Anda di halaman 1dari 11

Perilaku Kesehatan

Reproduksi Lansia
Outline

01 Definisi Lansia 03 Pemenuhan 05 Hubungan


Kebutuhan Karakteristik
Seksualitas Lansia dengan
Lansia pemenuhan
Kebutuhan
02 Perubahan 04 Penurunan Seksualitas
Yang Terjadi Kebutuhan Golongan
Psda Lansia Seksualitas Lansia
Definisi Lansia
Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena faktor
tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun
sosial (Nugroho, 2012). Sedangkan, menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk melakukan fungsinya
dalam memenuhi kebutuhan dalam hidup. Proses menua merupakan proses yang
terusmenerus (berlanjut) secara alamiah (Priyoto, 2015).
Batasan usia lanjut menurut World Health Organitation (1999), adalah(1) usia lanjut
(elderly) 60-74 tahun, (2) usia tua (old) 75-90 tahun, dan (3) usia sangat tua (very old) di
atas 90 tahun. Sedangkan menurut Undang-Undang No 13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 lanjut
usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Kholifah (2016) yaitu:
• Perubahan Fisik
1) Sistem Pendengaran Probiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan
atau daya pendengaran pada telingadalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Integumen Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Selain itu, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit yang dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Kardiovaskuler Perubahan sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang.
4) Sistem Respirasi Kapasitas total paru tetap, namun volume cadangan paru bertambah untuk
mengompensasi kenaikan ruang paru. Udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada
otot, kartilago dan sendi toraks mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang
5) Sistem Reproduksi Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovarium dan
uterus serta atropi payudara pada wanita. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur.
• Perubahan Psikososial Perubahan psikososial yang terjadi pada lansia antara lain mengalami
kesepian, duka cita karena kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup, depresi, cemas,
parafrenia, serta dapat terjadi sindrom Diogenes yaitu menampakkan penampilan dan perilaku yang
mengganggu.
• Perubahan Pola Tidur Menurut Maas (2011), lansia sering kali melaporkan mengalami kesulitan
tidur, sehingga menimbulkan gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya dan dapat
meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain. Oleh karena itu, pendekatan
keperawatan di perlukan untuk mencegah kehilangan fungsi lebih lanjut dan meningkatkan kualitas
perawatan diri (Dewi, 2014).
Pemenuhan Kebutuhan Seksualitas Lansia
Seksualitas dalam usia lanjut makin diakui sebagai hal yang penting dalam perawatan lansia. Semua lansia,
baik sehat maupun lemah, perlu mengekspresikan perasaan seksualnya. Seksualitas meliputi cinta, kehangatan ,
saling membagi dan sentuhan, bukan hanya melakukan hubungan seksual. Seksualitas berkaitan dengan identitas
dan validasi keyakinan bahwa orang dapat memberi pada orang lain dan mendapatkan penghargaan ( Perry &
Potter, 2005).
Seksualitas dalam usia tua beralih dari penekanan pada prokreasi menjadi penekanan pada pertemanan,
kedekatan fisik, komunikasi intim, dan hubungan fisik mencari kesenangan (Hebersol &Hess, 1994).
Tidak ada alasan bagi individu tidak dapat tetap aktif secara seksual sepanjang mereka memilihnya. Hal
ini dapat secara efektif dipenuhi dengan mempertahankan aktifitas seksual secara teratur sepanjang hidup.
Terutama sekali bagi wanita, hubungan senggama teratur membantu mempertahankan elastisitas vagina,
mencegah atrofi, dan mempertahankan kemampuan untuk lubrikasi. Namun demikian, proses penuaan
mempengaruhi proses seksual. Perubahan fisik yang terjadi bersama proses penuaan harus dijelaskan kepada
klien lansia. Lansia mungkin juga menghadapi kekuatiran kesehatan yang membuat sulit bagi mereka untuk
melanjutrkan aktivitas seksual. Dewasa yang menua mungkin harus menyesuaikan tindakan seksual dan respon
terhadap penyakit kronis, medikasi, sakit dan nyeri, atau masalah kesehatan lainnya( Perry & Potter, 2005).
Masalah Seksualitas

