Anda di halaman 1dari 17

FOBIA, RAGAM DAN PENANGANANNYA

Oleh: RIDWAN, M.Psi, Psikolog

Abstraksi
Fobia adalah sebuah gangguan kecemasan yang
merupakan manifestasi dari rasa takut yang berlebihan dan
membayangi kehidupan individu itu sendiri baik secara
pribadi maupun secara sosialnya.
Fobia yang terus berlanjut menimbulkan keadaan
frustasi dan sampai pada akhirnya individu mengalami
depresi dengan keadaan fobia yang mereka terima dengan
reaksi yang paling parah adalah keinginan untuk bunuh diri
sebagai jalan untuk keluar dari masalah yang mendera
mereka.
Sebuah intervensi sangat diperlukan dalam penangan
kasus fobia, baik itu fobia specific maupun fobia sosial,
sehingga individu menjadi lebih produktif, berprestasi bahkan
berkarya ditengah-tengah lingkungannya baik di sekolah,
kampus, maupun lingkungan sosial lainnya sebagai
perwujudan existensi mereka.
Penanganan yang serius dari tim ahli (Psikolog maupun
Psikiater) dengan pendekatan psikologis maupun medis akan
sangat membantu individu yang mengalami fobia untuk dapat
keluar dari permasalahan yang dihadapi.
Kata Kunci: Fobia, ragam dan penanganan fobia

1
A. Pendahuluan
Banyak sekali ketakutan-ketakutan yang menghantui dalam kehidupan kita
sehari-hari yang disebabkan oleh sebuah pemahaman yang keliru terhadap
permasalahan atau objek yang sedang dihadapi yang dianggap sebagai sumber
masalah hingga ketakutan ini pada akhirnya menimbulkan kecemasan yang sangat
luar biasa bagi si individu itu sendiri.
Kasus Phobia yang dihasilkan oleh sebuah kecemasan yang tinggi
menunjukkan angka yang signifikan bagi para penderitanya dan diperkirakan akan
terus bertambah sejalan dengan kompleksnya masalah yang dihadapi di era jaman
serba informasi ini. Manusia cenderung mudah mengalami rasa takut dan panik. Di
Amerika sendiri pravelensi fobia spesifik pada populasi normal diperkirakan 5-10
orang pada setiap 100 orang, dan lebih umum terjadi pada perempuan (Kaplan,
Sadock, & Grebb, 1994; Keslerr dalam Davidson & Neale, 2001). Sementara fobia
sosial diperkirakan 2-3 orang per orang dan juga lebih banyak terjadi pada
perempuan.
Secara psikologis, fobia akan menganggu produktivitas bagi yang
mengalaminya, ketakutan akan figur otoritas (Guru, dosen, pimpinan, orang tua
dan objek-objek lainnya) bahkan pada situasi yang sebenarnya tidak menimbulkan
rasa takut pada kebanyakan orang seperti tempat-tempat keramaian. Kecemasan-
kecemasan yang terlalu diantisipasi secara berlebih-lebihan inilah yang
menimbulkan gejala fobia dan bisa terjadi pada siapapun baik dari anak-anak
hingga pada orang dewasa. Perhatian yang bersangkutanpun terfokus pada gejala-
gejala individual seperti perasaan mau pingsan, muntah dan seringkali pula diiringi
oleh perasaan takut amati, takut kehilangan kendali atau takut menjadi gila.
Akibat situasi phobia yang terus dialami dan menghantui, bisa menimbulkan
keadaan depresi bagi yang mengalami keadaan ini sebagai akibat coping strategi
yang tidak tepat dan tak jarang pula bisa membahayakan bagi individu itu sendiri
dan bisa juga berakibat kepanikan bagi lingkungan sekitarnya (sekolah, kampus,
kantor, dsb nya).

2
B. Pengertian Fobia
Kata fobia berasal dari kata Yunani phobos, berarti “takut” yang berarti

obyek atau situasi yang ditakuti (Kaplan, Sadock & Grebb, 1994; psikologi

abnormal, Fitri & Julianti:76).

Istilah phobos sendiri berasal dari nama salah satu dewa Yunani yang

menakutkan musuh-musuhnya. Konsep takut dan cemas bertautan erat. Takut

adalah perasaan cemas dan agitasi sebagai respons terhadap suatu ancaman.

