Anda di halaman 1dari 10

POSTPARTUM

Periode postnatal / postpartum atau masa nifas adalah interval 6 minggu antara
kelahiran bayi dan kembalinya organ reproduksi ke keadaan normal sebelum hamil. Nifas /
puerperium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat-alat
reproduksi yang lamanya kurang lebih sekitar 6 minggu.

A. Tanda dan Gejala Postpartum


Adaptasi fisiologis postnatal terdiri dari :
1. Tanda-tanda vital
Suhu dalam 24 jam pertama  38oC, bila terjadi selama 2 hari berturut-turut pada
kesepuluh hari pertama harus dicurigai adanya sepsis puerperalis, infeksi saluran
kemih, endometritis, mastitis atau infeksi lainnya.
2. Proses Involusi
Involusi adalah proses kembalinya uterus ke kondisi sebelum kehamilan, yang
dimulai sesaat setelah pengeluaran plasenta dengan kontraksi otot uterus, berlangsung
cepat dalam 2 minggu (kembali ke rongga panggul). Dalam 12 jam setelah persalinan,
tinggi fundus uteri kurang lebih 1 cm di atas umbilicus dan turun 1-2 cm tiap harinya.
6 hari postpartum, fundus uteri setinggi pertengahan antara umbilicus dan simfisis. 9
hari postpartum, uterus tidak teraba karena masuk ke rongga pelvis. Subinvolusi
adalah kegagalan uterus dalam proses pengembalian ke kondisi sebelum hamil.
Penyebab utama dari subinvolusi adalah tertinggalnya jaringan plasenta dan infeksi.
Servik mencapai ukuran semula dalam seminggu setelah melahirkan dan sampai
minggu keenam telah sembuh dan terlihat seperti crosswise slit pada multipara.
Involusi uteri menjadi lambat bila uterus terinfeksi.
3. Kontraksi
Pembekuan darah pada postpartum terjadi karena adanya penekanan pada
pembuluh darah intramiometrium oleh kontraksi otot uterus, agregasi platelet dan
pembentukan bekuan darah. Hormon oksitosin yang dilepaskan oleh hipofisis
menguatkan dan mengkoordinasikan kontraksi uterus. Kontraksi berguna untuk
mengembalikan uterus kekadaan semula sebelum hamil.
4. Afterpains
Relaksasi dan kontraksi secara bergantian dan periodik menyebabkan kram uterus
yang tidak nyaman dan disebut sebagai afterpains dan terjadi pada awal postpartum.
Afterpains disebabkan oleh kontraksi rahim yang berlangsung 2-4 hari postpartum,
biasanya tidak dialami oleh primipara karena tonus uterus secara umum masih baik.
Afterpains lebih dirasakan pada ibu-ibu yang melahirkan bayi yang besar, gemeli atau
hidramnion. Menyusui dan injeksi oksitosin dapat memperberat afterpains karena
menyebabkan kontraksi uterus lebih kuat.
5. Tempat Perlekatan Plasenta
Segera setelah plasenta dan selaput amnion keluar, terjadi vasokontriksi dan trombosis
untuk mencegah tempat perlekatan plasenta melebar. Pertumbuhan endometrium
menyebabkan terlepasnya jaringan nekrotik dan mencegah timbulnya jaringan scar.
Hal ini akan mempengaruhi tempat perlekatan plasenta pada kehamilan yang akan
datang. Regenerasi endometrium akan selesai pada minggu ke-3 postpartum,
sedangkan pada tempat plasenta akan pulih pada minggu ke-6 postpartum.
6. Perubahan Pembuluh Darah
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah besar, tetapi setelah
persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, sehingga arteri
mengecil selama masa nifas.
