Anda di halaman 1dari 19

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas resume yang berjudul “Buku Resume Materi Penilaian
Pembelajaran” ini tepat pada waktu yang sudah ditentukan.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas akhir
Ulangan Tengah Semester pada program studi Pendidikan Ekonomi Mata Penilaian
Pembelajaran. Selain itu, Buku ini bertujuan untuk menambah wawasan materi Penilaian
Pembelajaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Lili Marliyah. M.Pd. Selaku dosen
program studi Pendidikan Ekonomi Mata Kuliah Penilaian Pembelajaran yang telah memberikan
tugas akhir ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua anggota kelompok yang telah
bekerja sama dengan baik dan membagi pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
buku ini.
Kami menyadari, resume yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Semarang, 16 Desember 2022

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………...….... i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….…...... iii
BAB I PENILAIAN TES TERTULIS
1. Penentuan Tujuan Penilaian Tes Tertulis 1
2. Penyusunan Kisi-Kisi Tes Tertulis 1
3. Penulisan Soal 2
4. Soal Pilihan Ganda………………………..…….…….……..……..…… 3
5. Soal Dua Pilihan Jawaban (Benar/Salah, Ya/Tidak)….………………… 4
6. Menjodohkan…..…………….………………………………..……...…. 5
7. Isian dan Jawaban Singkat…………….....…..………………………..… 6
8. Uraian………………….…….………………………………………….. 7
9. Telaah dan Revisi Soal………………………………………….………. 9
BAB II SCORRING (PENSKORAN)
1. Scorring……………..………………….………………………………. 10
2. Proses Penskoran…………...…………………………………………... 10
3. Skor Akhir……………………………………………………………… 10
BAB III TEKNIK-TEKNIK PENILAIAN
1. Teknik-Tenik Penilaian Dalam Pembelajaran…………………………. 11

BAB IV PAN DAN PAP DALAM PENILAIAN PEMBELAJAR


1. Penilaian Acuan Normal (PAN)…………………………………….…. 12
2. Penilaian Acuan Patokan (PAP)……..……….………………………... 14

BAB V DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 16

iii
BAB I
PENILAIAN TES TERTULIS

1. Penentuan Tujuan Penilaian Tes Tertulis


Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawabannya diberikan dalam bentuk
tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik tidak selalu merespons dalam bentuk
menulis kalimat jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk mewarnai, memberi
tanda, menggambar grafik, memilih diagram, dan sebagainya.
Bentuk soal tes ter tulis dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian.
1. Soal yang tersedia pilihan jawabannya, seperti: soal pilihan ganda, soal dua
pilihan jawaban (Benar-Salah, Ya-Tidak), menjodohkan.
2. Soal yyang tidak tersedia pilihan jawabannya, seperti: soal isiang singkat
dan uraian.
Langkah-langkah dalam penyusunan instrumen tes tertulis yaitu,
- Penentuan tujuan
- Penyusunan kisi-kisi
- Penulisan soal
- Telaah dan revisi
Dalam menyusun tes tertulis, pendidik (guru) harus menetapkan tujuan tes
terlebih dahulu. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui penguasaan materi
pelajaran peserta didik setelah diajarkan, berbeda jenis dan isinya dengan tes yang
memiliki tujuan mengetahui kesulitan belajar peserta didik (Diagnostic Test),
penempatan (Placement Test), atau seleksi.

2. Penyusunan Kisi-Kisi Tes


Kisi-kisi adalah suatu format yang berbentuk matriks, berfungsi sebagai
pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adanya kisi-kisi dapat
menghasilkan soal yang sama (paralel) dari segi kedalaman dan cakupan materi.
Komponen kisi-kisi terdiri atas identitas dan matriks. Identitas tersbut meliputi:
Jenjang Pendidikan, Program/Jurusan, Mata Pelajaran, Kurikulum, dan jumlah
soal. Sedangkan Matriks tersebut meliputi: Kompetensi Dasar, Materi, Indikator
Soal, Level Kognitif, dan Bentuk Soal.

 Syarat Kisi-Kisi yang Baik, sebagai berikut ini:


1. Mewakili isi kurikulum atau kompetensi.
2. Komponen-komponennya secara rincci, jelas, dan mudah dipahami.
3. Dapat dibuat soal sesuai dengan indikator ddan bentuk soal yang
ditetapkan.

Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan minimal yang harus dikuasai


oleh peserta didik setelah mempelajarai materi pelajaran tertentu sesuai dengan
kurikulum yang digunakan oleh satuan pendidikan. Dari Kompetensi Dasar
tersebut, dapat diidentifikasi materi yang akan diujikan dan dirumuskan indikator
soalnya. Dalam pembuatan soal, pendidik (guru) memilih materi esensial.

