Latar Belakang
Metode
Metode penulisan yang digunakan ialah Literature review. Dimana dilakukan dengan
teknik pengumpulan data atau informasi dengan melakukan analisis, eksplorasi, kajian bebas
(literatur review) yang relevan yang berfokus dan pendekatan artikel non penelitian dalam
bentuk studi kepustakaan dengan cara menganalisis, kajian dengan mengembangkan dengan
bahasa sendiri dan eksplorasi jurnal atau artikel, maupun ebook yang relevan, yang bertujuan
untuk mendapatkan gambaran secara mendalam dan membahas Ketepatan diagnosa keperawatan
sangat berpengaruh dalam asuhan keperawatan pada pasien. Adapun referensi dari jurnal yang
saya gunakan merupakan jurnal yang diterbitkan pada 8 tahun terakhir ( dengan tahun paling tua
2012). Literatur yang digunakan sejumlah 10 jurnal yang berasal dari jurnal nasional. Hasil
penelitian Ketepatan diagnosa keperawatan sangat berpengaruh dalam asuhan keperawatan pada
pasien.
Hasil
Berdasarkan hasil dari analisis dan kajian jurnal jurnal maupun ebook yang telah dibaca
dan dipahami sesuai dengan topik yang dibahas bahwa diagnosa keperawatan termasuk hal yang
penting dalam asuhan keperawatan pada pasien, ketepatan dalam melaksanakan diagnosa
keperawatan itu penting karena diagnosis keperawatan merupakan bagian vital dalam
menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang
optimal. Seorang perawat professional harapannya menjadi seorang perawat yang menampilkan
aktifitas keperawatan sesuai kode etik profesi dalam perannya yang memiliki ciri berorientasi
pada pelayanan masyarakat, dengan menggunakan metode proses keperawatan. Perawatan
sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan, yaitu memberi asuhan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir kritis dalam berbagai
situasi. penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus nyata yang akan
memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan yang
komprehensif dan bermutu. Berfikir merupakan salah satu fungsi otak dan fungsi tersebut dapat
berjalan dengan baik jika tubuh dalam keaadaan sehat dan lingkungan yang memberikan
rangsangan. Hal tersebut harapannya sebagai perawat mempunyai otak yang sehat. Untuk
melaksanakan proses perawatan tersebut perawat dituntut melakukan aktifitas kognitif dalam
berfikir kritis, yang diperlukan beberapa komponen antara lain: Pengetahuan, Pengalaman,
Kompetensi, Sikap dan Standar (Tim Depkes RI,1993). Perawatan yang profesional dicerminkan
dalam pendokumentasian yang profesional, yang membuktikan tentang apa yang dilakukan oleh
perawat dan secara efektif menggambarkan status dan kemajuan klien. Tindakan seorang
perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan harus melakukan metode keperawatan berupa
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, dan evaluasi. Profesi perawat menggunakan
proses keperawatan (nursing process) sebagai kerangka pikir dan kerangka kerja dalam merawat
pasien. Keperawatan sebagai proses, diperkenalkan sejak tahun 1955 oleh Hall dan pada tahun
2004 proses keperawatan (nursing process) ditetapkan sebagai series of steps oleh ANA
(American Nursing Association) (Wilkinson, 2007), yang terdiri dari assesment (pengkajian),
diagnosis (penetapan diagnosis), planning outcomes (perencanaan hasil), planning intervention
(perencanaan intervensi), implementation (implementasi) dan evaluation (evaluasi).
Pembahasan
Pada prakteknya kegiatan proses keperawatan di atas tidaklah selalu berurutan tetapi bisa
dikerjakan pada waktu bersamaan/tumpang tindih (overlapping). Salah satu kegiatan yang
penting dalam proses keperawatan adalah pengkajian keperawatan. Pengkajian keperawatan ini
sangat penting karena dari pengkajian keperawatan maka perawat akan mampu menentukan apa
masalah keperawatan/diganosa keperawatan dan masalah kolaboratif/diagnosis potensial
komplikasi yang dialami oleh pasien dan membuat perencanaan dalam merawat pasien.
Ketepatan dalam tindakan dalam mendiagnosa keperawatan. Diagnosis keperawatan yang
ditegakkan berdasarkan pengkajian NANDA-ISDA lebih beragam daripada diagnosis
keperawatan yang ditegakkan oleh perawat. Dengan NANDA-ISDA pengkajian dilakukan dari
berbagai Aspek dan didasari pada pemahaman terhadap definisi suatu diagnosis tersebut
(Nurjannah, 2010). Sedangkan diagnosis yang dibuat perawat tidak didasari pada pengkajian dan
pemahaman tentang definisi diagnosis itu sendiri, contohnya terdapat diagnosis “Gangguan pola
tidur”. Istilah ini tidak ditemukan dalam nomenklatur NANDA-I, untuk data kurang tidur.
Namun data “ kurang tidur “ akan memunculkan diagnosis “Risiko jatuh”. Begitu pula, tidak
satupun tidak satupun masalah kolaborasi (potensial complication) ditegakkan oleh perawat
sementara dari rutinitas pekerjaan yang dilakukan lebih banyak pada pekerjaan mengatasi
masalah pontensial komplikasi.
Dalam diagnosa keperawatan haruslah ada ketepatan, hal hal yang perlu diperhatikan
dalam ketepatan diagnosa keperawatan ialah ;
1. Aktual
Diagnosa Keperawatan aktual menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.Syarat menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur
PES.Symptom (S) harus memenuhi kriteria mayor dan sebagian kriteria minor dari
pedoman diagnosa NANDA. Dokumentasi Keperawatan 33 Misalnya: Hasil
pengkajian diperoleh data klien mual, muntah, diare dan turgor jelek selama 3 hari.
Diagnosa: Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan
secara abnormal.
1. Risiko
a. Diagnosa Keperawatan Risiko menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan
terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Syarat menegakkan risiko diagnosa
keperawatan adanya unsur PE (problem dan etiologi).Penggunaan istilah “risiko
dan risiko tinggi” tergantung dari tingkat keparahan/kerentanan terhadap masalah.
Diagnosa: “Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus
menerus”.
2. Kemungkinan
Diagnosa Keperawatan Kemungkinan menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan
untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.Pada keadaan ini masalah dan
faktor pendukung belum ada tapi sudah ada faktor yang dapat menimbulkan
masalah.Syarat menegakkan kemungkinan diagnosa keperawatan adanya unsur respons
(Problem) dan faktor yang mungkin dapat menimbulkan masalah tetapi belum ada.
Contoh: Diagnosa: Kemungkinan gangguan konsep diri: rendah diri/terisolasi
berhubungan dengan diare. Perawat dituntut untuk berfikir lebih kritis dan
mengumpulkan data tambahan yang berhubungan dengan konsep diri.
3. Diagnosa Keperawatan "Wellness"
Diagnosa keperawatan wellness (sejahtera) adalah keputusan klinik tentang keadaan
individu, keluarga, dan atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke
tingkat sejahtera yang lebih tinggi. Ada 2 kunci yang harus ada: 1) Sesuatu yang
menyenangkan pada tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi 2) Adanya status dan fungsi
yang efektif.
Penutup
Daftar Pustaka
Apriyani, H. (2015). Identifikasi Diagnosis Keperawatan Pada Pasien Di Ruang Paru Sebuah
Rumah Sakit. Jurnal Keperawatan, 11(1).
Hardisman., Manjas. M., & Amri. A. (2019). Analisis Implementasi Triage, Ketepatan Diagnosa
Awal Dengan Lama Waktu Rawatan Pasien di RSUD Prof. DR. MA Hanafiah SM Batusangkar.
Jurnal Kesehatan Andalas, 8(2), 484-492.
Simamora, R. H., Bukit, E., Purba, J. M., & Siahaan, J. (2017). Penguatan kinerja perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan melalui pelatihan ronde keperawatan di rumah sakit royal prima
medan. Jurnal pengabdian kepada masyarakat, 23(2), 300-304.
Simamora, R. H. (2019). Socialization of Information Technology Utilization and Knowledge of
Information System Effectiveness at Hospital Nurses in Medan, North Sumatra. Editorial
Preface From the Desk of Managing Editor…, 10(9).