7. Lokhea
Pengeluaran uterus setelah melahirkan disebut sebagai lokhea. Pengeluaran lokhea
meliputi 3 tahap yang dikarakteristikan dengan warna, jumlah, dan waktu
pengeluaran. Lokhea adalah sekret atau cairan yang keluar dari uterus sampai vagina
dalam masa nifas atau sekret luka dalam rahim terutama luka plasenta yang belum
sembuh.
a. Lokhea Rubra
Mengandung darah, sel desidua dan bekuan darah, berwarna merah menyala dan
berbau amis. Pada 2 jam setelah melahirkan, jumlah lokhea mungkin seperti saat
menstruasi. Hal ini berlangsung sampai hari ke-3-4 postpartum.
b. Lokhea Serosa/ serosanguinous
Mengandung sisa darah, serum dan leukosit. Warna pink atau kecoklatan dan
berlangsung sampai hari ke-10 postpartum.
c. Lokhea Alba
Mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum dan bakteri. Berwarna
kekuningan hingga putih dan berlangsung sampai minggu ke-2-6 postp
artum.
d. Lokhea purulenta
Lokhea yang terinfeksi, mengandung bakteri, berwarna kehijauan, bau busuk
dapat berlangsung setelah 4 hari postpartum. Sebagian besar dikarenakan
personal hygiene yang kurang.
8. Cerviks
Cerviks kembali lembut segera setelah persalinan. Cerviks atas atau segmen bawah
uterus tampak edema, tipis dan fragil selama beberapa hari setelah postpartum. Porsio
mungkin menonjol ke arah vagina, tampak memar dengan sedikit laserasi. Laktasi
dapat menghambat produksi mukosa cerviks karena menghambat produksi estrogen.
9. Vagina dan Perineum
Kondisi vagina kembali seperti sebelum kehamilan terjadi pada minggu ke-6-8
postpartum. Rugae muncul kembali setelah minggu ke-4 postpartum tetapi tidak
mungkin kembali ke kondisi saat sebelum menikah. Penurunan estrogen juga
menyebabkan produksi mukosa vagina berkurang sehingga lubrikasi minimal.
Mukosa kembali menebal setelah ovarium kembali berfungsi.
Pada ibu dengan luka episiotomi maka harus menjaga kebersihan daerah perineum
minimal selama 2 minggu postpartum. Proses penyembuhan luka episiotomi sama
dengan lika insisi pada tindakan bedah lainnya. Tanda-tanda infeksi REEDA (Redness
Ekimosisi Edema Discharge Approximation) harus selalu dipantau. Proses
penyembuhan akan terjadi setelah minggu 2-3 postpartum. Redness adalah warna
kemerahan, Ekimosisi adalah bercak darah, Edema adalah bengkak, Discharge adalah
adanya cairan dilihat dari warna, konsistensi dan baunya, Approximation adalah
perlekatan episiotomy.
10. Abdomen
Abdomen pada ibu postpartum akan kembali normal hampir seperti kondisi sebelum
hamil setelah minggu ke-6 postpartum. Striae mungkin masih ada. Pengembalian
tonus otot dipengaruhi oleh tonus itu sendiri, latihan yang tepat, dan jumlah dari sel
lemak. Diastasis rektus abdominis tetap ada dan beberapa ibu postpartum
menginginkan untuk dioperasi dan dapat diatasi dengan senam nifas.
Manfaat senam nifas :
a. Mempercepat penyembuhan
b. Mengencangkan otot perut,
c. Mengencangkan liang sanggama, otot-otot sekitar vagina maupun otot-otot
dasar panggul
d. Melancarkan peredaran darah dalam tubuh
e. Membantu mengembalikan bentuk tubuh seperti semula
11. Sistem Perkemihan
Steroid yang tinggi selama kehamilan menyebabkan fungsi ginjal menjadi meningkat.
Setelah persalinan, kadar steroid berkurang dan fungsi ginjal juga menurun. Ginjal
akan kembali normal seperti sebelum hamil setelah 1 bulan persalinan.
a. Komponen Urine
Laktosuria terjadi pada ibu menyusui, BUN meningkat akibat autolisis pada
proses involusi. Proteinuria +1 normal karena pemecahan sel otot uterus selama
hari 1 dan 2 postpartum. Ketonuria terjadi pada ibu dengan persalinan lama yang
disertai dehidrasi
b. Diuresis Postpartum
Selama 12 jam postpartum, ibu mulai kehilangan cairan yang bertumpuk di
ekstrasel selama kehamilan akibat dari penurunan kadar estrogen. Selain itu,
penguapan terutama di malam hari dan peningkatan tekanan vena di ekstremitas
bawah juga menyebabkan diuresis meningkat. Pengeluaran cairan dapat
mengurangi berat badan ibu postpartum sebanyak 2,25 kg.
c. Uretra dan Bladder
Penekanan kepala bayi pada bladder saat persalinan dapat menyebabkan
penurunan sensitivitas syaraf destrusor terhadap volume urin yang ada di bladder.
