Anda di halaman 1dari 28

LUKA TEMBAK

Oleh:
Zikri Putra Lan Lubis 130100052
Monica Nadya Sinambela 130100289

Pembimbing:
dr. Ismurizal, SH, Sp.F

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTRA
MEDAN
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata
api sebagai alat yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang,
maka dokter sebagai orang yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri
korban, perlu secara hati-hati, cermat, dan teliti menafsirkan hasil yang di
dapatnya; karena pemakaian senjata api untuk maksud membunuh atau melukai
membawa implikasi yang luas, tidak jarang menimbulkan keresahan dan kesulitan
tersendiri bagi mereka yang terlibat.1
Di dalam dunia kriminal senjata api yang biasa di pergunakan adalah senjata
genggam yang beralur sedangkan senjata api dengan laras panjang dan senjata
yang biasa dipakai untuk olahraga berburu yang larasnya tidak beralur, jarang
dipakai untuk kriminal.1
Kekerasan yang menimbulkan luka dapat dibedakan menjadi tiga
golongan yakni luka karena kekerasan mekanik (benda tajam, tumpul dan
senjata api), luka karena kekerasan fisik (luka karena arus listrik, petir, suhu
tinggi, suhu rendah), dan luka karena kekerasan kimiawi (asam organik, asam
anorganik, kaustik alkali dan karena logam berat).
Seiring dengan perkembangan jaman, jenis luka yang kini banyak
ditemui dimasyarakat adalah luka akibat kekerasan mekanik terutama luka
yang disebabkan oleh senjata api.
Luka akibat senjata api menjadi salah satu jenis luka yang sangat
membahayakan. Sebuah proyektil yang didorong dari barrel sebuah senjata
dengan tekanan yang tinggi akan membentur tubuh dengan kecepatan yang
cukup tinggi. Kerusakan jaringan tubuh yang lebih berat juga dapat timbul
apabila peluru mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih besar. Peluru
yang masuk tidak dapat ditentukan hanya melalui luka tembak masuk atau luka
tembak keluar.

2
Untuk menentukan lokasi peluru, maka diperlukan beberapa
pemeriksaan, salah satunya adalah pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan
radiologi merupakan pemeriksaan yang cukup penting untuk memudahkan
dalam mengetahui letak peluru dalam tubuh korban serta partikel –partikel
peluru yang masih tertinggal. Radiologi kini memiliki peranan yang cukup
besar dalam bidang pathologi forensik maupun kedokteran forensik klinis
terutama untuk menilai luka tembak.3
Kekerasan dengan menggunakan senjata api meningkat dalam dekade
terakhir ini. Dalam konteks kesehatan masyarakat, diperkirakan terdapat lebih dari
500.000 luka per tahunnya yang merupakan luka akibat senjata api. Menurut
laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2001, jumlah tersebut
mewakili seperempat dar total perkiraan 2,3 juta kematian akibat kekerasan. Dari
jumlah 500.000 tersebut, 42% nya merupakan kasus bunuh diri, 38% merupakan
kasus pembunuhan, 26% merupakan perang dan konflik persenjataan.7

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis senjata


1. Jenis senjata api
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil peledakan
mesiu, dapat melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi
melalui larasnya.5
Berikut adalah jenis-jenis senjata api berdasarkan panjang laras:2
a. Senjata api berlaras pendek
- Revolver: mempunyai metal drum (tempat penyimpanan 6 peluru) yang berputar
(revolve) setiap kali trigger ditarik dan menempatkan peluru baru pada posisi siap
untuk di tembakkan. Revolver terdapat dua jenis, single action dan double action.
Pada tipe single action pelatuk harus dikokang setiap kali akan menembak. Sedangkan
pada double action revolver penekanan picu secara berulang untuk langsung memutar
silinder, mensejajarkan laras dan tempat peluru, mengokang dan selanjutnya
melepaskan pelatuk untuk menembak.
- Pistol : dengan penyimpanan patrum berupa magasin yang memuat 5-10 patrum ada 3
model, pistol repetir, semi automatik, dan automatik. Pistol jenis ii biasanya dipakai
anggota militer.

Gambar.2.1. Senjata revolver

4
b. senjata berlaras panjang5
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m, mempergunakan
peluru yang lebih panjang. Senjata laras panjang dibagi menjadi dua yaitu:
 Senapan tabur: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir tabur
ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan peluru
tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan tidak terdapat rifling.
 Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu
melakukan tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin yang
besar dan dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan sedang
(peluru dengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard dan peluru pistol)

Gambar 2.2. Senjata api laras panjang SKS-45

Senjata genggam yang banyak dipergunakan untuk maksud kriminal dapat


dibagi dalam dua kelompok:1
1. Laras beralur (Rifled bore)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan
dalam laras dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil
dari diameter anak peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh
ledakan mesiu, saat melalui laras, dipaksa bergerak maju sambil berputar
sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh gaya sentripetal sehingga anak
peluru tetap dalam posisi ujung depannya di depan dalam lintasannya
setelah lepas laras menuju sasaran. Alur laras ini dibagi menjadi dua

5
yaitu, arah putaran ke kiri (COLT) dan arah putaran ke kanan (Smith and
Wesson).1
a. Senjata api dengan alur ke kiri
- dikenal sebagai senjata tipe COLT
- kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
- dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat dari basis
anak peluru.
b. Senjata api dengan alur ke kanan
- dikenal sebagai senjata api tipe SMITH & WESSON ( tipe SW )
- kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.22;0.36;0.38;0.45; dan
0.46
- dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat dari
bagian basis anak peluru.