1
Pemilihan materi dalam penyusunan kisi-kisi hendaknya harus
memperhatikan 4 aspek, sebagi berikut:
1. Urgensi, secara teoritis materi yang akan diujikan mutlak harus dikuasai oleh
peserta didik.
2. Relevansi, materi yang dipilih sangat diperlukan untuk mempelajari atau
memahami di bidang lainnya.
3. Kontinuitas, materi yang dipilih merupakan materi lanjutan atau pedalaman
materi dari yang sebelumnya pernah dipelajari peserta didik dalam jenjang
yang sama maupun antar jenjang.
4. Keterpakaian, materi memiliki daya terap dan nilai guna yang tinggi dalam
kehidupan sehari-hari.

 Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, kompetensi,


mata pelajaran dan satuan pendidikan. Berikut ini adalah Syarat indikator yang
baik antara lain:
- Memuat ciri-ciri kompetensi dasar yang akan diukur.
- Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur.
- Berkaitan dengan materi (bahan ajar) yang dipilih.
- Dapat dibuatkan soalnya.

Terdapat dua cara dalam perumusan indikator soal, yaitu Menggunakan


stimulus dan Tanpa stimulus. Stimulus dapat berupa wacana atau ilustrasi, tabel,
grafik, diagram, kasus, dan gambar. Satu stimulus dapat digunakan untuk beberapa
butir soal. Bentuk soal pilihan ganda menggunakan satu kata kerja operasional dan
bentuk soal uraian yang menggunakan satu atau lebih kata kerja operasional.

1. Contoh Indikator Soal yang Tidak Menggunakan Stimulu


Indikator: Peserta didik dapat menjelaskan proses matemorfosis hewab
tertentu.
2. Contoh Indikator Soal yang Menggunakan Stimulus
- Indikator: Disajikan permasalahan konteks dunia nyata yang berkaitan
dengan sistem persamaan linier tiga variabel(1), peserta didik(2) dapat
menemtukan model matematika dari permasalahan tersebut(3).

- Indikator: Peserta didik(2) dapat menentukan model matematika


permasalahan konteks dunia nyata(1) yang berkaitan dengan sistem
persamaan linier tiga variabel(3).

Keterangan:
Bagian ditandai nomor 1 = Condition (stimulus)
2 = Audience (peserta didik)
3 = Behavior, perilaku yang diukur (proses kognitif)

3. Penulisan Soal
Dalam penulisan soal tes prestasi belajar, misalnya ulangan harian, tes
formatif, tes sumatif, dan ujian sekolah. Dapat diketahui dalam penulisan soal perlu
memiliki pengetahuan tentang proses penjabaraan Kompetensi Dasar (KD)
menjadi Indikator soal. Indikator soal dibuat untuk melihat ketercapaian
Kompetensi Dasar yang dituntur dalam kurikulum.

2
Berikut ini adalah diagram yang menggambarkan proses penjabaran
Kompetensi Dasar menjadi Indikator Soal.

Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal Soal

Keterangan Gambar:
Kompetensi Dasar (KD) : Kemampuan minimal yang harus dimiliki peserta
didik setelah mempelajari materi tertentu. KD ini
diambil dari kurikulum yang digunakan di satuan
pendidikan.
Materi : Materi yang harus dikuasi oleh peserta didik
Berdasarkan KD yang akan diukur.
Indikator : Rumusan yang berisi ciri-cciri perilaku yang dapat
Diukur sebagai petunjuk ketercapaian KD.
Soal : Disusun berdasarkan indikator yang dibuat.

Dalam penulisan soal, harus memperhatikan kaidah penulisan soal. Selain


itu, dalam menyusun soal tidak boleh mengandung unsur SARA. Soal juga tidak
boleh bermuatan politik, pornografi, kekerasan, promosi instansi, dan produk
komersial.

4. Soal Pilihan Ganda


Soal bentuk pilihan ganda adalah soal yang jawabannya harus dipilih dari
beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Setiap soal pilihan ganda
terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri
atas kunci jawaban dan pengeccoh (distractior). Kunci jawaban adalah jawaban
yang benar sedangkan pengecoh merupakan jawaban yang tiadak benar.
Soal pilihan ganda mempunyai keunggulan dan kelemahan, yaitu sebagai
berikut ini:
 Keunggulan:
1. Mengukur berbagai jenjang kemampuan kognitif maupun afektif.
2. Penskorannya mudah, cepat, objektif, dan dapat mencakup ruang lingkup
bahan, materi, pokok bahasan yang luas.
3. Bentuk ini sangat tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak atau yang
sifatnya massal.

 Kelemahan:
1. Memerlukan waktu yang relatif lama untuk menulis soalnya.
2. Sulit membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi.
3. Terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban.

Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda, yang harus diperhatikan dalam


penulisan soal adalah materi, konstruksi, dan bahasa.
A. Materi:
1. Soal harus sesuai dan selaras dengan indikator.
2. Pilihan jawaban harus homogen dan logis dari segi materi.
3. Soal harus mempunyai satu jawaban yang valid dan benar.
3
B. Konstruksi:
1. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
2. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
berkaitan dengan materi yang akan diukur.
3. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4. Pokok soal tidak boleh mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
5. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
6. Pilihan jawaban tidak mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di
atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”.
7. Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan
besar kecilnya angka, dari nilai angka paling kecil ke angka paling besar atau
sebaliknya.
8. Stimulus berupa gambar, grafik, diagram, tabel, dan sejenisnya harus jelas,
berfungsi, dan konstektual.
9. Soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

C. Bahasa:
1. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan Kaidah Bahasa
Indonesia.
2. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta
didik (Komunikatif).
3. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat, terutama jika soal akan
digunakan untuk daerah lain atau nasional.
4. Pilihan jawaban tidak mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian. Kata atau frase yang sama dan yang bukan satu
pengertian diletakkan di pokok soal.
 Aturan Tambahan Penulisan Soal Pilihan Ganda
1. Pokok soal yang berupa pertanyaan, maka pilihan jawabannya dalam bentuk
kalimat yang diawali dengan huruf besar dan diakhiri titik. Antara tanda tanya
dan kata sebelumnya tidak diberi spasi.
2. Pokok soal yang berupa pertanyaan dan pilihan jawaban merupakan lanjutan
dari kalimat pokok soal, maka pilihan jawaban diawali dengan huruf kecil tanpa
titik. Pokok soal diakhiri empat titik.
3. Pokok soal yang berupa pernyataan, tetapi pilihan jawaban berupa kalimat,
maka soal diikuti tida titik dan pilihan jawabannya berupa kalimat utuh yang di
awali huruf besar dan di akhiri titik.

5. Soal Dua Pilihan Jawaban (Benar-Salah, Ya-Tidak)


Bentuk soal benar-salah dan ya-tidak menntut peserta tes untuk memilih
dua kemungkinan jawaban, Peserta tes diminta memilih jawaban benar-salah dan
ya-tidak pada pernyataan yang disajikan. Berikut adalah keunggulan dan
kelemahan dari bentuk soal dua pilihan jawaban:
 Keunggulan:
1. Dapat mengukur berbagai jenjang kemampuan kognitif.
2. Materi yang diujikan dapat mencakup lingkup materi yang berwawasan.
3. Jawaban peserta didik dapat di scorring dengan mudah, cepat, dan objektif.

 Kelemahan:
1. Probabilitas menebak dengan benar adalah besar, dengan kategori 50%,
karena pilihan jawabannya hanya dua benar/salah dan ya/tidak.
4
Bentuk soal ini tidak dapat digunakan untuk menanyakan sesuatu konsep
secara utuh karena peserta tes hanya dituntut menjawab benar-salah dan ya-tidak.
Kaidah Penulisan Soal Dua Pilihan Jawaban (Benar-Salah dan Ya-Tidak),
yang harus diperhatikan dalam penulisan soal adalah Materi, Konstruksi, dan
Bahasa. Sebagai berikut ini:
A. Materi:
1. Konsep pada soal harus benar dan mutakhir (perkembangan terbaru) serta
tidak multitafsir.
2. Soal harus sesuai dengan indikator pada kisi-kisi penulisan yang telah
disusun dan bersifat logis ditinjau dari segi materi.

B. Konstruksi:
1. Soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
2. Soal merupakan pernyataan yang berkaitan dengan materi yang akan diukur.
3. Soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban uyang benar maupun salah.
4. Saol tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
5. Gambar, grafik, tabel, diagran, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus
jelas dan berfungsi.

C. Bahasa:
1. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan Kaidah Bahasa
Indonesia.
2. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komunikatif yang mudah
dipahami dan dimengerti.
6. Menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan berfungsi untuk mengukur kemampuan peserta tes
dalam mencocokkan, menyesuaikan, dan menghubungkan antar dua pernyataan
yang tersedia. Soal ini terdiri atas dua lajur yaitu Lajur Pertama (sebelah kiri)
berupa pokok soal, sedangkan Lajur Kedua (sebelah kanan) berupa jawaban
(respons). Berikut ini adalah keunggulan dan kelemahan bentuk soal menjodohkan
sebagai berikut:
 Keunggulan:
1. Relatif lebih mudah dalam perumusan butir soal.
2. Lebih ringkas dan efektif jika dilihat dari segi rumusan butir soal dan pilhan
jawaban.
3. Penskoran dapat dilakukan dengan mudah, ccepat, dan objektif.

 Kelemahan:
1. Cenderung mengukur kemampuan mengingat peserta didik, sehingga kurang
tepat digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang lebih tinggi.
2. Kemampuan menebak dengan benar relatif tinggi karena jumlah pernyataan
soal (dalam lajur sebelah kiri) sdengan pernyataan jawaban (dalam lajur
sebelah kanan) tidak banyak berbeda.
3. Tidak semua materi atau konsep dapat dilakukan dalam bentuk soal
menjodohkan.

5
Kaidah Penulisan Bentuk Soal Menjodohkan sangat perlu diperhatikan
dalam penulisan soal adalah Materi, Konstruksi, dan Bahasa, sebagai berikut ini:
A. Materi:
1. Soal harus sesuai dengan indikator yang telah dirumuskan.
2. Soal harus logis dan homogen ditinjau dari segi materi.
3. Rumusan pokok soal dan jawaban harus merupakan pernyataan yang
berkaitan dengan materi yang akan diukur.