Gangguan fobia adalah rasa takut yang persisten terhadap objek atau situasi dan

rasa takut ini tidak sebanding dengan ancamannya. Untuk mengalami rasa takut

yang mencekam karena kesulitan menjawab soal-soal ujian adalah sebuah situasi

normal pada umumnya karena ada dasar objektif untuk perasaan takut tersebut.

Pada gangguan fobia, ketakutan yang dialami jauh melebihi penilaian

tentang bahaya yang ada. Orang yang mempunyai fobia menyetir, ada

kemungkinan menjadi takut bahkan bila mereka menyetir dengan kecepatan di

bawah batas rata-rata, ketika udara cerah dan di jalan yang sepi. Atau mereka

mungkin begitu ketakutan sehingga tidak berani menyetir atau bahkan naik mobil

pun tidak berani. Orang dengan gangguan fobia tidak kehilangan kontak dengan

realitas; mereka biasanya tahu bahwa ketakutan mereka itu berlebihan dan tidak

pada tempatnya.

Hal yang aneh tentang fobia adalah biasanya melibatkan ketakutan terhadap

peristiwa yang biasa dalam hidup, bukan yang luar biasa. Orang dengan fobia

mengalami ketakutan untuk hal-hal yang biasa yang untuk orang lain sudah tidak

dipikirkan lagi, seperti naik elevator atau naik mobil di jalan raya. Fobia dapat

mengganggu bila mereka mempengaruhi tugas sehari-hari seperti naik bus,

pesawat terbang, atau kereta api; menyetir; berbelanja; atau pergi keluar rumah.

3
Menurut Davidson dkk., 2004, fobia didefinisikan sebagai penolakan yang

mengganggu yang diperantarai oleh rasa takut yang tidak proporsional dengan

bahaya yang dikandung oleh objek atau situasi tertentu dan diakui oleh si penderita

sebagai sesuatu yang tidak berdasar. Beberapa contoh adalah ketakutan ekstrem

terhadap ketinggian, tempat tertutup, ular atau laba-laba, mengingat tidak ada

bahaya objektif tetapi disertai dengan penderitaan yang cukup besar untuk

mengganggu kehidupan seseorang.

DSM-IV-TR dalam Davidson dkk., 2004 memberikan kriteria terhadap

fobia adalah sebagai berikut :

 Ketakutan yang berlebihan, tidak beralasan dan menetap yang dipicu oleh objek

atau situasi.

 Keterpaparan dengan pemicu menyebabkan kecemasan intens.

 Orang tersebut menyadari bahwa ketakutannya tidak realistiS.

 Objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan kecemasan intens.

Banyak ketakutan tertentu yang tidak menyebabkan derita yang cukup

untuk memaksa individu mencari bantuan penanganan. Sebagai contoh, jika

seseorang yang memiliki ketakutan yang sangat besar pada ular tinggal di daerah

metropolitan, kecil kemungkinannya ia mengalami kontak langsung dengan objek

yang ditakuti sehingga dapat menjadi tidak percaya bahwa ada yang salah dengan

dirinya.

C. Ragam Fobia
Menurut DSM IV, fobia dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu fobia spesifik
dan fobia sosial.
1. Fobia Spesifik
Fobia Spesifik merupakan sebuah ketakutan yang tidak diinginkan karena
suatu kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik
(Davidson & Neatle, 2001).

4
Jenis Fobia spesifik dalam DSM IV dapat digolongkan dalam 5 hal,
diantaranya:
i. Tipe fobia terhadap binatang (misal: fobia tikus, anjing atau
binatang berbulu lebat).
ii. Tipe lingkungan alam (misalnya ketinggian, kilat atau air).
iii. Tipe fobia terhadap darah, suntikan atau luka.
iv. Tipe situasional (misalnya takut berada dalam pesawat terbang, lift
atau tempat tertutup)
v. Tipe lainnya (misalnya ketakutan terhadap kostum karakter tertentu
pada anak-anak).

