Dosen pengampu:
A.Fahrurrozi, S.H.I,M.HI
Disusun oleh:
Istiqomah 21602021004
2022
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr.Wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur atas kehadirat Allah swt. Tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan rahmatnyalah kami diberikan kesehatan dan kelancaran dalam menyusun
makalah ini sehingga dapat menyelesaikannya secara tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah berjasa dalam membantu dan memberikan motivasi sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan juga kami ucapkan terimakasih kepada Bapak
A.Fahrurrozi, S.H.I, M.HI. selaku dosen mata kuliah Ilmu Kalam yang telah memberikan tugas
ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, jika ada kesalahan baik dalam
penulisan maupun pengutipan, kami terlebih dahulu memohon maaf. Untuk itu saran dan kritik
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................................12
B. Penutup.......................................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu.
Semakin berkembangnya agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw ini ditandai
dengan semakin bertambahnya jumlah pengikut yang tersebar ke berbagai pelosok
negeri. Namun pasca meninggalnya Nabi Muhammad Saw, banyak terjadi perpecahan
umat islam yang sebagian besar dipengaruhi oleh perbedaan pandangan atau pendapat
pada suatu persoalan substansi agama. Perpecahan yang terjadi diantaranya ditandai
dengan lahirnya aliran-aliran baru (Rohidin, 2018).
Aliran keagamaan atau mazhab ini kemudian tumbuh dan berkembang, baik di
bidang politik, hukum, maupun akidah atau kalam. Salah satu dari aliran di bidang
akidah atau kalam yaitu aliran Muktazilah. Aliran Muktazilah sendiri adalah aliran yang
sangat mengagungkan pemikiran akal atau rasionalisme dalam menjalankan faham
keagamaan mereka (Hatta, 2013).
Seputar pengertian, sejarah lahirnya, teologi, prinsip-prinsip dasar,
perkembangan, dan juga tokoh-tokoh dari aliran Muktazilah akan menjadi fokus
pembahasan penulis di makalah ini. Demikianlah sedikit gambaran dari penulis
mengenai isi pembahasan makalah.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
4
3. Untuk mengetahui metode pemikiran kalam/teologi dalam aliran Mu'tazilah.
4. Untuk mengetahui lima prinsip dasar aliran Mu'tazilah.
5. Untuk mengetahui sejarah perkembangan aliran Mu'tazilah.
6. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dalam aliran Mu’tazilah.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mu’tazilah
Secara bahasa kata Mu'tazilah berasal dari bahasa arab yaitu i'tizal ( )اعتزلyang
berarti mengasingkan atau memisahkan diri. Sedangkan secara istilah Mu'tazilah berarti
nama suatu golongan yang muncul pada awal abad kedua hijriah dan sangat
mengedepankan pemikiran akal dalam membahas teologi islam, dimana golongan
tersebut adalah pengikut Washil bin Atha' yang keluar dari majelis Hasan al-Bashri
(Ahmad, 2017).
B. Sejarah lahirnya aliran Mu’tazilah
Terdapat dua pendapat tentang sejarah lahirnya aliran Mu’tazilah, yaitu :
a. Agama
Pendapat tentang sejarah lahirnya aliran Mu'tazilah dari kacamata
agama berawal dari adanya pertanyaan yang saat itu cukup hangat
diperbincangkan, yaitu tentang status orang mukmin yang melakukan dosa
besar, apakah ia tetap mukmin atau menjadi kafir di majelis Hasan al-Bashri.
Hasan al-Bashri kemudian menjawab pertanyaan tersebut, yaitu masih
mukmin selama ia percaya adanya Tuhan dan Rasul (Atjeh, 1966), namun
dibantah oleh salah satu peserta majelis tersebut yang bernama Washil bin Atha'
yang berpendapat bahwa orang mukmin yang berbuat dosa besar maka
statusnya tidak lagi sebagai mukmin seutuhnya namun tidak juga kafir
seutuhnya. Kedudukannya di antara dua posisi tersebut yang dinamakan “al-
Manzilah bayn al-Manzilatain (tempat di antara dua tempat)”.