B. Konstruksi:
1. Pokok soal harus dirumuskan seccara jelas dan tegas.
2. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
3. Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
4. Gambar, grafik, diagram, dan sebagainya yang terdapat pada soal harus
jelas dan berfungsi.
5. Setiap butir soal dalam satu paket tes yang asama tidak boleh berisi
informasi yang dapat mempengaruhi peserta didik dalam menjawab butir
soal lain.
6. Jumalah jawaban lebih banyak daripada pokok soal.
7. Pokok soal dan jawaban disusun seara sistematis dan kronologis.
8. Pokok soal dan jawaban disusun secara homogen dan paralel.
9. Soal merupakan pernyataan yang berkaitan dengan materi yang akan
diukur.
10. Soal tidak memberi petujuk ke arah jawaban yang benar maupun salah.
11. Kalimat pada pokok soal relatif lebih panjang dari pada jawaban.
12. Pokok soal menggunakan angka sedangkan jawaban menggunakan huruf.

C. Bahasa:
1. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan Kaidah Bahasa
Indonesia dan mudah dipahami.

7. Isian dan Jawaban Singkat


Soal isian dan jawaban singkat adalah soal yang menuntut peserta tes untuk
memberikan jawaban seccara singkat, berupaka kata, frasa, angka, atau simbol.
Perbedaannya adalah soal isian disusun dalam bentuk kalimat berita, sementara
soal jawaban singkat disusun dalam bentuk pertanyaan. Berikut ini adalah
keunggulan dan kelemahan dari jenis soal isian dan jawaban singkat:
 Keunggulan:
1. Mencakup lingkup materi yang banyak.
2. Memudahkan dalam melakukan scorring dengan cepat dan objektif.

 Kelemahan yaitu cenderung mengukur kemampuan mengingat peserta didik.

Kaidah Penulisan Soal Isian dan Jawaban Singkat, perlu diperhatikan


dalam penulisan soal melalui Materi, Konstruksi, dan Bahasa, sebagai berikut:
A. Materi:
1. Pokok soal harus sesuai dengan indikator dan logi ditinjau dari segi materi
yang akan diukur.
2. Hanya ada satu kuncci jawaban yang benar.

6
B. Konstruksi:
1. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
2. Soal jawaban singkat menggunakan kalimat tanya.
3. Soal isian menggunakan kalimat pernyataan.
4. Pokok soal merupakan pernyataan atau pertanyaan yang berkaitan dengan
materi yang akan diukur.
5. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban.
6. Gambar, grafik, diagram, dan sebagainya yang terdapat pada soal harus jelas
dan berfungsi.
7. Setiap butir soal dalam satu paket tes yang sama dan tidak boleh berisikan
informasi yang dapat mempengaruhi peserta didik dalam menjawab butir
soal lainnya.
8. Jawaban yang dituntur oleh soal harus singkat dan pasti, yaitu berupa kata,
frase, angka, simbol, tempat, atau waktu.

C. Bahasa:
1. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan Kaidah Bahasa
Indonesia dan mudah dipahami atau komunikatif.

8. Soal Uraian
Soal Uraian merupakan soal yang jawabannya menuntut peserta didik
untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasa atau hal-hal yang telah
di pelajari dengan ccara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut
dalam bentuk uraian tertulis. Berdasarkan cara penskoran atau disebut dengan
Scorring, bentuk soal uraian dibedakan menjadi soal uraian objektif maupun soal
uraian non-objektif.
Soal Uraian Objektif bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik
dalam menguraikan konsep tertentu sesuai dengan materi pelajaran sehingga
penskoran dilakukan seccara objektif. Soal bentuk uraian non-objektif berfungsi
mengukur kemampuan peserta didik menguraikan pendapat terhadap konsep
tertentu sesuai dengan materi pelajaran sehingga penskoran dilakukan secara
subjektif. Bentuk soal uraian harus memiliki pedoman penskoran yang jelas dan
rinci. Berikut ini adalah beberapa keunggulan dan kelemahan soal uraian:
 Keunggulan:
1. Dapat mengukur kemampuan dalam menyajikan jawaban terurai secara
bebas, mengorganisasikan pikiran, mengemukakan pendapat, dan
mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau
kalimat sendiri.
 Kelemahan:
1. Jumlah materi atau pokok bahasan relatif terbatas.
2. Waktu untuk memeriksa jawaban membutuhkan waktu yang lama dan relatif
subjektif.
3. Tingkat reliabilitasnya relatif lebih rendah karena sangat tergantung pada
penskoran tes.

Kaidah Penulisan Soal Urain, perlu diperhatikan dalam penulisan soal


adalah Materi, Konstruksi, dan Bahasa:
A. Materi:

7
1. Pokok soal harus sesuai dengan indikator dan logis ditinjau dari segi materi
yang akan diukur.
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas.

B. Konstruksi:
1. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
2. Rumusan pokok soal harus merupakan pernyataan yang berkaitan dengan
materi yang akan diukur.
3. Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban.
4. Stimulus berupa grafik, gambar, diagram, tabel, dan sejenisnya yang terdapat
pada soal harus jelas dan berfungsi.
5. Rumusan kalimat pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah
yang menuntut jawaban terurai.
C. Bahasa:
1. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan Kaidah Bahasa
Indonesia.
2. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami atau
komunikatif.

Dalam soal uraian terdapat penyususan pedoman penskoraan yang terdapat


pada sol uraian tersebut dan tentunya ada teknik dalam pembuat pedoman
penskoran. Pedoman penskoran adalah panduan atau petunjuk yang menjelaskan
tentang:
1. Batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal
dalam bentuk uraian objektif.
2. Kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran
terhadap soal-soal uraian non-objektif.

 Berikut ini adalah teknik membuat pedoman penskoran untuk soal Uraian
Objektif:
1. Tuliskan semua jawaban benar atau kata kunci jawaban dengan jelas untuk
setiap nomor soal.
2. Setiap kata kunci diberi skor 1 (satu).
3. Apabila suatu pertanyaan mempunyai beberapa sub pertanyaan, rincilah kata
kunci dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci sub jawaban.
Kata-kata kunci ini dibuatkan skornya (masing-masing 1).

 Berikut ini adalah tenik membuat pedoman penskoran untuk soal Uraian Non-
Objektif:
1. Tuliskan kriteria jawaban untuk dijadikan pedoman dalam memberi skor.
Kriteria jawaban disusun sedemikian rupa sehingga pendapat atau
pandangan pribadi peserta didik yang berbeda dapat diskor menurut uraian
jawabannya.
2. Tetapkan rentang skor untuk tiap kriteria jawaban:
a. Rentang skor terendah = 0 (nol), sedangkan Rentang skor tertinggi
ditentukan berdasarkan keadaan jawaban yang dituntut oleh soal.
Semakin kompleks jawaban, rentang skor semakin besar.

8
b. Untuk memudahkan penskoran, setiap rentang skor diberi rincian
berdasarkan kualitas jawaban, misalnya: untuk rentang skor 0-3 adalah
jawaban tidak sesuai dengan kriteria = 0, sebagian keccil sesuai dengan
kriteria = 1 dan sebagian besar sesuai dengan kriteria = 2, hampir
seluruhnya sesuai dengan kriteria = 3.
3. Jumlahkan skor tertinggi dari tiap-tiap rentang skor yang telah ditetapkan.
Jumlah skor dari beberapa kriteria ini disebut skor maksimum dari satu soal.
 Prosedur Penskoran pada Soal Uraian:
1. Pemberian skor sebaiknya dilakukan per nomor-soal yang sama untuk semua
jawaban peserta didik agar konsistensi dalam penskoran dan skor yang
dihasilkan sangat adil.
a. Pemberian skor pada Soal Uraian Objektif:
▪ Periksalah jawaban dan cocokkan dengan pedoman penskoran.
▪ Setiap jawaban yang sesuai dengan kunci diberi skor 1, sedangkan
yang tidak sesuai diberi skor 0 (tidak ada skor selain 0 dan 1).
b. Pemberian skor pada Soal Uraian Non-Objektif:
▪ Periksalah jawaban dan cocokkan dengan pedoman penskoran.
▪ Pemberian skor disesuaikan antara kualitas jawaban dan kriteria
jawaban.
2. Hitunglah jumlah skor perolehan peserta didik pada setiap nomor butir soal.

9. Telaah dan Revisi Soal


Penelaah soal merupakan pengujian mutu butir soal secara kualitatif yang
bertujuan untuk memastikan setiap butir soal telah memenuhi kaidah dari segi
materi, konstruksi, dan bahasa. Penelaah soal dilakukan oleh ahli materi dan ahli
konstruksi. Dari hasil telaah, soal-soal tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 3
langkah yaitu (1.) Soal diterima, jika sesuai dengan kaidah penulisan soal, (2.) Soal
direvisi, jika hanya memenuhi sebagian kaidah penulisan soal, dan (3.) Soal
ditolak, jika tidak sesuai dengan indikator.

9
BAB II
SCORRING (PENSKORAN)
1. Scorring atau Penskoran
Scorring atau penskoran adalah proses menjumlahkan jawaban benar yang
dijawab peserta didik (testee) atau secara umum, Scoring adalah hasil pekerjaan
menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes
yang dijawab betul oleh siswa.
Membuat pedoman penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal bentuk uraian dalam
tes domain kognitif supaya subjektivitas Anda dalam memberikan skor dapat diperkecil. Pedoman
menyusun skor juga akan sangat penting ketika Anda melakukan tes domain afektif dan
psikomotor peserta didik. Karena sejak tes belum dimulai, Anda harus dapat menentukan ukuran-
ukuran sikap dan pilihan tindakan dari peserta didik dalam menguasai kompetensi yang
dipersyaratkan.