Fobia juga dapat bervariasi sesuai budaya, contohnya adalah “pa-leng” di


Cina yang berarti fobia dingin yaitu ketakutan akan kehilangan panas tubuh
yang menyebabkan kematian). Contoh lain adalah fenomena “tai-jin kyofu-
sho” di Jepang, yaitu ketakutan terhadap orang lain atau ketakutan yang
ekstreem bahwa individu akan mempermalukan orang lain, misalnya
memperhatikan daerah sekitar alat kelamin, memperlihatkan ekspresi wajah
aneh saat melihat orang lain, dsb-nya. Kita semua tentu mempunyai
ketakutan-ketakutan dan fobia yang berbeda, bahkan beberapa orang
kehidupannya sangat terganggu karena ketakutan dan fobia yang
dialaminya. Fobia yang dijelaskan berikut ini mungkin sangat aneh dan
irasional, tetapi faktanya ada beberapa orang yang mengalaminya.

2. Fobia Sosial
Merupakan ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya berhubungan
dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari situasi dimana ia mungkin
dieavaluasi dan dikritik, yang membuatnya merasa terhina dan dipermalukan
dan menunjukkan perilaku kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang
memalukan (Kaplan, Sadock, & Grebb, 1994; Davison dan Neale, 2001).

Gangguan Phobia yang tercatat dalam DSM-IV

Gangguan Penjelasan Contoh


Agoraphobia Ketakutan terhadap tempat Seseorang menjadi
atau situasi dimana mengurung diri di rumah

5
pertolongan mungkin tidak karena setiap tempat karena
akan diperoleh ketika berada tempat-tempat lain dianggap
dalam kondisi emergency membahayakan dan
(berbahaya atau genting) menimbulkan simtom
anxiety (tanda-tanda ekstrim
yang mencemaskan)
Specific Ketakutan terhadap objek- Takut pada pisang atau pada
Phobias objek , tempat-tempat atau barang yang terbuat dari
situasi yang spesific karet.
Animal Type Takut pada binatang atau Ketakutan yang ekstrim
serangga tertentu terhadap, anjing, kucing, ular
atau laba-laba.
Natural Kejadian atau situasi di Ketakutan yang ekstrim
Environment lingkungan alami terhadap badai, ketinggian
Type atau air.
Situasional Takut terhadap transportasi Orang menjadi sangat takut
Type umum, terowongan, jembatan, pada ruangan yang sempit,
elevator, terbang atau seperti dalam elevator.
mengemudi.
Blood Takut terhadap darah, cedera Orang menjadi takut ketika
Injedion- atau luka, dan suntikan. melihat anak kecil melihat
Injury Type pisau
Social Takut dinilai, dihakimi atau Menjauhi semua situasi
Phobia dipermalukan oleh orang lain sosial dan mengurung diri
karena takut menghadapi
penilaian orang lain
(judgement)
Sumber (Susan Noelan-Hoeksema, 2004, Anxiety Disorder: Panic, Phobia and
Generalized anxiety; Soetardjo, 74).
Dalam PPDGJ III, disebutkan pedoman-pedoman diagnosis, diantaranya:
- Gejala-gejala psikologis, perilaku atau otonomiki harus merupakan
manifestasi primer dari anxietas dan bukan sekunder dari gejala lain seperti
waham atau pikiran obsesif.

6
- Anxiety harus hanya terbatas pada (terutama terjadi dalam) sekurang-
kurangnya dua dari situasi berikut: banyak orang, tempat-tempat umum,
bepergian keluar rumah dan berpergian sendiri kecuali untuk fobia sosial
anxietas harus hanya terbatas atau menonjol pada situasi sosial tertentu
saja.
- Menghindar dari situasi fobik harus merupakan gambaran yang menonjol.
Sementara itu ada beberapa jenis fobia yang aneh dan ekstrim yang juga sering
ditemukan:
1. Mageirocophobia
Mageirocophobia adalah ketakutan akan memasak. Ketakutan akan masak
ini memang sangat aneh dan dapat menyebabkan pola makan yang tidak sehat
pada orang tersebut. Penderita fobia ini akan merasa terancam oleh orang yang
pandai memasak dan perasaan tidak aman yang akan menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan.
2. Pediophobia
Pediophobia adalah ketakutan terhadap boneka. Ketakutan yang timbul
terhadap boneka ini sangat rasional, dan ketakutan ini muncul terhadap semua
jenis boneka, tidak hanya pada boneka yang berbentuk mengerikan. Freud
mengatakan bahwa fobia ini timbul karena rasa takut boneka atau robot itu akan
hidup.
3. Deipnophobia
Deipnophobia adalah ketakutan pada pembicaraan saat makan malam.
Penderita fobia ini merasa ketakutan saat harus berbicara dengan orang lain saat
makan, oleh karena itu mereka menghindari jika diajak keluar untuk pergi
makan.
4. Eisoptrophobia
Eisoptrophobia adalah ketakutan oleh cermin. Orang yang menderita fobia
ini akan merasa gugup saat berhadapan dengan cermin karena merasa didalam
cermin terdapat dunia supernatural lain. Mereka juga percaya jika cermin pecah
dapat membawa kesialan dan nasib buruk.
5. Arachibutyrophobia
Arachibutyrophobia adalah ketakutan yang aneh terhadap selai kacang.
Ketakutan ini timbul karena mereka berpikir selai kacang akan terperangkap di
langit-langit mulutnya.
7
6. Cathisophobia
Cathisophobia adalah ketakutan yang muncul saat harus duduk. Ketakutan
ini dapat dipicu oleh memori berbagai jenis hukuman yang didapatkan saat
sekolah, karena kasus wasir atau karena pernah menduduki benda yang tajam.
7. Xanthophobia
Xanthophobia adalah ketakutan terhadap warna kuning. Penderita fobia
ini mempunyai ketakutan irasional terhadap segala sesuatu yang berwarna
kuning. Ketakutan ini merupakan bentuk ekstrim akan ketakutan terhadap kata
"kuning"
8. Hylophobia
Hylophobia merupakan ketakutan terhadap pohon. Ketakutan ini mungkin
dipicu oleh bentuk-bentuk kayu yang mengerika yang dibayangkan saat masih
kecil.
9. Nomophobia
Nomophobia adalah ketakutan hidup tanpa ponsel. Fobia ini baru saja
ditemukan beberapa tahun yang lalu oleh fenomena yang ditemukan oleh
survey. Lebih dari separuh populasi di Ingris menderita fobia ini.
10. Pogonophobia
Pogonophobia adalah ketakutan terhadap berbagai jenis janggut.
Semua jenis ketakutan ini secara umum terkait dengan sesuatu yang
menakutkan yang terjadi di masa lalu. Berkonsultasi dengan dokter dapat
membantu menghilangkan berbagai fobia tersebut.
https://www.dokter.id/berita/10-jenis-fobia-ekstrim-dan-aneh

