yang biasanya
demi memenuhi akan bahan-bahan mentah.

Deplisi dapat juga diartikan sebagai pengurasan sumber daya alam, yaitu
sumber daya yang walaupun dapat diimbangi dengan usaha konservasi, namun
dampaknya terhadap lingkungan hidup masih akan membekas dan membutuhkan
waktu lama untuk pemulihannya (Bappenas, 2015). Deplisi ditentukan dari
beberapa indikator, yaitu deplesi wilayah kehutanan, deplesi hutan, dan nilai kayu
tebangan. Deplisi hutan memiliki variabel yaitu deplesi hutan karena kebakaran,
penyakit, bencana alam, binatang, serta berkurangnya nilai tanah karena degradasi
ekonomi hutan. Nilai kayu tebangan memiliki variabel yaitu harga kayu, volume
kayu, serta nilai kayu (Yuanzhou and Shuirong, 2008).

47
Dewasa ini akibat berbagai sebab, kekayaan alam tersebut telah
mengalami degradasi (termasuk deforestasi) yang luar biasa, tercatat laju
degradasi hutan 1,08 juta hektar/tahun selama periode 2000-2005 (Departemen
Kehutanan, 2009). Degradasi tersebut telah berdampak pada hilangnya sebagian
fungsi kawasan, rusaknya habitat tumbuhan dan satwa liar, juga telah berdampak
pada meningkatnya laju kelangkaan/kepunahan tumbuhan dan satwa liar, di
samping berdampak luas bagi penurunan kualitas mutu kehidupan dan
meningkatnya ancaman bagi kehidupan manusia.

Degradasi terjadi oleh berbagai sebab, seperti konversi hutan, ilegal


logging, perambahan, dan kebakaran. Hal ini erat kaitannya dengan lemahnya
partisipasi masyarakat, lemahnya penegakan hukum maupun akibat lemahnya tata
laksana pengelolaan. Situasi ini dipengaruhi antara lain oleh belum mantapnya
peraturan perundangan, sehingga tidak mampu menjamin terwujudnya kaidah–
kaidah pengelolaan alam lestari (Tim adhoc DKN, 2010).

Indonesia menduduki posisi ke 4 dari 20 negara yang potensial mengalami


kepunahan atas keanekaragaman hayati yang dimiliki, di mana terdapat 1.126
spesies yang terancam punah (Darlington, 2010). Upaya menyelamatkan
keanekaragaman hayati baik secara in situ dan ex situ belum memuaskan.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2015), Indonesia telah
mengalokasikan tidak kurang 27 juta hektar lahan sebagai wilayah perlindungan.
51 kawasan yang ditetapkan sebagai taman nasional belum mampu menjadi
tempat perlindungan karena mengalami ancaman kerusakan termasuk Taman
Nasional Karimunjawa (Ariyani and Kismartini, 2017). Kondisi daya dukung
sumber daya alam dan daya tampung lingkungan hidup sekarang di Negara kita
sangat mengkhawatirkan (Kementerian PPN/Bappenas, 2019).

1) Tutupan Hutan Primer

Hutan memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan


kehidupan. Hutan memberikan jasa lingkungan yang tiada terhingga nilainya,
antara lain sebagai penghasil oksigen, sumber plasma nutfah, regulator air di
alam, penyerap emisi gas rumah kaca, pencegah bencana erosi serta banjir, dan

48
menjadi benteng terakhir bagi daya dukung daya tampung di daratan. Nilai
manfaat jasa lingkungan hutan yang paling optimal tersebut terdapat pada hutan
primer, yakni tutupan hutan alam dengan kondisi masih utuh yang belum
mengalami gangguan eksploitasi oleh manusia. Ironisnya, luas tutupan hutan
primer di Indonesia cenderung semakin menyusut. Walaupun laju deforestasi
telah berhasil dikurangi secara signifikan dibandingkan pada masa sebelum tahun
2000, namun luas tutupan hutan primer semakin menyusut sehingga
diproyeksikan hanya akan tinggal tersisa 18,4% dari luas lahan total nasional
(189,6 juta ha) di tahun 2045 dibandingkan kondisi di tahun 2000 yang mencapai
27,7% total luas lahan nasional.

2) Tutupan Hutan di Atas Lahan Gambut

Lahan gambut berperan sangat penting dalam hubungannya dengan daya


dukung sumber daya alam lingkungan hidup dan daya tampung lingkungan hidup
di Indonesia. Peran penting tersebut terutama dalam hal penurunan emisi Gas
Rumah Kaca, di mana emisi yang dihasilkan dari kerusakan lahan gambut, yakni
dari dekomposisi gambut (peat decomposition) dan kebakaran lahan gambut (peat
fire) merupakan salah satu sumber emisi GRK terbesar selain sektor energi.

Selain terkait emisi Gas Rumah Kaca, ekosistem gambut pun kaya
keanekaragaman hayati dan mengandung fungsi hidrologis yang sangat penting
dalam mengatur tata air di wilayah sekitarnya.

Terdapat beberapa data dan informasi yang berbeda mengenai luas lahan
gambut beserta kondisi tutupan lahan di atasnya karena faktor perbedaan definisi,
metodologi pemetaan, dan sifat gambut yang dinamis hingga menyebabkan
fluktuasi angka luas lahan gambut. Namun demikian, satu hal yang pasti,
berdasarkan hasil analisis spasial KLHS oleh Bappenas (2019) diketahui bahwa
tren luas tutupan hutan, baik hutan primer maupun sekunder yang terletak di atas
lahan gambut cenderung semakin berkurang sehingga menunjukkan semakin
meluasnya kerusakan pada lahan gambut dari tahun ke tahun. Kerusakan tutupan
hutan di atas lahan gambut paling besar terjadi di Pulau Kalimantan dan
Sumatera. Alih fungsi hutan menjadi area pertanian dan perkebunan serta

49
terjadinya kebakaran hutan dan lahan merupakan pemicu utama terjadinya
penurunan luas tutupan hutan tersebut.

3) Habitat Spesies Kunci

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan ciri khas ekosistem yang


luar biasa dan masing- masing pulau memiliki endemisitas yang tinggi (IBSAP
2015-2020). Beberapa spesies endemik yang terdapat di Indonesia antara lain
komodo (Varanus komodoensis), orangutan (Pongo spp.), burung cendrawasih
(Paradise asp), badak jawa (Rhinoceros sondaicus), maleo (Macrocephalon
maleo), dan anoa (Bubalus spp.).

Salah satu faktor pembatas yang harus menjadi perhatian utama dalam
arah pembangunan di Indonesia adalah habitat dari spesies kunci. Spesies kunci
ini merupakan jenis dari tumbuhan atau satwa yang ditentukan sebagai jenis yang
diprioritaskan untuk dilindungi serta dapat mewakili keanekaragaman hayati.
Spesies kunci memainkan peranan yang penting di dalam struktur, fungsi atau
produktivitas dari habitat atau ekosistem.

Jika jenis ini hilang akan mengakibatkan perubahan yang signifikan atau
fungsi yang salah dapat berefek pada skala yang lebih besar. Dengan demikian,
melindungi spesies kunci adalah prioritas bagi usaha konservasi, karena jika
spesies ini hilang dari daerah konservasi maka spesies lain akan ikut hilang juga.

Terdapat sembilan spesies kunci yang menjadi constraint di dalam analisis


daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup, yaitu Babi Rusa, Anoa, Badak
Jawa, Owa Jawa, Gajah Kalimantan, Orang utan Kalimantan, Orang utan
Sumatera, Gajah Sumatera, dan Harimau Sumatera. Habitat spesies kunci yang
terancam punah diproyeksikan akan berkurang secara signifikan akibat
pengurangan luas tutupan hutan. Terdapat sembilan spesies kunci yang menjadi
constraint di dalam analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup,
yaitu Babi Rusa, Anoa, Badak Jawa, Owa Jawa, Gajah Kalimantan, Orang Utan
Kalimantan, Orangutan Sumatera, Gajah Sumatera, dan Harimau Sumatera.

50
Habitat spesies kunci yang terancam punah diproyeksikan akan berkurang
secara signifikan akibat pengurangan luas tutupan hutan. Analisis menunjukkan
bahwa tutupan hutan pada habitat spesies kunci di sebelah barat garis Wallacea
akan menyusut dari 80,3% di tahun 2000 menjadi 49,7% di tahun 2045, terutama
pada wilayah Sumatera dan Kalimantan. Habitat spesies kunci di Sumatera
mengalami penurunan luasan habitat yang paling besar dibandingkan habitat
spesies kunci di region lain. Habitat spesies gajah, harimau, dan orangutan akan
terancam keberadaannya jika pembangunan di wilayah Sumatera tidak
mempertimbangkan habitat dari spesies tersebut.

Ekspansi perhutanan sosial di Indonesia saat ini menunjukkan pengalihan


tanggung jawab pengelolaan hutan yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada
kelompok pengguna di seluruh nusantara. Negara Indonesia bertujuan untuk
meresmikan pengelolaan bersama di kawasan hutan seluas 12,7 Mha untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan hasil lingkungan serta ekonomi bagi
publik Indonesia. Perhutanan sosial kontemporer di Indonesia dengan demikian
merupakan bentuk tanggung jawab sumber daya alam.

Menganalisis perhutanan sosial Indonesia sebagai proses tanggung jawab


memberikan wawasan tentang bagaimana perhutanan sosial dilakukan, apakah
keselarasan antara kesejahteraan masyarakat dan manfaat sosial valid, dan
ketegangan yang ada yang terjadi melalui tanggung jawab masyarakat untuk
pengelolaan hutan (Erbaugh, 2019).

Berdasarkan hasil analisis diketahui daerah pemukiman yang saat ini


sudah terkena efek abrasi/ akresi sepanjang 11 km. Daerah pemukiman yang
berpotensi terkena efek abrasi/akresi sepanjang 253 km. Sedangkan daerah
pemukiman yang perlu waspada akan dampak abrasi/akresi sepanjang 155 km.

Kondisi tersebut menjadi constraint bagi pembangunan karena bila tidak


dilakukan intervensi maka area yang rentan abrasi/akresi tersebut tentunya tidak
dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung pembangunan, khususnya
mengancam keberlangsungan pemukiman dan industri yang sudah terdapat di area
tersebut(Kementerian PPN/Bappenas, 2019).

51
Terkait dengan deplisi maka hal yang sangat krusial dalam kaitannya
dengan penghitungan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Hijau yaitu
penentuan produk sumber daya hutan yang mengalami deplesi dalam suatu
perekonomian di daerah dalam waktu tertentu dalam satu tahun. Setelah diketahui
sumber daya hutan yang terdeplesi, selanjutnya dilakukan kuantifikasi atau
dihitung nilai ekonominya. Untuk sumber daya hutan yang ekstraktif sifatnya,
sebaiknya digunakan harga pasar sebagai pendekatan untuk menghitung unit rent
dari masing-masing jenis sumber daya hutan yang mengalami deplesi di daerah
kabupaten/kota atau provinsi yang bersangkutan (Utama, 2009).

3.3.2 Penyebab Terjadinya Deplisi


Menurut para ahli lingkungan, sebenarnya yang menyebabkan terjadinya
deplisi pada dasarnya dapat disebabkan oleh dua kelompok, yaitu:
a. Kelompok Kapitalis, yakni kelompok inilah yang mempunyai tujuan untuk
memaksimumkan laba, sehingga mereka berusaha untuk menggali SDA
sebanyak-banyaknya dalam waktu secepat untuk mendapatkan keuntungan
secepatnya.
b. Kelompok Miskin, yakni bertujuan untuk memenuhi keberlangsungan
hidupnya. Kelompok ini terpaksa menguras SDA karena kemiskinannya
tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan yang sesungguhnya adalah
tempat mereka sendiri sebagai tempat untuk hidup.
3.3.3 Contoh Deplisi
Adapun contoh dari Deplisi adalah penambangan batu bara, minyak bumi,
emas, timah, dan sumber daya lainnya yang berkaitan dengan pertambangan yang
dilakukan secara terus menerus, sehingga lama kelamaan akan membuat sumber
daya alam tersebut akan habis. Hal ini dikarenakan sumber daya alam tersebut
tidak dapat diperbaharui, sehingga jika diambil secara berkala akan habis.

3.4 Persediaan (Cadangan)

Persediaan (reserve) atau cadangan(stock) sumber daya alam merupakan


sumber daya alam yang sudah diketahui dan terbukti, serta bernilai ekonomis
(Safitri, 2019). Sumber daya alam bisa disebut cadangan jika sudah diketahui baik

52
dari segi jumlah atau besarnya deposit yang sudah terukur dalam satu satuan
seperti ton, dan telah diketahui manfaatnya. Sebagai akibat kebutuhan informasi
mengenai kondisi pasar dan teknologi baru, persediaan (cadangan) akan
meningkat bila:

1) Ada penemuan baru (discovery)


2) Peningkatan cadangan yang telah terbukti (extension)
3) Revisi (revision) akibat kebutuhan informasi mengenai kondisi pasar dan
teknologi baru.

Meskipun secara teoritis sumber daya alam itu telah ditemukan, tetapi
karena belum dapat diidentifikasi secara geologis dan belum diketahui
penggunaannya, serta masih berlimpah adanya, maka sumber daya alam ini belum
tergolong sebagai cadangan. Suatu sumber daya alam itu baru diketahui
persediaan atau cadangan setelah menjadi kepentingan manusia. Cadangan
sumber daya alam akan meningkat apabila terjadi penemuan baru, peningkatan
cadangan yang telah terbukti dan revisi dangan sebagai akibat perkembangan
informasi mengenai kondisi pasar dan teknologi baru.

a. Kelangkaan Persediaan
1. Kelangkaan Absolut
Kelangkaan absolut sering juga disebut "malthusian scarcity" karena
konsep kelangkaan absolut pertama kali diperkenalkan oleh Robert Malthus.
Kelangkaan absolut didefinisikan sebagai fenomen kelangkaan sumber daya alam
secara fisik Sistem ekonomi sering tergantung pada satu sumber daya esensial
yang memiliki batas tertentu dalam ketersediaannya secara fisik. Jika sumber daya
alam ini habis maka akan menentukan batas-batas fisik pada proses ekonomi baik
prduksi maupun konsumsi. Periode kelangkaan absolut ini mulai terjadi ketika
permintaan (demand) akan suatu sumber daya alam akan melebihi penawarannya
(supply), yang pada gilirannya kalau hal ini terus terjadi akan mengakibatkan
pengurasan sumber daya alam dan habisnya sumber daya alam.
2. Kelangkaan Relatif

53
Kelangkaan relatif sering juga disebut "ricardian scarcity". Kelangkaan
relatif terjadi ketika suatu sumber daya masih cukup tersedia untuk memenuhi
kebutuhan tetapi distribusinya tidak merata bagi yang membutuhkan sumberdaya
alam tersebut. Keberadaan kedua bentuk kelangkaan di atas bisa mengakibatkan
meningkatnya harga-harga bahan-bahan mentah, barang-barang jadi dan jasa,
serta bisa menimbulkan gangguan ekongmi (economic disruption) dan pada
gilirannya yang harus mencari sumber daya substirusi untuk mengganti sumber
daya yang langka tersebut.
Kelangkaan sumber daya alam harus memiliki tiga ciri penting:
1)Mengacu masa depan; indikator ini mempertimbangkan pola permintaan
masa depan, sumber-sumber alternatif bagi sumber daya alam yang tidak bisa
diperbaharui, perubahan dalam biaya ekstraksi atau pengolahan dan
sebagainya.
2)Komparabilitas: bisa diperbandingkan (comparability), Indikator yang ideal
harus dimungkinkan adanya perbandingan langsung diantara sumber daya
alternatif untuk mengidentifikasi permasalahan yang paling serius dihadapi
sumber daya alam, terutama yang berkenaan dengan kelangkaan.
Perbandingan ini tidak hanya untuk menilai tingkat kelangkaan tetapi juga
sejauh mana seriusnya kelangkaan tersebut dan hal ini harus dipertimbangkan
dalam penilaian kelangkaan sumber daya alam.
3)Komputabilitas bisa dihitung (computability), Indikator ini
mempertimbangkan bahwa kelangkaan sumber daya harus bisa
diperhitungkan dan dianalisa berdasarkan informasi yang tersedia atau
informasi yang bisa diperoleh secara terbuka.

3.4.1 Persediaan (Cadangan) Ekonomis

Salah satu aspek yang harus diperhitungkan dalam pembangunan ekonomi


daerah adalah kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya manusia dan alam
seefektif dan seefisien mungkin. Kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya
tersebut. Karena itu, persediaan (secara kuantitatif), mutu sumber daya (secara
kualitatif), dan dimensi penggunaannya harus dirumuskan dalam sebuah kerangka

54
kebijakan pembangunan ekonomi daerah yang bermutu, adil, berwawasan
lingkungan, dan berkelanjutan.

Sumber daya alam harus dikelola dengan seefektif dan seefisien mungkin.
Pertimbangan-pertimbangan ekonomis dan kemandirian dalam pengelolaan alam
untuk menghasilkan produk yang bagus dan menggerakkan roda perekonomian di
daerah juga harus disiapkan dengan baik dan terencana.

Oleh karena itu pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan


ekonomi demi peningkatan pendapatan dan pencapaian devisa negara cenderung
bersifat eksploitatif. Kondisi ini berakibat pada pemanfaatan sumber daya alam
cenderung mengabaikan prinsip-prinsip keadilan, demokratis dan keberlanjutan
sumber daya alam (Nurjaya, 2008).

Begitu pula sumber daya buatan dan sumber daya sosial harus dikuatkan
sedemikian rupa sehingga memperoleh hasil yang besar dan bisa mensejahterakan
masyarakatnya. Karenannya, pembangunan ekonomi daerah merupakan program
menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan sumber
daya ekonomi sehingga memberikan kontribusi positif kepada daerah dan
masyarakatnya. Dalam konteks ini, daerah harus memperhatikan keterpaduan
penggunaan sumber daya ekonomi, melalui penyeimbangan dan penyerasian
berbagai sumber daya ekonomi (Junaidi and Zulgani, 2011).

3.4.2 Kelangkaan Persediaan

Sumber daya jumlahnya terbatas atau disebut langka, ada yang sekali
pakai habis sehingga tidak dapat diperbaharui atau di daur ulang, ada pula yang
dapat dipakai berkali-kali, diperbaharui atau didaur ulang. Dalam kondisi apapun
sumber daya adalah langka. Tanah misalnya semakin berkurang yang tersedia
untuk dimanfaatkan baik untuk menjadi areal pertanian ataupun untuk maksud
lain, udara tidak lagi menjadi benda bebas yang dapat diperoleh dengan mudah
dan tidak tercemar.

Begitu juga dengan air, puluhan tahun yang lalu masih bisa ditemukan
sungai yang jernih dan mengalir tenang, mata air yang jernih, belum tercemar dan

55
tidak pernah kering. Pada masa itu, air dan udara masih dianggap sebagai benda
bebas, jumlahnya berlimpah, sehingga tidak dibutuhkan biaya yang berarti untuk
memperoleh dan mengkonsumsinya. Kini Situasi itu sudah jauh berubah. Air yang
bersih, udara yang bersih tidak tercemar sudah langka, sehingga dibutuhkan biaya
yang besar untuk memperoleh dan menggunakannya. Air dan udara bersih sudah
bukan benda bebas, semuanya sudah menjadi benda ekonomi yang membutuhkan
pengorbanan untuk memperolehnya (Damanik and Sasongko, 2011).

Kelangkaan sumber daya alam didefinisikan sebagai situasi di mana


permintaan akan sumber daya alam (SDA) besar sementara kapasitasnya sedikit.
Ketidakseimangan ini menyebabkan penurunan sumber daya yang tersedia dan
bisa menjadi penyebab kelangkaan sumber daya alam dan harus segera dicari
solusi untuk mengatasi kelangkaan sumber daya. Kelangkaan SDA ini bisa
bermacam-macam bentuknya, namun semua terkait dengan alam seperti
kelangkaan sumber daya biotik maupun abiotic (Indonesia, 2020).

Beberapa contoh kelangkaan SDA itu sendiri adalah tanah, air, hewan dan
tanaman. Namun umumnya kelangkaan lebih sering melibatkan sumber daya yang
tidak dapat diperbaharui, seperti minyak, logam mulia, dan helium. Ada beberapa
pemicu kelangkaan sumber daya alam diantaranya: (1) jumlah penduduk yang
semakin bertambah, (2) Bencana alam, (3) Kerusakan sumber daya yang tidak
dapat diperbaiki, (4) Letak geografis yang berbeda satu sama lain, (5)
Keserakahan manusia dan (6) Kemampuan produksi yang terbatas.

Selanjutnya dijelaskan bahwa dampak ekonomi pada kelangkaan sumber


daya alam adalah: (1) Jumlah produksi yang semakin menurun, (2) Pendapatan
masyarakat akan semakin turun, dan (3) Harga-harga barang semakin mahal
Kondisi degradasi kualitas lingkungan hidup dan kuantitas sumber daya alam
dapat dipahami karena terjadi kesalahan dalam tata kelola yang mengabaikan
prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development
principles), dan karena itu prinsip-prinsip yang semestinya dirujuk dalam tata
kelola sumber daya alam dan lingkungan yang baik pada dasarnya meliputi

56
prinsip keadilan, prinsip demokrasi, dan prinsip keberlanjutan (Kemenhum,
2014).

 Prinsip Keadilan

Prinsip Keadilan merujuk pada kebijakan pengelolaan sumber daya alam


harus direncanakan, dilaksanakan, dimonitoring dan dievaluasi secara
berkelanjutan agar dapat memenuhi kepentingan pelestarian dan keberlanjutan
fungsi sumber daya alam dan lingkungan hidup, untuk kepentingan generasi
sekarang maupun yang akan datang, termasuk di dalamnya keadilan dalam alokasi
dan distribusi pemanfaatan sumber daya alam.

Selain itu prinsip keadilan juga merujuk kepada prinsip pengakuan hak
masyarakat hukum adat, prinsip kemudahan akses bagi masyarakat marginal
(disadvantaged people) mengakses sumber daya alam, dan prinsip mengakses
keadilan (access to justice).

 Prinsip Demokrasi

Prinsip Demokrasi mengacu pada kebijakan pengelolaan sumber daya


alam harus mengakomodasi desentralisasi kewenangan antara pemerintah pusat
dan daerah, prinsip partisipasi, prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas, akses
informasi, keterpaduan antar sektor, penyelesaian konflik secara bijaksana,
perlindungan hak-hak asasi manusia, dan pengakuan kemajemukan hukum (legal
pluralism) dalam pengelolaan sumber daya alam, termasuk prinsip-prinsip yang
dapat meminimalisasi korupsi, seperti prosedur perizinan yang sederhana,
terintegrasi, dan efektif.

Prinsip desentralisasi merujuk pada penyerahan dan tanggung jawab


pengelolaan sumber daya alam oleh pemerintah kepada daerah otonom, sehingga
pengambilan keputusan dapat dilakukan sesuai dengan karateristik wilayah
masing-masing daerah otonom.

 Prinsip Keberlanjutan

Prinsip keberlanjutan adalah kebijakan pengelolaan sumber daya alam


harus mampu menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya alam dan

57
lingkungan hidup, baik manfaat bagi Negara maupun masyarakat secara seimbang
dan proporsional serta manfaat bagi generasi sekarang dan mendatang secara
berkelanjutan. Selain itu, prinsip keberlanjutan memberi pemahaman makna dan
pengakuan dari sumber daya alam yang terbarukan (renewable) dan tak
terbarukan (nonrenewable), adanya keterbatasan daya tamping dan daya dukung
(carrying capacity) ekosistem, dan karena itu prinsip kehati-hatian (precautionary
principle) menjadi dasar penting pengelolaan sumber daya alam, termasuk
internalisasi-eksternalitas dampak lingkungan melalui berbagai pendekatan
ekonomi, dan prinsip pencemar membayar (polluter pays principle).

3.4.3 Upaya Menjaga Persediaan

Kelangkaan akan suatu barang saat ini telah banyak dirasakan sebagai
contoh kelangkaan BBM, gas, dan lain sebagainya. Secara tidak sadar manusia
telah mengeruk habis sumber daya alam yang ada di bumi untuk diperjualbelikan.
Hingga sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui menjadi semakin sedikit
atau bahkan habis, sehingga menimbulkan kelangkaan di masyarakat (Yuly,
2019).

Secara umum ada beberapa cara mengatasi kelangkaan sumber daya alam
agar masyarakat tidak kesulitan untuk mendapatkan suatu barang atau jasa.

1) Menyusun Skala Prioritas

Skala prioritas kebutuhan merupakan daftar berbagai kebutuhan yang


dibuat berdasarkan tingkat kepentingannya. Kebutuhan yang paling mendesak dan
penting diletakkan pada urutan paling atas disusul dengan kepentingan yang bisa
ditunda hingga yang kebutuhan yang tidak perlu. Untuk membuat skala prioritas
bisa dikategorikan menjadi dua kategori yaitu:

a) Berdasarkan tingkat kepentingan

Urutan daftar skala prioritas ini menggunakan tingkat kepentingan sebagai


penentunya. Urutan teratas daftar skala prioritas harus digunakan untuk
keperluan yang mendesak. Memilah kebutuhan sesuai dengan tingkat
kebutuhannya bisa membantu menentukan kebutuhan mana saja yang sangat

58
mendesak dan perlu dipenuhi dengan segera. Sehingga terhindar dari konsumsi
untuk keperluan yang tidak penting.

b) Berdasarkan penghasilan

Semua kebutuhan tidak bisa dipenuhi apabila penghasilan lebih sedikit


dari biaya total untuk memenuhi kebutuhan hidup. Membuat skala prioritas
kebutuhan berdasarkan penghasilan bisa membantu untuk lebih bijaksana
dalam menentukan antara kebutuhan yang mendesak dan yang bisa ditunda.

2) Bijaksana dalam Memanfaatkan Sumber Daya Alam

Sumber daya alam terlebih yang jumlahnya terbatas sebaiknya


dipergunakan secara bijaksana. Perilaku hemat dan efisien sangat diperlukan
untuk menjaga sumber daya alam tetap ada hingga masa yang akan datang. Selain
itu pengelolaan dari sumber daya alam juga harus dilakukan dengan tepat agar
bisa menghasilkan produk yang tepat guna bagi semua masyarakat.

3) Melakukan Eksplorasi Sumber Daya Alam Baru

Melakukan eksplorasi atau pencarian terhadap sumber daya alam baru


yang belum pernah diketahui atau digali sebelumnya bisa menjadi alternatif cara
mengatasi kelangkaan sumber daya alam. Penemuan akan sumber daya baru bisa
membuat ketersediaan akan sumber daya tersebut meningkat. Meskipun demikian,
proses eksplorasi terhadap sumber daya alam baru juga membuat stok sumber
daya di bumi juga berkurang. Karena tetap membuat simpanan sumber daya di
bumi berkurang, eksplorasi akan sumber daya baru bukanlah cara yang paling
baik dalam mengatasi kelangkaan sumber daya alam. Hanya saja melakukan
penemuan sumber daya alam baru bisa menjadi alternatif untuk jangka pendek
atau bisa dilakukan untuk mengganti sumber daya alam yang tidak bisa
diperbaharui.

4) Memanfaatkan Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi bisa dimanfaatkan untuk mengurangi biaya


pengolahan sumber daya alam. Dengan menggunakan cara-cara pengolahan baru
yang lebih efektif dan efisien; proses-proses pengolahan seperti ekstraksi ataupun

59
pemrosesan sumber daya alam bisa menekan biaya eksplorasi. Jenis-jenis
teknologi canggih bisa digunakan sesuai dengan tingkat kelangkaan sumber daya
alam bias menekan biaya eksplorasi Jenis-jenis teknologi canggih bias digunakan
sesuai dengan tingkat kelangkaan sumber daya alam dengan biaya yang mungkin
lebih murah daripada dengan menggunakan metode lama.

5) Memanfaatkan Bahan Substitusi

Memanfaatkan bahan pengganti atau substitusi merupakan salah satu cara


mengatasi kelangkaan sumber daya alam. Dalam hal ini sumber daya yang
berlimpah digunakan menjadi bahan pengganti untuk sumber daya yang langka
atau hampir habis. Semakin mudah proses penggantian dari sumber daya yang
tidak bisa diperbaharui dengan sumber daya yang bisa diperbaharui dan melimpah
maka, kemungkinan untuk terjadi kelangkaan juga semakin kecil. Sebagai contoh
kelangkaan atau berkurangnya ketersediaan bahan bakar fosil menyebabkan BBM
juga menjadi langka. Untuk mengatasi kelangkaan pemerintah menyarankan
untuk beralih menggunakan bioenergi yang masih bisa didapat dengan mudah.

6) Daur Ulang atau Memanfaatkan Kembali

Daur ulang adalah suatu proses untuk memanfaatkan kembali bahan


limbah ataupun residu dari suatu proses produksi atau konsumsi di suatu sistem
ekonomi untuk menjadi barang bernilai. Kemudian produk daur ulang ini
selanjutnya masuk ke proses produksi di pabrik sebagai barang perantara atau
akhir.

Pada dasarnya pemanfaatan kembali barang yang masih berfungsi dan


layak yang tidak terpakai oleh konsumen atau produsen untuk kemudian
dimanfaatkan kembali oleh konsumen yang tidak terpakai oleh konsumen atau
produsen untuk kemudian dimanfaatkan kembali oleh konsumen yang lain.
Pemanfaatan kembali atau kelangkaan bisa diperlambat atau daur ulang bias
mengurangi tingkat eksploitasi terhadap sumber daya alam sehingga kelangkaan
bisa diperlambat ataupun dicegah.

60
DAFTAR PUSTAKA

‘Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 tentang KONSERVASI SUMBER DAYA


ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA (1990), 1988, pp. 56–79.
Ariyani, N. A. E. and Kismartini (2017) ‘Implementasi Kebijakan Konservasi
Pengawetan dan Pemanfaatan Lestari Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya di Taman Nasional Karimunjawa Implementation of
Conservation Policy Prescription and Sustainable Use of Natural
Resources and Ecosystems in the K, 14(123), pp. 206–213.
Arsyad, S. (2009) Konservasi tanah dan air. PT Penerbit IPB Press.
Arsyad, S. (2010). Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.
Asdak, C, (2010). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Christanto, J. (2014) ‘Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan’, Konservasi Sumber Daya ALam, pp. 1–29.
Christanto, J. (2018) Ruang Lingkup Konservasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan.
Constanza. R. (1997) ‘The Vaue of the World’s Ecosystem Services and Natural
Capital’, Nature Vol 387, pp. 253–260.
Costanza, R. et al. (2014) ‘Changes in the global value of ecosystem services’,
Global environmental change. Elsevier, 26, pp. 152–158.
Dailami, M. C. (2020). Biologi Umum. Bandung : Widina Bhakti Persada.
Daly, H. E. and Daly, H. E. (1973) ‘Toward a steady-state economy’, San
Francisco WH Freeman. WH Freeman San Francisco, 2.
Damanik, K. I. and Sasongko, G. (2011) Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi Kedu.
Salatiga: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana.

61
BAB IV
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM PULIH
4.1 Pendahuluan

Sumber daya alam, baik biotik maupun abiotik, merupakan kekayaan bumi
yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan manusia.
Sumber daya alam dibedakan menjadi dua, yaitu sumber daya alam terbarukan
dan sumber daya alam tak terbarukan. Sumber daya alam terbarukan adalah
sumber daya alam yang dapat diperbarui seperti hewan, tumbuhan, air, dan udara,
sedangkan sumber daya alam tak terbarukan adalah sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui seperti emas, perak, minyak bumi dan sebagainya (Hamid, 2008;
Purba, Nainggolan, et al., 2020; Purba, Sudarmanto, et al., 2020; Sudarso et al.,
2020; Purba et al., 2021).
Sumber daya alam memiliki peran penting yaitu sebagai modal
pertumbuhan ekonomi dan sebagai penopang sistem kehidupan. Hasil hutan, hasil
laut, perikanan, pertambangan, dan pertanian memberikan kontribusi produk
domestik nasional dan menyerap tenaga kerja. Pengelolaan sumber daya alam
yang telah dilakukan pada sektor kehutanan antara lain mengefektifkan sumber
daya yang tersedia dalam pengelolaan hutan dan memanfaatkan hasil hutan non
kayu dan jasa lingkungan secara optimal. Pengelolaan pada sektor kelautan dan
perikanan antara lain mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut
dan pesisir, meningkatkan upaya konservasi laut dan pesisir, dan pemulihan
ekosistem yang rusak. Pengelolaan pada sektor pertambangan antara lain dengan
meningkatkan manfaat dan nilai tambah sumber daya alam pertambangan,
pemulihan kawasan yang telah terjadi penambangan (Indonesia, 2017;
SastroAtmodjo, 2021).
Isu yang berkaitan dengan sumber daya alam antara lain adalah kebutuhan
manusia akan sumber daya alam, adanya pergeseran para pengguna sumber daya
alam dari yang menggunakan sumber daya alam terbarukan menjadi sumber daya
alam tak terbarukan, peranan sumber daya alam dan lingkungan, kualitas sumber
daya alam, kelangkaan sumber daya alam, lokasi cadangan sumber daya alam

62
yang terletak jauh dari para pengguna sumber daya alam, pemanfaatan sumber
daya alam yang tidak bijaksana, belum ada pertimbangan lingkungan, dan
semakin meningkatnya ketergantungan manusia pada sumber daya alam.
Pemanfaatan sumber daya alam yang tidak bijaksana dapat mengakibatkan
terkurasnya sumber daya alam sebelum waktunya. Contoh akibat pemanfaatan
sumber daya alam seperti ini pada sektor kehutanan antara lain kebakaran hutan,
penyelundupan kayu, dan penebangan liar; di sektor perikanan dan kelautan antara
lain illegal fishing, penambangan terumbu karang, dan eksploitasi sumber daya
alam laut; dan di sektor pertambangan seperti penambangan terbuka. Faktor lain
yang memengaruhi rusaknya sumber daya alam antara lain rendahnya kesadaran
masyarakat dalam memelihara lingkungan, pertumbuhan penduduk yang pesat,
dan perkembangan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Meski sumber daya
alam dimanfaatkan untuk kemakmuran manusia tetapi kelestarian sumber daya
alam tetap harus diperhatikan (Putra and Parimin, 2018; Hasibuan et al., 2020;
Purba, Gaspersz, et al., 2020; Purba, Marzuki, et al., 2020; Bachtiar et al., 2021;
Kurniullah et al., 2021; Mardia et al., 2021).
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang matematika juga memberikan
peranan berupa suatu tiruan fenomena sumber daya alam terbarukan dan
memberikan solusi dari fenomena sumber daya alam. Ekonomi sumber daya alam
adalah salah satu cabang ilmu ekonomi yang mencoba menerapkan teori ekonomi
dalam pengelolaan sumber daya alam dan energi untuk memenuhi kebutuhan
manusia secara optimal dan lestari. Peranan ekonomi sangat erat kaitannya dengan
pengambilan keputusan dalam menggunakan sumber daya alam dan lingkungan.
Satu hal penting yang mendasar dari aspek ekonomi sumber daya alam adalah
bagaimana ekstraksi sumber daya alam tersebut dapat memberikan manfaat atau
kesejahteraan kepada masyarakat secara keseluruhan. Dalam bab ini ruang
lingkup pembahasan tentang ekonomi sumber daya alam terbarukan dibatasi
hanya pada masalah energi terbarukan saja, agar lebih menarik sesuai dengan
kondisi saat ini.
Dengan semakin menipisnya cadangan sumber energi tidak terbarukan,
maka biaya untuk penambangannya akan meningkat, yang berdampak pada

63
meningkatnya harga jual ke masyarakat. Pada saat yang bersamaan, energi tidak
terbarukan akan melepaskan emisi karbon ke atmosfir, yang menjadi penyumbang
besar terhadap pemanasan global. Di banyak daerah pedalaman di Indonesia,
solusi energi tidak terbarukan belum tersedia. Karena akses pada jaringan PLN
belum ada ataupun masih sangat terbatas. Daerah perdesaan ini sering menjadi
tempat-tempat yang terisolasi dan bergantung kepada pemakaian energi
tradisional yang tidak bisa diandalkan, seperti generator yang berbahan bakar
minyak, kayu atau tabung LPG sebagai sumber energi yang digunakan untuk
memasak, penerangan, serta kebutuhan listrik dasar lainnya. Solusi Energi
Terbarukan menjadi jawaban terhadap permintaan kebutuhan pembangunan desa
di Indonesia, serta mempromosikan solusi praktis dan berkelanjutan yang bisa
langsung diadopsi oleh masyarakat pedesaan yang menjadi prioritas bagi bangsa
Indonesia. Tantangan yang ada di hadapan kita adalah memastikan bahwa
masyarakat pedesaan memiliki akses yang cukup terhadap banyak pilihan
teknologi energi terbarukan sebelum mereka memutuskan untuk
menggunakannya, di mana mereka ingin ikut berinvestasi untuk melakukan
diversifikasi energi lebih lanjut, yang menawarkan peluang lebih luas kepada
mereka untuk meningkatkan mata pencahariannya (Ashoer et al., 2021;
SastroAtmodjo, 2021).
4.2 Macam-Macam Energi di Alam
Ada banyak sumber-sumber energi utama dan digolongkan menjadi dua
kelompok besar yang dibahas pada alinea-alinea berikut: Energi konvensional
adalah energi yang diambil dari sumber yang hanya tersedia dalam jumlah
terbatas di bumi dan tidak dapat diregenerasi. Sumber-sumber energi ini akan
berakhir cepat atau lambat dan berbahaya bagi lingkungan. Energi terbarukan
adalah energi yang dihasilkan dari sumber alami seperti matahari, angin, dan air
dan dapat dihasilkan lagi dan lagi. Sumber akan selalu tersedia dan tidak
merugikan lingkungan (Mardia et al., 2021; Marit, Nainggolan, et al.,
2021;Marzuki et al., 2021).
Sumber-sumber energi Konvensional dan Terbarukan bisa dikonversikan
menjadi sumber-sumber energi sekunder, seperti listrik. Listrik berbeda dari

64
sumber-sumber energi lainnya dan dinamakan sumber energi sekunder atau
pembawa energi karena dimanfaatkan untuk menyimpan, memindahkan atau
mendistribusikan energi dengan nyaman. Sumber energi primer diperlukan untuk
menghasilkan energi listrik. Sumber-sumber energi konvensional biasanya terkait
dengan polusi terhadap lingkungan kita. Sumber-sumber energi terbarukan
biasanya terkait dengan dampak yang sangat kecil atau tidak ada sama sekali
terhadap lingkungan (Ferinia et al., 2020).
Sumber-sumber energi konvensional primer diambil dari tanah dalam
bentuk cair (minyak & petroleum), gas (gas alam) dan padat (batubara &
uranium). Sumber-sumber energi yang ada di indonesia saat ini terdiri dari sumber
minyak yang terbatas, sumber gas alam yang cukup, dan sumber batubara yang
melimpah, serta energi panas bumi. Tenaga nuklir belum digunakan, namun
sebagai sumber energi primer konvensional. Bahan Bakar Fosil merupakan
sumber energi tidak terbarukan tetapi tidak semua sumber energi tidak terbarukan
adalah bahan bakar minyak (contoh: uranium). Bahan bakar fosil terbentuk dari
sisa-sisa organik tanaman dan hewan, yang mati ribuan tahun lalu dan tetap
terkubur dalam pasir dan lumpur. Tahun-tahun berlalu, lapisan pasir dan lumpur
kian menumpuk di atasnya dan berubah bentuk menjadi batuan karena panas dan
tekanan. Sisa tumbuhan dan hewan yang terkubur di dalamnya berubah menjadi
bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil harus diekstraksi dari kedalaman bumi di
mana mereka terbentuk (Julyanthry et al., 2020; Siagian et al., 2020; Bachtiar et
al., 2021; Sari et al., 2021).
4.3 Energi Terbarukan
Energi terbarukan adalah sumber-sumber energi yang bisa habis secara
alamiah. Energi terbarukan berasal dari elemen-elemen alam yang tersedia di
bumi dalam jumlah besar, misal: matahari, angin, sungai, tumbuhan dsb. Energi
terbarukan merupakan sumber energi paling bersih yang tersedia di planet ini.
Ada beragam jenis energi terbarukan, namun tidak semuanya bisa digunakan di
daerah-daerah terpencil dan pedesaan. Tenaga Surya, Tenaga Angin, Biomassa
dan Tenaga Air adalah teknologi yang paling sesuai untuk menyediakan energi di
daerah-daerah terpencil dan pedesaan. Energi terbarukan lainnya termasuk Panas

65
Bumi dan Energi Pasang Surut adalah teknologi yang tidak bisa dilakukan di
semua tempat. Indonesia memiliki sumber panas bumi yang melimpah; yakni
sekitar 40% dari sumber total dunia. Akan tetapi sumber-sumber ini berada di
tempat-tempat yang spesifik dan tidak tersebar luas.
Teknologi energi terbarukan lainnya adalah tenaga ombak, yang masih
dalam tahap pengembangan. Berbagai energi terbarukan Matahari terletak
berjutajuta kilometer dari Bumi (149 juta kilometer) akan tetapi menghasilkan
jumlah energi yang luar biasa banyaknya. Energi yang dipancarkan oleh matahari
yang mencapai Bumi setiap menit akan cukup untuk memenuhi kebutuhan energi
seluruh penduduk manusia di planet kita selama satu tahun, jika bisa ditangkap
dengan benar. Setiap hari, kita menggunakan tenaga surya, misal untuk
mengeringkan pakaian atau mengeringkan hasil panen. Tenaga surya bisa
dimanfaatkan dengan cara-cara lain: Sel Surya (yang disebut dengan selEnergi
Solar fotovoltaik yang mengkonversi cahaya matahari menjadi listrik secara
langsung.
Pada waktu memanfaatkan energi matahari untuk memanaskan air, panas
matahari langsung dipakai untuk memanaskan air yang dipompakan melalui pipa
pada panel yang dilapisi cat hitam. Pada saat angin bertiup, angin disertai dengan
energi kinetik (gerakan) yang bisa melakukan suatu pekerjaan.contoh, perahu
layar memanfaatkan tenaga angin untuk mendorongnya bergerak di air. Tenaga
angin juga bisa dimanfaatkan menggunakan baling-baling yang dipasang di
puncak menara, yang disebut dengan turbin angin yang akan menghasilkan energi
mekanik atau listrik. Biomassa merupakan salah satu sumber energi yang telah
digunakan orang sejak dari zaman dahulu kala: orang telah membakar kayu untuk
memasak makanan selama ribuan tahun. Biomassa adalah semua benda organik
(misal: kayu, tanaman pangan, limbah hewan & manusia) dan bisa digunakan
sebagai sumber energi untuk memasak, memanaskan dan pembangkit listrik.
Sumber energi ini bersifat terbarukan karena pohon dan tanaman pangan akan
selalu tumbuh dan akan selalu ada limbah tanaman (Bachtiar et al., 2021; Marit,
Nainggolan, et al., 2021).

66
4.4 Energi Alternatif di Dunia
4.4.1. Energi Surya
Energi surya atau matahari adalah sumber energi paling kuat dan paling
besar persediaanya. Sinar matahari dapat digunakan untuk pencahayaan,
pembangkit listrik, pemanas air, dan berbagai proses industri. Matahari bisa
digunakan untuk menghasilkan listrik dengan bantuan panel surya yang dapat
mengolah energi panas matahari menjadi listrik. Tapi, energi listrik menjadi
tergantung dengan keadaan cuaca.
4.4.2. Energi Angin
Angin adalah gerakan udara yang terjadi ketika terdapat udara hangat dan
udara dingin. Energi angin telah digunakan selama berabad-abad untuk kapal
layar dan kincir angin untuk menggiling gandum. Saat ini, energi angin digunakan
sebagai pembangkit listrik dengan turbin angin. Energi angin sangat tergantung
dengan keadaan angin.
4.4.3. Hydropower
Air yang mengalir dari hulu ke hilir. Energi hydropower sangat
bergantung dengan curah hujan. Seperti yang kita ketahui, panas matahari
menyebabkan air di danau dan lautan menguap dan membentuk awan. Air
kemudian jatuh kembali ke bumi sebagai hujan atau salju, dan mengalir ke sungai
dan sungai yang mengalir kembali ke laut.. Tenaga air sudah cukup
dikembangkan dan ada banyak pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang
menghasilkan listrik di seluruh Indonesia. Pada umumnya, bendungan dibangun
di seberang sungai untuk menampung air di mana sudah ada danau. Air
selanjutnya dialirkan melalui lubang-lubang pada bendungan untuk
menggerakkan baling-baling modern yang disebut dengan turbin untuk
menggerakkan generator dan menghasilkan listrik. Akan tetapi, hampir semua
program PLTA kecil di Indonesia merupakan program
yang memanfaatkan aliran sungai dan tidak mengharuskan mengubah aliran alami
air sungai.

67
4.4.4. Energi Biomassa
Kayu masih merupakan sumber yang paling umum dari energi biomassa,
tetapi sumber-sumber lain dari energi biomassa meliputi tanaman pangan, rumput,
limbah pertanian dan kehutanan, residu, komponen organik dari limbah kota dan
industri, bahkan gas metana dari tempat pembuangan sampah. Biomassa dapat
digunakan untuk menghasilkan listrik, sebagai bahan bakar untuk transportasi dll.
Namun, tentu biomassa akan menghasilkan energi listrik yang berbau tidak sedap.
Ada empat jenis biomassa:
• Bahan bakar padat limbah organik atau terurai di alam Kayu serta limbah
pertanian bisa dibakar dan digunakan untuk menghasilkan uap dan listrik.
Banyak listrik yang digunakan oleh industri menghasilkan limbah yang bisa
dipakai untuk menggerakkan mesin mereka sendiri (contoh: produsen furnitur).
• Bahan bakar padat limbah anorganik Tidak semua limbah adalah organik,
beberapa di antaranya bersifat anorganik, seperti plastik. Pembangkit listrik
yang memanfaatkan sampah untuk menghasilkan energi disebut pembangkit
listrik tenaga sampah. Pembangkit listrik bekerja dengan cara yang sama
sebagai pembangkit listrik tenaga batubara, kecuali bahan bakar tersebut bukan
bahan bakar fosil tetapi sampah yang bisa dibakar.
• Bahan Bakar Gas Sampah yang ada di tempat pembuangan sampah akan
membusuk dan menghasilkan gas metan. Jika gas metan tersebut ditampung,
maka bisa langsung dimanfaatkan untuk dibakar yang menghasilkan panas
untuk penggunaan praktis atau digunakan pada pembangkit listrik untuk
menghasilkan listrik. Metan bisa juga dihasilkan dengan menggunakan kotoran
hewan dan manusia dalam metode yang terkendali. Biodigester adalah wadah
kedap udara di mana limbah atau kotoran difermentasi dalam kondisi tanpa
oksigen melalui proses yang dinamakan pencernaan anaerob untuk
menghasilkan gas yang mengandung banyak metan. Gas ini bisa dipakai untuk
memasak, memanaskan & membangkitkan listrik. Gasifikasi adalah proses
untuk menghasilkan gas yang bisa dipakai sebagai bahan bakar untuk
pembangkit listrik. Dalam proses gasifikasi, biomassa dengan biaya murah,
seperti batubara atau limbah pertanian dibakar sebagian dan gas sintetik yang

68
dihasilkan dikumpulkan dan digunakan untuk pemanas dan pembangkit listrik.
Dengan menggunakan teknik lebih lanjut lagi, maka gas sintetik bisa
dikonversi menjadi minyak solar sintetik/bahan bakar dari sumber hayati
(biofuel) berkualitas tinggi, yang setara dengan minyak solar yang digunakan
untuk menggerakkan mesin diesel konvensional (Fauzi, 2004; Marit, Revida, et
al., 2021).
• Bahan Bakar Hayati Berbentuk Cair Bahan bakar hayati adalah bahan bakar
untuk kendaraan bermotor atau mesin. Bahan bakar ini bisa digunakan sebagai
tambahan atau menggantikan bahan bakar konvensional untuk mesin.
Bioethanol adalah alkohol yang dibuat melalui proses fermentasi gula yang
terkandung pada tanaman pangan (contoh: tebu, ubi kayu atau jagung), dan
digunakan sebagai tambahan untuk bensin. Biodiesel dibuat dari minyak sayur
(misal: Minyak Sawit, Jatropha Curcas, Minyak Kelapa, atau Minyak Kedelai,
atau Limbah Minyak Sayur/WVO. Biodiesel bisa digunakan sendiri atau
sebagai tambahan pada mesin diesel tanpa memodifikasi mesin.
4.4.5. Energi Gas Hidrogen
Gas hidrogen memiliki potensi yang luar biasa sebagai sumber bahan
bakar dan energi, tetapi teknologi yang dibutuhkan untuk mewujudkan potensi ini
masih dalam tahap awal. Hidrogen adalah elemen paling umum di bumi. Air
merupakan dua-pertiga bagian dari hidrogen, tapi hidrogen di alam selalu
ditemukan dalam kombinasidengan unsur lainnya. Setelah dipisahkan dari unsur-
unsur lain, hidrogen dapat digunakan untuk menggerakkan kendaraan,
menggantikan gas alam untuk pemanasan dan memasak, dan untuk menghasilkan
listrik. Hidrogen dapat dicampur dengan gas alam dan menciptakan bahan bakar
untuk kendaraan. Hidrogen juga digunakan pada kendaraan yang menggunakan
listrik sebagai bahan bakarnya. Walaupun begitu, harga untuk penggunaan
hidrogen masih relatif mahal.
4.4.6. Energi Panas Bumi
Energi panas bumi adalah energi panas yang berasal dari dalam Bumi.
Pusat Bumi cukup panas untuk melelehkan bebatuan. Bergantung pada lokasinya,
maka suhu Bumi meningkat satu derajat Celsius setiap penurunan 30 hingga 50 m

69
dibawah permukaan tanah. Suhu Bumi 3000 meter di bawah permukaan cukup
panas untukmerebus air. Kadang-kadang, air Tenaga Air Energi Panas Bumi
memanfaatkan sampah untuk menghasilkan energi disebut pembangkit listrik
tenaga sampah. Pembangkit listrik ini bekerja dengan cara yang sama sebagai
pembangkit listrik tenaga batubara, kecuali bahan bakar tersebut bukan bahan
bakar fosil tetapi sampah yang bisa dibakar. Pembangkit listrik tenaga panas bumi
(PLTPB) adalah seperti pembangkit listrik tenaga batu bara biasa, hanya tidak
memerlukan bahan bakar. Uap atau air panas langsung berasal dari bawah tanah
dan menggerakkan turbin yang dihubungkan dengan generator yang menghasilkan
listrik.lubang-lubang dibor ke dalam tanah dan uap atau air panas keluar dari pipa-
pipa dialirkan ke pembangkit listrik tenaga panas bumi untuk menghasilkan
listrik. Tenaga panas bumi bersifat terbarukan selama air yang diambil dari Bumi
dimasukkan kembali secara terus-menerus ke dalam tanah setelah didinginkan di
pembangkit listrik. Tidak banyak tempat di mana PLTPB bisa dibangun, karena
perlu menemukan lokasi dengan jenis batuan yang sesuai dengan kedalaman di
mana memungkinkan untuk melakukan pemboran ke dalam tanah dan mengakses
panas yang tersimpan.
4.4.7. Energi Gelombang Air Laut
Ombak laut yang selalu beralun disebabkan oleh angin yang meniup di
atas laut. Ombak laut memiliki potensi menjadi sumber energi yang hebat jika
bisa dimanfaatkan dengan benar. Ada beberapa metode untuk memanfaatkan
energi ombak. Ombak bisa ditangkap dan dinaikkan ke bilik dan udara
dikeluarkan paksa dari bilik tersebut. Udara yang bergerak menggerakkan turbin
(seperti turbin angin) yang menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.
Lautan menyediakan beberapa bentuk energi terbarukan, dan masing masing
didorong oleh kekuatan yang berbeda. Energi dari gelombang laut dan pasang
surut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik, dan energi termal laut dari
panas yang tersimpan dalam air laut dapat juga diubah menjadi listrik. Meskipun
pada masa sekarang, energi laut memerlukan teknologi yang mahal dibandingkan
dengan sumber energi terbarukan lainnya, selain itu energi yang dihasilkan oleh

70
gelombang air laut hanya bisa digunakan di sekitar daerah laut saja. Tapi laut
tetap penting sebagai sumber energi potensial untuk masa depan.
4.4.8. Energi Ethanol
Merupakan bahan bakar yang berbasis alkohol dari fermentasi tanaman,
seperti jagung dan gandum. Bahan bakar ini dapat dicampur dengan bensin untuk
meningkatkan kadar oktan dan kualitas emisi. Namun, ethanol memiliki dampak
negatif terhadap harga pangan dan ketersediaan.
4.4.9. Energi Gas Alam
Gas alam sudah banyak digunakan di berbagai negara yang biasanya untuk
bidang yang cukup besar seperti properti dan bisnis. Jika digunakan untuk
kendaraan, polusi yang dikeluarkan akan lebih ramah lingkungan dibandingkan
dengan minyak. Akan tetapi, efek rumah kaca yang dihasilkannya 21 kali lebih
buruk, karena metana yang dihasilkan energi gas alam tersebut.
4.4.10. Energi Propana
Propana atau yang biasa dikenal dengan LPG merupakan produk dari
pengolahan gas alam dan minyak mentah. Sumber tenaga ini sudah banyak
digunakan sebagai bahan bakar. Propana menghasilkan polusi lebih sedikit
dibandingkan bensin, namun penciptaan metananya lebih buruk 21 kali lipat yang
dapat menyebabkan meningkatnya efekrumah kaca.
4.4.11. Energi Biodiesel
Biodiesel merupakan energi yang berasal dari tumbuhan atau lemak
binatang. Biodesel yang murni atau campuran dapat digunakansebagai energi
untuk menggerakan kendaraan. Biodiesel mampu mengurangi polusi yang ada,
akan tetapi terbatasnya produk dan infrastruktur menjadi masalah pada sumber
energi ini.
4.4.12. Energi Methanol
Methanol yang juga dikenal sebagai alkohol kayu dapat menjadi energi
alternatif pada kendaraan. Methanol dapat menjadi energi alternatif yang penting
di masa depan karena hidrogen yang dihasilkan dapat menjadi energi juga.
Namun, sayangnya sekarang ini produsen kendaraan tidak lagi menggunakan
methanol sebagai bahan bakar.

71
4.4.13. P-Series
P-series merupakan gabungan dari ethanol, gas alam, dan
metyhltetrahydrofuran (MeTHF). P-series sangat efektif dan efisien karena oktan
yang terkandung cukup tinggi. Penggunaannya pun sangat mudah jika ingin
dicampurkan tanpa ada proses dengan teknologi lain. Akan tetapi, hingga
sekarang belum ada produsen kendaraan yang menciptakan kendaraan dengan
bahan bakar fleksibel ini.
4.4.14. Energi Piezoelektrik
Piezoelektrik merupakan sistem yang dapat mengubah gaya mekanik,
khususnya gaya tekanan menjadi energi listrik. Piezoelektrik ini biasanya
digunakan untuk menghasilkan listrik di tempat-tempat umum seperti contohnya
stasiun kereta di Jepang dan Disco House di London. Jadi piezoelektrik ini
menggunakan gaya tekanan yang dihasilkan oleh manusia itu sendiri yang dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di area tersebut. Namun sayangnya
penggunaan energi piezoelektrik belum sepenuhnya diterapkan di dunia.
4.4.15. Energi Pasang Surut
Dua kali sehari, air pasang naik dan turun menggerakkan volume air yang
sangat banyak saat tingkat air laut naik dan turun di sepanjang garis pantai. Energi
air pasang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik seperti halnya listrik
tenaga air tetapi dalam skala yang lebih besar. Pada saat air pasang, air bisa
ditahan di belakang bendungan. Ketika surut, maka tercipta perbedaan ketinggian
air antara air pasang yang ditahan di bendungan dan air laut, dan air laut di
belakang bendungan bisa mengalir melalui turbin yang berputar, untuk
menghasilkan listrik. Memang tidak mudah membangun penahan air pasang ini,
karena pantai harus terbentuk secara alami dalam bentuk kuala, dan hanya 20
lokasi di seluruh dunia yang telah diidentifikasi sebagai tempat yang berpotensi
untuk dimanfaatkan energi pasang surut (Indonesia, 2017; Marit, Nainggolan, et
al., 2021).

72
4.5 Kelebihan Dan Kekurangan Energi Terbarukan
4.5.1 Kelebihan/keunggulan energi terbarukan:
1. Tersedia secara melimpah
2. Lestari tidak akan habis
3. Ramah lingkungan (rendah atau tidak ada limbah dan polusi)
4. Sumber energi bisa dimanfaatkan secara cuma-cuma dengan investasi
teknologi yang sesuai
5. Tidak memerlukan perawatan yang banyak dibandingkan dengan sumber-
sumber energi konvensional dan mengurangi biaya operasi.
6. Membantu mendorong perekonomian dan menciptakan peluang kerja
7. 'Mandiri' energi, tidak perlu mengimpor bahan bakar fosil dari luar negeri
8. Lebih murah dibandingkan energi konvensional dalam jangka Panjang
9. Bebas dari fluktuasi harga pasar terbuka bahan bakar fosil
10. Beberapa teknologi mudah digunakan di tempat-tempat terpencil
11. Distribusi Energi bisa diproduksi di berbagai tempat, tidak tersentralisasi.
4.5.2 Kekurangan dari energi terbarukan:
1. Biaya awal besar
2. Kehandalan pasokan Sebagian besar energi terbarukan tergantung kepada
kondisi cuaca.
3. Saat ini, energi konvensional menghasilkan lebih banyak volume yang bisa
digunakan dibandingkan dengan energi terbarukan.
4. Energi tambahan yang dihasilkan energi terbarukan harus disimpan, karena
infrastruktur belum lengkap agar bisa dengan segera menggunakan energi yang
belum terpakai, dijadikan cadangan di negara-negara lain dalam bentuk akses
terhadap jaringan listrik.
5. Kurangnya tradisi/pengalaman Energi terbarukan merupakan teknologi yang
masih berkembang
6. Masing-masing energi terbarukan memiliki kekurangan teknis dan sosialnya
sendiri (Purba et al., 2021; Wirapraja et al., 2021).
Pengelolaan sumberdaya alam yang pulih pada umumnya didasarkan pada
konsep hasil maksimum yang mantap. Ini barangkali merupakan tujuan

73
pengelolaan sumberdaya alam yang paling sederhana yang memperhitungkan
fakta bahwa persediaan sumberdaya biologis jangan dimanfaatkan terlalu
berat,sebab bila demikian akan menyebabkan hilangnya produktivitas sumberdaya
alam tersebut.
Bagi pemilik perorangan terhadap sumberdaya alam pulih akan berusaha
mendapatkan keuntungan yang maksimal dengan menyamakan harga barang
sumberdaya alam itu dengan biaya pengambilannya ditambah dengan besarnya
royalty seperti halnya dalam sumberdaya alam tak pulih. Biaya pengambilan
sumberdaya alam itu sendiri merupakan fungsi dari banyaknya produksi barang
sumberdaya alam dan besarnya persediaan atau populasi sumberdaya alam.

Dalam hal sumberdaya alam pulih, persediaan sumberdaya alam itu dapat
berkembang secara alamiah sehingga hal ini akan menambah royalty dan dapat
dianggap sebagai deviden karena menyimpan satu satuan sumberdaya alam
sebagai persediaan. Pola perkembangan pengambilan sumberdaya alam itu tetap
mendekati keadaan yang mantap (steady state) dengan catatan tidak ada
perubahan dalam persediaan dan royalty.

4.6 Masalah Pemilikan Bersama (Common Property Problem)

Pengelolaan sumberdaya alam yang pulih dapat dinyatakan bahwa


produsen selalu berusaha mengambil barang sumberdaya alam untuk
memaksimumkan keuntungan mereka yaitu menyamakan harga dengan biaya
pengambilan ditambah royalty. Biaya pengambilan barang sumberdaya alam juga
dipengaruhi oleh banyaknya produksi barang sumberdaya alam dan besarnya
persediaan atau populasi sumberdaya alam tersebut. Besarnya persediaan atau
populasi berkembang secara alamiah sehingga untuk sumberdaya alam jenis ini
akan tercipta baik keuntungan kapital maupun deviden karena menunda
pengambilan barang sumberdaya.

Dibawah pemilikan pribadi, pengambilan sumberdaya alam akan optimum


apabila biaya marjinal sama dengan penerimaan marjinal. Pada berbagai jumlah
persediaan akan diperoleh tingkat pengambilan optimum tertentu sehingga akan

74
diperoleh lokasi penangkapan. Perusahaan tidak akan menunda pengambilan
sumberdaya alam umum

4.7 Kesesakan Sebagai Kasus Pengelolaan Sumberdaya Milik Umum

Kesesakan (congestion) dapat dipandang sebagai saling terganggunya


setiap individu yang sama-sama menggunakan fasilitas publik (umum). Saling
mengganggu ini dapat dalam bentuk fisik seperti halnya kendaraan-kendaraan di
jalan raya, kapal-kapal di pelabuhan dan sebagainya di mana masing-masing
mempunyai fungsi produksi yang saling bergantung satu sama lain.

Fasilitas publik yang digunakan biasanya disediakan oleh pemerintah


walaupun tidak selalu demikian. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa
kapasitas dari fasilitas publik itu tidak dapat ditambah begitu saja dalam jangka
pendek sebagai respon terhadap perubahan permintaan.

Biaya bagi suatu kesesakan dapat dilukiskan sebagai suatu penurunan


dalam hal kesediaan untuk membayar bagi penggunaan fasilitas publik apabila
dampak negatif itu mempengaruhi fungsi guna konsumen.

4.8 Polusi atau Pencemaran Sebagai Kasus Masalah Pengelolaan

Sumberdaya Milik Umum Lingkungan, udara dan air yang luas (lautan
dan danau) serta pemandangan merupakan sumberdaya alam milik umum yang
sering dipakai sebagai tempat membuang limbah. Namun penggunaan lingkungan
ini telah dibatasi dengan aturan-aturan yang resmi dari pemerintah.

Dalam hal kesesakan, konflik terjadi antar para pemakai fasilitas publik.
Dalam hal ini informasi mengenai dampak dari keputusan mereka merupakan
umpan balik bagi para pemakai fasilitas itu melalui pasar. Umpan balik ini
cenderung membatasi penggunaan yang berlebihan sampai pada suatu titik
dimana manfaat tidak timbul lagi bagi masyarakat. Dalam hal pencemaran maka
akan timbul suatu kerugian sosial bersih dari penggunaan sumberdaya alam itu.

75
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, H. (2021). Von https://oretzz.com/gokil-dusun-di-mojokerto-ini-
jadipercontohan-negara-di-asean/: Online. Diakses tangga 24 Februari
2021 abgerufen
Adishakti, L. T. (2016) Pengantar pelestarian pusaka. Yogyakrta.
Ahmad, A., Sreedhar Reddy, S. and Rumana, G. (2019) ‘Model for bioavailability
and metal reduction from soil amended with petroleum wastewater by rye-
grass L’, International Journal of Phytoremediation. Taylor & Francis,
21(5), pp. 471–478. doi: 10.1080/15226514.2018.1537243.
Ahmad, Y. (2021) Apemindo : SDA sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi,
merdeka.com.
Ahmed, S.U., Gotoh, K., (2006). Cost-Benefit Analysis of Environmental Goods
by Applying the Contingent Valuation method. Springer, Tokyo, Japan.
Akib, M. (2014). Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Alam, S. (2007) ‘Peranan Sumber daya Hutan dalam Perekonomian dan Dampak
Pemungutan Rente Hutan Terhadap Kelestarian Hutan di Kabupaten
Gowa’, Marina Chimica Acta, 3(2), pp. 59–66.
Alam, S. and Supratman, A. M. (2009) ‘Ekonomi Sumber daya Hutan’. Makassar
(ID): Laboratorium Kebijakan dan Kewirausahaan Kehutanan
Alen, W. S. (1959) Conserving Natural Resources : Principles and Practice in a
Demogracy, New York : McGraw-Hill Book Company, Inc. New York:
Mc Graw-Hill Book Company, Inc.
Ali, Sadia, Sofia Anwar, and Samia Nasreen. (2018). “Renewable and Non-
Renewable Energy and Its Impact on Environmental Quality in South
Asian Countries Renewable and Non-Renewable Energy and Its Impact on
Environmental Quality in South Asian Countries.” Journal of Economic
Studies 13(February):177–94. doi: 10.32368/FJES.20170009.
Alkhasani, F. A., Ramdani, F. and Pinandito, A. (2018) ‘Sistem Inventarisasi dan
Eksplorasi Pertambangan Batu Bara Di Kalimantan Berbasis Mobile

76
Android’, Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer,
2(9), pp. 3433–3439.

77
BAB V
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM TAK PULIH
5.1 Pendahuluan

Sumber daya alam (SDA) adalah semua material atau bahan yang
disediakan oleh alam baik dalam wujud padat, cair dan gas dan memiliki manfaat
terhadap makhluk lainnya terutama manusia. SDA terdiri atas dua kelompok,
yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak bisa
diperbaharui. SDA harus tetap ada untuk menopang dan mendukung kehidupan
manusia. Kebutuhan dan ketergantungan manusia terhadap SDA sifatnya mutlak,
artinya bahwa kehidupan manusia tergantung pada daya dukung material alam.

Tantangan dalam pengelolaan SDA terletak pada tiga aspek yang harus
dipenuhi, yakni ketersediaan yang cukup, berkualitas dan dapat di jangkau. Ketiga
aspek ini sangat penting dan wajib dipenuhi, mengingat bahwa kualitas
lingkungan tempat kita beraktivitas cenderung menurun karena berbagai bentuk
pencemaran, luas yang tetap dan diperparah oleh populasi manusia yang semakin
besar, menyebabkan kebutuhan dan penggunaan SDA semakin tinggi (Purba et
al., 2020; Ahmad, Sreedhar Reddy and Rumana, 2019).

Permasalahan pada kedua jenis SDA ini adalah untuk sumber daya yang
dapat diperbaharui, khususnya bahan kebutuhan sandang, pangan dan papan,
meskipun dapat diperoleh kembali dalam waktu yang cepat dan alami, namun
tidak mencukupi dari aspek jumlah kebutuhan, kualitas dan harga sehingga
memberi peluang untuk terjadinya persaingan dan perebutan yang tidak sehat,
bahkan potensial terjadi hegemoni ekonomi, sosial dan kekuasaan.

Menyiasati hal ini dapat dilakukan dengan intervensi manusia melalui


berbagai teknologi, inovasi dalam penyediaan bahan kebutuhan dasar manusia.
Tidak berbeda pada permasalahan dalam pengelolaan SDA yang tidak dapat
diperbaharui, karena sifatnya yang habis pakai dan tidak dapat diperoleh kembali,
sehingga hal ini dapat memicu terjadinya persaingan yang tidak sehat dalam
masyarakat, bangsa dan antar bangsa (Marzuki et al., 2015; Aziz, 2014).

78
Ketergantungan dan kebutuhan manusia terhadap SDA yang semakin
bervariasi, memberi penetrasi pada pengelolaan, penyediaan dan pemenuhan
kebutuhan tersebut baik SDA yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan.
Manajemen pengelolaan dan penyediaan SDA terbarukan harus dilakukan dengan
baik, karena sifatnya yang tidak lestari, artinya bahwa jika suatu jenis SDA
terbarukan tidak dipelihara dan tidak dikembangkan, maka suatu waktu jenis SDA
terbarukan tersebut dapat punah. Sama untuk SDA tidak terbarukan, dalam
penggunaannya yang tidak bijak, dapat menimbulkan masalah ketersediaan karena
habis di pakai.

Pengelolaan SDA terbarukan dan tidak terbarukan semakin rumit karena


pada sisi eksplorasi, eksploitasi dan pemanfaatannya untuk menyambung
kehidupan manusia tidak jarang menimbulkan masalah dan gangguan terhadap
lingkungan dengan adanya pencemaran baik terhadap tanah, air dan udara yang
merupakan ruang untuk mendapatkan dan memproduksi bahan kebutuhan
manusia berupa SDA terbarukan (Bakar, Masrizal and Gultom, 2020).

5.2 Energi Konvensional (Tidak Pulih)

Energi konvensional adalah energi yang diambil dari sumber yang hanya
tersedia dalam jumlah terbatas di bumi dan tidak dapat diregenerasi. Sumber-
sumber energi ini akan berakhir cepat atau lambat dan berbahaya bagi lingkungan.
Energi konvensional sering disebut sebagai sumber daya energi tak terbarukan
(non-renewable), berupa energi fosil.

Energi fosil sebagai sumber energi tak terbarukan suatu saat akan habis
karena kecepatan pemakaian lebih cepat dibanding dengan kecepatan
pembentukannya. Sumber energi tak terbarukan menunjukkan bahwa energi ini
tidak dapat diisi atau dibuat kembali oleh alam dalam waktu yang cepat. Dibawah
ini merupakan sumber energi yang tak terbarukan diantaranya (Melina Andriani
Santoso, 2018).

 Minyak Bumi

79
Menurut teori, minyak bumi berasal dari sisa-sisa binatang kecil dan
tumbuhan yang hidup di laut jutaan tahun yang lalu yang mengendap dan
mendapat tekanan dari lempengan bumi sehingga secara alami larut dan berubah
menjadi minyak bumi.
 Batu bara

Batu bara adalah batuan sedimen yang berasal dari material organik, yang
memiliki kandungan utama berupa karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara ini
merupakan hasil akumalasi dan material organik pada suatu lingkungan
pengendapan tertentu.

 Gas bumi

Gas bumi untuk keperluan bahan bakar kompor gas, Pembangkit Listrik
Tenaga Gas (PLTG) serta lainnya.

 Nuklir

Nuklir tergolong dalam sumber energi tak terbarukan karena bahan


bakunya terbatas. Biasanya nuklir dihasilkan dari uranium, yang proses
penambangnnya memerlukan banyak usaha. Selain itu, energi nuklir juga sangat
beresiko bila timbul radiasi dari limbah zat radioaktifnya.

5.3 Teori Pengambilan Sumberdaya Secara Optimal

Dalam pengambilan sumber daya alam tak pulih secara optimal ada dua
syarat yang harus dipenuhi yaitu: harus memperhitungkan biaya alternatif dan
biaya alternatif ini akan selalu meningkat sebesar tingkat bunga yang berlaku.
Variabel yang lebih diperhatikan dalam pengambilan sumber daya alam tak pulih
adalah pola perubahan harga dan produksi daripada royalti. Kenaikan harga
barang sumber daya alam tak pulih jika tidak ada batasnya, maka akan
menyebabkan timbulnya barang substitusi. Jika harga meningkat sedang
permintaan relatif stabil maka jumlah produksinya akan menurun.

Biaya pengambilan sumber daya alam merupakan fungsi terhadap jumlah


maupun besarnya persediaan, sehingga hubungannya dapat positif, negatif atau
netral. Pada persaingan sempurna, seorang pengelola akan memaksimumkan

80
keuntungan dari sumber daya yang dikelolanya. Pada seorang pengelola
monopolis juga akan memaksimumkan keuntungan dengan syarat yang harus
dipenuhi adalah penerimaan marjinal harus sama dengan biaya marjinal ditambah
dengan royalti.

Hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya alam tak
pulih adalah adanya unsur ketidakpastian, ketidakstabilan di pasar, efisiensi, hasil
eksplorasi dan permasalahan dalam distribusi dan ketidakadilan.

Agar pengambilan SDA secara optimal, maka perlu diperhatikan dua


syarat, yaitu: syarat pertama, harus dilihat dulu perbedaan antara SDA yang tak
dapat diperbaharui dan jenis barang lain. Perbedaan itu hanya semata-mata
terletak pada jumlah SDA yang terbatas dan sifatnya yang tidak dapat dihasilkan
kembali dalam waktu yang singkat. Hal ini berarti bahwa pengambilan dan
mengkonsumsi barang SDA saat ini akan berakibat pada tidak tersedianya barang
tersebut dikemudian hari.

Syarat umum yang berlaku pada produksi setiap barang yang berada dalam
pasar persaingan sempurna agar dicapai suatu tingkat yang efisien agar diperoleh
keuntungan maksimum adalah harga barang yang dihasilkan harus sama dengan
biaya produksi marginal. Karena barang SDA memiliki biaya alternatif, maka
syarat itu harus diubah sebagai berikut: efisien optimum akan dicapai apabila
harga barang SDA sama dengan biaya marginal ditambah dengan biaya alternatif.

Syarat kedua, menyangkut dengan tingkah laku dari biaya alternatif atau
royalty sepanjang waktu. Royalty atau biaya alternatif itu harus selalu meningkat
sebesar tingkat bunga yang berlaku dari waktu ke waktu, atau dengan kata lain
bila royalty itu dinyatakan pada harga sekarang (present value), maka ia tidak
akan berubah sepanjang waktu.

Dalam teori pengambilan sumberdaya secara optimal terdapat tingkat


harha dan biaya sumber daya alam yaitu:

a) Tingkat Harga Sumber Daya Alam

81
Royalti merupakan perbedaan antara tingkat harga yang dibayar konsumen
dengan biaya produksi. Karena itu harga akan terus meningkat seiring dengan
tingkat bunga.

Dalam simbol dapat ditulis:

Pt = MC + (P0 – MC) (1+ r) t

Dimana P adalah harga barang sumber daya alam, MC merupakan


marginal cost, dan r adalah tingkat bunga.

Namun harga barang sumber daya tidak mungkin naik tanpa batas, karena
akan muncul barang-barang pengganti yang relatif lebih murah. Pada
pengambilan sumber daya alam tambahan manfaat akan mengikuti konsep hukum
tambahan manfaat yang semakin berkurang. Manfaat dari tambahan kegiatan
pengambilan sumberdaya alam akan melebihi atau minimal sama dengan biaya
alternatif. Proyek yang layak dipilih adalah yang mempunyai B/C rasio lebih
besar dari satu, artinya manfaat harus lebih besar dari pada biaya.

Konsep manfaat dan biaya dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yaitu
antara riil dan semu, langsung dan tidak langsung, primer dan sekunder, dan
sebagainya. Untuk mengetahui layak tidaknya suatu proyek maka kita harus
mengenal dan dapat mengukur manfaat dan biaya suatu proyek. Dalam
pelaksanaan suatu proyek aspek yang dianggap sulit adalah menentukan tingkat
diskonto dan umur proyek.

b) Biaya Pengambilan Persediaan Sumber Daya Alam

Biaya pengambilan barang SDA merupakan fungsi dari jumlah produksi


dan besarnya persediaan SDA. Biaya pengambilan dapat mempunyai hubungan
yang positif bahkan dapat pula menunjukkan hubungan yang negatif atau
hubungan netral. Hubungan negatif artinya semakin sedikit SDA yang tinggal
sebagai persediaan, akan semakin tinggi biaya produksi atau biaya pengambilan
SDA itu. Manusia akan bekerja dengan menggunakan sumberdaya alam yang
paling tinggi kualitasnya terlebih dahulu. Biaya pengambilan sumberdaya alam

82
akan semakin mahal karena semakin sulitnya dan semakin sedikitnya sumberdaya
alam yang harus diambil itu.

Biaya pengambilan SDA akan merupkan fungsi dari jumlah barang


sumber daya yang diambil dan numlah persediaan yang ada atau C = c (Yt, Xt).
Atas dasar model ini akan diperoleh laju pertumbuhan nilai royalty sebesar tingkat
bungan r ditambah perubahan biaya karena perubahan persediaan.

Sesungguhnya perubahan biaya produksi karena perubahan persediaan


SDA dapat diartikan sebagai deviden karena menyimpan satu satuan barang SDA
dalam persediaan, sedangkan perubahan royalty karena berubahnya waktu dapat
diartikan sebagai keuntungan kapital (capital gain).

3.4 Ketidakpastian Pengambilan dan Pasar SDA

Dalam keadaan dimana segala sesuatu yang dibutuhkan dapat terpenuhi


dengan mudah pada setiap saat, maka ketidakpastian tidak akan mempunyai
pengaruh apapun terhadap pengambilan SDA. Hal ini disebabkan pengelola SDA
dapat menjamin keamanan dirinya apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Kesulitan yang ada adalah tidak adanya pasar SDA untuk keperluan
berjaga-jaga di masa yang akan datang. Yang dimaksud dengan kesulitan tersebut
adalah pemilik SDA harus menentukan harga-harga harapan di masa mendatang,
kemudian bertindak atas dasar harapannya itu guna membuat keputusan-
keputusan tentang berapa sumberdaya alam itu harus digunakan setiap waktu.
Kemungkinan yang lain adalah ia juga harus menanggung risiko yang tercakup
dalam pengambilan keputusan.

Pada umumnya ketidak pastian itu dicerminkan oleh tingkat bunga yang
lebih tinggi. Sebab semakin tinggi tingkat bunga akan semakin tinggi pula tingkat
harga, dan ini akan menyebabkan akan semakin cepat pula pengambilan SDA.

Ketidakpastian dapat terjadi pada sisi permintaan maupun pada sisi


penawaran sumberdaya alam. Pengaruh perubahan tingkat bunga tidak cukup
menerangkan peningkatan dalam pengambilan sumberdaya alam, apabila

83
bersamaan dengan itu terjadi penemuan baru sebagai hasil eksplorasi sehingga
menambah persediaan sumber daya alam.

Pengaruh ketidakpastian terhadap pengambilan SDA itu akan diperkirakan


dengan tepat bila pengaruhnya terjadi terhadap permintaan SDA. Ketidakpastian
seperti ini mempunyai hubungan yang positif dengan jarak waktu pengambilan
keputusan untuk mengambil SDA itu. Tetapi ketidakpastian dalam permintaan
dapat dihubungkan dengan waktu yang akan menimbulkan pengaruh yang
berbeda. Jika perubahan penerimaan berkaitan dengan jumlah barang SDA yang
diambil, maka kenaikan harga barang tanpa adanya ketidakpastian akan
cenderung menurunkan jumlah barang SDA yang diambil dan dengan sendirinya
penerimaan juga akan menurun.

Ketidakpastian tentang saat terjadinya penggantian penggunaan SDA


dengan SDA pengganti yang harganya lebih murah, akan menimbulkan risiko
hilangnya pasar. Jika pemilik SDA ingin memaksimumkan nilai sekarang dari
SDA yang dimilikinya, maka ini berarti bahwa akan terjadi percepatan
pengambilan sumber daya alam yang dimilikinya (deplisi).

Ketidakpastian di sisi penawaran akan terjadi bila ada ketidakpastian


terhadap hasil usaha eksplorasi. Tetapi pada umumnya pemilik SDA khawatir
terhadap ketidakpastian yang berupa kehabisan SDA yang tidak diketahui
volumenya. Apabila si pemilik tidak berani mengambil risiko, maka ia akan
mengurangi pengambilan SDA untuk digunakan di masa yang akan datang. Dapat
disimpulkan bahwa ketidakpastian tidak selalu mendorong adanya deplisi dan
karenanya tidak selalu mencerminkan adanya tingkat bunga yang lebih tinggi.

Pada hakekatnya nanti cadangan SDA semakin menipis dan akan menjadi
langka, inipun akan menyebabkan naiknya harga. Harga barang SDA merupakan
salah satu indikator yang banyak dipakai untuk menyatakan kelangkaan barang
SDA. Semakin tinggi harga barang SDA menunjukkan tingkat permintaan akan
tinggi, dan pada hakekatnya akan menguras SDA secara maksimal untuk
memenuhi pemintaan tersebut.

84
5.6 Eksplorasi Sumber Daya Alam

Eksplorasi berasal dari kata “to explore” yang berarti “Mencari tahu”;
menyelidiki; meneliti atau merambah. Akan tetapi dalam ilmu kebumian,
terminologi ini berarti lebihkhusus yaitu mencari tahu keberadaan SDA agar dapat
dimanfaatkan ataupun didayagunakan. Beberapa istilah yang umum sering
digunakan diantaranya: Eksplorasi, Propeksi, dan lain-lain, untuk disiplin lain
terminologi ini bisa mempunyai arti yang berbeda,contohnya untuk disiplin
pertambangan prospeksi berarti suatu tahapan eksplorasi

Dengan demikian eksplorasi pada kebumian lebih diartikan sebagai


mempelajari keberadaan SDA untuk dapat dieksplorasikan dan dimanfaatkan.
Mempelajari SDAdilakukan dengan mempelajari: Genesa, Geometri, parameter
yang terkait dengan Genesa, parameter yang mempengaruhi dan digunakan pada
eksploitasi, maupun parameter yangakan digunakan pada penanggulangan
masalah lingkungan.

a) Pengertian eksploirasi menurut para ahli


 Bates dan Jakson (1980)

Eksploirasi adalah rangkaian pencarian mineral berharga yang terbuat


dari bahan bakar fosil yang didalamnya terdiri dari kegiatan penyelidikan di
permukaan bumi.

 Koesoemadinata (2000)

Definisi eksploirasi adalah sebuah kegiatan teknis ilmiah yang dilakukan


untuk mencari tahu suatu area, daerah, keadaan, ruang yang sebelumnya tidak
diketahui keberadaan akan isinya, kandungan atas sumber daya alamnya.

 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi

Eksploirasi adalah bagian daripada adanya kegiatan yang dilakukan untuk


memperoleh mengenai kondisi gegologi dalam upaya menemukan cadangan
minyak dan gas bumi di wilayah yang ada.

85
Secara lebih lanjut, eksplorasi merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan
jumlah persediaan sehingga akan menurunkan biaya pengambilan SDA. Tanpa
ekplorasi persediaan SDA pasti menurun terus karena adanya pengambilan yang
terus menerus. Dengan adanya ekplorasi yang berhasil, volume persediaan dapat
meningkat bila volume penemuan baru lebih tinggi dibandingkan dengan volume
yang dipakai.

Oleh sebab itu, maka pengusaha harus mencari keseimbangan antara biaya
produksi dan biaya ekplorasi. Karena itu besarnya persediaan dipengaruhi oleh
hasil ekplorasi, sehingga ekplorasi itu akhirnya mempengaruhi biaya pengambilan
barang sumber daya.

Perubahan teknologi mempengaruhi persediaan sumberdaya alam karena


mengakibatkan penghematan dalam penggunaan barang SDA dan dapat
diperlakukan sebagai eksplorasi. Ini berarti bahwa pengaruh persediaan terhadap
harga disebabkan oleh dua hal yaitu karena adanya cara baru dalam mengubah
SDA yang lebih rendah kualitasnya menjadi barang yang dapat dimanfaatkan.
Tetapi perubahan teknik tidak meningkatkan jumlah persediaan, walaupun dapat
menurunkan biaya pengambilan sumberdaya. Karena perubahan teknologi
merupakan fungsi waktu, maka biaya produksi juga merupakan fungsi dari waktu
seperti halnya dengan tingkat pengembalian dan jumlah persediaan.

Perubahan teknologi dapat mengurangi biaya produksi, maka dapat berakibat


menekan tingkat kenaikan harga dan bahkan dapat menurunkan harga. Jadi
jelaslah bahwa biaya pengambilan sumberdaya alam di samping dipengaruhi oleh
banyaknya barang sumberdaya alam diambil, juga dipengaruhi oeh banyaknya
stok atau persediaan sumberdaya alam itu. Selanjutnya besarnya persediaan
dipengaruhi oleh hasil eksplorasi, sehingga eksplorasi itu akhirnya mempengaruhi
biaya pengambilan barang sumber daya.

b) Berperilaku bijak dalam mengelola sda tak pulih atau tidak dapat
diperbaharui

86
Sumber daya alam tidak terbarukan perlu dikelola dengan manajemen yang
baik, terutama dalam kegiatan eksplorasi dan pemanfaatannya pada berbagai
bidang kehidupan manusia. SDA tidak terbarukan memiliki keterbatasan dalam
penyediaannya terhadap kebutuhan manusia karena depositnya terbatas,
pemakaian berkesudahan, tidak dapat diperoleh kembali dan juga tidak jarang
menimbulkan dampak negatif terutama bagi lingkungan dan kehidupan manusia.
Secara umum SDA tidak terbarukan dibagi dalam empat kelompok besar, yakni:
minyak bumi, gas alam, mineral dan logam.