Gambar 2.3. Senjata api beralur

2. Laras tak beralur atau laras licin (Smooth bore)


Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak
pada satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun. (1)

2. Amunisi
Secara garis besar shot gun dan senapan sama karena terbentuknya jumlah
besar gas yang panas bertekanan tinggi.3

6
a. Amunisi senjata dengan putaran rotasi peluru dibagi dalam dua kategori
yaitu centerfire atau rimfire tergantung lokasi primernya.
1) Pada peluru rimfire, komposisi primernya terletak pada bibir selongsong
peluru dengan mesiu yang berhubungan dengan yang primer.
a) Pada saat penembakan, pemantiknya menghancurkan bibir selongsong
peluru, meledakkan komposisi primernya, menyulut bubuknya.
b) Saat ini amunisi rimfire hanya terbagi dalam tiga kaliber 22 Short,
22Long Rifle dan 22 Magnum.
c) Amunisi rimfire bisa digunakan baik pada pistol maupun senapan.
2) Umumnya amunisi adalah pusat ledakannya (centerfire). Pada pusat
peledakan selongsong, kesulitan pokok terletak pada bagian tengah dasar
selongsong. Ketika ditembakkan, pemantiknya menghantam tengah-
tengah dasar primer yang memantik komposisi primer yang selanjutnya
memantik mesiunya.
b. Selonsong
Selonsong peluru adalah tempat mesiu dan anak peluru. Pada bagian
pangkalnya terletak penggalak dimana pembakaran dimuali. Pada senjata
api revolver selongsong tetap tinggal dalam revolving chamber, jadi tidak
akan di dapati di TKP penembakan. Tetapi senjata api tunggal lainnya akan
keluar dan megasin tercampak keluar. Oleh karena itu biasanya akan
didapati di TKP penembakan.2
c. Mesiu yang digunakan dalam selongsong peluru
akan menimbulkan tekanan dalam ruang tertutup dalam selonsong yang
akan mendorong anak peluru keluar. Mesiu (black powder) campuran
belerang (S) 10%, arang (C) 15% dan sendawa (KNO3) 75% kalau terbakar
mengeluarkan banyak asap. 1 garain= 65mg menghasilkan gas sebanyak
200-300mm3.
Mesiu yang mengeluarkan sedikit asap (smokelless powder) terdiri dari
campuran nitrogliserin dan nitroselullosa, 1 gram campuran ini
menghasilkan gas sebanyak 800-900 mm3.

7
Mesiu atau fulminating mercury adalah jenis mesiu yang mudah sekali
terbakar karena gesekan. Oleh karena itu di pakai sebagai pemicu dalam
pembakaran di bagian penggalak.
Diluar pemikiran orang awam, bentuk mesiu dalam peluru tidak dalam
bentuk serbuk, tetapi bentuk belah ketupat, persegi panjang, silinder kecil
pendek atau panjang dan butir kecil.2
d. Anak peluru (bullet) merupakan bagian dari peluru yang lepas dari
moncongnya ketika senjata ditembakkan. Oleh karena velositasnya yang
tinggi, pusat penembak anak peluru senjata harus terbungkus metal baik
secara penuh ataupun sebagian. Pada umumnya pembungkusnya terbuat dari
tembaga atau copper alloy tetapi bisa juga dari baja. Matanya terbuat dari
timah tetapi untuk peluru-peluru militer bisa dari leburan baja atau
gabungan keduanya. Amunisi yang sepenuhnya terbungkus metal,
pembungkusannya menyelubungi pucuk dan sisi-sisi pelurunya. Semua
amunisi militer, termasuk amunisi pistol, haruslah berbungkus metal secara
penuh. Pada amunisi semi jacket, ada mata timah dengan bungkus tembaga
menutupi sisi-sisinya dan biasanya dasar pelurunya dengan mata yang
menonjol pada ujungnya. Sebagai kebiasaan, peluru timah digunakan pada
revolver, peluru berbungkus metal penuh digunakan pada pistol otomatis.
Saat ini amunisi pistol umunya menggunakan peluru semi jacket, biasanya
dengan rancangan pucuk yang kosong, baik disengaja untuk dipasang pada
revolver maupun pistol otomatis.2
Konfigurasi pelurunyapun bervariasi :
a) Amunisi pistol biasanya:
 moncong bulat
 potongan semi-wad
 hollow point atau
 wad cutter (berbentuk silindris)
b) Amunisi senapan centerfire:
 full metal jacket atau
 semi-jacket

8
 dengan ujung spitzer atau pucuk bulat

2.2 Defenisi Luka Tembak


Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru
kedalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan peluru
dengan tubuh. Yang termasuk dalam luka tembak adalah luka tembak masuk
maupun luka tembak keluar. Luka tembak masuk terjadi apabila anak peluru
memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada luka tembak keluar,
anak peluru menembus objek secara keseluruhan. Umumnya luka tembak ditandai
dengan luka masuk yang kecil dan luka keluar yang lebih besar. Luka ini biasanya
juga disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah, tulang, dan jaringan
sekitar.6

Gambar. 2.4. Bahan-bahan yang keluar dari mulut laras.

