Anda di halaman 1dari 3

A. Menyusun spesifikasi tes 1.

Menyusun kisi-kisi tes Kisi-kisi dapat didefinisikan sebagai matrik informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis dan merakit soa l menjadi tes. Dengan menggunakan kisi-kisi, penulis soal akan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes akan mudah menyusun perangkat tes. Berbagai paket tes yang memiliki tingkat kesulitan, kedalaman materi, dan cakupan materi sama (paralel) akan mudah dihasilkan hanya dengan satu kisi -kisi yang baik. Kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: mewakili isi kurikulum yang akan diujikan; komponen - komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami; dan soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. Pemilihan materi dalam penyusunan kisi-kisi hendaknya memperhatikan empat aspek sebagai berikut: urgensi, secara teoretis materi yang akan diujikan mutlak harus dikuasai siswa; relevansi, materi yang dipilih sangat diperlukan untuk mempelajari atau memahami bidang lain; kontinuitas, materi yang dipilih merupakan materi lanjutan atau pendalaman materi dari yang sebelumnya pernah dipelajari dalam jenjang yang sama maupun antar jenjang;dan kontekstual, materi memiliki daya terap dan nilai guna yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari. 2. Memilih bentuk tes Pemilihan bentuk tes akan dapat dilakukan dengan tepat bila didasarkan padatujuan tes, jumlah peserta tes, waktu yang tersedia untuk memeriksa lembar jawaban tes, cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. 3. Menentukan panjang soal Ada tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jumlah soal, yaitu: bobot masing-masing bagian yang telah ditentukan dalam kisi-kisi, keandalan yang diinginkan, dan waktu yang tersedia.

B. Menulis Soal Tes Untuk dapat menulis tes yang baik maka lebih dahulu disimak dan dipahami berbagai bentuk tes serta berbagai jenis tagihan dalam penilaian. Di samping itu perlu juga disimak berbagai cara atau aturan menyusun tes baik untuk mengetes ranah kognitif, psikomotor, maupun untuk mengetes pada ranah afektif. C. Menelaah Soal Tes Tes yang akan digunakan dalam lingkup yang lebih luas, memerlukan telaah dan perbaikan. Telaah tes bersifat teoritis dan dapat mencakup materi, konstruksi, serta bahasa yang digunakan dalam tes. Komponen materi pada dasarnya harus sesuai dengan indikator, tujuan penilaian, jenjang/jenis dan tigkatan kelas, serta aspek tingkah laku yang dinilai. Komponen pada konstruksi atau bentuk tes pada dasarnya mengacu pada pedoman menyusun bentuk tes yang bersangkutan. Sedangkan komponen bahasa adalah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, komunikatif serta tidak menyinggung perasaan peserta tes. Telaah soal dilakukan dengan lembar telaah baik bentuk uraian, melengkapi maupun pilihan ganda yang disajikan pada lampiran. Semua butir soal dicermati apakah sesuai dengan persyaratan. Bentuk soal yang tidak sesuai dengan pesyaratan diberi tanda cek. Butir soal yang baik tidak ada tanda ceknya, sedangkan butir soal yang paling buruk adalah soal yang paling banyak tanda ceknya. Lembar telaah untuk bentuk soal uraian, melengkapi serta bentuk PG terdapat pada lampiran. Butir soal yang tidak sesuai dengan pesyaratan kemudian diperbaiki dan kemudian dirakit menjadi seperangkat tes hasil belajar. D. Melakukan Uji Coba Tes Uji coba tes dalam penyusunan tes untuk mengukur prestasi belajar yang diselenggarakan guru di kelas seperti ulangan harian, ulangan blok, ulangan umum atau ulangan untuk kenaikan kelas tidak harus dilakukan secara sendiri. Untuk kepentingan ini guru dapat bekerja sama dengan teman sejawat/guru sejenis untuk saling tukar pendapat dan mendiskusikannya. Pembakuan tes perlu dilakukan melalui beberapa kali uji coba dan revisi. E. Menganalisis Butir Soal Tes Jika telaah butir tes dilakukan secara teoritis, maka menganalisis butir dalam hal ini dilakukan berdasarkan data empiris. Oleh karena itu butir soal yang telah baik berdasarkan telaah scara teoritis harus diberikan kepada peserta didik untuk mendapatkan data empiris. Analisis butir dapat meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, serta pola jawaban tes PG. Sebelum melakukan analisis butir harus ditentukan lebih dahulu acuan mana yang akan digunakan, PAR atau PAP. Hal ini dibahas pada bab V: Syarat Alat Ukur yang Baik

F. Memperbaiki Tes Memperbaiki soal yang dipandang kurang baik perlu dilakukan. Baik buruk perlu ada acuannya. PAP atau PAR? Penilaian pada KBK serta pada pendekatan belajar tuntas menggunakan PAP. Penilaian pada KBK serta pada pendekatan belajar tuntas butir soal yang indeks kesukarannya tinggi serta daya pembedanya redah bukan berarti soal yang buruk dan harus dibuang. Pada penilaian KBK dan belajar tuntas butir soal yang indeks kesukarannya tinggi serta daya pembedanya redah itu tetap dapat dipakai, karena hal itu menunjukkan bahwa peserta didik telah tuntas belajar atau telah menguasai kompetensi dasar yang disyaratkan. Yang perlu diperhatikan berikutnya adalah validitasnya serta pola jawabannya. Jika validitasnya rendah atau pola jawabannya buruk maka butir soal tersebut harus diperbaiki. G. Merakit Tes Jika butir soal telah diperbaiki maka langkah selanjutnya adalah merakit soal. Yang dimaksud dengan merakit soal adalah menyusun butir-butir soal dalam lembar soal atau buku soal untuk siap digandakan dan digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Dalam menyusun soal perlu memperhatikan kompetensi dasar, bentuk dan isi. Soal-soal pada tiap kompetensi dasar dikelompokkan. Urutan butir soal pada tiap kompetensi dasar menurut bentuk soal yang sejenis yaitu dari isian singkat, kemudian pilihan ganda, dan terakhir bentuk uraian. Urutan menurut isi/tingkat kesukaran hendaknya secara sistematis. Urut dari yang lebih mudah ke yang lebih sukar, dan dari yang lebih sederhana ke yang lebih kompleks. Susunan butir soal siap digandakan bila telah dilengkapi dengan identitas soal, serta petunjuk mengerjakan tes. Petunjuk mengerjakan tes hendaknya lengkap dan jelas. H. Melaksanakan Tes Langkah ini perlu diperhatikan, karena pelaksanaan tes dapat berpengaruh terhadap hasil tes. Yang perlu diperhatikan adalah petugas dan suasana. Petugas pengawas sebaiknya tidak meremehkan tetapi juga tidak perlu dengan sikap yang menakutkan. Suasana hendaknya selalu terjaga dengan baik. Keadaan fisik yang memenuhi syarat serta suasana yang tenang, jangan sampai terjadi suasana yang berisik apalagi kacau! I. Menafsirkan Tes Menafsirkan hasil tes ikut dalam pengembangan tes hasil belajar disebabkan hasilnya dapat ditindaklanjuti, yaitu penyempurnaan tes dan bahkan penyempurnaan pembelajaran. Hasil tes itu ditafsirkan sebagai berhasil atau tidak berhasil, tujuan pembelajaran tercapai atau tidak tercapai. Jika tujuan pembelajaran tercapai atau berhasil, yang berhasil itu perorangan atau merupakan keberhasilan kelas?

Anda mungkin juga menyukai