Peradaban kehidupan manusia dan keseimbangan lingkungan tidak dapat


dipisahkan dari peran SDA tidak terbarukan, bahkan dengan jenis SDA ini, ada
saja negara, bangsa yang menekan, menindas bahkan memerangi suatu negara dan
bangsa lain dengan berbagai dalih yang pada akhirnya berujung pada naluri
penguasaan SDA tidak terbarukan yang dimiliki oleh suatu kaum, negara dan
bangsa tertentu (Bastian, 2012; Budiana, Mardani and Sunarta, 2011).

Bijak mengelola SDA tidak terbarukan adalah sebuah kebutuhan, bukan


hanya untuk kemaslahatan umat manusia di muka bumi ini sebagai bentuk
pemenuhan kebutuhannya dalam rangka melanjutkan kehidupan masa depan,
tetapi yang terpenting adalah deposit SDA tidak terbarukan ini jumlahnya terbatas
dan juga dampaknya terhadap lingkungan justru dapat berbalik menjadi sebuah
ancaman terhadap kehidupan manusia. Hal ini menuntuk adanya teknologi ramah
lingkungan pada kegiatan eksplorasinya, meskipun hampir semua kegiatan
penambangan SDA, menyebabkan pembukaan lahan yang luas, minimal lahan
untuk lokasi pengolahan SDA tidak terbarukan tersebut (Christanto, 2018).

Berbagai pertimbangan yang dapat dijadikan dasar dalam pengelolaan,


eksplorasi dan eksploitasi SDA tidak terbarukan, di antaranya:

1. Lokasi deposit dan lokasi pengolahan.

Lokasi deposit SDA tak terbarukan yang sering dijumpai adalah pada wilayah
hutan, wilayah perairan laut, atau mungkin pada area yang dekat dengan aktivitas
masyarakat seperti area pemukiman, area pertanian, perkebunan dan lokasi

87
lainnya. Lokasi eksplorasi penting sebagai pertimbangan, karena berkaitan dengan
teknologi yang akan diterapkan, pertimbangan keekonomian jika SDA tidak
terbarukan tersebut diolah.

Lokasi pengolahan SDA tidak terbarukan juga penting karena terkait dengan
dampaknya baik terhadap manusia maupun terhadap alam atau lingkungan.
Lokasi pengolahan di tengah hutan menyebabkan potensi pembukaan lahan ribuan
hektar, sehingga terjadi pembabatan hutan. Hal ini dipastikan menimbulkan
masalah peda kesetimbangan ekologi disekitar lokasi pengolahan. Jika lokasi pada
wilayah laut, berpotensi mengganggu kehidupan ekologi dan ekosistem laut,
belum ketika terjadi insiden kebocoran, ledakan dan insiden lainnya (Drakel,
2010).

2. Kedalaman eksplorasi SDA tidak terbarukan.

Faktor ini juga penting karena berkaitan dengan pemilihan teknologi yang
sesuai dan dapat digunakan dengan memperhatikan berbagai aspek, di antaranya:
tingkat keberhasilan kegiatan eksplorasi, waktu yang dibutuhkan sampai diperoleh
hasil, model distribusi adalah aspek pertimbangan karena berpotensi
menimbulkan masalah sebagai ekses dari kegiatan eksplorasi. Kebocoran atau
semburan gas, minyak bumi, lumpur merupakan ekses dari aktivitas eksplorasi
yang sewaktu-waktu terjadi baik langsung maupun tidak langsung.

Masalah lain dari kegiatan eksplorasi SDA tidak terbarukan adalah bahwa
penambangan tersebut berupa pengangkatan material dari perut bumi, sehingga
meninggalkan ruang kosong pada kedalaman tertentu. Ruang kosong ini dengan
segera diisi oleh material lainnya baik gas, cairan maupun semi padatan yang
potensial membentuk semburan di permukaan, atau area tersebut bisa saja amblas,
longsor dan insiden alam lainnya.

Jika lokasi eksplorasi dan pengolahan SDA tidak terbarukan pada area
permukaan, menyebabkan. Terjadinya pembukaan lahan dan penggusuran tanah
permukaan sebagai penutup deposit, hal ini dipastikan menimbulkan masalah

88
gangguan ekologi di sekitar lokasi penambangan, adanya ketidakseimbangan
siklus kehidupan (Hidayat, 2011).

3. Jenis SDA tidak terbarukan yang dieksplorasi dan dikelola.

Sistem, teknologi dan manajemen pengelolaan yang diterapkan berbeda-beda


untuk penambangan minyak bumi, gas alam, mineral, logam dan bahan radioaktif
atau material nuklir. Jenis SDA tidak terbarukan yang di eksplorasi juga
menimbulkan potensi pencemaran yang berbeda-beda baik terhadap lingkungan
udara, air dan tanah dengan skala bervariasi kecil hingga besar (Istiyanti and
Huda, 2012).

4. Potensi pencemaran limbah untuk pengolahan jenis bahan tambangan tidak


terbaharukan.

Umumnya pencemaran dari semua jenis SDA tidak terbarukan yang dikelola
berupa limbah golongan bahan berbahaya dan beracun (B3). Sifat limbah B3 hasil
dari penambangan SDA tidak terbarukan berupa bahan yang toksik, karsinogenik,
mutagenik dan radioaktif dengan efek bervariasi dan spesifik pada semua jenis
makhluk hidup, terutama manusia (Hendawati, 2018).

5. Jumlah atau volume deposit SDA

Jumlah atau volume deposit SDA tidak terbarukan dapat diperoleh dari
kegiatan penambangan. Aspek ini mengarah pada tingkat keekonomian, atau
membandingkan antara jumlah investasi dengan hasil yang diperoleh atau jumlah
keuntungan.

6. Dampak jangka panjang atas penambangan suatu jenis SDA tidak terbarukan.

Faktor ini diarahkan pada tinjauan aspek pemanfaatan produk pertambangan,


misalnya bahan bakar minyak hasil dari pengolahan minyak bumi yang
menghasilkan berbagai jenis gas, seperti CO2, CO, gas metan, amonia, partikulat
logam berat dan material pemeran lainnya, yang seluruhnya berdampak negatif
terhadap kualitas lingkungan, kesehatan dan kualitas hidup makhluk lainnya
terutama manusia (Mustofa, 2010).

89
Berbagai kondisi di atas, menuntut kita semua umat manusia untuk benar-
benar dan konsisten mengelola SDA tidak terbarukan dengan bijak, terkendali dan
terukur dalam pengelolaan kekayaan ala mini, agar dalam pemanfaatannya
memberi manfaat yang sebesar-besarnya untuk kehidupan dan kesejahteraan
manusia dan tetap ramah baik terhadap lingkungan maupun terhadap makhluk
hidup lainnya.

Disadari atau tidak, hampir setiap eksplorasi dalam pengelolaan SDA tidak
terbarukan memberi efek dan penetrasi terhadap daya dukung SDA terbaharukan.
Hal ini sebagai konsekuensi besar dan di lemah manusia sebagai satu-satunya
pelaku dalam pengelolaan SDA tidak terbarukan untuk sedapat mungkin
meminimalkan ekses negatif terhadap daya dukung SDA terbaharukan. SDA
terbaharukan menyentuh langsung pada kehidupan manusia, dibutuhkan setiap
saat, cepat dan jumlah massal (Rieshapsari et al., 2020)

5.7 Prinsip Pengelolaan SDA tidak terbarukan (Tak Pulih atau Tidak Dapat
Diperbaharui)

Prinsip pengelolaan SDA tidak terbarukan pada dasarnya sama dengan


pengelolaan SDA terbarukan, yaitu dikelola secara terkendali, komprehensif,
terukur dan terstruktur, sehingga dalam pemanfaatannya dapat dinikmati kontinyu
dan terus menerus dari generasi ke generasi dan tetap mempertahankan aspek
keselamatan dan kelestarian lingkungan serta keseimbangan ekologi.

Prinsip pengelolaan SDA baik terbarukan maupun yang tidak terbaharukan


jelas dan sudah diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 (3)
menyebutkan bahwa bumi, air dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat. Berdasarkan dengan konstitusi khususnya yang berlaku di
negara kita Indonesia sangat jelas dalam pengelolaan SDA tersebut harus
terencana, terkendali dan terukur semata untuk kepentingan masyarakat (Aziz,
2014).

90
Mencermati penegasan UUD 1945 pasal 33, maka pengelolaan SDA
membutuhkan regulasi-regulasi yang jelas dan diputuskan dengan berbagai
pertimbangan dan kajian dari berbagai aspek. Regulasi pengelolaan SDA dengan
kajian aspek politik, hukum, ekonomi, sosial, dan budaya tidak dapat diabaikan
karena menyangkut kesejahteraan rakyat.

Prinsip-prinsip tersebut membutuhkan berbagai pertimbangan, di antaranya:

1. Pertimbangan hak bagi seluruh rakyat untuk dapat menikmatinya secara


berkeadilan;
2. Pertimbangan keseimbangan ekologi dan kelestarian lingkungan
3. Pertimbangan ekonomi dan kesejahteraan jangka panjang
4. Perlindungan, kesehatan dan keselamatan dalam pengelolaannya, (Bakar,
Masrizal and Gultom, 2020)

Berdasarkan Hal tersebut di atas, maka pengelolaan SDA khususnya yang


tidak dapat diperbaharui harus menerapkan prinsip-prinsip:

1. Pembatasan dan penghematan penggunaan SDA tidak terbarukan,


misalnya melahirkan mobil yang tidak lagi menggunakan bahan bakar
fosil. Bahan bakar mobil dan motor diganti dengan bahan energi matahari
yang dapat diisi ulang
2. Kelestarian sebagai suatu usaha untuk memanfaatkan SDA tidak
terbarukan dalam jangka waktu panjang
3. Mencari alternatif penggunaan bahan bakar non fosil untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia, seperti energi pasang-surut, energi angin, energi
matahari, energi gelombang, energi biomassa dan lainnya;
4. Menghasilkan teknologi dan inovasi baru dalam menghasilkan produk
barang dan jasa untuk pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak
dioperasikan dengan bahan bakar minyak, atau penggunaan mineral
lainnya, misalnya memproduksi kendaraan angkutan massal baik manusia
maupun distribusi logistic (kapal, kereta api dan jenis angkutan lainnya)
5. Penggunaan SDA tidak terbarukan dengan selektif sesuai dengan
kebutuhan

91
6. Pembentukan perilaku yang berorientasi pada bijak dan hemat dalam
menggunakan energi dengan selektif, misalnya mematikan lampu yang
tidak terpakai karena ruang sudah terlalu terang, berada di waktu siang
yang penyinaran matahari cukup, kendaraan yang tidak beroperasi
dimatikan mesin, hemat dalam penggunaan pendingin ruangan dan
berbagai perilaku lainnya dalam rangka bijak dan hemat dalam
penggunaan SDA khususnya yang tidak terbarukan (Bastian, 2012).

Beberapa kebijakan dalam pengelolaan SDA yang tidak terbarukan, perlu


memperhatikan dan mengintegrasikan prinsip, seperti:

 SDA tidak terbarukan dimanfaatkan semata untuk tujuan kemakmuran dan


kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi,
 SDA tidak terbarukan dialokasikan dan dan dimanfaatkan secara adil dan
demokratis dari generasi ke generasi,
 pengelolaan SDA tidak terbarukan harus mampu menciptakan kohesivitas
antara masyarakat di berbagai lapisan dan strata sosial,
 pengelolaan SDA tidak terbarukan dilakukan dengan pendekatan sistem
(ekosistem) untuk menghindari terjadinya praktek pengelolaan parsial, ego
sektoral dan ego daerah,
 kebijakan pengelolaan SDA tidak terbarukan mengikuti aspek spesifik dan
mengadaptasi kondisi masyarakat lokal.

Berdasarkan kebijakan pengelolaan SDA khususnya yang tidak terbarukan


senantiasa mengacu pada kepentingan keberlanjutan fungsi SDA dan tidak
sentralistik tetapi desentralisasi, bukan pendekatan sektoral, tetapi holistic dan
memberi ruang untuk partisipasi publik (Budiana, Mardani and Sunarta, 2011).

5.8 Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak Bumi

Minyak bumi pernah mendapat predikat “emas hitam”, namun kini kilauan
minyak bumi memudar seiring dengan penurunan harga tajam yang terjadi sejak
hampir 10 tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa minyak bumi telah
melewati masa keemasannya. Dalam ensiklopedia Britania tertulis bahwa minyak

92
bumi mulai dikaji sejak 5000 tahun SM yang dimotori oleh bangsa Sumeria,
Asiria dan Babilonia Kuno. Saat itu, eksplorasi dilakukan dengan mengambil
minyak bumi yang muncul dipermukaan. Rembesan minyak bumi yang muncul
dipermukaan diakibatkan oleh tekanan dari bawah permukaan bumi, yang memicu
minyak bumi bergerak ke atas untuk mencari titik kesetimbangan baru. Pada
awalnya, disaat itu minyak bumi hanya dijadikan sebagai obat dan juga ada
kelompok masyarakat yang menggunakan untuk membasmi kutu. Pengeboran
dalam rangka eksplorasi minyak bumi pertama kali dilakukan pada 1895 yang
dipelopori oleh Edwin L. Drake, dan akhirnya eksplorasi minyak bumi mulai
digaungkan secara modern (Rieshapsari et al., 2020; Purwatiningsih and Masykur,
2012).

Pengeboran pertama kali dilakukan di Indonesia sekitar 1884, oleh Aeilko


Jans Zijlker yang secara kebetulan berada di Indonesia memperkenalkan
pengeboran yang dilakukan di wilayah Langkat. Hasil pengeboran di Langkat
setelah dilakukan selama 2 tahun di luar dari ekspektasi yang diharapkan dan
karena adanya semburan gas bercampur air yang cukup kuat, sementara teknologi
pengeboran saat itu belum memadai, sehingga kegiatan pengeboran dihentikan
(Marzuki et al., 2017; Alkhasani, Ramdani and Pinandito, 2018).

Pencarian dan eksplorasi minyak bumi merupakan kajian panjang yang


melibatkan berbagai bidang ilmu dan kajian kebumian serta ilmu eksak,
sedangkan kajian dasar dilakukan oleh para geologis atau mereka yang mendalami
ilmu kebumian. Minyak bumi merupakan cairan kental, berwarna coklat gelap,
dan sebagian kehijauan dengan sifat mudah terbakar. Minyak bumi adalah
campuran kompleks berbagai hidrokarbon. Minyak bumi disusun dari komponen
karbon dengan ratusan rantai panjang yang sebagian besar tersusun atas ± 85%
karbon (C) dan ± 13 – 15 % hidrogen (H), serta sisanya adalah komponen dalam
jumlah sangat kecil, seperti oksigen (O), sulfur (S) atau nitrogen (N) (Marzuki et
al., 2020; Nuha, 2020).

Pendapat para geologis tentang minyak bumi, menyimpulkan bahwa minyak


bumi terbentuk dari organisme, tumbuhan, dan hewan yang mengalami proses

93
rumit terdekomposisi selama jutaan tahun. Ilustrasi proses dekomposisi terjadi
minyak bumi, misalnya ikan-ikan kecil yang ada di lautan purba mengalami
kematian massal, kemudian ditimbun oleh pasir dan lumpur, membentuk lapisan
kaya zat organik dan akhirnya membentuk lapisan tebal, memadat sebagai
endapan (sedimentary rock). Proses pembentukan lapisan berulang dan saling
bertindihan, sehingga membentuk lapisan-lapisan. Dalam jutaan tahun berikutnya
mengalami pergeseran (Purwatiningsih and Masykur, 2012).

Kualitas minyak bumi ditentukan oleh komposisinya atau unsur-unsur


penyusunnya, umum deposit dan juga kedalaman deposit tersebut terdekomposisi.
Minyak bumi menurut umur dan kedalaman deposit dibedakan atas tiga bagian,
yakni: (1) Young-shallow, adalah jenis minyak bumi yang bersifat masam,
mengandung banyak bahan aromatik, lebih kental dan kandungan sulfur tinggi,
(2) Old-shallow, adalah jenis minyak bumi kurang kental dibandingkan Young-
shallow, memiliki titik didih lebih rendah dan kandungan parafin dengan rantai
lebih pendek, (3) Old-deep, jenis minyak bumi yang mengalami proses yang
sangat lama, titik didih lebih rendah, viskositasnya paling encer, kandungan sulfur
dapat terurai menjadi H2S dan dapat lepas dengan lebih bebas. Jenis minyak bumi
Old-deep merupakan minyak bumi yang paling banyak dicari karena dalam
pengolahannya dapat menghasilkan bensin (gasoline) dengan kadar lebih besar
(Mustofa, 2010).

Berdasarkan kajian geologis, Ciri suatu daerah atau area yang mengandung
minyak bumi, apabila memiliki dan memenuhi kondisi atau telah menempuh
tahapan, yakni:

a. Batuan sumber sebagai batuan utama pembentuk hidrokarbon berupa bantuan


serpihan yang terbentuk dari cangkang-cangkang fosil yang di bantuan,
b. Memiliki tekanan dan temperatur tinggi agar dapat mengubah ikatan kimia
karbon yang ada di batuan menjadi rantai hidrokarbon,
c. Terbentuk migrasi hidrokarbon yang terbentuk pada tahap sebelumnya ke
tempat yang menyebabkan hidrokarbon tersebut memiliki nilai ekonomis dan

94
layak diproduksi. Pada kondisi tersebut deposit hidrokarbon tidak dapat
mengalir lagi sehingga terbentuk akumulasi,
d. Reservoar, adalah suatu area berupa batuan yang membentuk wadah dari
deposit hidrokarbon tadi terakumulasi dari proses migrasi. Reservoir ini
umumnya berupa batu pasir dan batuan karbonat. Pada daerah inilah minyak
bumi ini dapat diproduksi atau di eksploitasi,
b. Perangkap (Trap), adalah bantuan pelindung lapisan reservoir, sehingga
deposit minyak bumi tidak dapat lagi mengalir ke manamana (Purwatiningsih
and Masykur, 2012).

Kajian geofisika juga dilakukan untuk mengidentifikasi potensi deposit


minyak bumi atau kandung hidrokarbon pada suatu wilayah. Kajian geofisika
merupakan satu tahapan yang dilakukan sebagai kelanjutan hasil kajian geologis.
Pada tahapan kajian geofisika digunakan tahapan-tahapan tertentu untuk
mendapatkan data yang lebih akurat bertujuan mempertajam data hasil kajian
geologis.

Pada kajian geofisika dihasilkan data yang memberi informasi tentang


keberadaan hidrokarbon serta potensi untuk melakukan eksploitasi, karena data
hasil kajian geofisika memberikan cerminan kondisi serta sifat batuan di dalam
bumi. Data ini dapat diinterpretasi apakah batuan tersebut mempunyai sifat
sebagai batuan sumber, reservoir atau batuan perangkap ataupun hanya batuan
yang tidak penting dalam kaitannya dengan hidrokarbon.

Kajian geofisika menggunakan metode aplikasi engineering dengan tahapan:

a. Eksplorasi seismik adalah pengkajian yang dilakukan sebelum pengeboran


untuk mendapatkan data tentang gambaran lapisan batuan dalam bumi
b. Data resistivitas yang memegang pada prinsip bahwa jika ditemukan
batuan berpori pada dasarnya berpotensi untuk berperilaku seperti fluida
cair yang mempunyai nilai resistansi lebih rendah dibandingkan dengan
minyak dan juga nilai resistansi minyak yang lebih rendah dibandingkan
dengan gas berdasarkan data porositas dan berat jenis.

95
c. Data berat jenis batuan ditentukan menggunakan alat logging dan
menggunakan bahan radioaktif yang memancarkan sinar Gamma dengan
fungsi Г. Pantulan sinar tersebut menggambarkan berat jenis batuan. Berat
jenis ini dapat membedakan apabila batuan berpori tadi berisi air atau
berisi hidrokarbon.
d. Proses pengambilan minyak bumi dengan melakukan tahapan
pengembangan reservoir dengan membangun sumur (wellconstruction)
dengan tahapan pemboran (drilling), pemasangan tubular sumur (casing)
dan penyemenan (cementing) hingga tahap terakhir adalah completion
untuk memastikan sumur siap dioperasikan. Sumur pengeboran umumnya
terdiri atas tiga macam yakni sumur eksplorasi, sumur konfirmasi dan
sumur pengembangan (Development well) (Hatika, 2017).

5.9 Deposit Mineral dan Logam

Mineral merupakan padatan kimia berupa senyawa homogen non organik


yang memiliki bentuk dan tekstur berupa kristal dan terbentuk secara alami atau
merupakan material alami yang tidak terbarukan. Mineral termasuk komposisi
berupa unsur murni terkombinasi dengan garam sederhana sampai bentuk silikat
kompleks. Klasifikasi mineral dapat dilakukan apabila sebagai mineral sejati
apabila mineral tersebut berupa padatan dan memiliki struktur kristal dengan
komposisi kimia tertentu yang terbentuk dari hasil geologi. Klasifikasi mineral
modern telah mencantumkan dan memasukkan mineral yang berasal dari turunan
senyawa organik (Sari et al., 2017).

Genesis suatu mineral dibedakan atas dua bagian, yakni: pertama, kajian
mineral yang dihasilkan berdasarkan proses internal material, meliputi kristalisasi
magmatic, segregasi magmatic, hidrotermal, sekresi lateral dan mineral hasil
metamorfik. kedua, mineral yang berasal dari proses permukaan yang meliputi:
akumulasi mekanik, proses-proses residual, presipitasi sedimen, sekunder atau
supergen dan semburan vulkanik (Rieshapsari et al., 2020).

Kebutuhan bahan mineral menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun,


disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya populasi manusia yang semakin

96
bertambah, gaya hidup manusia yang berorientasi pada model modern dan tren
penampilan yang semakin modis dengan berbagai pernak-pernik perhiasan,
perkembangan teknologi yang semakin maju mengakibatkan penggunaan bahan
mineral semakin meningkat pula dan adanya upaya mengarahkan kehidupan masa
depan untuk tidak banyak tergantung pada fosil dan bahan bakar minyak yang
dialihkan pada model dan pola hidup pada penggunaan mineral (Purwatiningsih
and Masykur, 2012).

Usaha pertambangan mineral di Indonesia mengalami pasang surut di era


1970-an hingga 1997. Usaha pertambangan di Indonesia mengalami masa
kejayaan sebelum krisis ekonomi melanda tahun 1998. Saat ini usaha
pertambangan Indonesia mengalami masa stagnasi, bahkan cenderung menurun
dari tahun ke tahun. Produksi logam mulia Indonesia, khususnya emas tahun 2001
mencapai 140 ton menurun menjadi 75 ton di tahun 2015, demikian pula produksi
tembaga dari 1,1 juta ton tahun 2002 menjadi 400 ribu ton tahun 2015. Keadaan
ini disebabkan berbagai hal yang membelit, mulai dari masalah teknis maupun
non teknis (Nur Alim, 2017).

Faktor teknis yang berpengaruh paling besar adalah: (1) target eksplorasi
makin dalam berada di batuan dalam atau batuan penutup karena daerahdaerah
eksplorasi semakin sempit, (2) ada pergeseran daerah eksplorasi dari green field
ke brow field karena keterbatasan wilayah eksplorasi, sehingga tingkat kesulitan
semakin tinggi, (3) investasi pencarian deposit mineral oleh perusahaan
pertambangan semakin minim akibat potensi rasio sukses temuan baru semakin
kecil, (4) target unconventional resource belum dikembangkan dengan baik dan
perlu didorong dengan berbagai metode dan pendekatan. Faktor non teknis
pengembangan pertambangan mineral Indonesia umumnya sulit dilakukan karena
faktor perizinan yang berbelit, seringkali bidang pertambangan dikaitkan dengan
masalah politik bukan pada pendekatan profesional termasuk apabila ada
pergantian pemerintahan cenderung menyebabkan rentan terjadi perubahan
kebijakan di bidang pertambangan mineral dan berbagai masalah lainnya (Sari et
al., 2017).

97
Tinjauan aspek geologi pertambangan Indonesia masih sangat terbuka. Posisi
Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat tektonik tinggi sebagai salah
satu sebab terbentuknya berbagai tipe deposit mineral. Berbagai tipe lapisan
batuan di Indonesia cukup potensial dalam menemukan beberapa jenis mineral.
Lapisan batuan tipe porfiri dan epitermal sepanjang busur magmatik di beberapa
wilayah Indonesia potensial untuk komoditi emas, tembaga dan perak, juga tipe
laterit di zona pelapukan batuan ofiolit yang juga terdapat di beberapa wilayah
Indonesia untuk komoditi nikel, kobalt dan krom, hingga potensi deposit-deposit
batuan “dalam” atau lapisan batuan “tertutup batuan muda” (deeper target and
target under cover). Tipe sumber daya unconventional belum banyak
diidentifikasi dan digarap, padahal tipe lapisan batuan ini, juga terdapat di
beberapa tempat di Indonesia seperti halnya orogenic gold, sulfida nikel,
sedimentary hosted base metals, beberapa logam golongan tanah jarang, dan lain-
lain. Tipe-tipe lapisan batuan ini merupakan target pengembangan usaha
pertambangan yang masih terbuka luas dan kesempatan untuk dilakukan
dieksplorasi (Rieshapsari et al., 2020).

Berbagai kekayaan mineral Indonesia baik yang sudah diidentifikasi sebagai


daerah prospek untuk usaha pertambangan maupun potensi yang belum
tereksplorasi dengan baik, merupakan potensi sumber daya alam tidak terbarukan
yang dapat menjadi sumber pendapatan negara. Beberapa mineral tertentu spesifik
memiliki potensi menjadi pendorong pengembangan energi alternatif yang sangat
dibutuhkan saat ini, agar ketergantungan pada bahan bakar fosil dan minyak bumi
dapat dikurangi. Pemerintah diharapkan mengelola sumber daya tersebut agar
memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.

Dorongan kepada Stakeholders untuk melakukan eksplorasi hendaknya


diperkuat dengan adanya regulasi yang dapat memberi peluang pengembangan
sumber daya mineral dan kebumian dapat menjadi modal strategis dalam
membangun ketahanan dan kedaulatan ekonomi negara (Sari et al., 2017).

Pentingnya pengelolaan sumber daya alam khususnya mineral sebagai


sumber daya tidak terbarukan hendaknya dapat dimanfaatkan yang berorientasi

98
pada kemampuan dan kekuatan nasional, sehingga benar-benar memberi manfaat
untuk kesejahteraan rakyat. Beberapa hal yang perlu diintegrasikan dalam
pengembangan usaha pertambangan mineral kita dalam pengelolaan minerba
nasional harus dilaksanakan, dengan melakukan upaya: pertama,
menginventarisasi sumber daya mineral secara komprehensif. kedua, beberapa
pemilik otoritas sumber data hendaknya dilibatkan baik oleh pemerintah seperti
Badan Geologi, Ditjen Minerba, Lembaga Penelitian LIPI dan lembaga penelitian
pada tingkat perguruan tinggi perlu dilibatkan dan diberi peran yang jelas
termasuk jika perlu dibuat regulasi yang mengatur lembaga-lembaga sumber
otoritas data mineral di Indonesia. Sektor swasta juga dapat diberi peran seperti
perusahaan eksplorasi dan tambang. Inventori tersebut harus dilakukan sesuai
dengan kaidah ilmiah dan kode-kode pelaporan yang berlaku khususnya kaida
SNI (Purwatiningsih and Masykur, 2012).

Neraca sumber daya mineral dengan pertumbuhan tetap positif, eksplorasi


harus didorong agar tetap berjalan dan dijaga kesinambungannya. Implementasi
eksplorasi adalah masa depan dengan tujuan eksplorasi yang paling esensial
sebagai inventori, harus selalu digalakkan sehingga negara dapat mengatur
strategi pemanfaatannya di masa depan. Hasil eksplorasi berupa temuan baru
maupun data-data teknis kebumian memiliki banyak manfaat untuk menyusun
inventaris kekayaan negara dan strategi pemanfaatannya. Inventori ini juga
penting untuk melakukan pengusahaan atau produksi dalam rangka menaikkan
pendapatan negara, upaya penciptaan lapangan kerja dan pengembangan energi
alternatif (Handoko et al., 2013).

Logam asli merupakan logam yang dapat diakses oleh manusia prasejarah,
karena proses ekstraksi logam dari bijih, peleburan, diduga telah ditemukan pada
sekitar 6500 SM. Namun, pada masa itu hanya dapat ditemukan dalam jumlah
yang relatif kecil, sehingga sulit digunakan secara luas. Tembaga dan besi yang
dikenal baik sebelum zaman tembaga dan zaman besi, namun tidak memiliki
dampak besar pada manusia sampai dimasukin teknologi yang dapat meleburkan

99
logam dari bijihnya, sehingga dapat diproduksi secara massal (Marzuki et al.,
2019).

Logam merupakan bagian dari potensial untuk usaha pertambangan. Logam


dapat dijumpai sebagai deposit asli dalam bentuk logam tunggal atau dalam
campuran logam seperti aluminium, kromium, antimon, arsen, kobalt, bismuth,
cadmium, indium, molibdenum, besi, mangan, nikel, tantalum, renium, selenium,
telurium, titanium timah, tungsten, vanadium, dan seng, serta kelompok logam
emas, dan golongan platina. Golongan emas terdiri atas emas (Au), tembaga (Cu),
timbal (Pb), aluminium (Al), raksa (Hg), dan perak (Ag), sedangkan golongan
platina terdiri atas platina, iridium, osmium, paladium, rodium, dan ruthenium.
Terdapat logam paduan dijumpai pada kondisi asli misalnya kuningan, perunggu,
puter, perak jerman, elektrum, osmiridium, emas putih, serta amalgam campuran
perak-raksa dan campuran emas-raksa (Marzuki et al., 2014).

Sepanjang waktu dalam skala geologi, tidak banyak logam dapat menahan
proses pelapukan alami akibat reaksi oksidasi, namun terdapat logam yang tidak
mengalami pelapukan alami karena kurang reaktif pada reaksi-reaksi oksidasi.
Logam tersebut seperti emas dan platina yang ditemukan sebagai logam yang
benar-benar asli. Logam lain biasanya terdapat sebagai paduan logam terisolasi
pada proses kimia alami dengan mereduksi senyawa yang umum atau bijih logam,
meninggalkan sifat logam murninya sebagai serpihan kecil atau inklusi. Unsur-
unsur nonlogam yang terjadi dalam keadaan asli mencakup karbon dan belerang.
Silikon dan semi logam lainnya telah dijumpai dalam keadaan asli yang pada
keadaan tertentu yang spesifik dijumpai sebagai inklusi kecil dalam emas (Aziz,
2014).

5.10 Peran Gas Alam dalam Kehidupan

Gas alam merupakan salah satu gas yang dapat dipakai sebagai kehidupan
terutama sebagai pembangkit listrik. Gas alam sebagai energi alternatif pengganti
air maupun angin untuk pembangkit listrik, demikian pula gas alam sebagai bahan
bakar alternatif pengganti bensin dan solar. Gas bumi dan gas alam adalah salah
satu bagian dari sumber daya bumi yang tidak dapat diperbarui.

100
Gas alam sering disebut gas Bumi atau gas rawa sebagai bahan bakar fosil
berwujud gas dengan komponen utama berupa gas metana CH4). Gas alam
umumnya ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga dapat
ditemukan pada lokasi penambangan batu bara. Gas alam terbentuk melalui proses
dekomposisi dalam reaksi pembusukan oleh bakteri anaerobik, seperti bahan
organik selain dari fosil, sehingga gas alam juga dapat disebut biogas. Gas alam
jenis ini dapat ditemukan di rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta
penampungan kotoran manusia dan hewan (Sumartono, 2000).

Komposisi kimia gas alam adalah metana (CH4) yang merupakan molekul
hidrokarbon rantai terpendek dan teringan dengan mencapai 80-95 %, gas etana
(C2H6) dengan kandungan 6-15 %, propana (C3H8) ± 5,78%, butana (C4H10) ±
3,79%, n-Pentana, I- pentana dan heksana dengan kandungan total ± 0,210. Selain
itu gas alam umumnya mengandung sebagian kecil gas hidrogen sulfida (H2S) ±
0,315- 0,310, karbon dioksida (CO2) ± 0,00105 dan paling kecil adalah gas
hidrogen (H2) ± 0,0400. Selain itu terdapat beberapa jenis gas yang mungkin ada
dalam gas alam, namun tidak selalu ada, seperti gas nitrogen, helium, dan
mungkin air (H20), karena komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber
ladang gasnya (Purwatiningsih and Masykur, 2012).

Campuran hidrogen sulfida dan organosulfur merupakan kontaminan atau


pengotor utama dari gas yang harus dipisahkan. Kualitas gas dapat dilihat dari
kandungan sulfurnya. Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan
dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai gas asam.

Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak
berbau, namun sebelum gas tersebut didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya
gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila
terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak
berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan tercekiknya
pernapasan karena dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang
dapat membahayakan (Ismail, 2014).

101
Gas alam berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar. Dalam
pemanfaatannya gas alam umumnya didistribusikan dalam bentuk cair atau gas
tersebut telah mengalami proses pemampatan untuk memaksa gas berubah
menjadi cair biasa disebut gas alam cair, sehingga harus ditempatkan dalam
wadah yang terbuat dari besi untuk menghindari ledakan akibat gas alam cair ini
memiliki tekanan sangat rendah yakni ± 1 atm. Gas alam lebih ringan dari udara,
sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer, sehingga gas alam cair umumnya
berada dalam ruang tertutup, seperti dalam ruang vakum. konsentrasi gas dapat
mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat
menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana
yang berbahaya di udara adalah antara 6% hingga 15% (Christanto, 2018).

Jenis-Jenis Gas Alam terdiri atas:

1. Gas Alam

Gas alam adalah gas yang terkumpul di bawah tanah dengan berbagai
komposisi yang berkaitan dengan komposisi penyusun minyak bumi. Gas alam
merupakan campuran hidrokarbon yang memiliki daya mampat tinggi dan daya
kembang besar karena berat jenis relatif sangat rendah.

2. Cairan Gas Alam (NGL),

Merupakan senyawa hidrokarbon terdapat dalam bentuk akumulasi gas alam


yang dipaksa dalam keadaan cair pada kondisi suhu dan tekanan yang tidak
ekstrim. Propana, butana dan pentana dijumpai di alam dalam bentuk cairan gas
dan dapat diperoleh melalui proses pendinginan, penyulingan atau metode
absorpsi.

3. Petro Gas dicairkan (LPG),

Merupakan jenis gas berupa propana atau gas buatan. LPG merupakan
hidrokarbon berbentuk gas lebih berat dari bentuk jenis gas lainnya, dihasilkan
dari proses pemanfaatan hingga membentuk wujud cair agar dapat ditempatkan
dalam penampungan dengan mudah. Gas jenis ini biasa digunakan peruntukkan

102
industri kecil dan menengah serta pada rumah tangga dengan ciri khas praktis
digunakan sebagai sumber energi panas.

4. Gas alam yang dicairkan (LNG),

Kebanyakan gas metana yang dicairkan. Proses mengubah gas alam menjadi
cair tidak semudah jenis LPG. Gas jenis LNG harus didinginkan pada suhu sangat
rendah atau suhu ekstrim hingga mencapai -162 0C dan tekanan yang sangat
tinggi. Proses berikutnya adalah regasifikasi (pengembalian ke wujud gas), LNG
baru bisa digunakan kembali untuk industri besar karena kemampuan energinya
yang lebih besar. Misalnya pada industri pembangkit listrik dan pekerjaan berat
lainnya (Sumartono, 2000).

Penyimpanan dan transportasi dilakukan khusus, karena mudah meledak


apabila terjadi benturan keras misalnya jika terjadi kecelakaan pada proses
pengangkutan atau pada masa penyimpanan. Metode penyimpanan gas alam
dilakukan dengan penanaman dalam ruang besar dalam tanah (Natural Gas
Underground Storage). Penggunaan gas alam dalam kehidupan sehari-hari
disesuaikan dengan musim. Musim panas, pemakaian gas untuk pemanas relatif
berkurang (low demand). Musim dingin, terjadi kebutuhan dan pemakaian gas
sangat signifikan. Cara distribusi gas umumnya dilakukan melalui jalur distribusi
dalam tanah untuk keamanan dan stabilitas distribusi.

Pada dasarnya sistem transportasi gas alam meliputi:

1. Transportasi melalui pipa saluran baik dalam tanah maupun distribusi pipa
permukaan.
2. Transportasi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) dengan kapal tanker
LNG untuk pengangkutan jarak jauh.
3. Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di daratan
dengan road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut, untuk jarak
dekat dan menengah (antar pulau) (Purwatiningsih and Masykur, 2012).

Pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok yaitu:

103
1. Gas alam sebagai bahan bakar untuk PLTG, bahan bakar industri ringan,
menengah dan berat, dan juga sudah dikembangkan untuk bahan bakar
kendaraan bermotor, sebagai gas kota untuk rumah tangga, hotel, restoran,
ritel dan kebutuhan lainnya
2. Gas alam untuk kebutuhan bahan baku, digunakan antara lain untuk bahan
baku pabrik pupuk, metanol, petrokimia, bahan baku industri plastik baik
plastik jenis low density polyethylene (LLDPE), linear low density
polyethylene (LLDPE), high density polyethylene (HDPE), polyethylene
(PE), jenis poly vinyl chloride (PVC), Sumber CO2 untuk soft drink, dry ice
pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan
pemadam api ringan (Purwatiningsih and Masykur, 2012).
3. Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural
Gas (LNG).

Beberapa manfaat gas alam khususnya pada kehidupan manusia, seperti pada
pemanfaatan untuk: Gas alam digunakan untuk pembangkit listrik, bahan bakar
kendaraan atau bahan bakar alternatif untuk menggantikan bensin dan solar, bahan
baku industri plastik bahan untuk industri pengolahan baja dan industri mesin api,
untuk pembuatan LPG dalam memenuhi kebutuhan memasak, energi alternatif
sebagai energi ekologis alternatif, penggunaan energi hijau, sumber energi
alternatif untuk pemanasan dan pendinginan rumah, pengolahan kertas, bahan
baku Industri pupuk, industri rekayasa hujan, PLTU, bahan baku komoditi yang
disenangi daripada bahan bakar minyak dan batu bara, sumber pendapatan negara,
sumber energi ramah lingkungan, potensi penyerapan dan peluang kerja, sebagai
bahan dalam industri es kering, bahan baku industri produk minuman ringan dan
sebagai objek penelitian (Alkhasani, Ramdani and Pinandito, 2018).

5.11 Batubara dan Kelestarian Bumi

Batu bara adalah jenis batuan sedimen golongan hidrokarbon yang memiliki
berbagai jenis struktur dengan tingkat kandungan kalori rendah hingga tinggi.
Teknologi pengolahan menjadikan batu bara sebagai jenis bahan bakar
hidrokarbon yang terbentuk oleh dekomposisi berbagai jenis tumbuhan dalam

104
lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas bumi serta tekanan tinggi
yang berproses alami dan berlangsung dalam waktu sangat lama.

Secara garis besar, batu bara tersusun atas komponen zat organik, air dan
bahan mineral. Batu bara merupakan salah satu bahan bakar fosil. Pengertian
umum batu bara adalah batuan sedimen baik bertekstur keras, lunak dan bahkan
pecahan berupa bebatuan kerikil yang dapat terbakar, terbentuk dari proses
endapan dekomposisi bahan organik, utamanya sisa tumbuhan melalui proses
fragmentasi vakum alami selama ribuan bahkan jutaan tahun. Unsur-unsur utama
batubara terdiri atas karbon, hidrogen dan oksigen dalam rasio perbandingan
tertentu (Suganal and Hudaya, 2017).

Batu bara dapat digolongkan batuan organik yang memiliki sifat fisika dan
kimia yang kompleks, dapat ditemui dalam berbagai bentuk dan deposit. Melalui
analisis unsur, ditemukan bahwa batu bara membentuk rumus formula empiris
seperti C137H97O9NS untuk jenis bituminus dan C240H90O4NS untuk jenis
antrasit. Berdasarkan rumus kimia yang ditemukan dari hasil analisis, dapat
dikatakan bahwa semakin banyak kandungan karbonnya baik dalam bentuk
jumlah atom karbon maupun dalam bentuk komposisi persen kadar menunjukkan
bahwa batubara tersebut semakin tuah dan kualitasnya semakin baik, terutama
pada nilai kalorinya (Alkhasani, Ramdani and Pinandito, 2018).

Selain itu kualitas batubara juga dipengaruhi oleh kandungan unsur hidrogen.
Jika jumlah unsur hidrogen yang tersusun dalam suatu jenis batu bara semakin
kecil, maka umumnya batubara tersebut berkualitas tinggi, termasuk jika kadar
nitrogennya dalam jumlah kecil. Hal penting lainnya yang menentukan kualitas
batu bara adalah kandungan sulfur.

Jika kadar sulfur rendah pada suatu deposit batubara, maka juga berkaitan
dengan kualitas batubara tersebut, karena kandungan sulfur yang kecil memiliki
risiko pencemaran lingkungan yang rendah demikian dalam pengolahannya juga
tidak serumit jika batu bara mengandung kadar sulfur tinggi. Efeknya adalah
biaya produksi dapat ditekan (Istiyanti and Huda, 2012).

105
Umur dan proses pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi
tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi.
Pembentukan ini terjadi akibat adanya dinamika alam yang terjadi pada masa
lampau yang dikenal dengan zaman karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu.
Masa itu merupakan masa pembentukan batu bara yang paling produktif di mana
hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang memiliki nilai ekonomis
banyak terbentuk dan terjadi kebanyakan di belahan bumi bagian utara. Zaman
Permian, kira-kira 270 juta tahun yang lalu, terbentuk endapan batubara yang
ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus
hingga ke Zaman Tersier 70 – 13 tahun yang lalu dan terjadi di berbagai belahan
(Nur Alim, 2017).

Materi pembentuk batubara sebagian besar berasal dari material tumbuhan.


Jenis tumbuhan yang diketahui unsur pembentuk batubara dan umurnya adalah
sebagai berikut:

 Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal,


namun sangat sedikit deposit endapan batu bara yang terjadi pada periode ini.
 Silofita, terjadi Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan jenis
tumbuhan turunan dari alga, juga deposit endapan batubara pada periode ini
juga sedikit.
 Pteridofita, hingga lapisan karbon atas adalah materi utama pembentuk batu
bara yang banyak terjadi di bagian wilayah Eropa dan Amerika Utara.
Tetumbuhan ini adalah jenis tumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang
biak dengan spora dan umumnya tumbuh di iklim hangat.
 Gymnospermae, terjadi pada kurun waktu Zaman Permian hingga Kapur
Tengah. Gymnospermae merupakan jenis tumbuhan berkelamin ganda
berbeda atau heteroseksual, cici-ciri biji terbungkus dalam buah, semisal
pinus, mengandung kadar getah berupa resin atau sejenisnya. Jenis
Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah contoh
tumbuhan Gymnospermae sebagai penyusun utama batu bara Zaman Permian
yang banyak ditemukan di Australia, India dan Afrika.

106
 Angiospermae, banyak ditemukan pada Zaman Kapur Atas hingga kini.
Angiospermae merupakan jenis tumbuhan modern, buah menutupi biji,
kelamin jantan dan betina menyatu dalam satu bunga, sehingga penyerbukan
atau persarian berjalan sangat efektif dan cepat, ciri lainnya dari tumbuhan ini
adalah kurang bergetah dibanding dengan jenis gymnospermae sehingga,
secara umum tidak dapat bertahan dalam waktu lama (Nur Alim, 2017).

Di Indonesia, deposit endapan batu bara yang memiliki nilai ekonomi


kategori tinggi umumnya terdapat di cekungan Tersier, terletak di bagian barat
Paparan Sunda, termasuk Pulau Sumatra dan Kalimantan. Deposit endapan batu
bara ini pada umumnya merupakan endapan batubara ekonomis, umumnya
dikelompokkan dalam golongan batubara berumur Eosen atau sekitar Tersier
Bawah, dengan masa pembentukan kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen
atau sekitar Tersier Atas, dengan masa pembentukan kira-kira sekitar 20 juta
tahun yang lalu. Perkiraan ini didasarkan pada pada data Skala waktu geologi
(Suganal and Hudaya, 2017).

Batu bara di Indonesia umumnya terbentuk dari endapan gambut pada iklim
Zaman Purba yang berada di sekitar khatulistiwa. Beberapa di antara batu bara
jenis ini tergolong berbentuk kubah gambut yang terbentuk di atas muka air tanah
rata-rata pada lapisan dan iklim basah sepanjang tahun. Kubah gambut ini
terbentuk pada kondisi tersebut mana mineral berupa komponen anorganik yang
terbawa air dapat masuk ke dalam sistem berpori dari tumpukan kubah gambut
dan akhirnya seiring dengan waktu dekomposisi yang terjadi, membentuk lapisan
batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah, menebal secara alamiah. Batu bara
jenis ini banyak ditemukan atau umum dijumpai pada batubara jenis Miosen.

Deposit dan endapan batubara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan
sulfur tinggi. Kedua jenis endapan batubara ini terbentuk umumnya pada
lingkungan lakustrin, pada dataran pantai atau delta yang mirip dengan daerah
pembentukan gambut. Batu bara ini banyak ditemukan di daerah bagian timur
Sumatra dan sebagian besar Pulau Kalimantan (Nur Alim, 2017).

107
5.12 Mineral Radioaktif

Uranium adalah mineral yang memiliki sifat radioaktif, merupakan elemen


paling berat yang ditemukan secara alami di bumi ini. Salah satu mineral
pembawa uranium adalah uraninit (UO2), namun uraninit bukan merupakan satu-
satunya mineral yang mempunyai sifat radioaktif. Beberapa mineral lain seperti
monasit, zirkon, apatit dan xenotim juga mengandung tingkat radiasi tertentu
(Supahar, 1995).

Salah satu cara mengukur radiasi bahan atau material dengan menggunakan
alat yang bernama Scintillometer. Alat ini mengukur intensitas radiasi dengan
mengukur fluktuasi dari indeks refraksi yang terjadi dari udara, akibat adanya
variasi temperatur, kelembaban termasuk tekanan. Bagian dalam scintillometer,
ada beberapa sensor (transmitter) yang berfungsi mengidentifikasi gelombang-
gelombang optik atau radio, yang berundulasi (scintillation) (Hatika, 2017).

Alat yang digunakan untuk mengetahui radioaktivitas dari sebuah singkapan


yang mengandung anomali radiasi adalah Delta-Epsilon-portable scintillometer.
Alat ini digunakan untuk mengetahui unsur adalah dengan mendeteksi dengan
menggunakan portable XRF. Prinsipnya sama seperti analisa XRF, di mana
dengan membawa alat ini, kita dapat mengetahui komposisi dari batuan atau
mineral yang amati (Supahar, 1995)

Pengamatan mineral dengan menggunakan mikroskop polarisasi


(petrografisayatan tipis), sering dijumpai mineral seperti biotit, amfibol dan
apatit,tampak adanya bercak berwarna hitam yang disebut sebagai pleochroic
halo. Hal ini akibat adanya efek radiasi dari inklusi dari mineral yang
mengandung unsur radioaktif, seperti zirkon, apatit, allanit, dan monasit. Sifat ini
sangat bermanfaat untuk mengetahui mineral aksesoris dari pengamatan mineral
dan batuan di sayatan tipis karena umumnya ukuran inklusi sangat kecil
dibandingkan mineral pembentuk batuan (Hatika, 2017).

Banyak orang menganggap uranium sangat berbahaya seperti efek dari bom
atom di Hiroshima dan Nagasaki. Atau kasus ledakan reaktor di Jepang 10 tahun

108
lalu akibat efek dari gempa bumi. Hampir semua orang akhirnya menjadi paranoid
dan menganggap bahwa uranium sangat berbahaya karena radiasinya. Sebenarnya
uranium mempunyai banyak manfaat seperti: pembangkit listrik tenaga nuklir.
Reaksi ini menggunakan prinsip reaksi "fisi" atau "fission", di mana U-238 di
tembak oleh neutron, sehingga akan memancarkan panas yang dikonversi menjadi
energi. Reaksi ini dikontrol sehingga benar-benar diketahui energi yang dihasilkan
dari proses fisi untuk mencegah reaksi berlebih yang berbahaya di reaktor. Hal ini
yang membuat pembangkit energi nuklir tidak menimbulkan polusi, dan memiliki
keterpakaian masa depan sangat tinggi atau renewable di masa datang, namun
beberapa negara justru ketakutan jika teknologi ini dikuasai negara berkembang
seperti kasus Amerika dan Iran (Supahar, 1995).

Metode penambangan uranium antara lain dengan tambang bawah tanah


(block caving), in-situ leaching (novel mining). Kanada dan Australia sudah
menerapkan kedua metode di atas dan mempunyai standar yang ketat, terutama
berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja (Hatika, 2017).

109
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, H. (2021). Von https://oretzz.com/gokil-dusun-di-mojokerto-ini-
jadipercontohan-negara-di-asean/: Online. Diakses tangga 24 Februari
2021 abgerufen
Adishakti, L. T. (2016) Pengantar pelestarian pusaka. Yogyakrta.
Ahmad, A., Sreedhar Reddy, S. and Rumana, G. (2019) ‘Model for bioavailability
and metal reduction from soil amended with petroleum wastewater by rye-
grass L’, International Journal of Phytoremediation. Taylor & Francis,
21(5), pp. 471–478. doi: 10.1080/15226514.2018.1537243.
Ahmad, Y. (2021) Apemindo : SDA sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi,
merdeka.com.
Ahmed, S.U., Gotoh, K., (2006). Cost-Benefit Analysis of Environmental Goods
by Applying the Contingent Valuation method. Springer, Tokyo, Japan.
Akib, M. (2014). Hukum Lingkungan: Perspektif Global dan Nasional. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.
Alam, S. (2007) ‘Peranan Sumber daya Hutan dalam Perekonomian dan Dampak
Pemungutan Rente Hutan Terhadap Kelestarian Hutan di Kabupaten
Gowa’, Marina Chimica Acta, 3(2), pp. 59–66.
Alam, S. and Supratman, A. M. (2009) ‘Ekonomi Sumber daya Hutan’. Makassar
(ID): Laboratorium Kebijakan dan Kewirausahaan Kehutanan
Alen, W. S. (1959) Conserving Natural Resources : Principles and Practice in a
Demogracy, New York : McGraw-Hill Book Company, Inc. New York:
Mc Graw-Hill Book Company, Inc.
Ali, Sadia, Sofia Anwar, and Samia Nasreen. (2018). “Renewable and Non-
Renewable Energy and Its Impact on Environmental Quality in South
Asian Countries Renewable and Non-Renewable Energy and Its Impact on
Environmental Quality in South Asian Countries.” Journal of Economic
Studies 13(February):177–94. doi: 10.32368/FJES.20170009.
Alkhasani, F. A., Ramdani, F. and Pinandito, A. (2018) ‘Sistem Inventarisasi dan
Eksplorasi Pertambangan Batu Bara Di Kalimantan Berbasis Mobile

110
Android’, Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer,
2(9), pp. 3433–3439.

111
BAB VI
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN ANALISIS TERHADAP
LINGKUNGAN ATAU AMDAL

6.1 PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP


Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang
memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak
langsung. Lingkungan hidup adalah suatu kesatuan fisik yang mencakup sumber
daya alam yang mendukung pemenuhan keperluan hidup manusia. Sedangkan
menurut UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.

6.2 UNSUR-UNSUR LINGKUNGAN HIDUP


1. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Saat
berada di kebun, maka lingkungan hayati didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika
berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman
atau sesama manusia.
2. Unsur Sosial Budaya (Kultur)
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat
manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku
sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat
adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota
masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda
tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan
fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di

112
bumi. Bayangkan, jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara menjadi dipenuhi
asap. Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar.
Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan
musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
6.3 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN LINGKUNGAN
Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung
lama jika dalam penggunaannya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan
terhadap ekosistem lingkungan. Kerusakan ekosistem membawa dampak bukan
hanya pada keanekaragaman terhadap flora dan fauna, tetapi juga dapat membawa
pengaruh lain terhadap masyarakat itu sendiri seperti longsor, banjir, dan erosi.
Dalam lingkungan hidup di Indonesia, banyak terjadi permasalahan di sungai,
laut, tanah dan hutan yaitu sebagai berikut:
1. Pencemaran sungai dan laut
Sungai dan laut dapat tercemar karena kegiatan manusia seperti pembuangan
limbah cair, pembuangan limbah logam, sampah, dll. Secara biologis, fisik, dan
kimia, senyawa maupun unsur tersebut sulit bahkan tidak dapat diuraikan. Oleh
karena itu semua hal tersebut dapat mencemari lingkungan.
2. Pencemaran Tanah
Tanah dapat tercemar karena penggunaan pupuk dan bahan pestisida yang
berlebihan. Pencemaran tanah terlihat dari tanah yang mengalami perubahan
menjadi kering dan keras. Hal ini disebabkan oleh jumlah kandungan garam yang
sangat besar pada tanah. Selain itu, pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh
sampah plastik karena pada umumnya sampah plastik tidak mengalami
proses penguraian secara sempurna.
3. Pencemaran Hutan
Hutan juga bisa mengalami kerusakan apabila pemanfaatannya tidak
dilakukan dengan baik. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Salah satu contoh pencemaran atau kerusakan hutan adalah adanya
penebangan secara liar. Jika kegiatan tersebut dilakukan dalam jangka panjang
maka dapat mengakibatkan gundulnya hutan.

113
Kerusakan lingkungan hidup oleh alam dapat juga terjadi karena adanya
gejala atau peristiwa alam yang terjadi sehingga memengaruhi keseimbangan
lingkungan hidup. Peristiwa alam yang dapat memengaruhi kerusakan lingkungan
meliputi:
1. Kerusakan Akibat Peristiwa Alam
a. Letusan gunung berapi
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang
menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang
ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa:
1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.
2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.
3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.
4) Gas yang mengandung racun.
5) Material padat (batuan, kerikil, pasir) yang dapat menimpa perumahan, dan
lain-lain.
b. Kerusakan Akibat Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena
beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya
tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat
mengukur intensitas gempa, namun tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya
gempa. Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat
dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi
beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:
1) Bangunan roboh.
2) Tanah di permukaan bumi retak, jalan menjadi putus.
3) Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
4) Tanah longsor akibat guncangan.
5) Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang
pasang).
c. Kerusakan Akibat Siklon (Topan)

114
Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi
menuju ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena
perbedaan suhu udara yang mencolok. Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui
foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar
terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:
1) Merobohkan bangunan.
2) Membahayakan penerbangan.
3) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.
4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.
d. Musim Kemarau Panjang
Bencana ini terjadi karena adanya penyimpangan iklim yang terjadi di suatu
daerah sehingga musim kemarau terjadi lebih lama dari biasanya. Bencana ini
menimbulkan berbagai kerugian, seperti munculnya titik api penyebab kebakaran
hutan, mengeringnya sumber-sumber air, dan gagalnya berbagai upaya pertanian
petani serta banyaknya tumbuhan yang mati sehingga dapat mengancam
kehidupan makhluk hidup lainnya.
e. Erosi dan Abrasi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan
partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es. Dampak dari erosi adalah
menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan menyebabkan
menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan
kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan
limpasan air permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai.
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus
laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan
garis pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut.
Dampak negatif yang diakibatkan oleh abrasi antara lain: Penyusutan lebar
pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di pinggir

115
pantai, Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang
didorong angin kencang begitu besar, Kehilangan tempat berkumpulnya ikan ikan
perairan pantai karena terkikisnya hutan bakau
2. Kerusakan Akibat Ulah Manusia
Manusia sebagai penguasa dan pengelola lingkungan hidup di bumi
berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai
makhluk ciptaan Tuhan yang berakal, mampu merubah dunia dari pola kehidupan
sederhana sampai ke kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun seringkali
yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan
untuk kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia
membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Beberapa
bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai
dampak adanya kawasan industri.
b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem
pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan
dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung
membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
b. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
c. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.

