Anda di halaman 1dari 12

LANGKAH LANGKAH PENYUSUNAN TES TEORI

DALAM PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN

Oleh : Aryadie Adnan


Dihimpun dari berbagai sumber
(Tidak untuk diperjual belikan)

MENYUSUN TES

Dalam membuat tes teori, yang lebih penting di prsiapkan dengan baik
adalah tes objektif, sedangkan tes subjektif hampir diabaikan langkah
langkah pembuatannya, karena sangat mudah, sementara tes objektif
cukup sulit menyusunnya, sebelum menyusun tes harus dipersiapkan
buku buku atau materi materi ajar yang sudah diajarkan, agar bisa
disusun alternative jawaban dengan baik dan sempurna, jika materi yang
diajarkan tidak ada, maka membuat tes akan lebih sulit, karena harus
mencari jawabannya terlebih dulu. Ada tiga hal yang harus diperhatikan
sesuai dengan prosedur penyusunan tes objektif, yaitu 1). Materi apa
yang akan menjadi soal dalam tes tersebut 2) aspek apa yang akan dites
dan 3) Membuat matrik pendistribusian Materi dan aspek yang dites.
Berikut dijelaskan sebagai berikut :

1
A. Aspek yang dites

Dalam teori pendidikan, kita mengenal Taksonomi Bloom, yaitu


ranah…….Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk
tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali disoleh Benjamin Bloom
pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi
beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi
kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.

Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:

1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku


yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap,
apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku
yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan
tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.

Bloom membagi domain kognitif kedalam enam tingkatan. Domain ini


terdiri dari dua bagian: Bagian pertama berupa Pengetahuan (kategori 1)
dan bagian kedua berupa Kemampuan dan Keterampilan Intelektual
(kategori 2-6)

2
1. Pengetahuan (Knowledge)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,


definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dsb.
Sebagai contoh, ketika diminta menjelaskan manajemen kualitas, orang
yg berada di level ini bisa menguraikan dengan baik definisi dari kualitas,
karakteristik produk yang berkualitas, standar kualitas minimum untuk
produk.

2. Pemahaman (Comprehension)

Berisikan kemampuan mendemonstrasikan fakta dan gagasan


mengelompokkan dengan mengorganisir, membandingkan,
menerjemahkan, memaknai, memberi deskripsi, dan menyatakan
gagasan utama

• Terjemahan
• Pemaknaan
• Ekstrapolasi

Pertanyaan seperti: Membandingkan manfaat mengkonsumsi apel dan


jeruk terhadap kesehatan.

3. Aplikasi (Application)

Di tingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk menerapkan


gagasan, prosedur, metode, rumus, teori, dsb di dalam kondisi kerja.
Sebagai contoh, ketika diberi informasi tentang penyebab meningkatnya
reject di produksi, seseorang yg berada di tingkat aplikasi akan mampu
merangkum dan menggambarkan penyebab turunnya kualitas dalam
bentuk fish bone diagram.

3
4. Analisis (Analysis)

Di tingkat analisis, seseorang akan mampu menganalisis informasi yang


masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan informasi ke dalam bagian
yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya, dan mampu
mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
skenario yg rumit. Sebagai contoh, di level ini seseorang akan mampu
memilah-milah penyebab meningkatnya reject, membanding-bandingkan
tingkat keparahan dari setiap penyebab, dan menggolongkan setiap
penyebab ke dalam tingkat keparahan yg ditimbulkan.

5. Sintesis (Synthesis)

Satu tingkat di atas analisis, seseorang di tingkat sintesis akan mampu


menjelaskan struktur atau pola dari sebuah skenario yang sebelumnya
tidak terlihat, dan mampu mengenali data atau informasi yang harus
didapat untuk menghasilkan solusi yg dibutuhkan. Sebagai contoh, di
tingkat ini seorang manajer kualitas mampu memberikan solusi untuk
menurunkan tingkat reject di produksi berdasarkan pengamatannya
terhadap semua penyebab turunnya kualitas produk.

6. Evaluasi (Evaluation)

Dikenali dari kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap solusi,


gagasan, metodologi, dsb dengan menggunakan kriteria yang cocok atau
standar yg ada untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya.
Sebagai contoh, di tingkat ini seorang manajer kualitas harus mampu
menilai alternatif solusi yg sesuai untuk dijalankan berdasarkan efektivitas,
urgensi, nilai manfaat, nilai ekonomis, dsb.

4
Level 3 :
Peserta didik pada level ini memiliki kemampuan penalaran dan
logika

• Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman yang luas terhadap


materi mpelajaran dan dapat menerapkan gagasan-gagasan dan
konsep-konsep dalamsituasi yang familiar, maupun dengan cara yang
berbeda

• Menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi gagasan-gagasan dan


informasi yang faktual

• Menjelaskan hubungan konseptual dan informasi yang faktual.

• Menginterpretasi dan menjelaskan gagasan-gagasan yang kompleks


dalam pelajaran.

• Mengekspresikan gagasan-gagasan nyata dan akurat dengan


menggunakan terminologi yang benar.

• Memecahkan masalah dengan berbagai cara dan melibatkan banyak


variabel.

• Mendemonstrasikan pemikiran-pemikiran yang original

5
Level 2 :
Peserta didik pada level ini memiliki kemampuan aplikatif (Applying).

• Memperlihatkan pengetahuan dan pemahaman terhadap materi


pelajaran dan dapat mengaplikasikan gagasan-gagasan dan konsep-
konsep dalam konteks tertentu

• Menginterpretasi dan menganalisis informasi dan data.

• Memecahkan masalah-masalah rutin dalam pelajaran

• Menginterpretasi grafik-grafik, tabel-tabel, dan materi visual lainnya.

• Mengkomunikasikan dengan jelas dan terorganisir penggunaan


terminologi.

Level 1 :
Peserta pada level ini memiliki kemampuan standar minimum
dalam menguasai pelajaran (Knowing)

• Memperlihatkan ingatan dan pemahaman dasar terhadap materi


pelajaran dan dapat membuat generalisasi yang sederhana.

• Memperlihatkan tingkatan dasar dalam pemecahan masalah dalam


pembelajaran, paling tidak dengan satu cara.

• Memperlihatkan pemahaman dasar terhadap grafik-grafik, label-label,


dan materi visual lainnya.

• Mengkomunikasikan fakta-fakta dasar dengan menggunakan


terminologi yang sederhana.

Menempatkan aspek yang dites, dapat diberi pembobotan dengan asumsi


aspek yang mudah dites lebih banyak dan secara bertingkat kearah aspek
yang dites lebih sulitsemakin sedikit jumlah soalnya.

B. Materi yang dites

6
Dalam pembuatan soal soal tes objektif, soal soal harus diambilkan dari
materi materi yang telah diajarkan atau disampaikan kepada siswa.
Pembagian materi bisa dimasukan berdasarkan bab yang sudah dibahas
bersama siswa, materi yang sulit, biasanya jumlah soalnya lebih sedikit,
diikuti soal yang lebih banyak dengan tingkat kesulitan sedang dan soal
dengan tingkat kesulitang tinggi juga harus sedikit, sehingga jumlah soal
tersebut dari yang mudah ke yang sulit jika dibuatkan kurvanya seperti
kurva normal. Pendistribusian materi ini juga bisa berdasarkan tingkat
kesulitannya, jika materi yang mudah diberi porsi lebih banyak, sementara
porsi untuk materi yang sulit diberi porsi yang lebih sedikit jumlahnya,
contoh contoh penyusunannya akan diberikan dalam bentuk matrik
pendistribusian butir soal pada poin berikutnya.

C. Membuat Matrik Penyusunan Tes


Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah
soal setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan contoh penilaian akhir semester berikut ini.

No. Standar Kompetensi Kls/ Materi Indikator Nomor


Kompetensi Dasar smt pokok soal soal

MATRIK/KISI-KISI PENULISAN SOAL

Jenis sekolah : ……………………………………

7
1 2 3 4 5 6 7
1.

Jumlah soal : ………….....................................


Mata pelajaran : ……………………...................…
Bentuk soal/tes : ..................................................
Kurikulum : ……………………………………
Penyusun : ……………………………………
Alokasi waktu : …………………………………….

Keterangan:
Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan
yang ada di dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan
mengarang sendiri, kecuali pada kolom

8
Matrik Penyebaran Soal

Aspek yang dites


Jumlah
Materi Tes
Ingatan Pemahaman Aplikasi soal
50 % 30 % 20 %
Bab 1: 40 % 16 10 6
Bab 2: 30 % 12 5 7 6 5
Bab 3: 20 % 7 8 8 5 9 3
Bab 4: 10 % 10 4 11 2 12 2
Jumlah 50

Cara mengisi sel 1 – 12 adalah sebagai berikut :

40 50
Untuk Sel 1 = x x 80 = 16
100 100

40 30
Untuk Sel 2 = x x 80 = 10
100 100

40 20
Untuk Sel 3 = x x 80 = 6
100 100

30 50
Untuk Sel 4 = x x 80 = 12
100 100

9
30 30
Untuk Sel 5 = x x 80 = 7
100 100

30 20
Untuk Sel 6 = x x 80 = 5
100 100

20 50
Untuk Sel 7 = x x 80 = 8
100 % 100

20 30
Untuk Sel 8 = x x 80 = 5
100 100

20 20
Untuk Sel 9 = x x 80 = 3
100 100

Dan seterusnya. Untuk sel 10, 11 dan 12.

Terkait dengan aspek yang dites, maka tingkat kematangan siswa sesuai
perkembangan pikir dan kemampuan mereka, juga mempengaruhi dalam
membuat aspek yang dites. Untuk siswa SD aspek yang dites lebih
banyak hanya ingatan dan pemahaman saja, sementara untuk siswa SMP
disamping Ingatan dan pemahaman, sudah bisa mengetes aspek aplikasi
dalam persentase yang kecil mungkin 10 persen, dengan porsi tersbesar

10
pada ingatan. Untuk siswa dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi
seperti SMA dan SMK, maka disamping Ingatan dan Pemahaman, aspek
Aplikasi juga sudah harus lebih banyak ditesm sehingga, persentasenya
menjadi ingatan 50 %, Pemahaman 30 persen dan Aplikasi 20 %. Jika tes
dibuat untuk mahaiswa tingkat S1, maka disamping tiga aspek yang telah
diteskan kepada siswa SMA, maka harus ditambahkan dengan aspek
analisis, sedangkan untuk mahaasiswa S2 perlu memasukan aspek
sintesis dan mahasiswa S3 perlu memasukan aspek evaluasi dalam
aspek aspek yang diukur. Dalam memasukan materi juga demikian,
materi yang mudah dimasukan dalam kisi kisi atau matrik lebih banyak,
diikuti materi yang agak sulit dan yang paling sulit. Namun demikian
persentase materi ini dapat divariasikan sesuai dengan kepentingan atau
urgensi materi yang telah diberikan kepada siswa.

11
DAFTAR BACAAN

1. Arma Abdoellah, (1990) Evaluasi Pendidikan Olahraga, FKIK IKIP:


Yogyakarta

2. Baumgartner, Ted A and Jackson, Andrew S (1995) Measurement and


Evaluation and

3. Kirkendal, D. Joseph, J.Johnson, Robert E (1967) Measurement and


Evaluation for Physical Educator, Champain Illionis.

4. Nurhasan (2000) Tes Pengukuran dan Evaluasi Olahraga FPOK UPI


Bandung.

5. Suharsimi Arikunto, (2000) Dasar dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi


Aksara,

12

Anda mungkin juga menyukai