D. Pendekatan Teori Psikologi dan Biologis


Penjelasan-penjelasan mengenai terjadinya sebuah kecemasan sehingga
membentuk sebuah perilaku phobia dapat dijelaskan dari berbagai pendekatan teori
psikologi, diantaranya :
1. Psikoanalisa
Dalam pendekatan psiko analisa menenakankan pada sebuah konsep
ketidak sadaran yang mendominasi dalam perilaku individu. Freud
sebagaimana dikutip oleh Kaplan, Sadock, & Grebb (1994),
mengemukakan hipotesis bahwa fungsi utama kecemasan adalah
memberi tanda kepada ego bahwa dorongan terlarang yang berasal dari
8
ketidak sadaran akan muncul ke kesadaran. Fobia merupakan sebuah
rekasi defence mechanism untuk melawan kecemasan-kecemasan sebagai
akibat yang ditimbulkan oleh dorongan yang berpusat di id yang
kemudian impuls-impuls dorongan atau energi tersebut ditekan (Davison
& Neale, 2001). Kecemasan yang dimunculkan oleh konflik-konflik yang
direpres tersebut akan dialihkan atau dipindahkan pada obyek atau situasi
yang memiliki hubungan simbolik dari sumber kecemasan yang
sebenarnya ia miliki.
Menurut Arieti (11979) sebagaimana dikutip oleh Davison & Neale
(2001) beranggapan bahwa fobia timbul karena adanya represi terhadap
konflik interpersonal yang terjadi pada masa kanak-kanak. Dimana, pada
awal masa kehidupannya orang tua dan orang dewasa lainnya akan
melindungi mereka dari bahaya. Namun, selanjutnya mereka mulai takut
orang-orang dewasa tersebut tidak dapat diandalkan. Karena anak-anak
tidak dapat hidup dalam ketidak percayaan atau ketakutan pada orang
lain, mereka mengalihkan objeknya pada objek atau situasi yang lebih
impresional dan fobia ini bisa saja muncul ketika dimasa dewasanya
mereka menghadapi kondisi stres.
2. Behavioral
Behavior merupakan sebuah teori atau aliran psikologi yang sangat sering
digunakan dalam pembentukan perilaku. Dalam pandangan teori
behavior sebuah perilaku dalam hal ini fobia merupakan sebuah reaksi
yang dipelajari dan dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip belajar,
diantaranya
a. Avoidance-Conditioning
John B Watson & Rayner (dalam Davison & Neale, 2001)
mengemukakan hipotesis bahwa fobia dapat dipelajari melalui
kondisoning perilaku menghindar sebagai upaya melarikan diri dari
kesakitan yang akan diterima olehnya bila tetap berhadapan dengan
situasi tersebut dan respon ini akan terus dipertahankan oleh individu
karena mendapat konsekuensi hilangnya rasa takut. Misal, orang terus
menghindar bertemu dengan binatang ular bahkan hanya sekedar
melihat gambarnya saja tidak mau karena memiliki pengalaman yang
tidak menyenangkan dengan ular.
9
b. Modelling
Ketakutan tidak selamanya berdasarkan pengalaman secara langsung,
akan tetapi dapat juga dipelajari dari hasil pengamatan atau meniru
reaksi orang lain (vicarious learning) bahkan juga fobia bisa juga
muncul akibat didapatnya instruksi verbal atau sebuah deskripsi dari
orang lain.
c. Defisit dalam keterampilan sosial.
Dalam Pandangan behavior, tingkah laku yang tidak sesuai atau
kurangnya keterampilan sosial menjadi penyebab munculnya
kecemasan sosial hal ini bisa terjadi karena individu tidak belajar
bagaimana seharusnya berperilaku yang sesuai agar dapat diterima
dan merasa nyaman dengan orang lain atau bisa juga disebabkan si
individu itu sendiri menampilkan perilaku yang ceroboh, canggung,
dan sering mendapat kritikan dari teman-temannya.
3. Kognitif
Dalam pendekatan kognitif lebih menekankan pada sebuah proses
berpikir seseorang dimana cara berpikirnya inilah yang bisa
menimbulkan ketakutan-ketakutan akan sesuatu dan pikiran-pikiran
tersebut pula yang mempertahankan perilaku fobianya.
Menurut pandangan teori ini, kecemasan berhubungan dengan
kecendrungan untuk lebih memperhatikan stimulus negatif,
menginterprestasikan informasi yang ambigu sebagai ancaman, dan
sangat percaya bahwa peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan akan
terjadi lagi dimasa mendatang (Matthew & Mc. Leod dalam Davison &
Neale, 2001). Mereka cenderung lebih memperhatikan evaluasi oleh
orang lain terhadapa dirinya, lebih sadar citra yang ditampilkan pada
orang lain dan cenderung menilai diri sendiri secara negatif meskipun
sebnarnya mereka berpenampilan baik dalam sebuah interaksi (Fitri &
Julianti, 81).
4. Biologis
Menurut asumsi Lacey (dalam Davison & Neale, 2001), bahwa kelabilan
individu dikarenakan sistem otonomya lebih mudah dibangkitkan oleh
berbagai macam stimulus, menjadi faktor yang penting dalam
terbentuknya perilaku fobia. Karena labilitas otonom antara lain
10
ditentukan oleh faktor genetik, maka Gabbay mengemukakan dugaannya
bahwa faktor keturuna juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam
pembentukan fobia (Fitri & Julianti, 81).
.
Berikut merupakan sebuah sebuah penjelasan dari pendekatan teori tersebut.
Teori Penjelasan Contoh
Psycho- Fobia dihasilkan ketika Seorang anak kecil
dinamics kecemasan-kecemasan bawah mengembangkan fobia
theories sadar dipindahkan ke objek yang terhadap kuda yang
netral (tidak menimbulkan merepresentasikan
kecemasan) ketakutan terhadap
ayahnya
Behavioral 1. Classical Conditioning. 1. Seseorang anak
theories Mengarahkan ketakutan yang jatuh ke
terhadap objek dengan sungai dan tidak
kejadian-kejadian yang bisa berenang
menakutkan. mengembangkan
ketakutannya
terhadap air.

2. Menghindari objek, 2. Orang dengan


mengurangi kecemasan: agrofobia
selanjutnya hal ini mempelajari bahwa
diperkuat melalui operant dengan tetap tinggal
conditioning di apartemennya,
serangan paniknya
mudah dihilangkan,
dan tetap tinggal di
apartemen
selanjutnya sebagai
penguat perilakunya

3. Orang yang telah 3. Orang

11
disiapkan melalui mengembangkan
pengembangan peristiwa fobia terhadap laba-
untuk membangun fobia laba dan puncaknya
terhadap objek atau situasi adalah lebih mudah
yang tidak berbahaya bagi sekali cemas
orang lain. terhadap laba-laba
dari pada senjata
atau atau tiang
listrik
Cognitive Fobia sosial berkembang pada Seorang wanita yang
theories (of orang-orang yang memiliki berkeyakinan bahwa ia
social phobia) standar yang sangat tinggi selalu gagap dalam
terhadap penampilan sosial percakapan dengan orang
mereka. Orang-orang yang lain akan berpikir ia bodoh
berasumsi bahwa orang lain dan berpotensi dalam
menilai mereka dengan kasar, dan pengembangan fobia sosial
pada orang-orang yang sangat pada dirinya.
perhatian terhadap penolakan
sosial.
Biological Faktor turunan memberikan Anak-anak dengan fobia
theories sumbangan bagi munculnya sering memiliki hubungan
resiko terhadap fobia, akan fhobia yang sama dengan
mengarahkan atau menciptakan orang tuanya
temperamen tertentu yang
cenderung mengarah pada fobia.
Sumber: (Susan Noelan-Hoeksema, 2004, Anxiety Disorder: Panic, Phobia
and Generalized anxiety; Soetardjo, 191).
Demikian hal-hal pemicu sebuah fobia dari sudut pandang psikologi dan
biologis yang bisa saja terjadi pada siapapun sebagai akibat proses belajar yuang
keliru maupun pemikiran yang irrasional terhadap sebuah kejadian yang dialami
oleh individu.

12
E. Penanganan Fobia
Dalam sebuah permasalahan tentu tak lepas dari sebuah solusi yang
ditawarkan. Fobia bukan sesuatu yang tak dapat disembuhkan dan sesuai dengan
pendekatan teori-teori psikologi dalam memandang permasalahan fobia, maka
pendekatan itu pula yang dapat diterapkan dalam penanganannya.

1. Pendekatan Psikoanalisa
Tujuan dari terapi psikoanalisa adalah untuk mengungkapkan konflik-
konflik yang dianggap mendasari munculnya kecemasan berupa
ketakutan-ketakutan yang ekstreem dan reaksi menghindar yang menjadi
karakteristik gangguan fobia.
Beberapa kombinasi tekhnik dapat digunakan, misalnyaasosiasi bebas
dan analisis mimpi.. namun beberapa analisis ego kontemporer
melakukan penanganan terhadap fobia dengan meminta orang tersebut
menghadapi (mengkonfrontir) fobianya. Hal ini penting untuk mengobati
simtom, meskipun tidak dapat menyelesaikan konflik yang diasumsikan
menyebabkan fobia (Davison & Neale, 2001)
2. Pendekatan Behavioral
Menurut Davison & Neale (2001), pendekatan ini menggunakan
desensitisasi sistematis sebagai metode utam. Individu yang mengalami
fobia membayangkan gambaran sesuatu (stimulus) fobia yang makin
lama makin menakutkannya, sementara mereka dalam keadaaan tenang
(ada proses relaksasi). Namun metode relaksasi tidak dapat diterapkan
pada individu yang memiliki fobia darah dan suntikan karena bisa
meningkatkan kecenderungan pingsan serta meningkatkan ketakutannya.
Bagi mereka justru disarankan untuk mengencangkan otot-otot saat
mengalami ketakutan. Untuk individu yang mengalami fobia sosial dapat
dilakukan dengan mengajarkan keterampilan sosial melalui bermain
peran dan pengulangan interaksi sosial di dalam ruang terapi.
Tekhnik lain yang dapat digunakan untuk menangani fobia spesifik
adalah modelling, floadding dan successive approximation. Melalui
modelling individu menyaksikan orang lain berinteraksi dengan sesuatu
yang menjadi objek fobia tanpa rasa takut. Pada teknik floading klien