6.4. PERAN MANUSIA DALAM MEMELIHARA LINGKUNGAN HIDUP


Manusia sebagai khalifah di bumi berperan besar dalam menentukan
kelestarian lingkungan hidup. Namun, seringkali apa yang dilakukan manusia
tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi
berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk

116
terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Oleh sebab itu manusia mempunyai
tanggung jawab yang besar dalam pelestarian lingkungan hidup demi
kelangsungan kehidupan makhluk hidup di bumi. Setiap orang harus melakukan
usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat
besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu
kita kelak.
6.5 UPAYA PEMELIHARAAN LINGKUNGAN
Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi
rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan
menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai
pembangunan berwawasan lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan
adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan
memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal
dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan
merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di
dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu:
a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang
hidup.
b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Upaya yang dilakukan untuk memelihara lingkungan hidup diantaranya
adalah:
1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya
memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan
terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah
antara lain:
a. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang
AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).

117
b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang
Tata Guna Tanah.
d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan,
dengan tujuan pokoknya:
1) Menanggulangi kasus pencemaran.
2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
e. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon
2. Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian
yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat
untuk pelestarian lingkungan hidup antara lain:
a. Pelestarian tanah (tanah datar dan lahan miring)
Bencana tanah longsor dan banjir yang terjdi menunjukkan peristiwa yang
berkaitan dengan masalah tanah. Banjir dapat menyebabkan terkikisnya lapisan
tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan
tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor
disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya
sehingga menimbulkan kerusakan. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan
dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali
(reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau
pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau
sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.
b. Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap mahluk hidup
bernapas memerlukan udara. Di dalam udara terkandung beranekaragam gas,
salah satunya oksigen. Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa
pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat

118
membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu
diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih,
segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap
bersih dan sehat antara lain:
1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia.
Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya
hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen jauh
berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga
kelembapan udara tidak lagi terjaga dengan alami.
2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran,
baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin
Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan
penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah
satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan
menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter
pada cerobong asap pabrik.
3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat
merusak lapisan ozon di atmosfer
Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta
dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa
dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon
adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu
memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh
matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan
menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global terjadi di antaranya
karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
c. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga
kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan
menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu

119
penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Selain menyediakan bahan pangan
maupun bahan produksi, hutan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan
menyimpan cadangan air. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan
antara lain:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan
mengenai pengelolaan hutan.
d. Pelestarian laut dan pantai
Selain hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan
biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir
pantai, terumbu karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-
kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai.
Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya
hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran
ombak. Upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau
di areal sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun
di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia dalam mencari
ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
e. Pelestarian flora dan fauna.
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia,
hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari
sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan.

120
Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak
diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan
untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:
a) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
b) Melarang kegiatan perburuan liar
c) Menggalakkan kegiatan penghijaua
6.6 Pengertian AMDAL

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL,


merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia
yang semakin meningkat. Reaksi ini mencapai keadaan ekstrem sampai
menimbulkan sikap yang menentang pembangunan dan penggunaan
teknologi tinggi.Dengan ini timbullah citra bahwa gerakan lingkungan adalah
anti pembangunan dan anti teknologi tinggi serta menempatkan aktivis
lingkungan sebagai lawan pelaksana dan perencana pembangunan.Karena itu
banyak pula yang mencurigai AMDAL sebagai suatu alat untuk
menentang dan menghambat pembangunan.
Dengan diundangkannya undang-undang tentang lingkungan hidup di
Amerika Serikat, yaitu National Environmental Policy Act (NEPA) pada
tahun 1969.NEPA mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1970.Dalam NEPA
pasal 102 (2) (C) menyatakan, “Semua usulan legilasi dan aktivitas pemerintah
federal yang besar yang akan diperkirakan akan mempunyai dampak penting
terhadap lingkungan diharuskan disertai laporan Environmental Impact
Assessment (Analsis Dampak Lingkungan) tentang usulan tersebut”.
AMDAL mulai berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1086. Karena pelaksanaan PP No. 29
Tahun 1986 mengalami beberapa hambatan yang bersifat birokratis maupun
metodologis, maka sejak tanggal 23 Oktober 1993 pemerintah mencabut PP No.
29 Tahun 1986 dan menggantikannya dengan PP No. 51 Tahun 1993 tentang
AMDAL dalam rangka efektivitas dan efisiensi pelaksanaan AMDAL. Dengan
diterbitkannya Undang-undang No. 23 Tahun 1997, maka PP No. 51

121
Tahun 1993 perlu disesuaikan.Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1999,
pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999.Melalui PP
No. 27 Tahun 1999 ini diharapkan pengelolaan lingkungan hidup dapat lebih
optimal.
Pembangunan yang tidak mengorbankan lingkungan dan/atau
merusak lingkungan hidup adalah pembangunan yang memperhatikan
dampak yang dapat diakibatkan oleh beroperasinya pembangunan tersebut.
Untuk menjamin bahwa suatu pembangunan dapat beroperasi atau layak dari
segi lingkungan, perlu dilakukan analisis atau studi kelayakan pembangunan
tentang dampak dan akibat yang akan muncul bila suatu rencana
kegiatan/usaha akan dilakukan.
AMDAL adalah singkatan dari analisis mengenai dampak lingkungan.
Dalam peraturan pemerintah no. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai
dampak lingkungan disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai
dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi
proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan. Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha
dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup antara lain:
1. jumlah manusia yang terkena dampak
2. luas wilayah persebaran dampak
3. intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
5. sifat kumulatif dampak
6. berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak

6.7 Peranan AMDAL

Persoalan kerusakan lingkungan akibat industri dan rumah tangga,


khususnya di Negara berkembang seperti Indonesia sudah sangat kompleks
dan sudah menghawatirkan. Karena itu perlu kesadaran semua pihak untuk turut
menangai pencemaran lingkungan. Pemerintah melalui kebijakan dan aturan

122
harus mampu mengatur industi dalam pengolahan limbah baik cair, kayu dan
udara. Pihak industripun harus menyadari peranan pencemarannya yang sangat
besar sehingga harus mau membangun pengolahan limbah. Masyarakat pun
harus mempunyai peranan yang sangat besar dalam pengolahan limbah rumah
tangga dan lingkungan sekitar sehingga kelestarian lingkungan baik, udara,
tanah maupun air dapat terjaga dengan baik.
Amdal dilakukan untuk menjamin tujuan proyek-proyek pembangunan
yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat tanpa merusak kualitas
lingkungan hidup. Amdal bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri, tetapi
merupakan bagian dari proses Amdal yang lebih besar dan lebih penting
sehingga Amdal merupakan bagian dari beberapa hak berikut :
1. Pengelolaan lingkungan
2. Pemantauan proyek
3. Pengelolaan proyek
4. Pengambilan keputusan
5. Dokumen yang penting

AMDAL bukan suatu proses yang berdiri sendiri melainkan bagian dari
proses AMDAL yang lebih besar dan penting, menyeluruh dan utuh dari
perusahaan dan lingkungannya, sehingga AMDAL dapat dipakai untuk
mengelola dan memantau proyek dan lingkuangannya deengan menggunakan
dokumen yang benar.

Selanjutnya, beberapa peran AMDAL dijelaskan sebagai berikut : Peran


AMDAL dalam pengelolaan lingkuangan.Aktivitas pengelola lingkungan
baru dapat dilakukan apabila rencana pengelolaan lingkungan telah disusun
berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan timbul akibat dari
proyek yang akan dibangun.Dalam kenyataan nanti,apabila dampak
lingkungan yang telah diperkirakan jauh berbeda dengan kenyataan, ini dapat
saja terjadi karena kesalahan-kesalahan dalam menyusun AMDAL atau pemilik
proyek tidak menjalankan proyeknya sesuai AMDAL .Agar dapat

123
dihindari kegagalan ini maka pemantauan haruslah dilakukan sedini
mungkin,sejak awal pembangunan,secara terus menerus dan teratur.

AMDAL sebagai dokumen penting.Laporan AMDAL merupakan


dokumen penting sumber informasi yang detail mengenai keadaan lingkungan
pada waktu penelitian proyek dan gambaran keadaan lingkungan di masa
setelah proyek dibangun.Dokumen ini juga penting untuk evaluasi,untuk
membangun proyek yang lokasinya berdekatan dan dapat digunakan sebagai alat
legalitas.

AMDAL dimaksudkan sebagai alat untuk merencanakan tindakan


preventif terhadap kerusakanlingkungan yang mungkin akan ditimbulkan
oleh suatu aktivitas pembangunan yang sedang direncanakan. Dampak, adalah
suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas, yang dapat bersifat
alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi.Dalam konteks AMDAL,
penelitian dampak dilakukan karena adanya rencana aktivitas manusia dalam
pembangunan.

6.8 Tujuan AMDAL


a. Mengidentifikasikan rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan
dilakukan terutama yang berpotensi menimbulkan dampak besar dan
penting terhadap lingkungan hidup.
b. Mengidentifikasikan komponen-komponen lingkungan hidup yang
akan terkena dampak besar dan penting.
c. Memprakirakan dan mengevaluasi rencana usahan dan atau
kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup.
d. Merumuskan RKL dan RPL.

6.9 Manfaat AMDAL

1. Bagi Pemerintahan.
a) Menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran
air, pencemaran udara, kebisingan, dan lain sebagainya.

124
Sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan
masyarakat.
b) Menghindari pertentangan yang mungkin timbul, khususnya dengan
masyarakat dan proyek - proyek lain.
c) Mencegah agar potensi dumber daya yang dikelola tidak rusak.
d) Mencegah rusaknya sumber daya alam lain yang berada diluar lokasi
proyek, baik yang diolah proyek lain, masyarakat, ataupun yang belum
diolah.
2. Bagi pemilik modal.
a) Menentukan prioritas peminjaman sesuai dengn misinya.
b) Melakukan pengaturan modal dan promosi dari berbagai sumber modal. c)
Menghindari duplikasi dari proyek lain yang tidak perlu.
c) Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan dapat dibayar
kembali oleh proyek sesuai pada waktunya, sehingga modal tidak hilang.
3. Bagi pemilik proyek.
a) Melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi dimasa yang
akan datang.
b) Melindungi proyek yang melanggar undang – undang atau peraturan
yang berlaku.
c) Mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah yang akan dihadapi dimasa
yang akan datang.
d) Melindungi proyek dari tuduhan pelanggaran atau suatu damoak
negatif yang sebenarnya tidak dilakukan.
4. Bagi masyarakat
a) Mengetahui rencana pembangunan didaerahnya.
b) Turut serta dalam pembangunan di daerah sejak awal.
c) Mengetahui kewajibannya dalam hubungan dengan proyek tersebut.
d) Memahami hal ihwan mengenai proyek secara jelas akan ikut
menghindarkan timbulnya kesalahpahaman.
5. Bagi peneliti dan ilmuan
a) Kegunaan didalam penelitian.

125
b) Kegunaan didalam analisis kemajuan dan ilmu pengetahuan.
c) Kegunaan didalam meningkatkan keterampilan didalam
penelitian dan meningkatkan pengetahuan.

6.10 Kriteria wajib AMDAL

Kriteria ini hanya diperlukan bagi proyek-proyek yang menimbulkan


dampak penting terhadap lingkungan yang pada umumnya terdapat pada
rencana-rencana kegiatan berskala besar, kompleks serta berlokasi di daerah
yang memiliki lingkungan sensitif.
Jenis-jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan AMDAL dapat dilihat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor: 17 tahun2001 tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan
Yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL.
Jenis Usaha dan Atau Kegiatan Wajib AMDAL:
 Pertahanan dan Keamanan
 Pertanian
 Perikanan
 Kehutanan
 Kesehatan
 Perhubungan
 Teknologi Satelit
 Perindustrian
 Prasarana Wilayah
 Energi dan Sumber Daya Mineral
 Pariwisata
 Pengelolaan limbah B3, dan Rekayasa Genetika

Indonesia dikenal sebagai negara dengan potensi sumber daya alam yang
sangat besar, dengan potensi sumber daya alam yang besar tersebut menjadi suatu

126
keharusan bagi kita semua untuk menjaga dan melindunginya, sehingga
proses pembangunan maupun kegiatan usaha suatu perusahaan tidak
mengakibatkan suatu krisis lingkungan hidup. Krisis lingkungan adalah ancaman
masa depan umat manusia yang mana pertambahan kerusakan lingkungan telah
mencapai dimensi regional, global dan terus berdampak besar. Pemanasan global
yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah
penurunan kualitas lingkungan hidup saat ini, karena itu perlu dilakukan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik. Pengelolaan,
penggunaan maupun pemanfaatan sumber daya alam harus diseimbangkan
dengan lingkungan hidup, sehingga diperlukan suatu kebijaksanaan nasional
pengelolaan lingkungan hidup yang komprehensif. Hal ini sejalan dengan konsep
studi lingkungan hidup yang mengkhususkan pada ilmu hukum, dengan objek

hukumnya adalah tingkat perlindungan sebagai kebutuhan hidup.3

Bertalian dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, faktor


utama yang harus menjadi fokus perhatian adalah terkait dengan perizinan,
karena faktor perizinan dapat dijadikan pegangan bagi pelaku usaha yang akan
mengelola lingkungan. Perizinan lingkungan dikaitkan dengan keharusan
memperoleh AMDAL (Ananlisis Mengenai Dampak Lingkungan) sebagai
instrumen pencegahan pencemaran lingkungan dimana asas ini telah dituangkan
dalam bentuk produk hukum, sehingga menjadi kewajiban yang harus dipatuhi
oleh setiap orang di Indonesia, artinya untuk terbitnya atau disetujuinya suatu izin
lingkungan hendaknya harus diperoleh lebih dahulu AMDAL. Sejalan dengan
pandangan Suparto Wijoyo, bahwa berkaitan dengan perizinan lingkungan
terpadu seharusnya bertumpu pada pada prinsip-prinsip prosedur administratif

perizinan lingkungan menurut ”good environmental governance”.4

Salah satu contoh pengreduksian fungsi AMDAL adalah lahirnya


Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Berdasarkan peraturan ini pelaku

127
usaha dapat mengantongi izin usaha hanya dengan komitmen sebagaimana
diatur di dalam Pasal 20 yang menyatakan:

Pelaksanaan Perizinan Berusaha meliputi:

a. Pendaftaran;
b. Penerbitan Izin Usaha dan penerbitan Izin komersial atau Operasional
berdasarkan Komitmen;
c. Pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan pemenuhan Komitmen Izin
d. Komersial atau Operasional;
e. Pembayaran biaya;
f. Fasilitas;
g. Masa belaku; dan
Pengawasan.

Selanjutnya Pasal 32 yang menyatakan:

1) Lembaga OSS (Online Single Submission) menerbitkan Izin


Usaha berdasarkan Komitmen kepada:

a. Pelaku usaha yang tidak memerlukan prasarana untuk menjalankan


usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2)
huruf a dan;

b. Pelaku usaha yang memerlukan prasarana untuk menjalankan usaha


dan/atau kegiatan dan telah memiliki prasarana sebagaimana dalam
Pasal 31 ayat (3) huruf a.

2) Lembaga OSS menerbitkan Izin Usaha berdasarkan Komitmen kepada


Pelaku Usaha yang memerlukan prasarana untuk menjalankan usaha
dan/atau kegiatan tapi belum memiliki atau menguasai prasarana setelah
Lembaga OSS menerbitkan:
a. Izin lokasi;
b. Izin lokasi perairan;

128
c. Izin lingkungan; dan atau
d. IMB

Sebagaimana telah dijelaskan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun


2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik jelas
bertentangan dengan semangat UUPPLH yang menyatakan bahwa setiap usaha

dan/atau kegiatan yang berdampak penting5 terhadap lingkungan hidup wajib


memiliki Izin lingkungan yang berbasis AMDAL.

6.11 Kedudukan AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan


Hidup

Secara umum kegunaan AMDAL adalah:

a. Memberikan informasi secara jelas mengenai suatu rencana usaha,


berikut dampak-dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya;
b. Menampung aspirasi, pengetahuan dan pendapat penduduk khususnya
dalam masalah lingkungan sewaktu akan didirikannya suatu usaha atau
kegiatan perindustrian;
c. Menampung informasi setempat yang berguna bagi pemrakarsa
dan masyarakat dalam mengantisipasi dampak dan mengelola
lingkungan.

Selanjutnya dalam usaha menjaga kualitas lingkungan, secara


khusus AMDAL berguna dalam hal:

a. Mencegah agar potensi sumber daya alam yang dikelola tidak


rusak, terutama sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui;
b. Menghindari efek samping dari pengelolahan sumber daya terhadap
sumber daya alam lainnya, proyek-proyek lain, dan masyarakat agar
tidak timbul pertentangan-pertentangan;
c. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran sehingga
tidak menggangu kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan rakyat.

129
d. Agar dapat diketahui manfaatnya yang berdaya guna dan berhasil guna
bagi bangsa, negara dan masyarakat.
Tugas utama dari AMDAL adalah memilah perubahan-perubahan yang
ditimbulkan oleh aktifitas pembangunan yang ditawarkan agar menjadi bagian
dari siklus alam. Satu eksperimen yang terkendali dapat
dilakukan untukmembandingkan perubahan dalam parameter kualitas
lingkungan. Satu system disiapkan sebagai pengontrol. Fungsi ini dapat
dibebankan kepada kawasan lindung. Sedangkan sistem alam lainnya yaitu di
kawasan budi daya berlangsung aktifitas pembangunan. Pengkajian AMDAL
yang terpenggal-penggal atau mengabaikan satu komponen tertentu dapat
menyebabkan terganggunya kestabilan komponen yang lain.

6.12 Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) Dalam Mekanisme


Sistem Perizinan di Indonesia

AMDAL sebagai salah satu persyaratan dalam izin lingkungan merupakan


studi aktivitas yang tersusun secara sistemik dan ilmiah dengan menggunakan
teknik pendekatan yan bersifat interdisiplener bahkan multidislipliner, maka
studi tersebut haruslah tersusun secara runtut dan komprehensif-integral

(terpadu-lintas sektoral).21
AMDAL dalam mekanisme sistem perizinan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH):

1. AMDAL sebagai informasi yang harus terbuka bagi masyarakat


(BAB VIII, Pasal 62 UUPPLH);
2. AMDAL sebagai alat prediksi kemungkinan terjadinya
dampak/ongkos;
3. AMDAL sebagai alat pemantau/RPL dan pengelolaan/RKL kegiatan;
4. AMDAL sebagai legal evidence.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) AMDAL

130
sebagai dasar pertama sistem perizinan usaha akan berpengaruh besar terhadap
izin lingkungan yang akan dikeluarkan oleh Pemerintah. Kemudian akan
berlanjut kepada izin usaha/kegiatan. Boleh dikatakan AMDAL adalah garda

pertama penentu baik buruknya kualitas izin lingkungan dan izin kegiatan.22
Oleh karenanya jika Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik hanya
menempatkan komitmen untuk memperoleh izin usaha tanpa didahului izin
linkungan yang berbasis AMDAL maka sistem kontrol terhadap pelaku usaha
untuk tidak merusak lingkungan atau ekologi menjadi tidak terjelaskan dengan
baik.

131
DAFTAR PUSTAKA
Suparmoko, M. (1997) ‘Ekonomi sumber daya alam dan lingkungan’, Suatu
Pendekatan Teoritis, ed, 3.
Suparmoko, M. (2002) ‘Buku Pedoman Penilaian Ekonomi: Sumber daya Alam
dan Lingkungan’, BPFE, Yogyakarta, Edisi Pertama.
Suparmoko, M. (2002) ‘Buku Pedoman Penilaian Ekonomi: Sumberdaya Alam
dan Lingkungan’, BPFE, Yogyakarta, Edisi Pertama.
Suparmoko, M. (2018) Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Suatu
Pendekatan Teoritis. 4 Revisi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Suryanegara. (1977). Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang – Undang Republik Indonesia, (2004). UU no 7 Tentang Sumber Daya
Air, Pustaka Widyatama, Yogyakarta
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
UNEP, U. (2011) ‘Towards a green economy: Pathways to sustainable
development and poverty eradication’, Nairobi, Kenya: UNEP.
United States Departements of Agriculture. (1996). Soil Quality Indicators:
Aggregate Stability. USDA Natural Resources Conservation Service.

132
BAB VII
KEBIJAKAN YANG BERTANGGUNG JAWAB DALAM
PENGELOLAAN SDA
7.1 Pengelolaan sumber daya alam Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang
Renewable Dan Non Renewable
7.1.1 Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Tidak Dapat Diperbarui
- Teori pengambilan sumber daya alam secara optimal
Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar terdapat pengambilan secara
sumber daya alam secara optimal. Harus dilihat dahulu perbedaan antara sumber
daya alam yang tak dapat diperbarui dan jenis barang lain. Pada umumnya
perbedaan itu semata mata terletak pada jumlah sumber daya alam yang terbatas
dan sifatnya yang tak dapat dihasilkan kembali dalam waktu singkat. Hal ini
berarti bahwa pengambilan dan pengkonsumsian barang sumber daya alam saat
ini akan berakibata pada tidak tersedianya barang tersebut dikemudian hari. Atau
dengan kata lain aka nada biaya alternative , yang berupa hilangnya nilai sumber
daya alam yang dapat diperoleh pada masa akan datang . Biaya  alternative ini
harus diperhitungkan dalam menentukan bagaimana mengalokasikan sumber daya
alam yang tak dapat diperbarui tersebut sepanjang waktu.
Syarat umum yang berlaku pada produksi setiap barang yang berada dalam
pasar persaingan sempurna agar dicapai suatu tingkat efesiensi yang optimum
adalah harga barang yang dihasilkan harus sama dengan biaya produksi marginal .
untuk barang sumber daya alam karena memiliki biaya alternative , maka syarat
umum itu harus diubah sebagai berikut: bahwa efisiensi optimum akan dicapai
apabila harga barang sumber daya alam sama dengan biaya marginal ditambah
dengan biaya alternative. Syarat kedua dari pengambilan sumber daya alam secara
optimal menyangkut perilaku dari biaya alternative atau royalty itu sepanjang

133
waktu yaitu bahwa royalty atau biaya alternative itu harus selalu meningkat
sebesar tingkat bunga yang berlaku dari waktu ke waktu.  Dengan kata lain bila
royalty itu dinyatakan dalam harga sekarang, maka nilai royalty itu tidak dapat
berubah sepanjang waktu. Dalam mengambil sumber daya alam , diusahakan agar
manfaat total dari kedua periode itu adalah yang tinggi . Namun  agar manfaat
total dari kedua periode , dapat dijumlahkan nilai manfaat itu harus disamakan
terlebih dahulu yaitu dengan menyatakannya nilai manfaat itu dengan factor
diskonto.
- Tingkat Harga  Sumber Daya Alam
Sesungguhnya yang lebih menarik perhatian adalah pola perubahan harga
barang sumber daya alam dan produksinya, bukan pola perubahan royalty. Telah
dibahas bahwa agar tercapai pengambilan sumber daya alam yang dapat
memberikan manfaat social bersih yang optimum, royalty harus meningkat
dengan laju sebesar tingkat bunga . karena royalty merupakan kelebihan tingkat
harga yang konsumen bersedia membayar diatas biaya produksi  , suatu barang
maka harga , juga akan terus meningkat dengan laju setinggi tingkat bunga . tetapi
harga barang sumber daya ala mini tidak mungkin naik tanpa bats , karena akan
muncul barang barang pengganti yang relative lebih murah harganya . jadi pasti
aka nada batas harga yang ditunjukkan oleh harga barang barang substitusi.
- Pengaruh cadangan sumber daya
Dalam pembicaraan sebelumnya tidak pernah disinggung bagaimana
pengaruh persediaan atau cadangan sumber daya alam terhadap biaya
pengambilan dan harga barang sumber daya alam tersebut. Pada pembicaraan
sebelumnya dianggap bahwa besarnya cadangan sumber daya alam tidak
mempengaruhi biaya pengambilan, tetapi sekarang kita menggangap bahwa
besarnya cadangan sumber daya alam mempunyai pengaruh terhadap biaya
pengambilan barang sumber daya alam.
Diasumsikan bahwa biaya pengambilan sumber daya alam merupakan
fungsi jumlah produksi besarnya cadangan dapat pula netral dalam hubungannya
dengan jumlah cadangan sumber daya alam yang ada didalam bumi .seperti
pernah dinyatakan oleh David Ricardo bahwa manusia akan bekerja dengan

134
menggunakan  sumber daya tanah yang subur kualitasnya terlebih dahulu,
sehingga biaya produksi rendah. Sedangkan John Stuart Mill menyatakan bahwa
biaya pengambilan sumber daya alam akan semakin mahal, karena semakin
sulitnya dan semakin sedikitnya cadangan sumber daya alam yang harus diambil.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sumber daya alam itu
sebenarnya tidak akan pernah habis , karena yang dimaksud dengan kehabisan
sumber daya alam yang dapat diambil dengan biaya yang layak sedangkan apabila
kita tersedia menyebar mahal, maka sumber daya alam tersebut selalu ada .
Dengan memasukkan pengaruh cadangan sumber daya alam terhadap
biaya produksi dalam analisis kita , maka biaya pengambilan sumber daya alam
akan merupakan fungsi dari jumlah barang sumber daya alam yang diambil dan
jumlah cadangan sumber daya alam yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan semakin langkahnya cadangan sumber daya alam , nilai royalty akan
meningkat jauh lebih cepat daripada tingkat bunga yang berlaku.
- Ketidakpastian Dalam Pengambilan Sumber Daya Alam
Dalam keadaan dimana segala sesuatu yang dibutuhkan dapat terpenuhi
dengan mudah pada setiap saat, maka ketidakpastian tidak akan mempunyai
pengaruh apapun terhadap pengambilan sumber daya alam. Hali ini disebabkan
oleh karena pengelolaan sumber daya alam dapat menjamin keamanan dirinya
apabila terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Yang dimaksud dengan kesulitan
tersebut ialah pemilik sumber daya alam harus menentukan harga harga yang
diharapkan dimasa mendatang, kemudian bertindak atas dasar harapannya itu
guna membuat keputusan tentang beberapa sumber daya alam itu harus digunakan
setiap waktu . kemungkinan yang lain ialah ia juga harus menanggung resiko
dalam pengambilan keputusan . Pada umumnya ketidak pastian itu dicerminkan
oleh tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Semakin tinggi tingkat suku bunga
akan semakin tinggi pula tingkat kenaikan harga , dan dengan sendirinya semakin
cepat pula tingkat pengambilan sumber daya alam itu.
- Ketidakpastian dan Efesiensi
Keputusan masyarakat biasanya lebih tepat didasarkan pada posisi yang
netral terhadap resiko , meskipun para anggota masyarakat itu sendiri bersikap