Adanya perbedaan pendapat tersebut membuat Washil bin Atha’ dan
temannya yang bernama 'Amr bin Ubaid langsung meninggalkan majelis
pengajian tersebut. Melihat tindakan itu, Hasan al-Bashri pun berucap “I’tazala
'Anna Washil (Washil telah memisahkan diri dari kita). Namun, ada juga versi
lain yang menyebutkan bahwa Washil bin Atha’ dan temannya diusir dari
majelis. Dari peristiwa tersebut banyak ahli sejarah yang menilai itu sebagai
faktor utama penyebab lahirnya aliran Mu’tazilah (Hatta, 2013).
6
b. Politik
Satu abad sebelum munculnya Mu'tazilah yang dipelopori oleh Washil
bin Atha', istilah Mu'tazilah sendiri pernah muncul. Ketika itu sebutan
Mu'tazilah merupakan julukan bagi suatu kelompok yang tidak mau terlibat
dengan urusan politik, dan hanya menekuni kegiatan dakwah dan ibadah
semata.
Sebutan Mu’tazilah menurut pandangan politik secara khusus ditujukan
kepada mereka yang tidak mau ikut terlibat dalam peperangan, baik perang
Jamal antara pasukan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dengan pasukan Siti Aisyah,
maupun perang Siffin antara pasukan Sayyidina Ali bin Abi Thalib melawan
pasukan Mu'awiyah. Kedua peperangan tersebut terjadi karena adanya
persoalan politik (Hatta, 2013).
Akibat perang ini umat islam terbagi menjadi beberapa kelompok
dikarenakan perbedaan pendapat akan pelaku dosa besar. Anggapan Khawarij
yaitu Ali dan pendukung arbitase adalah pelaku dosa besar karena hukum yang
mereka ambil tidak berdasar hukum Allah Swt, sehingga mereka dianggap kafir.
Sedangkan Murjiah membantah dengan mengatakan bahwa pelaku dosa besar
tetap seorang mukmin dan persoalan dosanya dikembalikan ke Allah Swt.
Munculnya kelompok baru atas reaksi perdebatan dua kelompok tersebut yang
dikenal dengan nama Mu’tazilah, beranggapan bahwa kedudukan pelaku dosa
besar berada di antara mukmin dan kafir atau disebut al-Manzilah bainal
Manzilatain (Ahmad, 2017).
7
Menurut Abu Zahrah dalam Hatta (2013), aliran Mu’tazilah berpegang pada
premis-premis logika dalam menetapkan akidah kecuali dalam masalah-masalah yang
tidak dapat dijangkau akal. Dalam menggunakan metode logika itu sendiri, mereka
berusaha agar tidak menyimpang dari nas-nas al-Qur'an. Jika terlihat adanya perbedaan
atau pertentangan antara paham mereka dengan nash al-Qur’an, maka nas itu mereka
takwilkan sehingga tidak bertentangan dengan paham mereka sekaligus tidak
bertentangan dengan makna al-Qur’an.
Selain menggunakan logika, Mu'tazilah juga banyak dipengaruhi oleh
pemikiran filsafat Yunani. Ada 2 penyebab, yaitu :
1. Mereka menemukan keserasian dalam kecenderungan berpikir filsafat Yunani,
yang kemudian mereka jadikan itu sebagai metode berpikir yang membantu
mereka lebih lancar dan kuat dalam berargumentasi.
2. Ketika para filosof dan pihak lain berusaha meruntuhkan dasar-dasar ajaran Islam
dengan argumentasi-argumentasi logis, Mu'tazilah dengan gigih menolak mereka
dengan menggunakan metode diskusi dan debat mereka.
8
1. At Tauhid ( keesaan)
At tauhid adalah prinsip intisari ajaran mu'tazilah, sebenarnya setiap
madzab teologis pada islam memegang doktrin ini. Tetapi bagi mu'tazilah, tauhid
mempunyai arti yang spesifik. Tuhan harus di sucikan menurut segala sesuatu yang
dapat mengurangi arti kemahaesaannya. Pada umumnya mu'tazilah membagi sifat
allah menjadi 2 yaitu ilmu dan kuasa dan keduanya sebagai sifat esensial, setelah
mereka mereduksi lagi kedua sifat ini menjadi satu yaitu keesaan. Doktrin tauhid
mu'tazilah menjelaskan bahwa tuhan dapat dilihat, juga keyakinannya tidak ada
Satu pun yang dapat menyemai tuhan, begitupun sebaliknya.
2. Al- 'Adl ( keadilan)
Al-adl yang berarti tuhan maha adil. Adil ini merupakan sifat yang paling
mulia untuk menunjukkan kesempurnaan, karena Tuhan Maha sempurna dia pasti
adil. Faham ini bertujuan ingin menempatkan Tuhan benar-benar adil menurut
sudut pandang manusia. Tuhan dipandang adil apabila bertindak hanya yang baik
dan terbaik. Begitupula Tuhan itu adil bila tidak melanggar janjinya (Rohidin
2018).
3. Al-Wa’d wa al-Wa’id
Yaitu janji dan ancaman. Kaum Mu’tazilah meyakini bahwa janji dan
ancaman Tuhan untuk membalas perbuatan hamba-Nya pasti akan terlaksana. Ini
bagian dari keadilan Tuhan.
4. Al-Manzilah bain al-Manzilatain
Yaitu tempat di antara dua tempat. Kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa
orang mukmin yang berdosa besar, statusnya tidak lagi mukmin dan juga tidak
kafir, ia berada di antara keduanya. Doktrin inilah yang kemudian melahirkan aliran
Mu’tazilah yang digagas oleh Washil ibn Atha.
5. Al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahyu ‘an al-munkar.
Yaitu perintah melaksanakan perbuatan baik dan larangan perbuatan
munkar. Ini merupakan kewajiban dakwah bagi setiap orang Mu’tazilah ( Hatta
2013).
9
Hal ini terjadi pada masa Khalifah Al-Makmun pada tahun (813-833M) dan pada
masa putra Harun Al-Rasyid (766-809M), pada tahun 827 M teologi Mu’tazilah
dijadikan Madzab resmi negara. Sejak itu aliran Mu’tazilah aliran teologi yang
boleh dianut umat muslim dalam wilayah Dinasty Abbasiyah.
Aliran ini mendapat pengakuan resmi dari pemerintah , jadi otomatis aliran
Mu’tazilah ini mendapat dukungan sekaligus perlindungan. Selanjutnya aliran ini
dengan berani menyebarkan pahamnya secara publik. Mereka memulai dengan cara
lemah lembut sampai kekerasan. Kekerasan itu sendiri berkenaan dengan paham
Alqur’an . Masalah ini menimbulkan peristiwa Al-Mihnab yaitu pemeriksaan
terhadap ulama ahli hadis dan ahli fikih pada dinasti Abbasiyah ( Hatta 2013 ).
Awalnya Mu’tazilah menghabiskan waktu sekitar 2 abad untuk tidak
mendukung sikap bermadzab , mengutamakan sikap netral dalam pendapat dan
tindakan. Hal ini merupakan salah satu sebab mengapa disebut Mu’tazilah.
Mu’tazilah tidak menanggapi dalam problematika sebagai perpecahan. Tetapi
mengambil sikap dengan mengajukan teori” al manzilah baina manzilatain”. Akan
tetapi mereka berlindung kepada bani buwaihi.
Golongan pertama, disebut Mu’tazilah satu sebagai politik murni. Golongan
ini tumbuh, khususnya bersikap lunak dalam menangani pertentangan Ali Bin Abi
Thalib dan Lawanya, terutama yaitu Muawiyah, Aisyah, dan Abdullah Bin Abi
Zubair. Golongan ini disebut kaum Mu’tazilah karena mereka menjauhkan
pertikaian masalah khalifah.
Golongan kedua, disebut Mu’tazilah dua, golongan ini muncul dikalangan
Khawarij dan Murjiah akibat adanya peristiwa tahkim, karena mereka berbeda
pendapat dengan golongan khawarij dan Murjiah tentang status kafir yang berbuat
besar. ( Rohidin 2018 ).
10
1.Tokoh- tokoh Mu’tazilah Basrah
a. Washil bin Atha’ al-ghazzal ( 80-131 H )
Washil dilahirkan di Madinah dan kemudian menetap di Basrah. Ia
merupakan tokoh pertama yang melahirkan aliran Mu’tazilah, dan beliau diberi
sebutan syekh al-Mu’tazilah wa qadimuha yang artinya pemimpin sekaligus
orang tertua dalam Mu’tazilah ( Hidayatullah 2018 ).
b. Abu Huzail Muhammad Ibn Ubaidillah Ibn Makhul al-Allaf
Ia lahir di Basrah tahun 135 dan wafat pada tahun 235 H. Ia lebih populer
dengan panggilan al-Allaf karena rumahnya dekat dengan rumah penjual
makanan ternak. Gurunya bernama Usman al-Tawil salah seorang murid
Washillah Atha.
c. Ibn Sayyar Ibn Hani al-Nazham
Ia tahun lahirnya tidak diketahui ia wafat pada tahun 231 H. Ia lebih
terkenal dengan sebutan Al-Nazhham.
d. Abu Ali Muhammad Ibn Ali Al-jubbai
Ia lahir di Jubba pada tahun 135 H dan ia wafat pada tahun 267 H. Ia
adalah ayah tiri dan juga guru dari pramuka ahlussunnah wal jamaah Imam Abu
Hasan Al-Asyari ( Ahmad 2017 ).
2. Tokoh-tokoh Mu’tazilah Baghdad
a. Bisyir Ibn al-Mu’tamir
Ia wafat pada tahun 226 H, ia merupakan pendiri Mu’tazilah di Baghdad.
b. Jarullah Abdul Qasim Muhammad bin Umar
Ia lahir di khawarazm iran. Ia lebih dikenal dengan panggilan al- zam
Akhsyari. Ia tokoh yang menelorkan karya tulis yaitu Tafsir al-kasysyaf
c. Hasan Abdul Jabbar Ibn Ahmad Ibn Abdullah al-Hamzani al-
Asadi
Ia lahir di Hamazan Khurasan dan wafat di ray teheran. Ia berusaha
mengembangkan karya tulisnya yang sangat banyak. Yang cukup populer di
antaranya yaitu Syarah Ushul al-Khamsah dan al-maghuni al-Ahwali wa al-
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mu'tazilah adalah suatu golongan yang memisahkan diri dari pemikiran islam,
yang sangat mengedepankan kedudukan akal dalam berpikir namun tetap berusaha agar
tidak menyimpang dari ajaran al-Qur’an. Dimana para anggotanya adalah pengikut
Washil bin Atha' yang berselisih pendapat tentang pelaku dosa besar dan memutuskan
keluar dari majelis Hasan al-Bashri. Dengan akal (logika) dan filsafat Yunani adalah
dua metode pemikiran kalam / teologi yang dipakai oleh aliran Mu’tazilah. Ada lima
prinsip dasar (al-Ushul al-Khamsah) yang ditetapkan jika seseorang ingin diakui
sebagai Mu'tazilah, yaitu : At-tauhid, Al-‘Adl, Al Wa’d wa al-Wa’id, Al-Manzallah bin
al-Manzilatain , Al-Amr bi al-Ma’ruf wa al-Nahyu an Al-Munkar.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami sadari masih banyak kekurangan, saran dan
kritik yang membangun, sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, J. (2017). Muktazilah : Penamaan, sejarah, dan lima prinsip dasar (Ushul al-
Khamsah). Jakarta : UIN Syarif Jakarta.
Baharudin, M. (2010). Paham Teologi Rasional Mu'tazilah di Indonesia. Jurnal Al-Adyan, 5(1),
99-104.
Hatta, M. (2013). Aliran Mu’tazilah Dalam Lintasan Sejarah Pemikiran Islam. Jurnal Ilmu
Ushuluddin, 12(1), 87-104.
13
14