13
dihadapkan secara langsung pada sumber fobianya dengan intensitas
penuh. Namun, cara ini sebaiknya digunakan sebagai alternatif terakhir,
karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi penderitanya. Dalam
tekhnik successive approximation, sumber fobia ditampilkan sedikit demi
sedikit, dan individu mendapatkan imblan setiap kali berhasil mendekati
obyek. Tekhnik merupakan bentuk dari metode shapping (Davison &
Neale, 2001).
3. Pendekatan Kognitif
Penderita fobia spesifik, menunjukkan bahwa mereka memiliki
pandangan kognitif yang skeptis (Davison & Neale, 2001). Menurut para
ahli dibidang kognitif, individu telah menyadari bahwa ketakutan pada
fobia merupakan suatu hal yang berlebihan dan merekapun dianggap
telah mengetahui bahwa objek fobia sesungguhnya merupakan sesuatu
yang tidak berbahay. Sedangkan untuk menangani fobia sosial, individu
dipersuasi untuk mempersepsi reaksi orang lain secara lebih akurat dan
mulai mengurangi ketergantungan terhadap persetujuan dari orang lain,
agar dapat timbul perasaan berharga dalam dirinya. Metode yang
diperkenalkan oleh Beck & Ellis ini dapat pula dikombinasikan dengan
pelatihan keterampilan sosial.
4. Pendekatan Biologis
Penanganan biologis untuk fobia adalah pemberian obat-obatan sedatif,
tranqulizer, atau anxiolytics yang dapat mengurangi kecemasan dan
kebanyakan obat-obat yang digunakan sekarang adalah obat-obat anti
depresi.
Pendekatan-pendekatan psikologis maupun biologis ini dapat diterapkan
baik secara mandiri maupun menggabungkan dari berbagai pendekatan yang
ada sebagai sebuah solusi dalam penanganan fobia.

F. PENUTUP
Kecemasan merupakan sebuah reaksi alamiah yang bisa terjadi dan menimpa
pada siapapun tanpa mengenal tingkatan usia akibat dari suatu proses pemahaman
terhadap sebuah situasi yang dianggap sebagai sebuah tekanan (stressor).
Namun, sebuah kecemasan tanpa coping strategi yang baik, maka ia akan
menghasilkan sebuah gangguan kejiwaan dalam bentuk manifest gangguan yang
14
didiagnosis secara berbeda-beda tergantung perilaku yang dimunculkan oleh
individu sendiri. Salah satu gangguan yang bisa saja terjadi pada si individu yakni
apa yang disebut dengan istilah fobia. Sebuah istilah yang menunjukkan sebuah
ketakutan yang berlebihan terhadap objek atau situasi yang sedang dihadapi yang
sebagian orang merasa hal tersebut biasa-biasa saja dan bukan hal yang bisa
menimbulkan rasa takut.
Untuk itu sebuah penanganan secara individual maupun sosial sangat
diperlukan bagi individu yang mengalami fobia ini. Mengenal secara kronologis
peristiwa yang melandasi (trigger) akan membantu proses treatmennya.
Ada berbagai macam pendekatan yang bisa dilakukan oleh seorang Psikolog
maupun Psikiatri dalam penanganan kasus fobia, yakni dengan intervensi dari
pendekatan teori psikoanalisa, behavioral, kognitif maupun dengan pemberian
treatment atau terapi yang tepat tergantung seberapa besar masalah yang
menginggapi. Bahkan dalam kasus secara biologis, psikiater bisa memberikan
obat-obatan sebagai pengendali dari fobia yang dihadapi oleh individu. Kenali
fobia dengan segala perilaku yang ditampilkan agar kita lebih peka dan peduli
terhadap gangguan-gangguan ini dan segeralah untuk mengkonsultasikan ke
psikolog maupun psikiater dalam penanganannya.

15
DAFTAR BACAAN

APA. (1996). Dianostik And Statistical Manual Of Mental Disorder, Fourth

Edition.DSM-IV-TR.John Wiley & Sons,Inc.

Fitri, Julianti. 2008. Psikologi Abnormal. Jakarta: UI Press.

Davidson, Corey Gerald. (1986). Teori Dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.

Brooks/Cole Publishing Company Pacific Grove California.

Moeljono, 2007. Kesehatan Mental. Malang: UMM Press.

Sutardjo, 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT Refika Aditama

…….1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.

Jakarta: Departemen Kesehatan R.I

https://www.dokter.id/berita/10-jenis-fobia-ekstrim-dan-aneh

16
17

Anda mungkin juga menyukai