135
tidak mau menanggung risiko. Inilah sebabnya sementara ekonom menerima
bahwa tingkat bunga masyarakat lebih rendah daripada tingkat yang dikehendaki
oleh perorangan . tingkat bunga perorangan mencakup risiko yang dipikuloleh
investor individual, dan ini harus dilupakan dalam hal keputusan investasi oleh
masyarakat. Bagi sumber daya alam perorangan , keadaannya agak berbeda yaitu
bahwa maksimisasi keuntungan yang diharapkan tidaklah tepat, karena pasar
untuk menggeser risiko itu tidak ada , sehingga  pemilik sumber daya alam akan
menghidari risiko. Apabila diperkirakan akan ada risiko perampasan oleh
pemerintah , maka pemilik sumber daya alam individual akan mempercepat
pengambilan sumber daya alam yang dimilikinya . tetapi tindakannya itu tidaklah
optimal dipandang dari segi masyarakat. Antara pengelolaan sumber daya alam
yang tak dapat diperbarui oleh pemerintah dan oleh individu, belum jelas mana
yang akan dapat mengelola dengan lebih baik.walaupun tujuannya hanya untuk
memaksimumkan kesejahteraan masyarakat, perencanaan perlu menentukan
harapan untuk pasar yang akan datang .
- Masalah distribusi dan keadilan
Sejauh ini criteria yang dipakai untuk menilai pengambilan sumber daya
alam yang tak dapat diperbarui adalah criteria efesiensi. Pada umumnya untuk
menilai apakah suatu tindakan itu layak atau tidak, di samping dilihat dari sudut 
efisiensi juga dilihat dari sudut keadilan atau distribusi dari kenaikan hasil
produksi tersebut. Masalah distribusi dapat dipandang dalam kaitanyan dengan
distribusi antara anggota masyarakat pada saar sekarang dan dapat pula dilihat
distribusinya antargenerasi. Dengan tingkat bunga yang positif akan ada factor
diskonto yang positif pula, maka dimungkinkan suatu program pengambilan
sumber daya alam yang dipandang efisien oleh generasi sekarang  ini, akan
berakibat habisnya sumber daya alam bagi generasi yang akan datang.
Ada dua hal yang dipersoalkan yaitu masalah tinkat bungan menurut
pandangan social dan maslah criteria kesejahteraan . masalahnya sekarang ialah
bagaimana menghitung nilai sekarang dari manfaat yang akan diterima oleh
generasi yang akan datang, dengan suatu tingkat diskonto tertentu sangat
dimungkinkan suatu program pengambilan sumber daya alam efesian bagi

136
generasi sekarang namun tidak menunjukkan apa apa untuk genersi yang akan
datang.
7.1.2 Pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbarui
Pengelolaan sumber daya alam yang dapat diperbarui pada umumnya
didasarkan pada konsep “ hasil maksimum yang mantap “. Ini barang kali
merupakan tujuan penglolan sumber daya alam yang paling sederhana yang
memperhitungkan fakta bahwa cadangan sumber daya biologis jangan
dimanfaatkan atau diambil terlalu banyak , karena akan menyebabkan
hilangannya produktivitas  sumber daya alam tersebut. Konsep MSY didasrkan
atas model pertumbahan biologis yang menganggap bahwa setiap jumlah populsi
tertentu yang lebih rendah , surplus produksi terjadi dan dapat dipanen selamanya
tanpa mengurangi populasi tersebut.
Namun demikian pada akhir akhir ini telah diketahui bahwa jonsep MSY
terlalu sederhana sebagai dasar pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Hal ini karena MSY hanya melibatkan unsure manfaat dari eksploitasi
sumber daya alam dan tidak memperhatikan unsure biaya eksploitasinya.konsep
OSY berdasarkan pada “criteria  manfaat dan biaya “ dengan standar yang
memakisimumkan nilai sekarang dari penerimaan bersih. Criteria ini cocok bagi
pengelolaan sumber daya alam oleh swasta maupun oleh pemerintah meskipun
perhitungan biayanya berbeda
7.2 Pengelolaan Sumber Daya Tanah
7.2.1 Pengertian Tanah
Tanah merupakan sumber daya alam yang memiliki banyak fungsi dan
peran yang dapat mendukung dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat serta
membantu juga dalam perekonomian. Pengelolaan atau pemanfaatan  tanah
memiliki cara yang berbeda – beda diantaranya untuk usaha pertanian,
membangun gedung, dan usaha komersial yang masing-masing hal tersebut
berpengaruh terhadap penerimaan hasilnya. Tetapi seperti yang terjadi di masa
sekarang pemanfaatan atau pengelolaan tanah salah di gunakan dengan eksploitasi
yang berlebihan sehingga hal ini dapat mengurangi ketersediaan sumber daya

137
tanah yang ada dean menimbulkan keausan pada tanah sehingga menyebabkan
kandsungan mineral dalam tanah berkurang.
7.2.2 Macam Penggunaan Tanah
Sumber daya tanah merupakan sumber daya alam yang sangat penting
untuk kelangsungan hidup manusia karena sumber daya tanaha merupakan
masukan yang diperlukan untuk setiap bentuk aktivitas manusia seperti untuk
pertanian daerah industry, daerah pemunkiman , jalan jalan untuk transpotrasi ,
daerah daerah rekreasi , atau daerah daerah yang diperlihara kondisi alamnya
untuk maksud ilmiah. Penggunaan tanah pada umumnya tergantung pada
kemampuan tanah dan alokasi tanah . untuk aktivitas pertanian, penggunaan tanah
tergantung pada kemampuan tanah yang dicirikan dengan tekstur tanah lereng
permukaan tanah , kemampuan menahan air dan ada tingkat erosi. Penggunaan
tanah yang paling luas adalah untuk sector pertanian yang meliputi penggunaan
untuk pertanian tanaman pangan pertanian tanaman keras , untuk kehutanan
maupun untuk lading pengembangan dan perikanan.
Secara umum dapat diketahui bahwa pemilik sumber daya tanah
cenderung menggunakan miliknya untuk tujuan tujuan yang memberikan
penghasilan yang tinggi . pemanfaatan sumber daya tanah untuk berbagai
penggunaan bertujuan untuk menghasilkan barang barang pemuas kebutuhan
manusia , jumlah kebutuhan manusia terus meningkat sebagai akibat dari jumlah
penduduk yang terus bertambah dan ekonomi yang berkembang . akibat
pemanfaatan tanah yang kurang bijaksana ini adalah berkurangnya persediaan
sumber daya tanah yang tinggi kualitasnya dan mausia semakin tergantung pada
sumber daya tanah yang semakin rendah kualitsnya .
Sumber daya tanah merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui
dalam arti dapat diperbarui kesuburannya. Kerusakannya sumber daya tanah
terutama disebabkan oleh terjadinya erosi tanah,sehingga pemanfaatan yang
kebijakasna perlu mempertimbangkan usaha usaha konservasii untuk mencegah
terjadinya erosi tanah yang menurunkan kemampuan  kesuburan tanah, ada
beberapa kegiatan manusia yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas tanah

138
pertanian diantaranya ialah : 1) penyalahgunaan tanah pertanian , 2) kehilangan
tanah pertanian , 3) pencurian tanah pertanian , dan 4) pencemaran pertanian .
7.2.3 Aspek Konservasi Sumber Daya Tanah
Konservasi sumber daya tanah berarti penempatan tiap bidang tanah sesuai
dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat
syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah . usaha usaha konservasi
tanah / lahan ditujukan untuk mencegah kerusakan tanah , memperbaiki tanah
yang rusak , memelihara serta meningkatkan kesuburan tanah agar tercapai
produksi setinggi tingginya  dalam waktu terbatas. Dengan demikian konservasi
tanah / lahan tidaklah berarti penundaan penggunaan tanah / lahan tidaklah berarti
penundaan penggunaan tanah atau pelarangan penggunan tanah tetapi
menyesuaikan macam penggunaannya dengan sifat sifat tanah serta member
perlakuam sesuai dengan syarat syarat yang diperlukan . klasifikasi kemampuan
tanah merupakan penilaian tanah secara sistematik dan pengelompokannya dalam
beberapa kategori berdasarkan atas sifat sifat yang merupakan penghambat bagi
penggunaannya. Criteria klasifikasi yang dipakai untuk menentukan kelas
kemampuan tanah didasrkan pada factor factor penghambat yang bersifat
permanen atau yang sulit untuk diubah seperti tekstur tanah , lereng permukaan
tanah , drainase , kedalaman efektif tanah , tingkat erosi yang terjadi dan factor
factor lain yang sulit diubah seperti batuan diatas permukaan tanah , ancaman
banjir atau genangan air yang tetap , dan iklim. Teknik konservasi tanah terdiri
dari metode vegetative dan metode mekanik
Metode vegetative dapat dilakukan dengan cara penghutanan atau
penghijauan , penanaman dengan rumputan makanan ternak , penanaman dengan
tanaman tertutup tanah permanen dan pengiliran tanaman dengan tanaman pupuk
hijau . fungsi konservasi tanah dengan metode vegetative adalah untuk
melindungi tanah terhadap daya perusak aliran air diatas permukaan tanah, dan
memperbaiki kapasitas infiltrasi  air ke dalam tanah . konservasi tanah dengan
metode mekanik dapat dilakukan dengan cara pengeolahan tanah secara kountur,
pembuatan teras , perbaikan drainase dan pembangunan irigasi, pembuatan waduk
dan dam penghambat , rorak tanggul dan lain lain . Metode konservasi tanah

139
berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan serta untuk menampung dan
menyalurkan aliran permukaan denan kekuatan yang tidak merusak.
7.2.4 Aspek Ekonomi Sumber Daya Tanah
Sewa tanah merupakan konsep penting dalam teori ekonomi sumber daya
tanah . sewa tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a.       Sewa tanah sebagi pembayaran dari penyewa kepada pemilik diman
pemilik melakukan kontrak sewa menyewa dalam jangka waktu tertentu
b.       Keuntungan usaha yang merupakan surplus pendapatan diatas biaya
produksi atau sebagai harga input tanah yang memungkinkan factor
produksi tanah dapat dimanfaatkan dalam proses produksi.
Kedua konsep tersebut hanya berbeda dalam satu hal yaitu pada contract rent
termasuk pembyaran yang sebenarnya kepada pemiliki tanah. Pembayaran ini
dapat lebih tinggi dan dapat juga lebih rendah dari surplus pendapatan yang
seharusnya diterima oleh pemilik. Kekurangan maupun kelebihan dari surplus
pendapatan merupakan hak dari penyewa.\
7.3 Pengelolaan Sumber Daya Air  
Air yang terdapat dialam ini tidak semata mata dalam bentuk cair,tetapi
dapat dalam bentuk padat, serbuk, dan gas . air yang ada dialam ini tidaklah statis
tetapi selalu mengalami perputaran sehingga dalam jangka penjang air yang
tersedia dialam selalu mengalami perpindahan . penguapan terjadi pada air laut ,
danau, sungai ,tanah , mauoun tumbuh tumbuhan karena panas matahari.
Kemudian lewat suatu proses waktu air dalam bentuk uap terkumpul diatmosfir
dalam bentuk gumpalan gumpalan awan sehingga mengalami perubahan bentuk
menjadi butiran buran es . air yang jatuh kebumi akan mengalami beberapa
kejadian antara lain :
-          Air akan membentuk kolan ,danau dan sungai dan menguap kembali ke
atmosfir
-          Kemudian melalui siklus hidup dari tumbuh tumbuhan kembali mneguap
ke atmosfir melalui penguapan dari daun
-          Air dapat jatuh dalam bentuk salju di pegunungan akan tersimpan
dipermukaan sampai mencair kembali kemudian meresap kedalam tanah

140
-          Air dapat merembes melalui permukaan tanah kemudian masuk ke dalam
tanah
-          Air dapat mengalir langsung diatas tanah kemudian masuk ke dalam sungai
-          Air dapat terjerat dalam bentuk es dikutub es
Sedangkan kejadian yang lain ,air memasuki tahapan tahapan dari siklus
hidrologi sehingga tersedia untuk manusia sebelum kembali ke atmosfir atau
kebuang ke laut . hal ini akan terlaksana apabila proses siklus hidrologi itu
berjalan stabil, maksudnya jika air jatuh ke bumi terlebih dahlu kemudian meresap
, kedalam tanah atau tersimpan di kolam , danau , dan sungai sungai dalam yang
kemdian dimanfaatkan oleh manusia . apabila proses siklus hidrologi terganggu ,
maksudnya bila ada kerusakan pada jaringan penyimpanan air dibumi , seperti
kerusakan hutan , pemikiman yang padat dan sebagainya , maka air yang jatuh ke
bumi sebagian besar akan menguap kembali k atmosfir atau kembali mengalir
langsung ke lautan sehingga yang tersedia bagi manusia hanya sebagian kecil
saja . Secara garis besar proses aliran siklus hidrologi meliputi :
a.       Air dari permukaan laut, sungai , danau , empang menguap yang disebut
“evaporasi”
b.       Air dapat dalam tumbuh tumbuhan juga menguap yang disebut “ transporasi

c.        Ada peralihan secara horizontal dari uap air / udara
d.       Presipitasi (hujan )
e.        Run off , air langsung mengalir ke laut
Penguapan dapat dikatakan sebagai awal dari sirkulasi hidrologi . peruses
penguapan ini terjadi melalui energy matahari yang menimpa permukaan air,
sehingga air akan menguapa keudara dalam bentuk uap gas yang kemudian
berkumpul diatmosfir , membentuk gumpalan gumpalan awan . uap air dalam
bentuk gas diatmosfir akan mengalami proses perubahan bentuk yang dikenal
dengan kondensasi, yaitu dari gas ke cair membentuk butir butir air atau saljuyang
dikenal dengan proses presipitasi atau hujan.
7.3.1 Penggunaan Sumber Daya Air

141
Agar dicapai penggunaan sumber daya air yang optimal dalam jangka
panjang , ada permasalahan pokok yang dicapai antara lain :
a.       Bagaimana pengalokasian air yang tersedia diantara berbagai penggunaan
atau sector
b.       Bagimana mendistribusikan air antara pemakai air
c.        Bagaimana mengalokasikan air itu diantara daerah yang berbeda .
d.       Bagaimana mendistribusikan air antara waktu
e.        Bagaimana seharusnya pengelolaan atau siapa pengelolasumber daya air
itu.
Selanjutnya masalah masalah pokok tersebut akan diuraikan sebagai
berikut :
a) Air dimanfaatkan oleh berbagai sector ekonomi antara lain rumah  
tangga , pertanian ,industry dan infra struktur .
b) Masalah distribusi air diantara pemakai menyangkut penggunaan air
dimasing masing sector. Misalnya sector pertanian para pemakai air itu
mendapatkan jatah sesuai dengan kebutuhannya
c) Masalah pendistribusian air diantara daerah daerah yang berbeda
menyangkut bagaimana membagi air dari satu sumber air yang terdapat
pada suatu daerah ke daerah daerah sekitarnya .
d) Masalah distribusi sir antara waktu menyangkut bagimana menjaga
kapasitas air yang tersedia agar dalam jangka waktu tertentu selalu dapat
memenuhi permintaan.
e) Siapa seyogyanya menjadi pengelola sumber daya air ? apakah
pengelolaan sepenuhnya diserahkan kepada pemerintah ataukah
diserahkan kepada pihak swasta.
7.3.2 Pendistribusian Sumber Daya Air
Di dalam menentukan distribusi air ada beberapa pedoman , satu
diantaranya adalah prinsip nilai guna batas yang sama bagi setiap penggunaan .
Prinsip ini menghendaki agar sumber daya air dialokasikan secara efisien . Dalam
penggunaan air perlu diketahui bahwa MVU akan menurunkan bersamaan dengan
jumlah pemakaian air yang meningkat dan sebaliknya akan meningkat dengan

142
penggunaan air yang semakin sedikit . Prinsip MVU ini menegaskan bahwa
sumber daya air hendaknya dialokasikan untuk seluruh pemakai dan penggunaan
sampai diperoleh nilai pengguna marginal yang sama yang sama pada masing
masing penggunaan dari satuan air yang terakhir . Pemakaian akan berhenti pada
penggunaan yang bersaingan tersebut. Pada keadaan ini penggunaan air mencapai
tingkat yang paling efisien . sebagai ukuran dari MVU itu adalah kesediaan
membayar dari masing masing pihak atas tambahan satuan air terakhir yang
dikonsumsi.
7.4 Pengelolaan Sumber Daya Perikanan
       Menurut Crutchfield dan PonteCorvo sumber daya ikan merupakan sumber
daya yang mudah didapat sehingga tak mungkin mengurangi usaha dengan
membatasi masukan, artinya penguasa tidak mungkin menyetopkan orang
menggunakan sarana untuk mendapatkan ikan. Pembangunan perikanan bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan petani dengan meningkatkan produktivitras
sehingga memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Usaha yang
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah intensifikasi,
ekstensifikasi, diversifikasi, rehabilitasi, peningkatan pengadaan sarana pemasaran
dan peningkatan prasarana pelabuhan serta jaringan irigasi.
Pengelolaan sumber daya ikan didasarkan pada prinsip bahwa harus berusaha
meningkatakan kuantitas ikan dan mengurangi biaya-biaya serta menaikan sewa
kelangkaan ( biaya kesempatan optimal menuruti waktui mengurangi kuantitas
ikan dengan satuan) agar kuantitas ikan dapat dipertahankan. Kelestarian populasi
ikan harus dijaga agar produksi ikan tidak merosot dengan cara mencegah
pencemaran laut, perusakan habitat ikan, dan metode penangkapan yang merusak
misalnya dengan bahan peledak atau racun.
Perikanan merupakan subsector yang paling , yaitu sebagai sumber
pendapatan dan kesempatan kerja serta menarik perhatian dalam hal efisiensi dan
distribusi. Masalah efisiensi dikaitkan dengan jumlah persediaan  ikan yang terus
terancam punah dan masalah distribusi berkaitan dengan siapa yang akan
memperoleh manfaat. Ikan merupakan sumber daya alam yang dapat pulih yang
memerlukan usaha usaha pengelolaan yang baik agar dapat mempertahankan dan

143
mengembangkan unit populasi yang ada. Dalam usaha pengelolaan tersebut
diperlukan pengetahuan dan informasi tentang perikanan dalam rangka
mempelajari perilaku kehidupan dan sifat sifat dari unit populasi yang merupakan
suatu komunitas dalam sumber daya alam tersebut.
Kegiatan pokok dari usaha perikanan berawal dari usaha pemanfaatan sumber
daya hayati perikanan, yang selanjutnya menimbulkan berbagai usaha yang
menunjang usaha usaha lanjutannya .akibat yang timbul tidak saja hanya
menyangkut aspek teknis biologis, tetapi juga aspek social, ekonomi, hokum,
keamanan, dan keterlibatan masyarakat yang semuanya memerlukan pengendalian
agar tercapai suatu keseimbangan dalam rangka mencapai tujuan pokok dari
pembanguna sector perikanan tersebut .
Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan pokok pembangunan perikanan,
dilakukan usaha sebagai berikut:
a. Peningkatan produksi dan produktivitas
b. Peningkatan kesejahteraan petani ikan melalui perbaikan pendapatan
c. Penyediaan lapangan kerja
d. Menjaga kelestarian sumber daya hayati perikanan
e. Perbaikan pola manajemen dalam pengelolaan sumber daya ikan
Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya ikan merupakan sumber daya
alam milik bersama atau milik umum berperan dalam kehidupan manusia untuk
pemenuhan kebutuhan hidup baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan lainnya .
Dalam memenuhi tungkat kebutuhan yang semakin tinggi, tidak dapat dihadiri
akan adanya proses penambilan yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab
terhadap persediaan ikan yang ada . hal ini mangandung  risiko yang secara tidak
langsung memberi beban social, yang dapat mempengaruhi proses kehidupan
masyrakat umumnya .
7.4.1 Masalah Pemilikan Bersama
Hampir semua jenis ikan terbuka bagi pengambilan secara umum , artinya
setiap orang atau setiap perusahaan boleh menangkap ikan dilaut atau danau
maupun sungai . memang dalam banyak hal terdapat banyak peraturan meskipun
pada umumnya tidak tepat dan tidak efisien dalam keadaan dimana tidak ada

144
peraturan atau larangan , maka dengan pemilikan bersama (umum ) akan timbul 
hal hal sebagai berikut :
a. Penangkapan akan berlebihan
b. Punahnya populasi ikan akan lebih pasti disbanding dengan dibawah
pemilikan perorangan
c. Dapat menjadikan biaya penangkapan mahal.

Selanjutnya , dengan adanya pengambilan bebas atas sumber daya alam


milik umum akan tidak menimbulkan insentif untuk mempraktekkan penangkapan
ikan secara selektif, pengembangankan buatan , yang dampaknya  bersifat jangka
panjang terhadap populasi ikan. Suatu proses kehidupan yang menunjang
keberadaan sumber daya ikan diperairan yang sekaligus merupakan sumber hayati
biologis akan memberikan manfaat atau kegunaan bagi kehidupan manusia dalam
perkonomiannya. Menurut Howe (1979)untuk menjawab tantangan yang ada
dalam mempertahankan keberadaan sumber daya ikan , focus pengamatan kita
tertuju hendaknya pada bagaimana memaksimumkan pendapatan dari sumberdaya
alam tersebut.
Oleh karena itu lembaga administrasi harus dibentuk dalam menghadapi
masalah penangkapan ikan yang berlebihan dengan membuat suatu konsep untuk
menurunkan kematian akibat pengangkapan ikan . Karena perikanan merupakan
sumber daya alam yang bersifat terbuka,maka dengan kondisi seperti sekarang ini
tidak mingkin dilakukan penurunan usaha pengkapan ikan , sebab kita juga sulit
menghentikan semakin banyaknya orang yang menggunakan peralatan yang lebih
baik dan lebih banyak daripada sebelumnya . salah satu alternative yang ada yaitu
bagimana menurunkan tingkat efisiensi input dalam mengurangi keberadaan
sumber daya ikan dengan jumlah unit penangkapan yang semakin besar
jumlahnya .dari hal tersebut diatas muncul prinsip prinsip dalam pengelolaan
sumber daya ikan yang dikembangkan dalam upaya mengatsi permasalahan yang
ada . prinsip prinsip tersebut adalah:
7.4.2 Prinsip Pengelolaan Perikanan Yang Statis

145
Untuk mempertahankan keberadaan populasi ikan , bergabai prinsip dasar
yang dapat dijadikan pedoman adalah sebagai berikut. 1) kita berusaha
meningkatkan pertumbuhan populasi ikan dan menekan biaya penangkapan , serta
menaikkan scarcity rent . 2) sedangkan bila usaha penangkapan ikan dihubungkan
dengan tingkat bunga , maka apabila tingkat bunga tinggi , orang cenderung
menangkap ikan secara berlebihan , sebaliknya bila tingkat bunga rendah jumlah
ikan akan bertambah karena orang cenderung memperlambat proses penangkapan
ikan . 3) apabila sewa kelangkaan sebesar nol maka harga ikan cenderung sama
dengan biaya marginal penangkapan ikan sehingga penangkapan ikan cukup
tinggi .
7.4.3 Prinsip Pengelolaan Perikanan Yang Bersifat Dinamis
Seperti telah dibahs dimuka bila subsector perikanan tidak mendapatkan suatu
pola pengaturan yang baik maka subsector tersebut akan menjadi subsector yang
bersifat milik umum. Pengelolaan sumber daya ikan dalam hal ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara :
a. Melarang penangkapan ikan pada suatu musim tertentu
b. Menutup daerah penangkapan tertentu dan
c. Membatasi jumlah ikan yang di tangkap ,
Usaha usaha tersebut perlu dibarengi denga usaha ekstra yang berupa
peningkatan pengawasan dan penerapan hokum secara mendasar disamping
pengukuran jenis usaha penangkapan atau teknologi peerikanan yang sesuai ,
seperti penggunaan jala . disamping itu ada factor penting yaitu perlunya campur
yangan pemerintah dalam pemberian izin , pengaturan pajak , dan pungutan yang
dapat merangsang usaha investari dengan kombinasi ketiga cara pengelolaan
sumber daya ikan diatas . jadi pada prinsipnya pemgelolaam perikanan yang
bersifat dinamis menunjukkan maksimalkan nilai yang ada pada saat ini, yang
sebenarnya dapat mendorong timbulnya kepunahan, karena pengelolaan perikanan
yang bersifat dinamis menunjukkan dinamika keluar masuknya perusahaan  yang
dikombinasikan dengan keberadaan tertentu sumber daya ikan sehingga
mendorong kearah industry yang tidak mengutungkan dan tidak stabil yang
disebabkan oleh kepunahan populasi ikan yang tidak disengaja .

146
7.5 Pengelolaan Sumber Daya Hutan
Hutan dapat didefinisi sebagai asosiasi masyarakat tumbuh tumbuhan
tumbuhan dan hewan yang didominasi oleh pohon pohonan dengan luasan
tertentu sehingga dapat membentuk iklim mikro dan kondisi ekonomi tertentu .
hutan merupakan  sumber daya biologi yang terpenting diatas bumi dengan sifat
sifat sebagi berikut :
a) Hutan merupakan tipe pertumbuhan yang terluas distribusinya dan
mempunyai produktivitas biologis yang tinggi dengan luas areal sekitar 22%
dari luas daratan dibola bumi ini, walaupun ada kecenderungan untuk semakin
berkurang .
b) Hutan mencakup kehidupan seperti pertumbuhan dan hewan  , serta bukan
kehidupan seperti sinar , air , panas , tanah dan sebaginya yang bersama sama
membentuk struktur biologis dan fungsi kehidupan .
c) Regenerasi hutan sangat cepat dan kuat dibandingkan dengan sumber daya
alam lainnya .
d) Hutang disamping menyediakan bahan mentah bagi induatri dan bangunan ,
juga melindungi dan memperbaiki kondisi lingkungan dan ekologi.
Hutan telah dimanfaatkan bagi kehidupan manusia sejak saat kehidupan
manusia masih primitive manusia memanfaatkan hutan sebagi sumber kehidupan
untuk mengumpulkan bahan makan, buah buahan perburuan , maupun diambil
kayunya . dengan semakin meningkatnya penggunaan hutan untuk tanah pertanian
dan berkembangnya industry penggrajinan kayu. Pulp maupun kayu lapis
akibatnya terasa kekurangan kayu untuk bahn mentah dan bahan poko keperluan
hidup.
Kekhawatiran mengenai terancamnya kelestarian hutan itu juga telah
diungkapkan oleh mantan menteri kehutanan Soerjarwo yang mengatakan bahwa
tingkat gangguan hutan di Indonesia dewasa ini telah sedemikian hebat dan bila
tidak benar benar dikendalikan akan mengancam kelestarian dan keuntuhan hutan
di Indonesia pernyataan ini cukup beralasan mengingat fungsi  hutang yang
mempunyai penggunaan beragam  itu bukan hanya sebagai penghasil kayu  tetapi
yang terpenting adalah sebagai perlindungan terhadap tataguna tanah, tataguna

147
air , penyerap karbon yang mempengaruhi kondisi iklim sehingga fungsi hutan
amat berguna bukan hanya untuk umat manusia tetapi juga untuk hewan dan
tumbuhan tumbuhan sendiri.
7.5.1 Pengelolaan Hutan
Sebagimana kita ketahuai hutan mempunyai fungsi yang beraneka ragam
antara lain sebagai penghasil kayu dan hasil hasil hutan yang lain srta sebagai
pendukung lingkungan serta penyangga kehidupan yang berfungsi mengatur tata
ai, melindungi kesuburan tanah , mencegah banjir dan tanah longsor , mencegah
erosi dan lain lain . Air merupakan produk penting dari hutan. Tanah dihutan
merupakan busa raksasa yang mampu menahan air hujan sehingga air meresap
perlahan lahan kedalam tanah, banyak kota yang menggantungkan diri terhadap
persediaan air dari hutan dengan sungai sungai yang mengalir sepanjang tahun .
Sifat hutan yang memiliki penggunaan ganda itu berkaitan denga sifat hutan yang
cukup unik  bila dibandingkan dengan sumber daya alam lainnya ,sebab selain
sumber produksi kayu hutan sebagaimana telah disinggung didepan juga
mempunyai berbagai fungsi ; yang secara lebih rinci sebagi berikut :
1. Menyediakan hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan
khususnya untuk keperluan pembangunan industry dan ekspor sehingga
menunjang pembangunan ekonomi daerah dan pembangunan ekonomi
nasional pada umumnya
2. Mangatur tata air mencegah dan membatasi banjir, erosi serta memelihara
kesuburan tanah
3. Melindungi suasana iklim dan memberi  daya pengaruh yang baik, seperti
udara bersih dan segar .
4. Memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk
cagar alam , suaka margasatwa , taman perbaruan dan taman wisata , serta
sebagai laboratorium untuk ilmu pengetahuan pendidikan dan pariwisata .
Berdasarkan fungsi hutan dapat digolongkan menjadi beberapa macam yaitu :
a) Hutan lindung adalah kawasan hutan yang karena sifat sifat alamnya
diperuntukkan guna pengaturan tata air dan pencegahan bencana banjir dan
erosi serta untuk pemeliharaan kesuburan tanah .