Ditambah adanya laserasi di perineum dan episiotomi menyebabkan keinginan
untuk berkemih menjadi menurun. Hal ini menyebabkan timbulnya distensi
bladder yang dapat menghambat turunnya uterus dan memudahkan timbulnya
infeksi. Syaraf dan otot dinding bladder akan kembali normal setelah 5-7 hari
postpartum.
12. Sistem Gastrointestinal
a. Nafsu Makan
Ibu postpartum akan merasa kelaparan setelah melahirkan karena energi yang
dikeluarkan saat persalinan.
b. Buang Air Besar
BAB spontan mungkin terjadi pada hari 2-3 postpartum. Keterlambatan ini
disebabkan oleh penurunan tonus otot kolon selama persalinan dan postpartum,
diare, kekurangan makanan atau dehidrasi. Trauma karena persalinan pada sistem
gastrointestinal seperti laserasi perineum grade 3 dan 4 juga dapat menghambat
BAB secara normal.
13. Payudara
a. Ibu Menyusui
Saat memulai menyusui massa berupa kantong ASI dapat teraba di payudara,
hanya berbeda dengan massa pada tumor atau karsinoma, massa pada payudara
ibu menyusui berpindah-pindah dan tidak menetap. Sebelum proses menyusui
dimulai, pengeluaran payudara berupa cairan kekuningan yang disebut
kolustrum. Produksi ASI mulai hari ke-3 postpartum oleh sel-sel ocini pada
alveoli dan atas pengaruh prolaktin. Keluarnya ASI ke meatus laktiferus oleh
kontraksi myoepithelium tergantung pada sekresi dan rangsangan oleh isapan
bayi. Payudara tegang dapat terjadi setelah 48 jam menyusui dan gangguan puting
dapat terjadi, seperti pecah-pacah, kemerahan dan melepuh.
b. Ibu Tidak Menyusui
Kolustrum tetap diproduksi diikuti oleh ASI tetapi tidak dikeluarkan. Ibu akan
mengalami engorgement pada hari ke-3-4 postpartum. Payudara menjadi
bengkak, tegang dan hangat, lebih disebabkan karena kongesti vena bukan karena
penumpukan ASI. Ibu akan merasa nyeri dan dapat dikurangi dengan kompres es,
BH yang menekan atau analgesik ringan.
14. Sistem Kardiovaskular
a. Volume Darah
Perubahan volume darah dipengaruhi oleh kehilangan darah saat persalinan dan
pengeluaran edema fisiologi saat kehamilan. Rata-rata kehilangan darah normal
pada partus pervaginam adalah 400-500 cc dan dua kali lebih banyak pada SC.
Volume darah yang bertambah (1000-1500 ml) selama kehamilan akan berkurang
sampai 2 minggu postpartum dan kembali ke kondisi sebelum kehamilan pada
bulan ke-6 postpartum. Tiga hal yang menyebabkan ibu postpartum dapat
bertoleransi terhadap kehilangan cairan diawal postpartum adalah hilangnya
sirkulasi uteroplasenta dapat mengurangi luasnya peredaran darah ibu hingga 10-
15%, hilangnya hormon plasenta menyebabkan hilangnya stimulus untuk
vasodilatasi dan mobilisasi cairan ekstravaskular yang bertumpuk selama
kehamilan.
b. Tekanan Darah
Tekanan darah tetap stabil, terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg atau lebih
pada saat klien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk.
c. Berkeringat dan Menggigil
Klien dapat menggigil setelah melahirkan, hal ini dikarenakan instabilitas
vasomotor dan tidak berarti bila tidak disertai panas. Fungsinya adalah untuk
mengeluarkan jumlah cairan yang banyak dan sisa-sisa pembakaran banyak
dikeluarkan melalui keringat dan sering terjadi pada malam hari, sehingga klien
sering terbangun.
d. Komponen Darah
a) Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht)
Selama 72 jam setelah persalinan, terdapat kehilangan plasma dalam
jumlah besar sehingga menyebabkan Hb dan Ht meningkat hingga 7 hari
setelah persalinan. Tidak terdapat destruksi sel darah merah selama periode
postpartum dan kadar sel darah merah akan kembali normal setelah minggu
8 postpartum. Nilai normal hemoglobin (Hb) pada postpartum adalah 10,0-
11,4 gr% sedangkan untuk nilai normal hematokrit (Ht) postpartum adalah
32%-36%.
b) Sel Darah Putih
Leukosit normal pada ibu hamil adalah 12.000/mm3. Pada ibu
postpartum kadar leukosit bisa mencapai 20.000-25.000/mm3 dan ini
normal karena rentang normal leukosit pada ibu postpartum adalah 14.000-
30.000/mm3. Penyebab yang diyakini hingga sekarang adalah karena
adanya kelelahan dan penguapan yang berlebih saat persalinan.
c) Faktor Pembekuan
Faktor pembekuan dan fibrinogen akan meningkat selama kehamilan
dan masa postpartum. Jika ditambah dengan kerusakan pembuluh darah dan
immobilisasi maka hal ini akan beresiko terjadinya tromboembolisme
terutama pada kelahiran SC.
e. Varicosities (varices)
Varices di ekstremitas dan anus, kadang-kadang di vulva akan berkurang segera
setelah persalinan. Perbaikan dengan pembedahan tidak direkomendasikan
selama kehamilan.
15. Sistem Muskuloskeletal
Relaksasi sendi, terutama pada sendi panggul yang terjadi selama persalinan kembali
mendekat dan stabil pada minggu ke-6-8 postpartum.
16. Sistem integument
Kloasma gravidarum biasanya menghilang pada akhir kehamilan. Hiperpigmentasi
pada areola dan linea nigra mungkin masih ada sampai setelah persalinan. Striae di
payudara, abdomen dan tungkai mungkin berkurang tetapi tidak hilang. Abnormalitas
pembuluh darah seperti spider navi, palmar eritema mulai berkurang akibat penurunan
kadar estrogen.
Keadaan fisiologis ibu nifas antara lain :
a. Suhu : suhu setelah persalinan <37,5 oC
b. Nadi : setelah persalinan sekitar 100 x/menit
c. TD : setelah persalinan dalam batas normal (sistole 140
mmHg,diastole 90 mmHg)
d. Pernafasan : setelah persalinan pernafasan normal 28 x/menit
e. BAK : kebanyakan pasien dapat berkemih secara spontan dalam 8
jam setelah melahirkan.
f. BAB : terjadinya sembelit <3 hari pertama setelah persalinan
g. Uterus : kontraksi kuat, TFU hari postpartum tidak teraba

Adaptasi Psikologis
Adaptasi ibu terhadap kelahiran bayi dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
a. Fase Taking In
Waktu refleksi bagi ibu. Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya,
mungkin pasif dan tergantung, berlangsung selama 1-2 hari. Hal ini disebabkan
karena ibu mengalami ketidaknyamanan fisik setelah persalinan seperti nyeri
perineum, hemoroid, afterpain. Pada akhirnya ibu tidak mempunyai keinginan
untuk merawat bayinya. Ibu belum mengirimkan kontak dengan bayinya bukan
berarti tidak memperhatikan. Ibu masih fokus terhadap persalinan dan merasa
kagum dengan bayinya. Apakah benar bayi tersebut adalah anaknya? Apakah
persalinan telah berakhir? Dalam fase ini yang diperlukan ibu adalah informasi
tentang bayinya, bukan cara merawat bayinya. Ibu mengenang pengalaman
melahirkan yang baru dialaminya. Untuk pemulihan diperlukan tidur dan istirahat
cukup.
b. Fase Taking Hold
Setelah melewati fase pasif, ibu memulai fase aktifnya, dimulai dengan memenuhi
kebutuhan sehari dan dapat mengambil keputusan. Ibu berusaha mandiri dan
berinisiatif, perhatian lebih pada kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya, misalnya
kelancaran buang air besar, buang air kecil, melakukan berbagai aktivitas, duduk,
berjalan dan keinginan belajar tentang perawatan dirinya sendiri dan bayinya. Pada
fase ini juga ibu dapat diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi dan
mempraktekkan dengan pengawasan seperti mendukung kepala bayi, menyusui
dengan benar, atau menyendawakan bayi. Timbul rasa kurang percaya diri dalam
perawatan bayinya sehingga reinforcement positif dapat diberikan pada ibu supaya
ibu dapat meningkatkan kemampuannya dalam merawat bayi. Fase ini berlangsung
sekitar 10 hari.
c. Fase Letting Go
Pada fase ketiga ibu mulai mendefinisikan kembali perannya. Ibu mulai melepaskan
perannya yang dahulu dan mempersiapkan kelahiran menjadi ibu yang memiliki
anak. Ibu menerima anak tanpa membandingkan dengan harapan terhadap anak
pada saat menanti kelahiran. Ibu merasakan bahwa bayinya tidak terpisah dari
dirinya, mendapat peran dan tanggung jawab baru. Terjadi peningkatan
kemandirian dan perawatan diri sendiri dan bayinya. Ibu yang berhasil melewati
fase ini akan mudah melakukan peran barunya.
Adaptasi lain yang secara psikologis dialami oleh ibu hamil adalah
1) Abandonment
Adalah perasaan tidak berarti dan dikesampingkan. Sesaat setelah
persalinan, ibu merasa menjadi pusat karena semua orang menanyakan
keadaan dan kesehatannya. Beberapa jam setelah itu, perhatian orang-orang
disekitar mulai ke bayi dan ibu merasa “cemburu” kepada bayi. Saat pulang ke
rumah, ayah akan merasakan hal yang sama dengan ibu, karena istri akan lebih
berfokus pada bayi. Perawat harus membicarakan hal ini kepada ayah dan ibu
secara bersamaan, bagaimanapun juga peran orang tua adalah sama dalam
perawatan bayi. Melakukan perawatan bayi secara bersama akan membantu
orang tua memiliki peran yang sama dalam perawatan bayi.
2) Disappointment
Adalah perasaan orang tua yang merasa kecewa terhadap kondisi bayi
karena tidak sesuai dengan yang diharapkan saat hamil. Orang tua yang
menginginkan bayi yang putih, berambut keriting dan selalu tersenyum
akanmerasa kecewa ketika mendapati bayinya berkulit gelap, berambut tipis
dan menangis terus. Perawat harus membantu orang tua untuk dapat menerima
bayinya, dengan menunjukkan kelebihan-kelebihan bayi seperti sehat, mata
yang bersinar dan kondisi yang lengkap tanpa cacat.
3) Postpartal Blues
80% wanita postpartum mengalami perasaan sedih yang tidak mengetahui
alasan mengapa sedih. Ibu sering menangis dan lebih sensitif. Postpartal blues
juga dikenal sebagai baby blues. Kejadian ini dapat disebabkan karena
penurunan kadar estrogen dan progesteron. Pada beberapa wanita, dapat
disebabkan karena respon dan ketergantungan pada orang lain akibat
kelelahan, jauh dari rumah dan ketidaknyamanan fisik. Jika hal ini berlanjut
maka ibu perlu dikonsulkan ke psikiatri agar tidak berlanjut ke depresi.

B. Perawatan Poatpartum
1. Early Ambulation (Mobilisasi Dini)
Early Ambulation adalah kebijakan untuk membimbing penderita untuk selekas
mungkin berjalan. Mobilisasi postnatal memiliki variasi tergantung pada komplikasi
persalinan, nifas, sembuhnya luka.
2. Diet / Nutrisi
Selama nifas, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bermutu dan bergizi,
cukup kalori dan protein. Hal ini mempengaruhi pembentukan air susu dan
mempercepat proses penyembuhan ibu.
3. Miksi
Hendaknya BAK dapat dilakukan sendiri secepatnya 6 jam postpartum. Kadang-
kadang ibu mengalami sulit kencing karena uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi. Bila kandung kemih penuh dan ibu sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
4. Defekasi
Bila 3-4 hari postpartum klien sulit buang air besar dan terjadi obstipasi, maka dapat
dilakukan klisma air sabun atau gliserin.
5. Perawatan Payudara
Perawatan payudara dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu lemas, tidak keras
dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya. Anjurkan ibu untuk selalu
membersihkan puting susu dengan air hangat setaip kali sebelum dan sesudah
menyusui.
6. Discharge Planning
Penyuluhan tentang diet, latihan, pembatasan aktivitas, perawatan payudara, aktivitas
seksual dan kontrasepsi, pengobatan dan tanda-tanda komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai