Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam suatu rumah sakit terdapat berbagai masalah yang sangat kompleks, baik yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, kebersihan, fasilitas, dan masalah sosial lainnya. Dalam permasalahan pelayanan kesehatan juga memiliki submasalah yang juga menjadi sorotan antara lain perbandingan pelayanan antar individu, obat, kamar dll. Perbandingan pelayanan ini dilatarbelakangi oleh berbagai faktor antara lain yaitu status sosial pasien, sikap pasien, sikap tenaga kesehatan, beban kerja tenaga kesehatan dsb. Dalam hal status sosial pasien, pasien yang berada dalam golongan bawah sering mendapatkan pelayanan yang kurang memuaskan, hal ini dikarenakan pasien golongan bawah ini menggunakan asuransi kesehatan baik dalam bentuk Jamsoskes, Jamkesmas, Askin dll. Asuransi kesehatan yang dari pemerintah sering menyulitkan, baik dari pihak pasien yang harus melengkapi segala surat-menyurat secara lengkap maupun dari pihak rumah sakit yang harus menanggung dulu biaya pengobatan karena pemerintah seringkali membayar biaya tersebut dalam waktu yang tidak bisa ditentukan sehingga biaya internal rumah sakit turut terganggu. Semua hal ini dapat berdampak pada kualitas pelayanan yang didapat pasien dan citra rumah sakit itu sendiri.

Dinamika Kelompok
B. Tujuan Analisis permasalahan ini bertujuan untuk mencari penyebab dari permasalahan, solusi dan dalam usaha pemenuhan tugas mata kuliah dinamika kelompok.

Dinamika Kelompok BAB II PEMBAHASAN ANALISIS DAN SOLUSI

A. Kasus dan Pembahasan Untuk melakukan analisis, penulis telah mencari permasalahan yang berhubungan dengan kemitraan ataupun konflik antara pasien, perawat, bidan ataupun dokter di rumah sakit.

Dinamika Kelompok

Dari permasalahan di atas terlihat bahwa terdapat konflik antara pasien dengan tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. Seorang perawat seharusnya menjalankan perannya yaitu sebagai : a. Pemberi Asuhan Keperawatan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan melalui keadaan kebutuhan pelayanan dasar manusia yang dengan

dibutuhkan

pemberian

keperawatan

menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. b. Advokat Klien Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menntukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian. c. Edukator Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang

diberikankan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan. d. Koordinator Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

Dinamika Kelompok
pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuan klien. e. Kolaborator Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang

diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya. f. Konsultan Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. Sedangkan pada kasus tersebut, perawat tidak menjalankan perannya sebagai Pemberi Asuhan Keperawatan, Advokat Klien, Edukator, dan Koordinator. Perawat tersebut tidak memperhatikan keadaan atau kebutuhan pasien yang membutuhkan pelayanan segera. Perawat tersebut menganggap keadaan pasien masih dapat ditunda hingga kamar untuk pasien jamsoskes sudah ada yang kosong, padahal hal yang mendesak seperti melahirkan tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Perawat ini juga tidak membantu klien dan keluarga dalam menjelaskan bagaimana seharusnya bu Ani (pasien) bertindak. Perawat hanya memberikan rujukan tanpa menuntun pasien yang belum tentu tahu dengan apa yang harus mereka lakukan. Pasien dan kelurga pasien tentu sangat tegang saat menghadapi masalah tersebut, sehingga harusnya perawat dapat memberikan edukasi kepada pasien dan kelurganya. Keadaan ini juga diperburuk oleh ketidak profesionalan perawat baru, perlu diadakan pelatihan dan pembelajaran yang lebih lanjut untuk perawat

Dinamika Kelompok
ataupun tenaga kesehatan lain agar tidak terjadi kesalahan dan kejadian yang dapat mencoreng tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan itu sendiri. Tenaga kesehatan lain yang berhubungan dengan permasalahan di atas adalah bidan. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Sedangkan dari kasus tersebut, bidan bertindak langsung

melimpahkan/merujuk pasien ke rumah sakit lain hanya karena alasan kamar yang penuh. Padahal telah dijelaskan bahwa bidan seharusnya bertanggung jawab atas persalinan dan tindakan kegawat-daruratan. Selain dari tenaga kesehatannya, hal yang menjadi penyebab masalah utama adalah asuransi kesehatan yaitu Jamsoskes. Jamsoskes atau jaminan sosial dan kesehatan seharusnya dapat membantu masyarakat golongan bawah agar

Dinamika Kelompok
mendapat pelayanan kesehatan yang sesuai dan merata. Tetapi pada praktiknya asuransi ini terkadang juga memberatkan pasien, apalagi pasien yang berpengetahuan rendah. Pengurusan surat-menyurat Jamsoskes dilakukan berbelitbelit dimulai dari tahap pertama yaitu tanda tangan pemerintah setempat (RT/RW/Kades,dll) sampai pada akhirnya pengurusan di administrasi rumah sakit. Pengguna Jamsoskes yang terlalu banyak juga menjadi dilema tersendiri bagi pihak pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh biaya yang digunakan oleh pasien , yang ditanggung oleh pemerintah sering dibayar terlambat bahkan menunggak. Sedangkan pihak rumah sakit/pelayanan kesehatan juga

membutuhkan biaya untuk operasional rumah sakit itu sendiri. Apalagi sekarang dikeluarkan peraturan bahwa rumah sakit dilarang menolak pasien. Dari kasus tersebut terlihat bahwa rumah sakit RS Muhammadiyah tidak mengikuti aturan tersebut dengan tetap menolak pasien. Walaupun pada akhirnya bu Ani tetap dirawat di rumah sakit tersebut.

B. Solusi Solusi yang dapat saya tawarkan adalah : a. Harus diadakan pelatihan yang berkelanjutan terhadap tenaga kesehatan yang baru agar lebih terampil dan mampu melakasanakan tugas dengan baik. b. Pembenahan administratrif bagi seluruh instansi pemerintah agar masyarakat tidak merasa terbebani dan mendapatkan hak mereka. c. Harus diadakan penilaian dan evaluasi terhadap kinerja tenaga kesehatan dan rumah sakit itu sendiri. Untuk tenaga kesehatan, penilaian dapat dilakukan oleh tempat dimana mereka bekerja, sedangkan rumah sakit

Dinamika Kelompok
dinilai oleh pemerintah daerah. Untuk setiap penilaiannya diadakan reward dan punishment. d. Pemberian edukasi kepada masyarakat tentang sistem yang ada di daerah mereka. Baik dibidang kesehatan, pendidikan, olahraga, ekonomi dsb.

Dinamika Kelompok DAFTAR PUSTAKA


Adisasmito, Wiku. 2010. Sistem Kesehatan. Jakarta : Grafindo Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Tangerang : Bina Rupa Aksara Modul Manajemen Sumber Daya Manusia oleh Misnaniarti SKM,MKM. 2011.

Anda mungkin juga menyukai