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa yang keluar dari mulut laras adalah:
1. Anak peluru
2. Sisa mesiu yang tidak terbakar
3. Api
4. Asap
5. Gas

9
Masing-masing komponen akan menimbulkan akibat pada sasaran
(masnusia).
Anak peluru akan menyebabkan terjadinya luka (luka masuk dan bisa luka
keluar) dengan saluran luka di dalam tubuh. Sisa mesiu yang tidak terbakar akan
menyebabkan terjadinya penyebaran tatto di sekitar luka masuk. Pada jarak
tembak sangat dekat dengan sasaran, api dapat menimbulkan luka bakar. Begitu
pula asap akan meniggalkan jelaga di sekitar luka masuk. Gas hanya
menimbulkan akibat bila mulut laras kontak menempel dengan jaringan tubuh.
Bila luka tembak tempel dekat dengan permukaan tulang dimana kulit dan otot
dekat tulang, maka gas akan memantul kembali keluar dan membuat luka
memantul menjadi meluas, sering pecah seperti bintang (stellate). Bila jaringan di
tempat luka masuk hanya jaringan lunak, efek yang ditimbulkan tekanan gas tidak
sehebatyang dekat tulang.2

2.3 Klasifikasi luka tembak


Berdasarkan ciri-ciri yang khas pada setiap tembakan yang dilepaskan dari
berbagai jarak, maka perkiraan jarak tembak dapat diketahui, dengan demikian
dapat dibuat klasifikasinya.5
1. Luka tembak masuk
Ciri luka tembak masuk biasanya dalam bentuk yang berentetan dengan
abrasi tepi yang melingkar di sekeliling defek yang dihasilkan oleh peluru. Abrasi
tepi tersebut berupa goresan atau lecet pada kulit yang disebabkan oleh peluru
ketika menekan masuk kedalam tubuh. Ketika ujung peluru melakukan penetrasi
ke dalam kulit, maka hal tersebut akan menghasilkan abrasi tepi yang konsentris,
yaitu goresan pada kulit berbentuk cincin dengan ketebalan yang sama, oleh
karena peluru masuk secara tegak lurus terhadap kulit. Ketika ujung peluru
melakukan penetrasi pada kulit dengan membentuk sudut, maka hal ini akan
menghasilkan tepi yang eksentris, yaitu bentuk cincin yang lebih tebal pada satu
area. Area yang tebal dari abrasi tepi yang eksentris mengindikasikan arah
datangnya peluru. Sebagai tambahan, semakin tebal abrasi tepi, semakin kecil
sudut peluru pada saat mengenai sudut kulit.

10
Luka tembak masuk yang tidak khas berbentuk ireguler dan mungkin
memiliki sobekan pada tepi luka. Jenis luka masuk seperti ini biasanya terjadi
ketika peluru kehilangan putaran oleh karena menembak di dalam laras senjata.
Bahkan dalam perjalanannya dengan terpilin, peluru bergerak secara terhuyung
ketika menabrak kulit sehingga sering memberikan gambaran bentuk D pada luka.
Luka tembak masuk yang tidak khas dapat disebabkan oleh senjata yang tidak
berfungsi baik atau oleh karena amunisis yang rusak, tetapi lebih sering dihasilkan
dari peluru jenis Ricochets atau peluru yang mengenai benda lain terlebih dahulu,
seperti jendela yang bergerak otomatis, sebelum mengenai tubuh. Jenis lain dari
luka tembak masuk yang tidak khas terjadi ketika mulut senjata api mengalami
kontak langsung dengan kulit diatas permukaan tulang, seperti padan tulang
tengkorak atau sternum. Ketika senjata ditembakkan, maka hal ini akan
menghentikan gas secara langsung dari mulut senjata ke dalam luka di sekitar
peluru. Gas akan mengalami penetrasi ke dalam jaringan subkutan, dimana gas
tersebut meluas sehingga menyebabkan kulit disekitar luka tembak masuk
menjadi meregang dan robek. Luka robek atau laserasi menyebar dari bagian
tengah dengan memberikan defek berbentuk stellata atau penampak seperti
bintang.
Luka tembak masuk dapat dibedakan menjadi :2
a. Luka tembak tempel (contact wounds)
Luka tembak masuk tempel pada umumnya merupakan luka pada
kasus bunuh diri. Pada luka tembak tempel, moncong senjata saat
penembakan diletakkan berlawanan dengan permukaan tubuh. Luka
tembak masuk tempel pada kulit umumnya tidak bulat, tetapi dapat
berbentuk bintang apabila mengenai tulang dan sering ditemukan
cetakan/jejas ujung laras. Terjadinya luka berbentuk bintang
disebabkan karena ujung laras ditempelkan keras pada kulit,
sehingga seluruh gas masuk kedalam dan jalannya terhalang oleh
tulang sehingga membalik keluar melalui lubang anak peluru. Desakan
keluar ini menimbulkan cetakan laras dan robeknya kulit. Pada luka
tembak tempel, semua unsur –unsur yang keluar dari laras masuk ke

11
dalam luka. Dalam tubuh, masing-masingmasing anak peluru (pellet)
yang berasal dari shot gun akan saling berbenturan sehingga terjadi
dispersi atau penyebaran pellet keseluruh tubuh yang dikenal dengan
fenomena billiard ball richochet effect. Berdasarkan kontak terhadap
kulit, luka tembak tempel dapat dibedakan menjadi kontak keras (hard),
tidak erat (loose/soft), bersudut (angled), incomplete (variation angle)
b. Luka tembak sangat dekat (close wound)
Luka tembak masuk jarak sangat dekat (close wound) sering di
sebabkan pembunuhan. Dengan jarak sangat dekat (±15cm), maka akan
di dapati cincin memar, tanda-tanda luka bakar, jelaga dan tatu di sekitar
luka masuk.
Pada daerah sasaran tembak di dapati luka bakar karena semburan api
dan gas panas, kelim jelaga (arang), kelim tatu akibat mesiu yang tidak
terbakar dan luka tembus dengan cincin memar di pinggir luka masuk.2
c. Luka tembak dekat (near wound)
Luka denga jarak dibawah 70cm akan meninggalkan lubang luka,
cincin memar dan tatu di sekitar luka masuk. Biasanya karena
pembunuhan.
Pada luka tembak penting sekali memeriksa baju korban dan
dicocokkan apakah lubang di tubuh korban stetntang dengan lubang di
pakaian. Pakaian korban harus dikirim ke laboratorium kriminal POLRI,
untuk mendeteksi adanya partikel-partikel mesiu, yang tidak terbakar.
Dalam hal ini baik pad luka temak dekat, sangat dekat dan juga luka
tembak tempel, perlu diperhatikan kemungkinan tertinggalnya materi-
materi asap dan tatu di pakaian korban, karena pada tubuh korban hanya
di dapati luka dengan cincin memar yang memberikan gambaran luka
tembak jauh. Oleh karena itu bila korban luka tidak memakai pakaian,
jangan menentukan luka tembak sebelum memeriksa pakaiannya.2
d. Luka tembak jauh
Disini tidak ada kelim tatu, hanya ada luka tembus oleh peluru dan
cincin memar. Jarak penembakan sulit atau hampir tak mungkin

12
ditentukan secara pasti. Tembakan dengan jarak lebih dari 70 cm
dianggap sebagai tembakan jarak jauh, karena partikel mesiu tidak
mencapai sasaran lagi.2

2. Luka tembak keluar


Jika peluru yang ditembakkan dari senjata api mengenai tubuh korban dan
kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar pada bagian tubuh lainnya,
maka luka tembak dimana peluru meninggalkan tubuh itu disebut luka tembak
keluar.
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus sebagai
perbedaan pokok dengan luka tembak masuk. Ciri tersebut adalah tidak adanya
kelim lecet pada luka tembak keluar, dengan tidak adanya kelim lecet, kelim-
kelim lainnya juga tertentu tidak ditemukan.
Luka tembak keluar umumnya lebih besar dari luka tembak masuk akibat
terjadi deformitas anak peluru, bergoyangnya anak peluru dan terikutnya jaringan
tulang yang pecah keluar dari luka tembak keluar. Pada anak peluru yang
menembus tulang pipih, seperti tulang atap tengkorak, akan terbentuk corong
yang membuka searah dengan gerak anak peluru. Adapun faktor-faktor yang
menybabkan luka tembak keluar lebih besar dari luka tembak masuk adalah:2
a. Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu peluru
berada dalam tubuh dan membentur tulang
b. Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak,
misalnya karena terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak
berputar dari ujung ke ujung (end to end), keadaan ini disebut “tumbling”
c. Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan , disebut
“yawning”
d. Peluru pecah menjadi beberapa fragmen. Fragmen-fragmen ini
menyebabkan luka tembak keluar menjadi lebih besar.
e. Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut terbawa
keluar, maka fragmen tulang tersebut akan membuat robekan tambahan
sehingga akan memperbesar luka tembak keluarnya.

13
Luka tembak keluar mungkin lebih kecil dari luka tembak masuk bila terjadi
pada luka tembak tempel/kontak, atau pada anak peluru yang telah kehabisan
tenaga pada saat keluar meninggalkan tubuh, bentuk luka tembak keluar tidak
khas dan sering tidak beraturan. Pada beberapa keadaan luka tembak keluar lebih
kecil dari luka tembak masuk, hal ini disebabkan:2
a. Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar
berkurang, sehingga kerusakannya (lubang luka tembak keluar) akan
lebih kecil, perlu diketahui bahwa kemampuan peluru untuk dapat
menimbulkan kerusakan berhubungan langsung dengan ukuran peluru
dan velocity.
b. Adanya benda menahan atau menekan kulit pada daerah dimana peluru
akan keluar yang berarti menghambat kecepatan peluru, luka
tembakkeluar akan lebih kecil bila dibandingkan dengan luka tembak
masuk.

Bentuk dan jumlah luka tembak keluar tidak dapat diprediksi. Luka tembak
keluar sebagian (parsial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh karena tenaga
peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan pada tempat
dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya berbentuk celah
dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada celah tersebut. Jumlah luka
tembak keluar bisa lebih banyak dari pada luka tembak masuk, hal ini
dimungkinkan karena:
a. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka tembak
keluar
b. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut terdorong
keluar pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya peluru.
c. Dua pelurunya masuk kedalam tubuh melalui satu luka tembak masuk
(“tandem bullet injury”) dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut
berpisah dan keluar melalu tempat yang berbeda.
Peluru jarang dapat dihentikan oleh tulang, terutama tulang-tulang yang
tipis seperti scapula dan ileum atau bagian tipis dari tengkorak. Anak peluru yang

14
mengenai lokasi yang tidak biasa dapat menyebabkan luka dan kematian tetapi
luka tembak masuk akan sangat sulit untuk ditemukan. Contohnya telinga, cuping
hidung, mulut, ketiak, vagina, dan rektum.4

2.4 Pebedaan luka tembak masuk dan luka tembak keluar


Tabel. 1 perbedaan luka tembak masuk dan luka tembak keluar.5
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
Ukurannya kecil, karena peluru menembus Ukurannya lebih besar dan lebih
kulit seperti bor dengan kecepatan tinggi tidak teratur dibandingkan luka
tembak masuk, karena kecepatan
peluru berkurang sehingga
menyebabkan robekan jaringan
Pinggiran luka melekuk kearah dalam Pinggiran luka melekuk keluar
karena peluru menembus kulit dari luar karena peluru melekuk keluar
Pinggiran luka mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami
abrasi
Bisa tampak kelim lemak Tidak terdapat kelim lemak
Pakaian masuk ke dalam luka, dibawa oleh Tidak ada
peluru yang masuk
Pada luka bisa tampak hitam, terbakar, Tidak ada
kelim tato, atau jelaga
Pada tulang tengkorak, pinggiran luka Tampak seperti gambaran mirip
bagus bentuknya kerucut
Bisa tampak warna merah terang akibat Tidak ada
adanya zat karbon monoksida
Disekitar luka terdapat kelim ekimosis Tidak ada
Perdarahan hanya sedikit Perdarahan lebih banyak
Pemeriksaan radiologi atau analisa Tidak ada
aktivitas netron mengungkapkan adanya
lingkaran timah atau zat besi di sekitar

