Anda di halaman 1dari 10

Ketepatan diagnosa keperawatan sangat berpengaruh dalam asuhan

keperawatan pada pasien


Tiara Valentina Br Tarigan
tiaravalentina43@gmail.com

Latar Belakang

Diagnosa keperawatan adalah keputusanklinis mengenai seseorang, keluarga,


ataumasyarakat sebagai akibat dari masalahkesehatan atau proses kehidupan
yangactual atau potensial (NANDA, 2017). Mendapatkan diagnosis yang tepat adalahtugas
penting dalam perawatan kesehatan.Proses menjalankan tugas sebagai pemberiasuhan
keperawatan, perawat berwenanguntuk menegakkan diagnosis keperawatan (Pasal 30 UU
No.38 tahun 2014). Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan/risiko masalah
kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan merupakan bagian vital dalam
menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang
optimal. Perawatan yang profesional dicerminkan dalam pendokumentasian yang profesional,
yang membuktikan tentang apa yang dilakukan oleh perawat dan secara efektif menggambarkan
status dan kemajuan klien. Informasi yang menggambarkan masalah klien atau diagnosis
keperawatan kemudian mengarah pada pemberian asuhan keperawatan untuk memilih suatu
rencana perawatan yang sesuai dengan terapi keperawatan (Potter & Perry; 2009). Persatuan
Perawat Nasional Indonesia (PPNI) merupakan Organisasi Profesi (OP) yang diakui dalam UU
Keperawatan memiliki bertanggung jawab dalam meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan, martabat, dan etika profesi perawat di Indonesia. Dalam
mencapai tujuan dan menjalankan fungsi tersebut, salah satunya PPNI berkewajiban untuk
menyusun standar-standar yang meliputi standar kompetensi, standar asuhan keperawatan, dan
standar kinerja profesional. Asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan sangat
dibutuhkan beberapa hal yang sangat mendukung kegiatan tersebut antara lain : Analisis
pertanyaan kritis, Faktor yang mempengaruhi berfikir kritis, hubungan pemecahan masalah,
pengambilan keputusan dan kreatifitas. Selain itu juga didasari aktifitas koginitif dalam berfikir
kritis dan disertai kegiatan yang mendukung tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan
asuhan keperawatan yang bermutu sehingga pasien dan keluarga serta perawat sendiri akan
merasakan suatu kepuasan (Maryam, Setiawati, Ekasari, 2008). Berfikir kritis dalam proses
keperawatan, diperlukan beberapa pemahaman untuk tercapainya kegiatan tersebut guna
terlaksanya asuhan keperawatan dengan baik.

Metode

Metode penulisan yang digunakan ialah Literature review. Dimana dilakukan dengan
teknik pengumpulan data atau informasi dengan melakukan analisis, eksplorasi, kajian bebas
(literatur review) yang relevan yang berfokus dan pendekatan artikel non penelitian dalam
bentuk studi kepustakaan dengan cara menganalisis, kajian dengan mengembangkan dengan
bahasa sendiri dan eksplorasi jurnal atau artikel, maupun ebook yang relevan, yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran secara mendalam dan membahas Ketepatan diagnosa keperawatan
sangat berpengaruh dalam asuhan keperawatan pada pasien. Adapun referensi dari jurnal yang
saya gunakan merupakan jurnal yang diterbitkan pada 8 tahun terakhir ( dengan tahun paling tua
2012). Literatur yang digunakan sejumlah 10 jurnal yang berasal dari jurnal nasional. Hasil
penelitian Ketepatan diagnosa keperawatan sangat berpengaruh dalam asuhan keperawatan pada
pasien.

Hasil

Berdasarkan hasil dari analisis dan kajian jurnal jurnal maupun ebook yang telah dibaca
dan dipahami sesuai dengan topik yang dibahas bahwa diagnosa keperawatan termasuk hal yang
penting dalam asuhan keperawatan pada pasien, ketepatan dalam melaksanakan diagnosa
keperawatan itu penting karena diagnosis keperawatan merupakan bagian vital dalam
menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang
optimal. Seorang perawat professional harapannya menjadi seorang perawat yang menampilkan
aktifitas keperawatan sesuai kode etik profesi dalam perannya yang memiliki ciri berorientasi
pada pelayanan masyarakat, dengan menggunakan metode proses keperawatan. Perawatan
sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi asuhan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir kritis dalam berbagai
situasi. penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus nyata yang akan
memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif dan bermutu. Berfikir merupakan salah satu fungsi otak dan fungsi tersebut dapat
berjalan dengan baik jika tubuh dalam keaadaan sehat dan lingkungan yang memberikan
rangsangan. Hal tersebut harapannya sebagai perawat mempunyai otak yang sehat. Untuk
melaksanakan proses perawatan tersebut perawat dituntut melakukan aktifitas kognitif dalam
berfikir kritis, yang diperlukan beberapa komponen antara lain: Pengetahuan, Pengalaman,
Kompetensi, Sikap dan Standar (Tim Depkes RI,1993). Perawatan yang profesional dicerminkan
dalam pendokumentasian yang profesional, yang membuktikan tentang apa yang dilakukan oleh
perawat dan secara efektif menggambarkan status dan kemajuan klien. Tindakan seorang
perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan harus melakukan metode keperawatan berupa
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, dan evaluasi. Profesi perawat menggunakan
proses keperawatan (nursing process) sebagai kerangka pikir dan kerangka kerja dalam merawat
pasien. Keperawatan sebagai proses, diperkenalkan sejak tahun 1955 oleh Hall dan pada tahun
2004 proses keperawatan (nursing process) ditetapkan sebagai series of steps oleh ANA
(American Nursing Association) (Wilkinson, 2007), yang terdiri dari assesment (pengkajian),
diagnosis (penetapan diagnosis), planning outcomes (perencanaan hasil), planning intervention
(perencanaan intervensi), implementation (implementasi) dan evaluation (evaluasi).

Pembahasan

Asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan sangat dibutuhkan beberapa


hal yang sangat mendukung kegiatan tersebut antara lain : Analisis pertanyaan kritis, Faktor yang
mempengaruhi berfikir kritis, hubungan pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan
kreatifitas. Selain itu juga didasari aktifitas koginitif dalam berfikir kritis dan disertai kegiatan
yang mendukung tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang
bermutu sehingga pasien dan keluarga serta perawat sendiri akan merasakan suatu kepuasan
(Maryam, Setiawati, Ekasari, 2008). Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk
memenuhi kebutuhan dasar klien secara holistic memiliki tanggung jawab untuk membantu
pemenuhan kebutuhan oksigen klien yang tidak adekuat. Dalam tindakannya, seorang perawat
sebelum memberikan asuhan keperawatan harus melakukan metode keperawatan berupa
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, dan evaluasi. Profesi perawat menggunakan
proses keperawatan (nursing process) sebagai kerangka pikir dan kerangka kerja dalam merawat
pasien. Keperawatan sebagai proses, diperkenalkan sejak tahun 1955 oleh Hall dan pada tahun
2004 proses keperawatan (nursing process) ditetapkan sebagai series of steps oleh ANA
(American Nursing Association) (Wilkinson, 2007), yang terdiri dari assesment (pengkajian),
diagnosis (penetapan diagnosis), planning outcomes (perencanaan hasil), planning intervention
(perencanaan intervensi), implementation (implementasi) dan evaluation (evaluasi).

Pada prakteknya kegiatan proses keperawatan di atas tidaklah selalu berurutan tetapi bisa
dikerjakan pada waktu bersamaan/tumpang tindih (overlapping). Salah satu kegiatan yang
penting dalam proses keperawatan adalah pengkajian keperawatan. Pengkajian keperawatan ini
sangat penting karena dari pengkajian keperawatan maka perawat akan mampu menentukan apa
masalah keperawatan/diganosa keperawatan dan masalah kolaboratif/diagnosis potensial
komplikasi yang dialami oleh pasien dan membuat perencanaan dalam merawat pasien.
Ketepatan dalam tindakan dalam mendiagnosa keperawatan. Diagnosis keperawatan yang
ditegakkan berdasarkan pengkajian NANDA-ISDA lebih beragam daripada diagnosis
keperawatan yang ditegakkan oleh perawat. Dengan NANDA-ISDA pengkajian dilakukan dari
berbagai Aspek dan didasari pada pemahaman terhadap definisi suatu diagnosis tersebut
(Nurjannah, 2010). Sedangkan diagnosis yang dibuat perawat tidak didasari pada pengkajian dan
pemahaman tentang definisi diagnosis itu sendiri, contohnya terdapat diagnosis “Gangguan pola
tidur”. Istilah ini tidak ditemukan dalam nomenklatur NANDA-I, untuk data kurang tidur.
Namun data “ kurang tidur “ akan memunculkan diagnosis “Risiko jatuh”. Begitu pula, tidak
satupun tidak satupun masalah kolaborasi (potensial complication) ditegakkan oleh perawat
sementara dari rutinitas pekerjaan yang dilakukan lebih banyak pada pekerjaan mengatasi
masalah pontensial komplikasi.

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau


masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan
keperawatan.Diagnosis keperawatan sejalan dengan diagnosis medis sebab dalam
mengumpulkan data-data saat melakukan pengkajian keperawatan yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa keperawatan ditinjau dari keadaan penyakit dalam diagnosa medis.
Diagnosa keperawatan yaitu meliputi; Fokus: reaksi/respons kIien terhadap tindakan
keperawatan dan tindakan medis/lainnya. Orientasi: kebutuhan dasar individu. Berubah sesuai
perubahan respons klien Mengarah pada fungsi mandiri perawat dalam melaksanakan tindakan
dan evaluasinya.

Dalam wawancara mendalam ketepatan diagnosa keperawatan harus memikirkan apakah


Diagnosa yang dilakukan kepada pasien sudah tepat, observasi dalam dokumen ditemukan masih
ada diagnose apakah pasien awal dan pasien pulang berbeda, lalu analisis apakah sudah
melakukan tindakan sesuai SOP apakah terjadi kesalahan atau perbedaan. Ketepatan melakukan
diagnosa menjadi langkah awal dalam sebuah proses pengobatan karena ketepatan melakukan
diagnosis maka akan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Diagnosa juga
meliputi penentuan kebutuhan pasien untuk perawatan seperti dukungan, bimbingan, jaminan,
pendidikan, pelatihan, dan perawatan lainnya yang memfasilitasi kemampuan pasien untuk
mencari perawatan. Hubungan ketepatan diagnosa dengan lamanya hari rawatan ketepatan
merupakan seberapa jauh perilaku seseorang dalam hal penggunaan obat, mengikuti diet atau
mengubah gaya hidup sesuai dengan nasehat medis atau saran kesehatan sehingga tidak terjadi
hal yang membahayakan hasil terapi pasien.8 Ketepatan diagnosa dalam penelitian ini adalah
diagnosa dikatakan tepat jika diagnosa awal pasien masuk sama dengan diagnosa pasien saat
pulang. Jika diagnosa tepat maka lama hari rawatan pasien juga sesuai dengan Clinical Pathway,
tetapi jika diagnosa tidak tepat maka tidak akan sesuai dengan Clinical Pathway.

Dalam diagnosa keperawatan haruslah ada ketepatan, hal hal yang perlu diperhatikan
dalam ketepatan diagnosa keperawatan ialah ;

1. Langkah Langkah diagnosa keperawatan


A. Pengelompokan Data dan Analisa data
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
B. Intepretasi Data
C. Validasi Data
Validasi data ini dilakukan untuk memastikan ke akuratan diagnosa dimana perawat
bersama pasien memvalidasi diagnosa sehingga diketahui bahwa pasien setuju dengan
masalah yang sudah dibuat dan faktor-faktor yang mendukungnya. Contoh: Perawat
mengukur BB pasien akibat tumor yang dideritanya.
D. Penyusunan Diagnosa Keperawatan (dengan rumusan P+E+S)
P = Problem
E = Etiolog
S = Symptom.

Kategori Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi 5 kategori:


(1) Aktual, (2) Resiko, (3) Kemungkinan, (4) Keperawatan welness, (5) Keperawatan
Sindrom.

1. Aktual
Diagnosa Keperawatan aktual menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.Syarat menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur
PES.Symptom (S) harus memenuhi kriteria mayor dan sebagian kriteria minor dari
pedoman diagnosa NANDA.  Dokumentasi Keperawatan  33 Misalnya: Hasil
pengkajian diperoleh data klien mual, muntah, diare dan turgor jelek selama 3 hari.
Diagnosa: Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan
secara abnormal.
1. Risiko
a. Diagnosa Keperawatan Risiko menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan
terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Syarat menegakkan risiko diagnosa
keperawatan adanya unsur PE (problem dan etiologi).Penggunaan istilah “risiko
dan risiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan/kerentanan terhadap masalah.
Diagnosa: “Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus
menerus”.
2. Kemungkinan
Diagnosa Keperawatan Kemungkinan menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan
untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.Pada keadaan ini masalah dan
faktor pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan
masalah.Syarat menegakkan kemungkinan diagnosa keperawatan adanya unsur respons
(Problem) dan faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada.
Contoh: Diagnosa: Kemungkinan gangguan konsep diri: rendah diri/terisolasi
berhubungan dengan diare. Perawat dituntut untuk berfikir lebih kritis dan
mengumpulkan data tambahan yang berhubungan dengan konsep diri.
3. Diagnosa Keperawatan "Wellness"
Diagnosa keperawatan wellness (sejahtera) adalah keputusan klinik tentang keadaan
individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke
tingkat sejahtera yang lebih tinggi. Ada 2 kunci yang harus ada: 1) Sesuatu yang
menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi 2) Adanya status dan fungsi
yang efektif.

Mengetahui Format Atau Lembar Diagnosa Keperawatan meliputi ;

1. Format Analisa Data


Format ini merupakan format yang berisi data-data abnormal yang terdiri dari data
subjektif dan objektif. Dalam format analisa data pada bagian atas terdiri dari nama/umur,
ruang/kelas dan nomor rekam medis pasien. Data ini harus diisi semua untuk memastikan
agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan kepada pasien.
2. Format Diagnosa Keperawatan
Format merupakan format yang berisikan diagnosa keperawatan yang telah dirumuskan
dan diurutkan sesuai diagnosa prioritas masalah.
3. Menganalisa data
Setelah mengetahui format analisa data, langkah selanjutnya yang harus Anda lakukan
adalah menganalisa data.Menganalisa data dengan mengelompokkan data atau masalah
yang abnormal sesuai pola kebutuhan Gordon.
4. Mengidentifikasi masalah
Setelah menganalisa data, langkah selanjutnya adalah saudara mengidentifikasi masalah
berdasarkan data subjektif dan data objektif yang telah didapatkan.
5. Memformulasikan diagnosa
Setelah mengidentifikasi masalah, langkah selanjutnya saudara memformulasikan
diagnosa keperawatan dengan cara:
1) Masukkan semua data ke dalam format analisa data. Lalu masukkan data subjektif dan
data objektif dalam kolom.
2) Tentukan masalah dari data subjektif dan objektif
3) Tentukan etiologi dari data subjektif dan objektif  Dokumentasi Keperawatan  35
4) Setelah semua format analisa data terisi, masukkan masalah dan etiologi ke format
diagnosa keperawatan dengan menambahkan kata “berhubungan dengan”. Jangan lupa
untuk mengisi identitas pasien pada bagian atas kolom.
5) Setelah memasukkan diagnosa keperawatan, tulis tanggal ditemukan diagnosa serta
paraf dan nama jelas perawat yang merumuskan diagnosa keperawatan.

Penutup

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau


masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan
keperawatan, sangat perlu untuk didokumentasikan dengan baik. Diagnosis keperawatan juga
harus ditingkatkan lagi didalam pelayanan rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya agar
seragam, akurat, dan tidak ambigu. Penegakan diagnosis keperawatan sebagai salah satu
komponen standar asuhan keperawatan perlu dilaksanakan dengan baik. Untuk memberkan
diagnosa keperawatan yang tepat, perlu ketelitian dan pemikirankritis dari seorang perawat agar
klien dapat menerima asuhan keperawatan yang berkualitas. Pemahaman mengenai komponen
dan proses pengambilan diagnosa perlu lebih dipahami oleh seorang perawat. Maka dari itu
ketepatan dalam diagnosa keperawatan sangat penting dan perawat juga harus dibekali
pengetahuan dan keprofesionalan dalam segala tindakan dan tugas nya sebagai perawat.

Daftar Pustaka

Apriyani, H. (2015). Identifikasi Diagnosis Keperawatan Pada Pasien Di Ruang Paru Sebuah
Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan, 11(1).

Apriyani. H., Wulansari. P. (2016). DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN PENCERNAAN. Jurnal Keperawatan, 12(1).
Fadlurrahman. F. R., Nurrohmah., & Dewi. I. P. (2020). Analisis Pengetahuan Perawat dalam
Menentukan Diagnosis Asuhan Keperawatan Spiritual Islami di Rumah Sakit Syariah. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Indonesia, 4(1), 73-87.

Hardisman., Manjas. M., & Amri. A. (2019). Analisis Implementasi Triage, Ketepatan Diagnosa
Awal Dengan Lama Waktu Rawatan Pasien di RSUD Prof. DR. MA Hanafiah SM Batusangkar.
Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 484-492.

Herman., Budiharto. I., & Ransan. Y. (2020). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENEGAKAN STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH SOEDARSO PONTIANAK. TANJUNGPURA JOURNAL OF NURSING PRACTICE
AND EDUCATION, 2(1).

Indriatie. (2013). BERFIKIR KRITIS DALAM PROSES KEPERAWATAN CRITICAL


THINKING IN THE NURSING PROCESS. JURNAL KEPERAWATAN, 6(2).

Mulyanti. Y., Dinarti. ( 2017). DOKUMEN KEPERAWATAN. Bahan Ajar Keperawatan:


bppsdmk.kemkes.

Novieastari, E. (2013). Diagnosis Keperawatan Sejahtera. Jurnal Keperawatan Indonesia, 7(2),


77-88.

Nupiyanti., Cikwanto. (2019). PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENEGAKAN DIAGNOSIS


KEPERAWATAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF) BERBASIS
STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA (SDKI). Jurnal Keperawatan
‘Aisyiyah, 5(1), 51-63.

Ramadini. I., Mailani. F. (2017). PEDAMPINGAN DAN PELATIHAN


PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN DI PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG,
1(1).

Simamora, R. H., Bukit, E., Purba, J. M., & Siahaan, J. (2017). Penguatan kinerja perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan melalui pelatihan ronde keperawatan di rumah sakit royal prima
medan. Jurnal pengabdian kepada masyarakat, 23(2), 300-304.
Simamora, R. H. (2019). Socialization of Information Technology Utilization and Knowledge of
Information System Effectiveness at Hospital Nurses in Medan, North Sumatra. Editorial
Preface From the Desk of Managing Editor…, 10(9).

Anda mungkin juga menyukai