2. Proses Penskoran
Penskoran dalam soal jawaban singkat cukup sederhana, antara lain:
1. Guru memberikan poin 1 bagi peserta didik yang mampu menjawab dengan benar dan nilai 0
apabila peserta didik salah dalam menjawab.
Rumus : S=R
2. Scoring (tes benar benar salah) setiap butir soal yang dijawab betul betul diberi scor 1
rumus : S = R-W
3. scoring multiple choise (pilihan ganda)
Rumus : S= R- W / N Proses
 Menurut Zainal Arifin dalam mengolah data hasil tes, ada empat langkah pokok yang harus
ditempuh :
- Pertama, menskor, yaitu memberi skor pada hasil tes yang dapat dicapai oleh peserta didik. Untuk
memperoleh skor mentah diperlukan tiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci scoring, dan
pedoman penilain.
- Kedua, mengubah skor mentah menjadi skor standart sesuai dengan norma tertentu.
- Ketiga, mengkonversikan skor standart kedalam nilai, baik dalam bentuk huruf ataupun angka.
- Keempat, melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan
reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya pembeda.

3. Skor Akhir
Skor akhir peserta didik dapat ditentukan dengan cara menjumlahkan skor (angka) yang
diperoleh pada tiap-tiap jenis yang digunakan dan telah dihitung menurut rumus & bobot masing-
masing tes. Skoring teknik non test dimana ini dilakukan oleh guru yang bertujuan untuk memahami
peserta didik. Dalam penilaian ini untuk untuk mengetahui beberapa kondisi yg dialami oleh peserta
didik secara langsung maupun tidak langsung.

10
BAB III
TEKNIK-TEKNIK PENILAIAN

1. Teknik-Teknik Penilaian Dalam Pembelajaran


Setiap guru tentunya selalu berharap mendapatkan hasil yang baik pada saat proses pembelajaran,
semua materi yang disajikan dapat dipahami oleh peserta didik dan begitu juga dengan hasil
penilaian (evaluasi) dengan hasil yang baik. Semua itu dilakukan oleh guru dengan teknik dan cara
dalam menyampaikan materi sampai pada saat penilaian. Adapun beberapa teknik-teknik penilaian
yang digunakan oleh guru dalam mengukur kemampuan peserta didik.
Teknik-teknik penilaian dilakukan berdasarkan materi dan pennyusunan rencana pembelajaran
untuk menentukan teknik penilaian seperti apa yang akan digunakan oleh guru pada saat
pelaksanaan penilaian. Berikut ini adalah teknik-teknik penilaian yang digunakan oleh guru saat
proses pembelajaran berlangsung:
a. Penilaian Produk.
Merupakan suatu penilaian terhadap proses pembentukan produk dan kualitas produk, yang
meliputi: kemampuan membuat produk, teknologi, dan seni. Dalam menilai pengembangan
produk melalui 3 tahap, antara lain:
- Persiapan
- Pembuatan
- Penilaian

b. Penilaian Portofolio
Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi untuk
menunjukan bagimana perkembangan kemampuan peserta didik pada periode tertentu.
 Langkah-langkah penilaian portofolio sebagai berikut:
- Menentukan tujuan pembelajaran yang akan dijadikan dasar pembuatan portofolio.
- Memberikan informasi kepada siswa tentang proses penilaian portofolio.
- Memberi tahu siswa bagiamana cara menyusun hasil belajar dalam sebuah pembelajaran.

 Langkah-langkah Pelaksanaan Penilaian Portofolio, sebagai berikut:


1. Memberikan motivasi siswa untuk menyusun portofolio dengan baik.
2. Guru melakukan diskusi rutin dengan siswa dalam membahas proses belajar apa saja yang
bisa dijadikan catatan karya dalam menyusun portofolio.
3. Memberikan feed back secara rutin kepada siswa.
4. Mendorong siswa untuk selalu melakukan refleksi belajar disetiap akhir proses
pembelajaran.
5. Menunjukan hasil portofolio yg sudah disusun oleh siswa.
6. menentukan kriteria penilaian, ini dilakukan bersama sama dengan siswa.
7. menerpakan secara konsisten kriteria penilaian yang telah ditentukan.
8. menuliskan hasil penilaian dalam sebuah laporan penilaian sesuai dengan periode
portofolio berikutnya.
9. memberikan apresiasi terhadap setiap proses belajar yang telah ditentukan.

c. Penilaian Diri (Self Assessment)


Merupakan suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya
sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yg dipelajarinya
dalam mata pelajarsan tertentu.

11
 Teknik penilaian diri termasuk ke ranah kompetisi efektif (sudaryono/2012), antara lain:
- Penilaian langsung dan spesifik, yaitu penilaian secacara langsung pada saat setelah
menyelesaikan tugas.
- Penilaian tidak langsung dan holistik, yaitu penilaian yang dilakukan dalam kurun
waktu yang panjang dalam memberikan penilaian secara keseluruhan.
- Penilaian sosio afektif, yaitu penilaian terhadap unsur-unsur efektif atau emosional.

 Prinsip-prinsip dalam penilaian diri, antara lain:


1. Aspek-aspek yang mau dinilai oleh peserta didik melalui penilian diri harus jelas.
2. Menentukan dan menetapkan cara dan prosedur yang digunakan dalam penilaian diri.
3. Menentukan bagaimana mengolah dan menentukan nilai hasil penilaian diri oleh peserta
didik.
4. Membuat kesimpulan hasil penilaian diri yang dilakukan oleh peserta didik.

d. Penilaian Project
Merupakan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perenccanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, serta penyajian data. Dalam penilaian project ini dapat
digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan, mengaplikasian, kemampuan
penyelidikan, serta kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu
secara jelas.

e. Penilaian Unjuk Kerja (Performance)


Merupakan penilaian yangan dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam
melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan saat menilaian ketercapaian kompetensi yang
menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktek laboratorium, praktek sholat,
praktek olahraga, praktek kewirausahaan, dan sebagaiannya.

12
BAB IV
PAN DAN PAP DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN

1. Penilaian Acuan Normal (PAN)


Penilaian Acuan Normal (PAN) adalah membandingkan skor yang diperoleh peserta didik
dengan standar atau norma relatif. Pan digunakan untuk menafsirkan hasil tes sumatif. Dalam
PAN, makna angka (skor) seorang peserta didik ditemukan dengan cara membandingkan hasil
belajarnya dengan hasil belajar peserta didik lainnya dalam satu kelompok/kelas. Tujuan PAN
adalah untuk membedakan peserta didik atas kelompok-kelompok tingkat kemampuan, mulai dari
yang terendah sampai dengan yang tertinggi.
Pada umumnya, PAN dipergunakan untuk seleksi dan digunakan pada akhir unit
pembelajaran untuk menentukan tingkat hasil belajar peserta didik. Soal tes dalam pendekatan ini
dikembangkan dari bagian bahan yang dianggap oleh guru urgen sebagai sampel dari bahan yang
telah disampaikan. Peringkat dan klasifikasi anak yang didasarkan PAN lebih banyak mendorong
kompetisi dari pada membangun semangat kerja sama.
Metode PAN sangat relatif atau tergantung kondisi setiap kelompok yang dimana ada batas
lulus untuk setiap kelompok. Metode ini ditentukan patokan berupa nilai rata-rata (mean) tiap
kelompok dan standar devisinya. Pedoman kriteria penilaian merupakan konversi setiap jumlah
score mentah menjadi nilai akhir dan sesuai dengan skala penilaian. Dalam pendekatan Penilaian
Acuan Normal (PAN), rata-rata (mean) dan simpangan baku (standaar devisiasi) dihitung dengan
rumus statistik sesuai dengan skor mentah yang diperoleh peserta didik. Berikut ini adalah
Kriteria/Standar Pedoman Konversi Scroe Mentah PAN, antara lain:
 Skala Penilaian 11
- Mean + 2,25 standar deviasi = batas bawah nilai 10
- Mean + 1,75 standar deviasi = batas bawah nilai 9
- Mean + 1,25 standar deviasi = batas bawah nilai 8
- Mean + 0,75 standar deviasi = batas bawah nilai 7
- Mean + 0,25 standar deviasi = batas bawah nilai 6
- Mean - 0,25 standar deviasi = batas bawah nilai 5
- Mean - 0,75 standar deviasi = batas bawah nilai 4
- Mean - 1,25 standar deviasi = batas bawah nilai 3
- Mean - 1,75 standar deviasi = batas bawah nilai 2
- Mean - 2,25 standar deviasi = batas bawah nilai 1

 Skala Penilaian 9
- Mean + 1,75 standar deviasi = batas bawah nilai 9
- Mean + 1,25 standar deviasi = batas bawah nilai 8
- Mean + 0,75 standar deviasi = batas bawah nilai 7
- Mean + 0,25 standar deviasi = batas bawah nilai 6
- Mean - 0,25 standar deviasi = batas bawah nilai 5
- Mean - 0,75 standar deviasi = batas bawah nilai 4
- Mean - 1,25 standar deviasi = batas bawah nilai 3
- Mean - 1,75 standar deviasi = batas bawah nilai 2

13
 Skala Penilaian 5
- Mean + 1,75 standar deviasi (batas bawah nilai A)
- Mean + 1,25 standar deviasi (batas bawah nilai B)
- Mean + 0,5 standar deviasi (batas bawah nilai C)
- Mean - 1,5 standar deviasi (batas bawah nilai D)

2. Penilaian Acuan Patokan (PAP)


Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah membandingkan skor yang diperoleh peserta didik
dengan suatu standar atau norma absolut. PAP pada umumnya digunakan untuk menafsirkan hasil
tes formatif. Pendekatan ini lebih menitikberatkan pada apa yang dapat dilakukan oleh peserta
didik. Jadi, PAP meneliti apa yang dapat dikerjakan oleh peserta didik dan bukan membandingkan
seorang peserta didik dengan teman sekelasnya, melainkan dengan suatu kriteria atau patokan yang
spesifik. Adapun Tujuan Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu:
a. Untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang ditetapkan sebagai kriteria
keberhasilannya.
b. Sebagai upaya meningkatkan kualitas hasil belajar sebab peserta didik diusahakan untuk
mencapai standar yang telah ditentukan, dan hasil belajar peserta didik dapat diketahui
derajat pencapaiannya.
c. Untuk menentukan batas lulus (passing grade) dengan pendekatan ini, setiap skor peserta
didik dibandingkan dengan skor ideal yang mungkin dicapai oleh peserta didik.

 Ciri-ciri Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu:


a. Terdapat kemampuan kognitif minimal yang harus dimiliki oleh peserta didik..
b. Adayanya kemampuan psikomotorik dan sikap mental minimal sebagai persyaratan.
c. Meletakkan perbedaan latar belakang peserta didik sebagai unsur individual.
d. Sebagai alat diagnosis kesulitan peserta didik.
e. Dapat difungsikan sebagai embrio tes baku.
f. Tidak Komparatif terhadap kelompok, sehingga dapat melemahkan semangat kompitisi.
 Kelebihan dari Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu:
1. Membantu guru merancang program remidi.
2. Tidak membutuhkan perhitungan statistic yang rumit.
 Kekurangan dari Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu:
1. Kurang relatif dalam mendapatkan nilai yang asli.
2. Tidak Cocok jika digunakan untuk penilaian sumatif.

Penilaian Acuan Patokan (PAP) digunakan untuk kompetensi yang menuntut tingkat presisi
yang tinggi, semacam: penilian kedokteran, farmasi, kesehatan. Mengapa demikian, dikarenakan
dalam PAP ini adanya penentuan kriteria sehingga terjadinya penggolongan nilai khusus. Berikut
ini adalah pedoman kriteria penilaian yang merupakan konversi setiap jumlah score mentah
menjadi nilai akhir (NA) sesuai dengan aturan skala penilaian dan adanya penentuan Score
Maksimal Ideal (SMI), anatara lain:
 Berikut ini merupakan Rumus dalam Mencari Nilai Akhir (NA), yaitu:
Rumus = Score Mentah / SMI x 100%

14
 Skala Penilaian 11
Tingkat Penguasaan Nilai
95% - 100% 10
85% - 94% 9
75% - 84% 8
65% - 74% 7
55% - 64% 6
45% - 54% 5
35% - 44% 4
25% - 34% 3
15% - 24% 2
5% - 14% 1
0% - 4% 0
 Skala Penilaian 10
Tingkat Penguasaan Nilai
91% - 100% 10
81% - 90% 9
71% - 80% 8
61% - 70% 7
51% - 60% 6
41% - 50% 5
31% - 40% 4
21% - 30% 3
11% - 20% 2
0% - 10% 1
 Skala Penilaian 9
Tingkat Penguasaan Nilai
85% - 100% 9
75% - 84% 8
65% - 74% 7
55% - 64% 6
45% - 54% 5
35% - 44% 4
25% - 34% 3
15% - 24% 2
0% - 14% 1
 Skala Penilaian 5
Tingkat Penguasaan Nilai
90% - 100% A
80% - 84% B
65% - 74% C
55% - 64% D
0% - 54% E

15
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Google Classroom, 2022, “Penilaian Tes Tertulis”, (diakses pada tanggal 27 Desember 2022),
Penilaian Pembelajaran 5B Selasa 07.55 - 09.40 (google.com)

Google Classroom, 2022, “Scorring”, (diakses pada tanggal 27 Desember 2022), Penilaian
Pembelajaran 5B Selasa 07.55 - 09.40 (google.com)

Wanabuliandari, Savitri, 2016, “Teknik Konversi-Skor-Mentah-Hasil-Tes”, slideshare : (diakses pada


tanggal 2 Januari 2021), Teknik konversi-skor-mentah-hasil-tes (slideshare.net)

Blog Pendidikan.net, 2021, “Apa Saja Teknik Penilaian Yang Digunakan Dalam Pembelajaran”,
(diakses pada 2 Januari 2023), Apa Saja Teknik Penilaian Yang Digunakan Dalam
Pembelajaran - Blog Pendidikan

Salam, Melvin, 2016, “Teknik-Tenik Penilaian”, Academia : (diakses pada 2 Januari 2023), teknik-
teknik penilaian | Melvin Salam - Academia.edu

Edukasi.com, 2020, “ Penilaian Acuan Patokan (PAP)”, (diakses pada 10 Januari 2023), Penilaian
Acuan Patokan (PAP) - EDUKASIKU.COM

Nur Anissa Risma, 2015, ”PAN & PAP dalam Evaluasi Pembelajaran”, Semarang : Serba-Serbi
Pendidikan, Blog Unnes (PAN & PAP dalam Evaluasi Pembelajaran – Serba-serbi
Pendidikan (unnes.ac.id)

16

Anda mungkin juga menyukai