148
b) Hutan produksi ialah kawasan hutan yang diperuntukkan guna memproduksi
hasil hutan untuk keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk
pembangunan , industri dan ekspor .
c) Hutan suaka alam ialah kawasan hutan yang karena sifatnya yang khas
diperuntukkan secara khusus untuk perlindungan alam hayati.
d) Hutan wisata ialah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus untuk
dibina dan dipelihara guna kepentingan pariwisata.

Berdasarkan pembagian hutan diatas dapat diperoleh gambaran bahwa dari


suatu hutang terdapat banyak sekali manfaat yang dapat dinikmati oleh
masyarakat. Hal  ini tergantung pada kegunaan yang diinginkan apakah untuk
perlindungan air dan tanah , pencegahan banjir dan erosi , produksi kayu , cagar
alam dal marga satwa , tujuan wisata dan lain lain. Tetapi pengelolaan untuk
tujuan ini harus mengingatkan kelestarian hutan yang terkenal dengan istilah
“sustained yield principle” agar manfaat ganda dari hutan dapat senantiasa
dinikmati. Untuk itu kegiatan dalam pengelolaan hutan akan mencakup eksploitasi
hutan , penggunaan dan pemasarana hasil hutan , pengelolaan hutan , reboisasi,
dan rehabilitasi hutan .
Sebagai akibat penggunaan hutan yang semakin intensif ini, maka pernah pila
terjadi perdebatan antara pihak legilatif dan kaum profesional dalam bidang
kehutanan . perdebatan itu intinya memberikan perhatian terhadap hal yang
berhubungan dengan :
a. Dampak dari kebijaksanaankehutanan terhadap masyarakat yang hidupnya
sangat tergantung pada produksi hasil hutan
b. Dampak dari perdagangan international untuk jenis kayu gelondongan dan
kayu gergajian terhadap perekonomian .
c. Kekurangan pengelola perkayuan terhadap perubahan perubahan jangka
pendek dalam pasaran kayu
Kebijaksanan dalam pengelolaan huan mempunyai cirri biologis yang berupa
waktu yang relative panjang untuk rotasi yaitu periode sejak menanam  sampai
panen atau penebangannya . dengan kata lin investasi pada sumber daya hutan

149
memiliki “gestation period” yang panjang. Secara cirri biologis ada pula cirri cirri
ekonomis seperti biaya sewa tanah hutan yang relative lebih murah disbanding
dengan sewa tanah pertanian karena pohon pohonan dihutan tumbuh didaerah
yang submarginal untuk pertanian . disamping itu pengelola hutan dapat
menyimpan produk hasil hutan dalam bentuk pohon atau tumbuh tumbuhan dan
baru menebangnya pada waktu diperlukan . selanjutnya sumber daya hutan harus
dipandang sebagai barang ekonomis yaitu suatu sumber daya alam yang
dibutuhkan tetapi langka adanya . agar pengelolaan sumber daya hutan dapat
dilaksanakan secara maksimal dengan berlandaskan asas kelestarian , maka hutan
seharusnya diselenggarakan oleh pemerintah , baik pusat maupun daerah. Prinsip
yang dipegang dalam mengeksploitasi hutan adalah menggunakan biaya yang
seminimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang tertentu tanpa merusak
kelestariannya.
Kemudian disisi lain pengelolaan hutan merupakan hal penting bagi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Jika semula hutan masih digunakan
sebagai sumber makan dengan berburu ataupun sumber bahan bakar maka dengan
berkambangnya kebudayaan dan ekonomi kini hutan di manfaatkan lebih intensift
sebagai bahan mentah. Konsep pengelolaan sumber daya hutan harus dipandang
sebagai nbagian dari pengelolaan sumber daya alam dengan proses produksi,
distribusi, konsumsi dan pengembangan hutan sendiri. Pengelolaan hutan yang
sehat di arahkan pada tercapainyya keseimbanagn penggunaan dan pengembangn
hutan yang tergantung pada kebijakn ekonomi dan lingkungan, teknoligi, ekologi,
tenaga ahli, sosial ekonomi dan prilaku  masyarakat. Hal ini menuntut kesadaran
untuk mengelola sumber daya hutan yang tidak hanya dari segi finansial saja
tetap[i diperluas secara utuh dengan pertimbangan ekologi dan ekonomis.
Adapun kegiatan lain dalam manajemen sumber daya hutan adalah
konservasi atau pelestarian. Dengan pertumbuhan penduduk maka kebutuhan akan
hutan semakin meningkat. Dengan demikian ketika terjadi perusakan hutan
dengan eksploitasi berlebihan sedangkan ladang yang belum pulih menjadi hutan
sudah harus diladangkan kembali sehingga kandungan bahan organik dalam tanah
terkuras dibawah batas minimum kemampuan untuk berkembang menjadi hutan

150
sehingga akan memperparah perusakan hutan.Dari hal inilah diperlukan
konservasi untuk tetap mempertahankan kelestariannya dengan cara seperti
reboisasai, penghutanan kembali, pembuatan sengkedan dan sistem tebang pilih.
7.6 Pengelolaan  Sumber Daya Energi Dan Mineral
Sumber daya energi terdiri dari sumber daya nonhayati mineral patra, yaitu
minyak bumi dan gas bumi.kemudian mineral lain yaitu batu bara dan uranium ,
panas bumi, surya, angin, arus laut, pasang surut, panas laut serta sumber daya
alam hayati. Energi sendiri dapat berupa energi kimiawi, listrik, gelombang,
nuklir, mekanik dan panas.  Maka dari itu adapun sumber daya yang ada di
indonesia adalah minyak bumi, gas bumi , batu bara, tenaga air ,panas bumi dan
kayu bakar . sumber ini ada yang dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui.
Oleh karena itu pengelolaan sumber daya ini harus dapat di tingkatkan sehingga
dapat mengatasi krisis. Adapun yang dapat dilakkukan dalam pengelolaan sumber
daya ini yaitu:
a.       Intensifikasi
Yang perlu dilaksanakan dalam intensifikasi ialah meningkatkan survey dan
eksplorasi sumbert daya dalam usaha mengetahui potensi produksi secara
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan rakyat.
b.       Diversifikasi
Dalam rangka usaha diversifikasi adalah mengurangi secara strategis
ketergantungan pada minyak bumi atau dapat menggantinya dengan jenis lain.
c.        Konservasi
Konservasi energi dalam arti penggunaanya dengan efisien dalam rangka
kebijaksanaan energi nasional dan penunjang dalam pembangunan dan
pengembangan.
d.       Indeksasi
Adapun indseksasi ini dapat dilakukan dengan cara ilmiah , dimana untuk setiap
sektor kegiatan dapat dilakukan dengan menentukan prioritas atau energi mana
yang dapat digunakan. Maka dari itu hal-hal yang dapat membantu upaya ini
adalah iklim, investasi yang sehat , pendidikan dan latihan, penelitian dan
pengembangan serta peragaan ,peraturan perundang undangan serta berbagai

151
sarana kebijakan peratutan perundang-undangan seperti perpajakan , tarif, bea
masuk dan lainnya.

Kemudian adapun bahan-bahan sumber daya energi yaitu:


1)    Sumber energi batu bara
Batu bara terbentuk dari tumbuhan yang mengalami proses fosilisasi selam jutaan
tahun. Tetumbuhan mati ini terdiri dari unsur-unsur C, H, O, N yang mengalami
proses metamorfosaakibat tekanan hebat dari lapisan yang menindih lapisan panas
bumi.kegunaan sumber batu bara ini adalah untuk industri dan keperluan rumahg
tangga. Kemudian dalam cadangan batu bara di indonesia sendiri belum di
perkirakan ada berapa banyak tetapi adapun daerah di indonesia yang
menghasilkan batu bara seperti sumatra dan jawa.
2)    Sumber energi minyak bumi
Minyak bumi atau sering di sebut dengan minyak tanah adalah sumber energi
yang terbentuk karena prose dari sumbert organik yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan . Kegunaan minyak bumi di indonesia adalah selain sebagai minyak
tanah juga sebagai minyak pelumas, petrokimia, karet sintetik, bahan residu,
karbondoiksida dan bahan lain.

3)    Sumber energi gas alam


Gas alam ada yang dibuat dan ada yang terbentuk sendiri. Adapun gas alam yang
terbentuk sendiri berasal dari dalam tanah. Hal ini memberikan kegunaan
tersendiri dalam masyarakat yaitu untuk bahan bakar dalam proses memasak yang
dialirkan melalui pipa-pipa.
4)    Sumber arus air
Karena perbedaan tinggi mengalirlah air, daya potensial berubah menjadi daya
gerak. Secara kecil-kecilan tenaga gerak air banyak di manfaatkan seperti
menaikan air sungai untuk irigasi, memutar bnaling-baling untuk penggilingan
padi, untuk listrik dipedesaan serta untuk memperoleh tenaga air besar haruslah
debet air besar pula, dan beda tinggi yang menggerakan air besar pula.tempat-
tempat yang memiliki kondisi alam seperti itu penyediaan tenaga tidak usah

152
tergantung kepada batu bara dan minyak bumi. Tenaga air yang besar itu di ubah
dulu menjadi tenaga listrik yang lebih luas pemanfaatanya.
5)    Sumber energi panas bumi
Panas berasal darti magma yang menyusup kedalam lapisan-lapisan batuan.
Instrusi magma yang besar jumlahnya akan memamanaskan daerah sekitarnya 
selama jangka waktu sangat lama. Sebagian magma sangat mungkin keluar
melalui celah-celah batuan, berupa gas atau cairan panas dan membentuk kawah-
kawah kecil dan solfatar. Apabila didalam wilayah semacam itu terjebak banyak
air di bawah tanah, suhu air akan tetap tinggi dan merupakan sumber energi
sebagai uap panas bertekanan tinggi. Pemboran yang tempat lokasinya akan
menghasilkan tanaga uap yang berkelimpahan, tinggal mencari penyalurannya
untuk di manfaatkan.Energi panas bumi berkaitan dengan magma atau gunung
berapi, tetapi tidak semua tempat mesti prospektif sebagai cadangan tenaga. Harus
terdapat kondisi khusus yang berhubungan dengan air dibawah tanah.
6)    Sumber energy panas matahari
Energi panas matahari mendapat banyak perhatian karena tenaga yang begitu
melimpah belum didayagunakan dengan sungguh-sungguh, sedangkan kebutuhan
tenaga makin bertambah dan cadangan yang lain berkurang. Keunggulan sumber
energy ini adalah melimpah dan tak usah membeli, tidak akan habis dan tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan. Energi matahari dapat digunakan dalam
ukuran kecil maupun besaruntuk industry.
7.7 Beberapa Masalah Umum Akibat Pengelolaan Sumber Daya Alam yang
Tidak Tepat
Dalam pengelolaan SDA tentunya akan ada permasalahan dan hambatan yang
dihadapi yang mungkin saja akibat ulah manusia yang  dalam pengelolaannya
tidak mementingkan aspek ekologi dan lingkungan serta SDA itu sendiri bahkan
mengeksploitasi secara berlebihan sehingga akan menyebabkan resiko yang akan
merusak bahkan menguras SDA itu sendiri. Beberapa permasalahan tersebut
diantaranya:
7.7.1 Perusakan tanah

153
Tanah merupakan SDA yang memerlukan waktu lama untuk dapat memperbarui
diri. Apabila hilang atau habis akan sulit mencari gantinya. Faktor penentu
lainnya tidak terlalu menylitkan. Misalnya saat kekeringan air dan tiba musim
hujan maka dengan sendirinya akan cukup air. Demikian cahaya matahari dan
suhu udara, tetapi tanah yang  rusak akan sulit untuk dipulihkan kembali. Oleh
sebab itu hendaklah dihindari perusakan atas tanah yang memungkinkan akan
menimbulkan kerugian dan risiko yang fatal. Rusaknya tanah adalah akibat ulah
manusia yang seenaknya sendiri memperlakukan tanah dengan buruk yang akan
mendatangkan pengaruh buruk terhadap tanah itu sendiri dan kemanfaatannya
kemudian. Beberapa perlakuan manusia yang merupakan perusakan tanah
sehingga berpengaruh buruk terhadap tanah yaitu antara lain:
a)       Salah guna tanah
Tiap penggunaan tanah disesuaikan dengan sifat-sifat tanah. Penggunaan tanah
optimum memperhatikan tujuan penggunaan dan sifat-sifat tanah yang digunakan
serta ketentuan lain yang berhubungan dengan sistem setempat. Untuk dapat
melaksanakan ini perlu disusun pola dan rencana penggunaan secara terpadu oleh
semua pihak yang berkepentingan. Tanpa perencanaan terpadu akan seringkali
terjadi penggunaan tanah tidak pada tempatnya. Tanah yang  baik untuk pertanian
malah digunakan untuk pabrik kimia, atau untuk lapangan terbang, sehingga akan
menyebabkan sumber daya tanah yang berpotensi menjadi tidak berfungsi.
b)       Kehilangan tanah pertanian
Tanah subur terdapat pada permukaan yang sering diolah dan ditanami. Dengan
cara penggarapan yang keliru mudah sekali tanah berharga hilang oleh erosi air
hujan. Padahal penggunaan tanah pertanian yang mengikuti teknik yang tepat akn
mencegah terjadinya erosi ataupun gerak-gerik tanha lainnya. Selain itu tanah
pertanian dapat pula hilang akibat  pemanfaatan tanah untuk tujuan lain misalnya
saja untuk pembuatan batu bata. Dalam hal ini maka bagian tanah atas yang paling
subur akan terkikis dan hilang walaupun nantinya dalam perkembangan tanah
akan kembali pulih namun akan mengurangi produktivitasnya.
c)       Pencucian tanah

154
Pencucian tanah ini berlangsung di daerah dengan curah hujan tinggi. Tanah
tercuci dari mineral penting yang menjamin nutrient kepada tetumbuhan. Air
memiliki sifat menkorosi dan menghanyutkan bahan yang dikandung batuan dan
tanah. Dengan ini tanah menjadi lekas berstadium tuan dan tidak menguntungkan
lagi terutama untuk pertanian. Namun untuk tujuan lain mungkin tiddak terlalu
merugikan  bahkan dapat diperoleh produk berguna tetapi tetap saja masih akan
mengurangiproduktivitas tanah tersebut.
d)       Pencemaran tanah
Pencemaran terjadi apabila tanah mengandung bahan-bahan terlalu banyak diatas
batas toleransi tetumbuhan, atau mengandung bahan yang bersifat racun. Tanah
yang digunakan untuk tambak garam yang setiap hari dimasuki air laut yang
diuapkan menjadijenuh dengan garam. Apabila tanah tidak digunakan lagi untuk
usaha garam tidak segera dapat digunakan untuk pertanian karena kadar garam
dalam tanah terlalu tinggi. Pencemaran juga dapat berlangsung oleh air. Irigasi
membawa bahan racun bagi tumbuhan melalui pestisida dan lainnya. Racun ini
dapat bersifat alam seperti yang datang dari kawah gunung berapi, tetapi pada
zaman sekarang lebih banyak bersifat buatan seperti bahan buangan pabrik yang
masuk kesaluran irigasi. Perusakan tanh perlu dihindari dan diatasi untuk menjaga
sumber daya tanah yang sangat penting untuk memproduksi bahan pangan itu.
Banyak contoh dalam sejarah menunjukkan keruntuhan suatu Negara akibat
rusaknya tanah pertanian. Kerusakan yang ditimbulkan oleh ulah manusia yang
memang tidak dapat diketahui atau dibayangkan sebelumnya.
7.7.2 Pencemaran Air
Air yang sungguh-sungguh murni tidak ada karena apa saja dapat larut dalam
air.Memang ada bahan-bahan yang mudah larut dan sebaliknya ada bahan-bahan
yang sulit sekali larut. Air yang tercemar adalah air yang selalu penuh dengan
bahan –bahan lain seperti udara atau gas hasil pembusukan. Cairan-cairan asam,
butiran-butiran lemak, protei , karbohidrat, organism-organisme hidup dan mati,
seperti  virus, mikroba, ganggang, mineral-mineral tanah dan batuan. Sehingga
menyebabkan air menjadi kotor dan tidak baik untuk digunakan manusia maupun
makhluk hidup lainnya.Pencemaran air juga dapat terjadi akibat ulah manusia

155
yang membuang sampah ke sungai, selain itu juga pencemaran akibat
tenggelamnya kapal tanker yang membawa minyak atau memang karena minyak
yang tumpah ke laut sehingga akan mencemari laut beserta mungkin ikan yang
didalamnya akan terkena racun itu. Hal lain yang sangat fatal adalah akibat
pembuangan limbah industry yang dialirkan ke laut sehingga akan mencemari air.
7.7.3 Pencemaran Udara
Udara memang tidak akan pernah habis dan tidak memerlukan pengorbanan untuk
mendapatkannya. Manusia bernafas dengan oksigen. Meskipun oksigen cukup
namun udara dapat mengganggu kesehatan apabila ada bahan yang
mencampurinya terutama yang bersifat racun dan jumlahnya jauh melampaui
batas toleransi tubuh yang barang tentu sudah pasti akn menimbulkan gangguan
pada tubuh. Hal tersebut dikatakan telah terjadi pencemaran udara.Pencemar
udara berwujud gas dan partkel yang masuk ke udara melalui berbagai proses.
Pencemar udara yang berbentuk gas meliputi gas metan, gas karbon monoksida
dari kendaraan bermotor, dan sebagainya. Sedang yang berwujud partikel seperti
debu, asap, virus, sisa organism dan sebagainya. Bahan tersebut sebenarnya kalau
bukan racun dann tidak lewat dosis maka tidak akn mengganggu hidup. Namun,
apabila hal itu sayangnya merupakan racun dan harus diadakan usaha mengurangi
pencemaran untuk menghindari efek buruk kepada makhluk hidup.
7.7.4 Keausan Hutan
Hutan yang masih murni dan asli tinggal sedikit dan sebagian besar hutan sudah
terjaah ata dirusak. Dapat diramalkan bahwa umat manusia kelak akan kehilangan
kekayaan yang tak ternilai harganya, dan yang dapat menggoncangkan tata
kehidupan umat. Manusia mengira bahwa tindakan mengeksploitasi yang
berlebihan terhadap hutan dapat berakibat buruk yang membawa malapetaka.
Manusia tidak tahu benar bahwa didalam hutan berlangung interaksi sangat rumit
yang menjaga dan menjamin kestabilan situasi. Orang tidak sadar bahwa
perbuatannya acapkali merusak kestabilan yang berlangsung yang mengakibatkan
pergeseran situasi kearah kehancuran akibat kehilangan keseimbangan interaksi.
Keausan hutan dapat pula terjadi akibat perbuatan yang disadari demi mengejar
keuntungan sesaat atau demi perkembangan ekonomi tanpa memperhitungkan

156
secara serius tentang akibat negative dihari nanti. Selain itu akibat tingkat hidup
masyarakat yang sangat rendah dan pemilikan tanah yang kecil maka hutan akan
mengalami keausan karena menjadi tempat pelarian menambah kebutuhan hidup
yang selalu berkurang. Meskipun telah ada undang-undang dan larangan tentang
hal tersebut, namun perbuatan keliru dengan kesadaran tersebut masi sulit
ditanggulangi.
7.7.5 Eksploitasi Laut yang Berlebihan
Eksploitasi laut dapat terjadi pada ikan dan dasar laut pula. Dalam hal ini
eksploitasi yang berlebihan terhadap ikan dilaut dapat menimbulkan kehilangan
populasi ikan tersebut. Hal ini terjadi akibat lah manusia yang ingin mendapat
keuntungan yang lebih banya sehingga menggunakan teknologi dan teknik yang
dapat merusak laut dan menghilangkan populasi ikan misalnya saja dengan
menggunakan pukat harimau atau peledak bahkan racun dalam menangkap ikan.
Padahakl hal ini tentu saja merusak ekosistem laut, merusak laut, merusak habitat
ikan sehingga akan mengurangi populasi ikan, serta menyebabkan pencemaran
laut. Selain itu eksploitasi terhadap laut yang berlebihan tidak saja terjadi pada
ikan saja tetapi kini dasar laut yang semula dianggap tidak menarik untuk usaha
mulai dilakukan penambangan di dasar laut. Akibat kemajuan teknologi dan
makinlangkanya bahan didaratan, kini mulai ada penambangan didasar laut seperti
pemboran dan eksploitasi minyak bumi. Batu-batuan berharga juga mulai
ditambang didasar laut untuk memenuhi kebutuhan batuan hiasan. Aktivitas
penambangan didasar laut ini sepintas tidak membawa efek samping merugikan,
tetapi ternyata kenyataannya merusak lingkungan dan ekosistem laut. Bebatuan
dasar laut yang morfologinya merupakan habitat ikan dan penyeimbang ekosistem
laut akan habis dan menyebabkan gangguan pada populasi ikan yang
menyebabkan punahnya ikan dan kemerosotan produksi ikan.
7.7.6 Pemborosan Energy
Energy atau tenaga dibutuhkan semua makhluk hidup. Kemajuan peradaban
membutuhkan banyak lagi energy untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat 
yang semakin banyak dan semakin beragam. Sumber energy yang telah ditemukan
dan diolah potensinya dengan baik masih dirasa belum mcukup memenuhi

157
kebutuhan akan energy dalam kebutuhan manusia. Hal ini disebabkan manusia
tidak hemat dan bersikap boros terhadap energy. Manusia merasa bahwa energy
akan selalu ada dan bisa terus memenuhi tuntutan hidup manusia. Meskipun alam
telah menyediakan sumber energy yang dapat memenuhi kebutuhan akan energy
tetapi manusia belum mampu memanfaatkannya dengan optimal sedang perilaku
pemborosan manusia tetap berlanjut dengan sadar sehingga lama kelamaan
manusia akan kesulitan untuk memenuhi tuntutan energy akibat sikap boros yang
secara sadar terus dilakukan. Selain itu pemborosan energy akan menyebabkan
terganggunya kestabilan ekosistem kehidupan. Karena secara tidak langsung
pemborosan energy akan meningkatkan pemanasan global yang akan
mengganggu kelangsungan hidup manusia.
7.8 Kebijakan Yang Bertanggungjawab Dalam Pengelolaan SDA
7.8.1 Definisi Kebijakan Sumber Daya Alam Yang Bertanggung Jawab
Pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab merupakan
sesuatu keharusan bagi masyarakat suatu Negara bila dikehendaki meningkatnya
kualitas hidup masyarakat tersebut. Kualitas hidup disini mencakup kenaikan
produktivitas tiap jam kerja dan perbaikan lingkungan. Dengna kebijakan
pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab menjamin kontinuitas 
produksi dan lingkungan yang baik di masa sekarang dan yang akan datang.
Untuk itu semua perlu kerja sama antar para ahli dan para pengambil keputusan
sehingga proses pengambilan keputusan politik didasari oleh analisis data yang
kuat.
Howe mengemukakan bahwa kebijakan sumber daya alam adalah yang
bertanggung jawab haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Kebijakan tersebut menjamin kontinuitas produksi serta lingkungan yang
baik diwaktu yang akan datang.
b) Kebijakan tersebut mengandung pedoman, rangsangan serta tindakan yang
bertalian dengan pemanfaatan sumber daya alam yang mampu
menggerakkan ekonomi kea rah konsumsiyang efisien terus menerus dan
selalu meningkat.

158
c) Kebijakan tersebut tid ak mengakibatkan perusakan lingkungan fisik
sehingga tidak dapat di pulihkan.
d) Kebijakan tersebut tidak menimbulkan resiko besar pada generasi yang
akan datang.
e) Kebijakan tersebut perlu didasarkan pada kenyataan bahwa neagara di
dunia itu saling tergantung sehingga kebijakan tersebut perlu dikaitkan
dengan kesejahteraan bagi seluruh dunia.
Penggarisan kebijakan ini didasarkan pada berbagai konsep dasra
pengelolaan sumber daya alam semenjak tahun 1990an dengan munculnya
tulisan Barnett dan Morse yang membicarakan tentang kesulitan-kesulitan
sehubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam namun hal tersebut
dapat diatasi dengan perubahan perkembangan teknologi sehingga dapat
memperbaiki kulitas hidup manusia. Bagaimanapun juga perkembangan
teknologi saja tidak cukup, perlu perbaikan prosedur penilaian sosial dan
pengembalian keputusan.
Selanjutnya Landsberg mencoba mengestimasi pola kebutuhan serta
tersedianya sumbeer daya alam amerrika serikat (air, lahan, energy dan mineral
bukan bahan bakar) dari tahun 1960 sampai dengan 2000. Dia mengemukakan
bahwa kebijakan akan sumber daya alam dan energy haruslah dilaksanakan secara
terus-meneris tidak boleh di panggah, ditunjang oleh sistem perdagangan dunia
yang bebas, serta pemikiran tentang guna ganda lahan dan perairan yang
mengelilingi suatu Negara.
Namun Club of Rome (1970an) menyaksikan tersedianya sumber daya
alam secara terus menerus. Sejalan dengan pendapat Malthus, dikemukakan
kekhawatiran akan terbatasnya sumber daya alam dan hal itu terbukti dengan
meningkatkan harga minyak bumi yang menimbulkan : krisis energy”. Di
Indonesia sendiri LIPPI bekerjasama dengan National Academy of Sciences
(NAS) Afrika selatan menerbitkan laporan loka karya tentang sumber daya alam
pada tahun 1972 (11-16 september di jakarta). Dalam loka karya tersebut
diinventarisasi sumber daya alam di Indonesia serta kebutuhan untuk
pembangunan nasional aspek lingkungan belum terpikirka pada waktu itu.

159
Pada tahun 1977 Sumitro Djojohadikusumo mengemukakan pentingnya
kaitan antara ilmu pengetahuan, sumber daya alam, dan pembangunan. Ekologi
dan lingkungan sudah mulai berbicara.Selanjutnya baik Katili maupun Zen
menegaskan bahwa sumber daya alam memang penting untuk pembangunan
nasional dan perlu dikelola dengan baik dengan memperhatikan lingkungan yang
penting dan perlu dalam hal ini adalah bagaimana cara memanfaatkan sumber
daya alam untuk pembangunan nasional tanpa merusak lingkungan. Kiranya
syarat-syarat yang dikemukakan di depan dapat dijadikan pedoman tentag
pengelolaan sumber daya alam yang bertanggung jawab.

160
DAFTAR PUSTAKA

Suparmoko, M. (1997) ‘Ekonomi sumber daya alam dan lingkungan’, Suatu


Pendekatan Teoritis, ed, 3.
Suparmoko, M. (2002) ‘Buku Pedoman Penilaian Ekonomi: Sumber daya Alam
dan Lingkungan’, BPFE, Yogyakarta, Edisi Pertama.
Suparmoko, M. (2002) ‘Buku Pedoman Penilaian Ekonomi: Sumberdaya Alam
dan Lingkungan’, BPFE, Yogyakarta, Edisi Pertama.
Suparmoko, M. (2018) Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Suatu
Pendekatan Teoritis. 4 Revisi. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Suryanegara. (1977). Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang – Undang Republik Indonesia, (2004). UU no 7 Tentang Sumber Daya
Air, Pustaka Widyatama, Yogyakarta
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
UNEP, U. (2011) ‘Towards a green economy: Pathways to sustainable
development and poverty eradication’, Nairobi, Kenya: UNEP.
United States Departements of Agriculture. (1996). Soil Quality Indicators:
Aggregate Stability. USDA Natural Resources Conservation Service.

161

Anda mungkin juga menyukai