15
luka

2.5 Efek luka tembak


Pada saat seseorang melepaskan tembakan dan kebetulan mengenai sasaran
yaitu tubuh korban, maka pada tubuh korban tersebut akan didapatkan perubahan
yang diakibatkan oleh berbagai unsur atau komponen yang keluar dari laras
senjata api tersebut. Adapun komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap
penembakan adalah:5
- anak peluru
- butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar
- asap atau jelaga
- api
- partikel logam
Komponen atau unsur-unsur yang keluar pada setiap peristiwa penembakan
akan menimbulkan kelainan pada tubuh korban sebagai berikut:
1. Akibat anak peluru (bullet effect): luka terbuka.
Luka terbuka yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
- Kecepatan
- Posisi peluru pada saat masuk ke dalam tubuh
- Bentuk dan ukuran peluru
- Densitas jaringan tubuh di mana peluru masuk
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan
menimbulkan luka yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru
yang kecepatannya lebih rendah (low velocity). Kerusakan jaringan tubuh
akan lebih berat bila peluru mengenai bagian tubuh yang densitasnya lebih
besar.
2. Akibat butir-butir mesiu (gunpowder effect): tattoo, stipling
a. Butir – butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan
masuk ke dalam kulit
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak berbintik-
bintik hitam dan bercampur dengan perdarahan

16
c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-bintik
hitam tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60
cm
e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit,
tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida,
sedangkan smoke less powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang
dicampur dengan karbon dan gravid
3. Akibat asap (smoke effect): jelaga
a. Oleh karena setiap proses pembakaran itu tidak sempurna, maka
terbentuk asap atau jelaga
b. Jelaga yang berasal dari black powder komposisinya CO2 (50%) nitrogen
35%, CO 10%, hydrogen sulfide 3%, hydrogen 2 % serta sedikit oksigen
dan methane
c. Smoke less powder akan menghasilkan asap yang jauh lebih sedikit
d. Jangkauan jelaga untuk senjata genggam berkisar sekitar 30 cm
e. Oleh karena jelaga itu ringan, jelaga hanya menempel pada permukaan
kulit, sehingga bila dihapus akan menghilang.
4. Akibat api (flame effect): luka bakar
a. Terbakarnya butir-butir mesiu akan menghasilkan api serta gas panas
yang akan mengakibatkan kulit akan tampak hangus terbakar (scorching,
charring)
b. Jika tembakan terjadi pada daerah yang berambut, maka rambut akan
terbakar
c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15 cm,
sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya sekitar 7,5
cm
5. Akibat partikel logam (metal effect): fouling
a. Oleh karena diameter peluru lebih besar dari diameter laras, maka
sewaktu peluru bergulir pada laras yang beralur akan terjadi pelepasan
partikel logam sebagai akibat pergesekan tersebut

17
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau
luka terbuka dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian
korban.
6. Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras
a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak
tempel yang erat (hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel
(soft contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian
tubuh, dimana di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)

2.6 Deskripsi luka tembak


Kepentingan medikolegal deskripsi yang adekuat dari luka senjata api
bergantung pada besarnya potensi seorang korban meninggal. Jika korban masih
hidup, deskripsi singkat dan tidak terlalu detail. Dokter mempunyai tanggung
jawab yang utama untuk memberikan penatalaksanaan gawat darurat.
Membersihkan luka, membuka dan mengeksplorasi, debridement dan
menutupnya, kemudian membalut adalah bagian penting dari merawat pasien bagi
dokter. Penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua
kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. Oleh karena singkatnya waktu yang
dimiliki untuk mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak
mempunyai kewajiban untuk mendeskripskan luka secara detail. Deskripsi luka
yang minimal untuk pasien hidup terdiri dari :4
1. Lokasi
a. jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri
garis pertengahan tubuh
b. lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2. Deskripsi luka luar
a. ukuran dan bentuk
b. lingkaran abrasi, tebal dan pusatnya
c. luka bakar

18
d. lipatan kulit, utuh atau tidak
e. tekanan ujung senjata
3. Residu tembakan yang terlihat
a. grains powder
b. deposit bubuk hitam, termasuk korona
c. tattoo
d. metal stippling
3. Perubahan
a. oleh tenaga medis
b. oleh bagian pemakaman
4. Track
a. penetrasi organ
b. arah
- depan ke belakang (belakang ke depan)
- kanan ke kiri(kiri ke kanan)
- atas ke bawah
c. kerusakan sekunder
- perdarahan
- daerah sekitar luka
d. kerusakan organ individu
5. Penyembuhan luka tembakan
a. titik penyembuhan
b. tipe misil
c. tanda identifikasi
d. susunan
6. Luka keluar
a. lokasi
b. karakteristik
7. Penyembuhan fragmen luka tembak
8. Pengambilan jaringan untuk menguji residu

19
Pada korban mati, tidak ada tuntutan dalam mengatasi gawat darurat.
Meskipun demikian, tubuhnya dapat saja sudah mengalami perubahan akibat
penanganan gawat darurat dari pihak lain. Sebagai tambahan, tubuh bisa berubah
akibat perlakuan orang-orang yang mempersiapkan tubuhnya untuk dikirimkan
kepada pihak yang bertanggung jawab untuk menerimanya. Di lain pihak, tubuh
mungkin sudah dibersihkan, bahkan sudah disiapkan untuk penguburan, luka
sudah ditutup dengan lilin atau material lain. Penting untuk mengetahui siapa dan
apa yang telah dikerjakannya terhadap tubuh korban, untuk mengetahui gambaran
luka :5
a. Jarak Tembakan
Efek gas, bubuk mesiu, dan anak peluru terhadap target dapat digunakan
dalam keilmuan forensik untuk memperkirakan jarak target dari tembakan
dilepaskan. Perkiraan tersebut memiliki kepentingan sebagai berikut :
- untuk membuktikan atau menyangkal tuntutan
- untuk menyatakan atau menyingkirkan kemungkinan bunuh diri
- membantu menilai ciri alami luka akibat kecelakaan. Meski kisaran jarak
tembak tidak dapat dinilai dengan ketajaman absolut, luka tembak dapat
diklasifikasikan sebagai luka tembak jarak dekat, sedang, dan jauh.
b. Arah Tembakan
Luka tembak yang tepat akan membentuk lubang yang sirkuler serta
perubahan warna pada kulit, jika sudut penembakan olique akan mengakibatkan
luka tembak berbentuk ellips, panjang luka dihubungkan dengan pengurangan
sudut tembak. Senapan akan memproduksi lebih sedikit kotoran, kecuali jika jarak
dekat. Petunjuk ini berguna untuk pembanding dengan shotgun. Luka tembak
yang disebabkan shotgun dengan sudut olique akan membentuk luka seperti anak
tangga. Jaringan juga berperan serta dalam perubahan gambaran luka karena
adanya kontraksi otot. Petunjuk lain yang penting untuk menginterpretasikan,
yaitu :
1) Jika peluru mengenai lapisan keras tulang atau organ, dimana akan
dialihkan arah keluarnya dan lintasan peluru yang terbentuk.
2) Posisi tubuh korban secepatnya dinilai.

20
Telah dikatakan bahwa, pada saat penembakan ada pada sudut yang benar
dari permukaan tubuh, bentuk dari luka akan simetrris dan lingkaran. Tembakan
senjata api dengan “Sallow Cone” akan melewati setiap bagian tubuh tapi pada
bagian permukaan tangensial tubuh. Posisi yang paling sering ditemukan
kemungkinan pada samping dada, dibawah axilla.Jika lengan dinaikkan tidak akan
ikut terkena, sebaliknya akan terlihat luka pada dinding dada, dan bagian sisi
dalam lengan atas. Daerah lainnya adalah bagian samping wajah, dimana jika
terkena tembakan, bagian wajah tersebut akan terkoyak dan kemungkinan telinga
akan ikut terkoyak.
Pada dada meskipun penetrasi tembakan minimal kerusakan berat pada
pleura dan paru dapat terjadi, dan kematian dapat terjadi karena Hematothorak
dengan atau tanpa luka laserasi atau memar pada paru. Ketika bagian kepala
terkena, menghancurkan tulang tengkorak atau wajah dan dapat terjadi kerusakan
intracranial, meskipun peluru logam tidak menembus kranium. Enapan juga dapat
menyebabkan luka tangensial.
Beberapa penampilan luka yang berbeda disebabkan oleh shotguns dan
rifled firearms. Perbedaan luka tersebut juga disebabkan karena adanya perbedaan
peluru saat ditembakkan. Perbedaan ini bervariasi dalam hal ukuran dengan
diameter rata-rata 22 kaliber. Bentuk dan karakteristik luka juga sangat tergantung
dari jarak tembak. Pada jarak tembak yang dekat, tembakan berupa satu bentuk
peluru silinder yang besar. Pada jarak tembak sedang, bentuk lukanya tidak
beraturan dan punya penampakan moth eaten. Dengan adanya penambahan
diameter, pecahan dari tembakan menjadi lebih besar dan terlihat defek tembakan
berupa satelit yang awalnya menutupi defek utama tetapi kemudian menyebar.
Pada tembakan jarak jauh, tidak terlihat defek yang besar dan tembakan membuat
luka kecil tunggal. Deposit tembakan dan klim tato terjadi akibat luka tembak
pada jarak dekat dan sedang.
Ada tiga jenis tembakan yakni Birdshot, buckshot, dan rifled slugs. Birdshot
digunakan untuk membunuh ungsa dan hewan yang sangat kecil. Tembakannya
sangat kecil dengan diameter 0.05 sampai 0.150 inci. Buckshot lebih besar dari

21
Birdshot, dengan diameter 0,24 sampai 0,33 inci. Tipe foster dari Rifled slugs
digunakan di AS. Luka akibat Rifled slugs berupa defek soliter .
Karakteristik dari luka tembak tidak dapat dilihat kecuali pada Birdshot
yang kontak dengan lukanya dekat, buckshot yang lebih besar, dan rifled slugs.
Karakteristik luka lain dari luka tembak adalah wad mark. Wad mark dapat
ditemukan pada luka tembak dengan perbedaan berdasarkan jarak tembak.
Beberapa wad dibuat dari gabus atau partikel yang menyerupai gabus, yang
akan terbentuk pada tembakan dekat. Fragmen wad yang kecil akan menghantam
kulit dan menyebabkan luka yang kecil dan tidak beraturan.

2.7 Identifikasi senjata api


Dalam kasus luka tembak sangat penting untuk mengetahui dari senjata api
mana peluru tersebut di tembakkan. Selongsong juga berguna untuk identifikasi.
Walaupun dokter tidak melakukan pemeriksaan terhadap peluru, tetapi peran
dokter akan mempengaruhi hasil pemeriksaan benda bukti di laboratorium, karena
dokter yang kurang hat-hati bisa membuat goresan baru yang akan mengacaukan
pemeriksaan identifikasi peluru. Secara makroskopik dapat ditentukan kaliber,
jumlah alur dan arah alur. Bila ini sesuai dengan senjata api yang di curigai (satu
atau beberapa), maka dilanjutkan dengan pemeriksaan secara makroskopik
memakai mikroskop pembanding (comparison microscope). Dengan memakai
senjata api yang dicurigai, dilakukan penembakan dengan peluru percobaan (test
bullet) ke bumbung besi berisi air yang sudah dilengkapi dengan saringan untuk
mengambil kembali anak peluru atau ke peti khusus berisi kapas. Kedua peluru
(peluru bukti dan peluru percobaan) diletakkan di bawah alat khusus sehingga
terlihat satu peluru yang berasal dari kombinasi ½ bagian atas peluru bukti dan ½
bagian bawah dari peluru percobaan dan sebaliknya. Bila goresan bersambung
paling sedikit 12 goresan (maching point) baru ini mempunyai nilai identifikasi .
hal ini sama dengan identifikasi sidik jari pada manusia.2
Identifikasi senjata api dapat dilakukan melalui selongsong yaitu
mencocokkan goresan-goresan akibat :
- Alat penarik peluru

22
- Alat pembuang peluru
- Goresan-goresan akibat grendel penutup peluru
Oleh karena itu jaringan mengambil anak peluru maupun selongsong
dengan menggunakan alat-alat, seperti tong, obeng, pinset, scapel dan lain-lain,
karena alat-alat tersebut akan menimbulkan goresan-goresan yang dapat
mengacaukan pemeriksaaan. Pada korban hidup, anak peluru dalam tubuh tidak
selalu dikeluarkan, tergantung dari lokasi anak peluru dan resiko operasi untuk
mengeluarkannya.2

2.8 Mekanisme kerja senjata


Mekanisme kerja senjata, baik senjata angin atau senajata api pada
prinsipnya sama yaitu memanfaatkan tekanan tinggi dari udara atau gas untuk
melontarkan anak proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengan kecepatan
tinggi.5
Fungsi picu itu sendiri pada senjata angin sebetulnya untuk melepaskan
udara yang tekanannya telah dibuat tinggi guna melontarkan proyektil, sedang
pada senjata api untuk membuatnya, pin atau pemukul penggalak melakukan
tugasnya sehingga menimbulkan percikan api pada penggalak (primer) guna
membakar mesiu. Selanjutnya, anak peluru atau proyektil yang telah memiliki
gaya kinetic itu, sesudah meninggalkan laras jalannya amat dipengaruhi oleh
banyak hal; seperti misalnya berat massa, bentuk dan diameternya, gravitasi serta
tahanan (resistensi) udara yang dilaluinya. Akibat dari gravitasi itu maka arah
anak oeluru atau proyektil akan membentuk kurva. Semakin jauh moncong,
pengaruh gravitasi semakin dominan sehinggga bentuk kurvanya semakin tampak
nyata.5
Normalnya, suatu peluru saat ditembakkan akan mengikuti suatu lengkung
arah atau jalur tertentu. Namun, semakin cepat peluru melesat maka semakin lurus
arah dan jalur peluru tersebut. Disipasi energi adalah bagaimana energi kinetis
peluru yang disalurkan ke tubuhdari suatu kekuatan yang menahannya. Pada kasus
proyektil velositas medium dan tinggi,disipasi energi dipengaruhi oleh Drag
(‘hambatan’), Profile (‘profil’) dan Cavitation(‘kavitasi’).5

23
Untuk alasan klaritas dan konsistensi, ahli forensik selalu menggambarkan
arah tembakan sebagaimana tubuh korban dalam posisi anatomis standar saat ia
ditembak. Tubuh korban berdiri penuh dengan tangan ekstensi pada sisi tubuhnya
dengan bagian palmar ke depan. Sebagai contoh luka tembak yang menembus
dada kiri dan keluar pada punggung kanan bawah, arah tembakan digambarkan
dari depan ke belakang, kiri ke kanan dan atas dan ke bawah. Biasanya ahli
forensik hanya bisa membuat opini dimana posisi tubuh korban bisa atau tidak
konsisten dengan arah tembakan, dan hanya bisa disesuaikan dengan saksi mata.5

2.9 Cara pengiriman barang bukti


Anak peluru atau selongsong dibungkus dengan kapas, ditaruh dalam kotak
dan di bungkus lagi dengan kertas pembungkus, diikat dengan tali tanpa
sambungan, diberi label yang berisi catatan tentang peluru dan lain-lain serta
disegel. Kemudian dibuat berita acara pembungkusan dan penyegelan.2
Bila ditemukan anak peluru lebih dari satu, harus di catatdimana di temukan
dan di pisahkan satu sama lain dengan pembungkusnya terpisah pula, karena ada
kemungkinan penembakan dilakukan lebih dari satu orang. 2

2.10 Aspek medikolegal


Luka tembak bisa terjadi karena :2
- Pembunuhan
- Bunuh diri
- Kecelakaan
Yang dimaksud dengan luka tembak kecelakaan adalah luka tembak karena
picu senjata api tertekan secara tidak sengaja sehingga mengenai orang lain atau
diri sendiri.
Perbuatan bunuh diri dapat di duga dari jenis senjata yang dipakai,
umumnya senjata api genggam, tempat luka tembak umumnya di pelipis atau
dalam mulut, biasanya satu tembakan, kecuali pakai pistol automatis, arahnya
sesuai posisi yang enak bagi pelaku untuk melakukannya, seperti di pelipis kanan
dengan arah ke belakang atas pada orang bukan kidal.

24
Pada beberapa kasus dilaporkan ada juga yang melakukan dengan senjata
api laras panjangdengan memakai perangkat tali yang diatur sedemikian rupa,
sehigga dapat di tarik picu dari jauh. Dalam hal ini pemeriksaan di TKP sangat
menentukan.
Adanya senjata yang tergenggam erat di tangan (cadaveric spasme)
merupakan petunjuk bunuh diri. Keadaan ini tidak bisa terjadi bila pembunuh
menggenggamkan senjata ke tangan koreban untuk menyesatkan penyidikan.
Pembunuhan dengan senjata api sering terjadi, luka tembak masuk bisa di
mana-mana apalagi di belakang tubuh, demikian pula arah luka tembak, luka
tembah bisa satu atau lebih.2

2.10 Pemeriksaan luka tembak


a. Bila memungkinkan korban difoto rontgen terlebih dahulu untuk
memastikan saluran luka dan letak peluru (kalau ada) serta arah pecahan
tulang. Tapi di indonesia sarana ini tidak ada di bagian forensik.
b. Bentuk luka harus dilukis teliti bila perlu dengan foto close-up. Luka
tembak masuk dan keluar digambarkan dengan membuat proyeksi luka ke
bagian tengah tubuh dan ke tumit setetntang. Ini dapat dipakai untuk
merekonstruksi arah tembakan.
c. Jumlah luka. Lihat juga kemungkinan anak peluru yang sama mengenai
bagian tubuh yang lain. Satu peluru bisa membuat dua luka masuk dan dua
luka keluar. Misalnya dari lengan lyar menembuske lengan dalam dan
masuk lagi ke dada dan keluar di tempat lain.
d. Luka di bersihkan dengan kapas yang di basahi dengan sabun. Kapas tidak
di buang tapi diserahkan kepada penyidik. Jelaga akan terhapus, sementara
tatu tetap ada. Penyebarannya di lukis dan di foto. Lihat kemungkinan luka
bakar. Partikel mesiu diambil dengan parafin, bila perlu idambil dengan
plaster lebar. Semua ini penting untuk jarak tembakan.
e. Perhatikan saluran luka waktu autopsi dan letar perdarahan.

25
f. Cari anak peluru dan hati-hati tanpa membuat goresan. Bila tertanam di
tulang, tulangnya di potong (jangan coba-coba menariknya dari tulang) dan
di kirim ke laboratorium.
g. Luka tembak masuk sebaiknya di eksisi dan disimpan dalam formalin 10%
dan dikirim ke laboratorium patologi anatomi untuk pemeriksan
mikroskopis. Pada jaringan luka masuk bisa ditemui sisa-sisa mesiu berupa
pigmen-pigmen hitam atau serat-serat pakaian.2

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru
kedalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api atau persentuhan peluru
dengan tubuh. Senjata api ini dikelompokan menjadi senjata api laras pendak dan
senjata api laras panjang, sedangkan berdasarkan alur pada laras, senjata api
dikelompokan menjadi senjata api baralur dan senjata api tanpa alur.
Pada luka tembak terjadi robekan dan kerusakan jaringan yang diakibatkan
daya dorong peluru dalam menembus jaringan. Luka tembak dikelompokan
menjadi luka tembak masuk dan luka tembak keluar, namun pada klasifikasi ini
yang tidak kalah penting adalah jarak tembakan yaitu luka tembus masuk tempel,
luka tembus masuk jarak dekat maupun luka tembus masuk jarak jauh. Penentuan
jarak ini juga dapat menentukan efek dari tembakan. Efek dari tembakan ini
diakibatkan oleh komponen peluru yang mengenai tubuh yaitu anak peluru,
mesiu, asap jelaga, api dan partikel logam. Pendeskripsian luka tembak dilakukan
demi kepentingan medikolegal. Deskripsi luka ini mencakup lokasi luka, ukuran
dan bentuk luka, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang utuh dan robek, bubuk hitam
sisa tembakan (jika ada), dan bagian tubuh yang ditembus. Selain dekripsi luka,
kita juga harus menentukan jarak tembakan dan arah tembakan. Penentuan jarak
tembakan ini dapat dilihat dari adanya jejas laras, kelim api, kelim jelaga, atau
kelim tato. Pemeriksaan khusus pada luka tembak masuk seperti pemeriksaa
mikroskopik, dan sinar x mungkin diperlukan.

3.2 Saran
Sebaiknya seorang dokter atau calon dokter mampu mendeskripsikan luka
tembak sehingga mampu membuat Visum et Repertum yang baik dan benar.

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta:


Binarupa Aksara; 150-188.
2. Amir A. 2005. Rangkaian Ilmu Kedoketran Forensik. Edisi II. Medan.
90-103
3. Susiyanthi A., Alit IBP. 2008. Peran Radiologi Forensik Dalam
Mengidentifikasi Luka Tembak. Universitas Udayana. Available from :
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82561&val=97
4. Hueske E. 2006. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory
Handbooks, Practice and Resource. Available from :
https://id.scribd.com/doc/219234488/Referat-Luka-Tembak-Forensik-1
5. Tiarasari P., Qinta B., Saputro ED, dkk. 2011. Luka Tembak. Universitas
Sriwijaya. Available from : https://id.scribd.com/doc/76125289/luka-
tembak
6. Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S. 2011. Gunshot wound. (online).
http://www.freewebs.com/ gunshot_wound/luka tembak pada tulang.htm
7. Rilano VS., Nola TS., Tomuk D. 2013. Pola Luka Pada Korban Mati
Akibat Senjata Api Di Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Medikolegal Fk
UNSRAT RSUP PROF. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari
2007- Desember 2013. Available from :
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/6511

28

Anda mungkin juga menyukai