Lansia Masyarakat biasanya ragu-ragu untuk memperkenalkan topik dengan masalah seksual dengan alasan
tertentu kepada tenaga kesehatan maupun orang lain. Mereka mungkin terlalu malu atau berpikir bahwa tidak
semestinya mempunyai permasalahan seksual. Oleh karena itu para penyedia pelayanan kesehatan profesional
terus menerus memperkenalkan masalah seksual kepada masyarakat supaya hal ini mudah diatasi
permasalahannya untuk mengatasi masalah seksualnya ( Darmojo, 2004 ). Masalah seksual bagi individu yang
secara seksual aktif dimana individu berkeinginan melakukan hubungan seks yang aman. Melakukan hubungan
seks yang aman telah mendapat pengakuan yang meningkat akibat ketakutan tentang AIDS. Resiko dan
konsekuensi dari PMS harus selalu menjadi pertimbangan (Perry & Potter, 2005).
Hambatan eksternal biasanya berupa pandangan sosial, yang menganggap bahwa aktivitas seksual tidak layak
lagi dilakukan oleh para lansia. Masyarakat biasanya masih bisa menerima seorang duda lansia kaya yang menikah lagi
dengan wanita yang lebih muda atau mempunyai anak setelah usianya agak lanjut, tetapi hal sebaliknya seorang janda
kaya yang menikah dengan pria yang lebih muda sering kali mendapat cibiran masyarakat.
Hambatan internal psikologik seringkali sulit dipisahkan secara jelas dengan hambatan ekternal. Seringkali
seorang lansia sudah merasa tidak bisa dan tidak pantas berpenampilan untuk bisa menarik lawan jenisnya. Pandangan
sosial dan keagamaan tentang seksualitas di usia lanjut(baik pada mereka yang masih mempunyai pasangan, tetapi
terlebih pada mereka yang sudah menjanda/menduda) menyebabkan keinginan dalam diri mereka ditekan sedemikian
sehingga memberikan dampak pada ketidakmampuan fisik, yang dikenal sebagai impotensia ( Darmojo, 2004)
Penurunan Kebutuhan Seksualitas
Dengan meningkanya usia, proses penuaan berlanjut terus sampai produksi hormon dan aspek kesehatan
lainnya juga akan menurun sehingga kebutuhan seksual akan mengalami penurunan. Kondisi ini jarang
didiagnosa atau diperiksakan kedokter. Sebagian akan menerimanya sebagai bagian dari proses penuaan dan
kebutuhan seksual pun akan berhenti seterusnya. Yang lebih sulit lagi harapan hidupnya akan menurun sehingga
kondisi itu dirasakan sebagai tanda berakhirnya kehidupan ( Suparto,1997).
Seiring dengan proses penuaan aktivitas seksual mungkin kebutuhan seksual akan menurun/terbatas
karena ketidakmampuan spesifik, tetapi dorongan seksual, ekspresi cinta, dan perhatian tidak mengalami
penurunan yang sama. Dari pada penurunan fungsi seksual diasumsikan dengan sakit, lebih baik perhatian
difokuskan pada sesuatu yang masih dapat dilakukan. Pengaruh psikososial dari ketidakmampuan pada
umumnya mempunyai pengaruh yang lebih negatif pada fungsi seksual dari pada gangguan fisik akibat
ketidakmampuan itu sendiri. Mengembangkan kepercayaan diri dan membentuk ekspresi seksual yang baru
dapat banyak membantu pada lansia yang mengalami ketidakmampuan seksual (Pudjiastuti, 2003).
Hubungan Karakteristik Lansia dengan pemenuhan Kebutuhan
Seksualitas Golongan Lansia

Hasil penelitian menyebutkan bahwa lebih dari 90% gangguan seksual disebabkan oleh faktor psikologis
(Psikoseksual). Walaupun pengaruh psikologis cukup besar, ternyata pengaruh faktor fisik semakin tinggi pada
lansia. Semakin tua seseorang, penyebab fisik dapat lebih besar dari pada penyebab psikologis ( Pudjiastuti,
2003).
Kehilangan aktivitas seksual bukan merupakan aspek penuaan yang tidak dapat dihindari dan sebagian
besar orang yang sehat tetap aktif secara seksual secara teratur sampai usia lanjut. Namun, dalam karakteristik
usia lanjut memang membawa perubahan tertentu dalam respon seksual fisiologis pria dan wanita, dan disertai
sejumlah masalah medis yang menjadi lebih prevalen pada usia lanjut yang berperan penting terhadap terjadinya
gangguan seksual patogen terhadap lansia.
Lansia dalam pemenuhan kebutuhan seksualnya sangat tergantung dengan keadaan personal yang
mengalami proses penuaan, hal ini disebabkan karena keadaan lansia yang sudah terbatas kemampuannya dalam
melakukan segala sesuatunya sendiri,agar dalam pemenuhan kebutuhan seksual mereka dapat tercapai sesuai
dengan keadaan kondisi mereka.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai