mendapatkan tes yang memenuhi syarat kualitas yang semestinya. Pengembangan tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Identifikasi tujuan ukur, 2) Pembatasan cakupan isi 3) Batasan cara berpikir akademik/perilaku, 4) Menentukan bentuk tes, 5) Menentukan banyaknya butir tes, dan 6) Pembuatan tabel spesifikasi 7) Menulis soal, 8) Penilaian Ahli, 9) Uji coba lapangan, dan 10) Analisis soal . 1. Identifikasi tujuan ukur Identifikasi tujuan ukur merupakan penegasan tujuan pengukuran yang akan dicapai oleh tes. Tujuan pengukuran dapat dilihat dari fungsinya, yaitu penempatan, diagnostik, formatif, dan sumatif. Bagi tes untuk penempatan yang digunakan untuk mengukur kemampuan yang disyaratkan pada suatu awal program, maka butir tesnya haruslah merupakan perilaku yang dianggap sebagai tanda adanya penguasaan kemampuan yang disyaratkan. Butir tesnya mempunyai taraf kesukaran rendah dan mengacu kriteria. Misalnya, jika siswa akan menempuh kompetensi berbicara bahasa Inggris, maka tesnya adalah mengenai kosa kata bahasa Inggris. Bagi tes yang berfungsi diagnostik, butir-butir tes haruslah berisi hal-hal kesalahan yang sering dialami siswa. Jika belum diketahui kelemahan siswa, maka dibuat tes secara umum, kemudian dari hasil tes dianalisis untuk diketahui kelemahan-kelemahan atau yang belum dikuasai siswa. Diketahuinya kelemahan siswa adalah untuk perbaikan PBM atau untuk pengadaan sarana dan prasarana. Bagi tes yang berfungsi formatif, butir-butir tes nya haruslah merupakan semua bagian yang pokok dari keseluruhan program, taraf kesukaran disesuaikan dengan keperluan dan lebih mengacu pada kriteria. Bagi tes yang befungsi sumatif, untuk menentu- kan nilai akhir, taraf penguasaan/daya serap, ke- lulusan akhir suatu program, maka butir-butirnya haruslah mewakili keseluruhan tujuan pembelajar- an yang telah dirumuskan. Taraf kesukaran dibuat bervariasi, sebaiknya tidak sulit. 2. Pembatasan cakupan isi Pembatasan disini dimaksudkan agar tes tidak keluar dari bahan yang diujikan, diusahakan ba- han/materi pelajaran yang penting tidak terlewat- kan dan harus dituangkan dalam butir tes. Materi tes harus menyeluruh dari apa yang telah disampaikan dan sesuai isinya (Validitas isi/Con- tent validitity). Cara yang ditempuh untuk tes yang menyeluruh/ komprehensif dan sesuai adalah dengan melaku- kan pembagian bahan tes sesuai dengan rencana atau tujuan pembelajaran/TIK yang ditetapkan. 3. Batasan cara berpikir akademik/perilaku Butir tes dibuat disesuaikan dengan cara berpi- kir yang akan diukur. Ada 3 ranah/cara berpikir yang dapat diukur, yaitu: kognitif, psikomotor, dan Afektif. A. Ranah Kognitif Ranah kognitif menekankan hasil yang dicapai pada ingatan, pengetahuan dan intelektual. Enam tingkat hierarkhi berpikir kategori kognitif dari yang paling mudah sampai yang paling rumit adalah seperti di bawah ini. 1. Tingkat Pengetahuan Tipe jawaban soal ini menghendaki siswa meng- Ingat-ingat informasi, seperti: fakta, aturan, atau strategi penyelesaian masalah. Beberapa kata ker- ja yang biasa digunakan adalah: ingat-ingat sebutkan ulangi gambarkan hubungkan reproduksi urutkan cocokkan beri nama tabulasi tetapkan kenali garis bawahi ulangi perkenalkan nyatakan pilih 2. Tingkat Pemahaman Tipe jawaban soal ini menghendaki siswa meng- ubah bentuk informasi yang didapat: menafsirkan fakta, menyatatakan kembali yang ia lihat, mener- jemahkan ke dalam suatu konteks baru, menarik kesimpulan, dan melihat konsekuensi. Beberapa kata kerja yang biasa digunakan adalah: perbaiki jelaskan berikan laporkan pertahankan pertajam generalisir perkirakan uraikan bedakan diskusikan prediksikan klasifikasi perluas simpulkan ubah 3. Tingkat Penerapan Tipe jawaban soal ini menghendaki siswa menggu- kan informasi yang sudah diperoleh sebelumnya da- lam suatu tatanan baru dan dalam suatu cara yang berbeda dari konteks aslinya. Beberapa kata kerja yang biasa digunakan adalah: terapkan pilih kembangkan tunjukkan demonstrasikan buat ambil contoh manfaatkan siapkan kaitkan pindahkan hasilkan perhitungkan atur gambarkan tafsirkan upayakan temukan selesaikan 4. Tingkat Analisis Tipe jawaban soal ini menghendaki siswa untuk me- nguraikan ke dalam bagian-bagian yang terperinci, membedakan fakta, pendapat, hipotesis, asumsi, dan simpulan. Beberapa kata kerja yang biasa digunakan adalah: analisis bedakan tunjukkan rincikan asosiasikan gambarkan pisahkan buat diagram bandingkan 5. Tingkat Sintesis Tipe jawaban soal ini menghendaki siswa mencipta- kan sesuatu yang unik atau asli, dan menghasilkan suatu kombinasi ide untuk membentuk suatu keselu- ruhan yang baru. Beberapa kata kerja yang biasa digunakan adalah: kategorikan susun bangun sintesiskan desain integrasikan temukan hipotesiskan prediksikan hadapkan kumpulkan kombinasikan ciptakan rencanakan formulasikan hasilkan teorisasikan 6. Tingkat Evaluasi Tipe jawaban soal ini menghendaki siswa memben- tuk pertimbangan dan membuat keputusan tentang ni- lai ide, metode, orang-orang atau produk, dan mampu menyatakan alasan untuk pertimbangan tersebut. Be- berapa kata kerja yang biasa digunakan adalah: taksir pertahankan dukung pertimbangkan kritik kontraskan komentari beri alasan evaluasi bandingkan verifikasi nilai putuskan validasi b. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor menekankan hasil belajar pa- da suatu aktivitas fisik, contohnya adalah pendidik- an jasmani, seni, keterampilan dan kompetensi. Ada 5 tingkat hierarkhi ranah psikomotor dari yang paling sederhana sampai pada mahir seperti di bawah ini. Mahir Naturalisasi Artikulasi Sederhana Ketepatan Manipulasi Imitasi Gambar Hierarkhi Ranah Psikomotor 1. Tingkat Imitasi Pada tingkat ini siswa diharapkan meniru, tetapi tidak sempurna seperti yang diamati. Beberapa kata kerja yang biasa digunakan adalah: luruskan pegang imbangkan ikuti pahami letakkan tiru ulangi Contoh: Letakkan kikir di atas benda kerja, dorong kikir ke depan, tarik kebelakang, dorong lagi ke depan. Pada saat memerintahkan, guru memperagakan supaya siswa mengikuti. Dalam meniru gerak guru hendaknya guru jangan berharap gerak siswa te- pat. Tingkat ini biasanya pada awal siswa praktik. 2. Tingkat Manipulasi Pada tingkat ini menghendaki siswa melakukan kegiatan fisik dari pelajaran lisan atau tertulis tan- pa memperhatikan model untuk ditiru. Apa yang dilakukan siswa belum anggun atau terkoordinasi. Kata kerja yang digunakan sama dengan imitasi, bedanya siswa dapat mengikuti pengarahan lisan atau tertulis. Contoh: Pahami cara memegang pensil pada bukumu, tiru posisi miring pensil ketika membuat garis gambar. 3. Tingkat Ketepatan Pada tingkat ini menghendaki siswa melakukan suatu aktivitas fisik tanpa memperhatikan model atau diberi pengarahan. Siswa diharapkan mela- kukan aktivitas dengan sedikit kesalahan. Bebe- rapa kata kerja yang biasa digunakan adalah: secara tepat secara pandai terkendali tanpa salah Contoh: Berilah ukuran pada gambar di bawah ini secara tepat. Guru boleh berharap apa yang dilakukan siswa sesuatu yang cermat dan tepat. 4. Tingkat Artikulasi Pada tingkat ini menghendaki siswa melakukan dengan teratur dan urut serangkaian tindakan yang berkaitan secara tepat, dan cepat. Beberapa kata kerja yang biasa digunakan adalah: koordinasi kecepatan keyakinan tepat waktu integrasi stabilitas Contoh: Gambarlah pandangan depan, atas, dan samping kanan menurut proyeksi Eropa dalam waktu 90 menit. 5. Tingkat Naturalisasi Pada tingkat ini menghendaki siswa melakukan tugas itu seakan perbuatan yang rutin, otomatis, dan alami, dengan penampilan hanya sedikit me- ngeluarkan energi dan ketepatan waktu. Beberapa kata kerja yang biasa digunakan adalah: dengan sendirinya seenaknya secara spontan secara profesional secara rutin secara otomatis Contoh: Coba potonglah kain ini menjadi 5 bagian dan kerjakan secara profesional untuk dibuat baju dalam waktu 6 jam. 4. Menentukan bentuk tes Menurut cara pemberian angka (scoring) bentuk tes dibagi menjadi dua: a) tipe obyektif dengan ciri utama adanya hanya satu jawaban yang benar/ter- baik. Siswa yang dites diminta untuk menunjukkan jawaban yang terbaik dengan cara memberikan ja- waban atau memilih jawaban, b) tipe esai/karang- an, menghendaki siswa merumuskan jawaban sendiri. Jawaban dapat pendek atau panjang ter- gantung pada cakupan isi yang dikehendaki. Un- tuk skoringnya sebaiknya menggunakan pedoman skoring yang telah ditetapkan terlebih dahulu. 6. Pembuatan tabel spesifikasi Pembuatan tabel spesifikasi adalah berkaitan dengan materi tes dan tingkat berpikir akademik yang akan diukur, biasanya dalam arah baris me- nunjukkan materi, sedangkan dalam arah kolom menunjukkan tingkat berpikir. Contoh: Materi Tingkat Berpikir Akademik
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional