Anda di halaman 1dari 9

BED SIDE TEACHING

TEKNIK SIRKUMSISI

Disusun oleh :
Aisyah Azani
NIM : 71 2017 025

Pembimbing
dr. Gunawan Tohir, Sp.B

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


RSUD PALEMBANG PALEMBANG BARI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALEMBANG
2019
TEKNIK SIRKUMSISI

A. Landasan Teori
Sirkumsisi adalah tindakan membuang preputium penis. Tujuan dilakukannya
sirkumsisi yaitu:
1. Pelaksanaan ibadah agama.
2. Menjaga hygiene penis dari smegma dan sisa-sisa urine.
3. Menjaga terjadinya infeksi pada glands atau preputium penis
a) Indikasi
1) Agama
2) Sosial
3) Medis
 Fimosis adalah keadaan dimana prepusium tidak dapat ditarik
kebelakang (proksimal)/ membuka. Kadang-kadang lubang pada ujung
prepusium hanya sebesar ujung jarum, sehingga urin sulit keluar.
Keadaan yang dapat menimbulkan fimosis adalah : bawaan
(congenital), peradangan (balanopostitis).
 Parafimosis adalah keadaan dimana preputium tak dapat ditarik ke
depan (distal)/ menutup. Keadaan ini biasanya menyebabkan glans
penis tertekan akibat terjepit oleh prepusium yang membengkak akibat
peradangan.
 Pencegahan tumor, dimana smegma adalag zat karsinogenik
 Kondiloma akuminata
 Kelainan-kelainan lain yang terbatas pada prepusium.

b) Kontraindikasi
1) K.I. Mutlak :
 Hipospadia adalah keadaan dimana muara uretra (meatus urethrae
externus) terletak pada tempat yang tidak semestinya. Tempat
abnormal ini dapat berada di sepanjang vebntral penis hingga
perineum. Menurut lokasinya terdiri dari :
 Glanduler, pada glans penis
 Frenal, pada frenulum
 Penil, pada batang penis
 Penoskrotal, antara penis dan skrotum
 Skrotal, pada skrotum
 Perineal, pada perineum
 Hemofilia
 Kelainan darah (diskrasia darah)
2) K.I. Relatif
 Infeksi lokal pada penis dan sekitarnya
 Infeksi umum
 Diabetes melitus
B. Anatomi Penis
 Dua buah korpus kavernosum, yang terletak di bagian dorsal penis
 Satu korpus spongiosa, terletak di bagian ventral
 Uretra pars spongiosa, berjalan di dalam korpus spongiosum
 Tunika albuginea yang membungkus kedua korpus kavernosum
 Arteri, vena dan nervus dorsalis penis, tyerletak di dawah fasia Buck
 Fasia Buck, membungkus korpus kavernosum dan korpus spongiosum serta
struktur di dalamnya
C. Media Pembelajaran
1) Sarung tangan steril
2) Kasa steril
3) Spuit 5 cc
4) Cairan Desinfektan
5) Lidokain 2% 1 ampul
6) Doek steril bolong
7) Klem lurus 3 buah
8) Klem arteri kecil 2 buah
9) Klem bengkok 1 buah
10) Gunting jaringan 1 buah
11) Gunting benang 1 buah
12) Jarum rounded 1 buah
13) Needle holder 1 buah
14) Benang catgut ukuran 3.0
15) Pinset 1 buah
16) Bengkok
17) Plester

D. Langkah Kerja
1) Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada pasien.
2) Menanyakan identitas pasien.
3) Menjelaskan tujuan dilakukan tindakan
4) Meminta izin pasien untuk melakukan tindakan
5) Mintalah pasien mengosongkan kandung kencingnya.
6) Meminta pasien berbaring terlentang dan santai
7) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril
8) Melakukan tindakan aseptik antiseptik dengan cara mengoleskan kasa steril yang
telah diberi cairan antiseptik mulai tengah dengan cara memutar kearah luar
9) Mempersempit daerah tindakan dengan cara menutup dengan doek steril bolong
10) Melakukan tindakan penyuntikan anestesi lokal dengan teknik anestesi infiltrasi
dan blok.
11) Teknik anestesi infiltrasi dilakukan dengan cara menyuntikkan lidokain secara
subkutis dengan melingkari daerah pangkal penis. Sebelum memasukkan cairan
lidokain, lakukan aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa jarum tidak
masuk ke pembuluh darah.
12) Teknik anestesi blok dilakukan dengan cara memasukkan lidokain tegak lurus
dengan pangkal penis tepat dibawah simpisis pubis hingga menembus fascia
Buch (seperti menembus kertas). Sebelum memasukkan cairan lidokain, lakukan
aspirasi terlebih dahulu untuk memastikan bahwa jarum tidak masuk ke
pembuluh darah.
13) Tunggu 2 – 3 menit hingga tercapai onset kerja obat dan yakinkan bahwa
anestesi lokal sudah bekerja dengan cara menjepit prepusium dengan
menggunakan pinset.
14) Melepaskan pelengketan antara prepusium dengan glan penis dan membersihkan
smegma di daerah tersebut menggunakan klem bengkok dan/atau kasa steril.
15) Teknik melepaskan pelengketan antara prepusium dengan glan penis dengan
menggunakan klem bengkok dilakukan dengan cara menarik prepusium kearah
proksimal kemudian masukkan klem bengkok ke dalam prepusium untuk
kemudian klem dibuka tutup sambil didorong kearah perlengketan (seperti
gerakan menggunting). Lakukan berulang-ulang kearah proksimal dan lateral
sampai terlihat korona glan dan pangkal mukosa prepusium disekeliling korona
glan.
16) Teknik Melepaskan pelengketan antara prepusium dengan glan penis dengan
menggunakan kasa steril adalah perpusium ditarik dengan tangan kiri kearah
proksimal hingga terlihat perlengketan dan tangan kanan memegang kasa steril
untuk membebaskan perlengketan sedikit demi sedikit kearah proksimal dan
lateral sampai terlihat korona glan dan pangkal mukosa prepusium disekeliling
korona glan
17) Lakukan insisi/pembuangan prepusium dengan cara:
a) Jepit prepusium diarah jam 1, 11 dan 6 dengan menggunakan klem lurus,
kemudian meminta asisten untuk menarik klem tersebut kearah distal
b) Prepusium di insisi pada arah jam 12 diantara jepitan klem dengan
menggunakan gunting jaringan kearah proksimal hingga tampak sulkus
koronarius
c) Lakukan insisi melingkar kearah frenulum kearah kanan dan kiri dari ujung
insisi pertama
d) Lakukan kontrol perdarahan pada frenulum dengan cara diligasi menggunakan
catgut dengan teknik jahitan angka 8.
e) Bila terjadi perdarahan di mukosa lakukan ligasi dengan menggunakan klem
arteri dan catgut.
18) Menjahit luka dengan cara mengaproksimasi/menjahitkan kulit dengan mukosa
di tempat luka insisi pada arah jam 3, 6, 9, 12 dan dapat ditambah sesuai
keperluan.
19) Luka ditutup dengan kasa steril melingkari luka dan difiksasi kearah simpisis
pubis

E. Perawatan
Medikamentosa
1) Antibiotika yang diberikan yang berspektrum luas seperti tetrasiklin, ampisilin,
amoksisilin dan sebagainya.
2) Analgetika diberikan analgesic non narkotik, misalnya antalgin, asam
mefenamat (Ponstan) asam asetilsalisilat (Aspirin) dan sebagainya.
3) Anti inflamasi, seperti serapeptase (Danzen), pankreatin + proktase (Proctase),
tripsin + kimotripsin (Chymomed) dan sebagainya.
4) Roboransia, dapat diberikan vitamin seperti vitamin B kompleks ditambah
vitamin C dosis tinggi untuk membantu penyembuhan.
5) Anti tetanus yang biasanya dipakai Purified Tetanus Toksoid dengan dosis
diberikan sebanyak 0,5-1 cc/ injeksi IM
Non Medikamentosa
1) Makanan. Tidak ada pantangan makanan tapi sebaiknya nasehat kepada
penderita makan makanan yang kaya protein untuk mempercepat penyembuhan.
2) Penderita dapat mengenakan celana yang longgar dan tidak terlalu menekan
penis. Dan sebaiknya hari pertama penderita beristirahat untuk mencegah terjadi
perdarahan atau kemungkinan terkena trauma (senggolan dan sebagainya).
Penis tidak boleh dibasahi hingga luka kering dan balutan dilepaskan.

F. Komplikasi
1) Nyeri
Sebelum dilakukan tindakan sirkumsisi pasien dapat diberikan analgetika agar
diharapkan obat dapat mulai bekerja. Kalau pasien merasa sakit sekali dapat
diberikan analgetika per injeksi seperti xylomidon.
2) Edema
Hal ini biasa terjadi pada hari kedua dan seterusnya. Bila balutan terlalu ketat
dapat dilonggarkan. Dan yakinkan pada penderita/keluarga pasien kalau edema
biasa terjadi dan tidak membahayakan, karena penderita/keluarganya merasa
cemas.
3) Perdarahan
Bila hanya meliputi balutan tidak apa-apa tapi kalau balutan basah harus diganti
karena merupakan media bagi kuman untuk tumbuh. Dan kalau perdarahan
sampai banyak dan menetes keluar maka sumber perdarahan harus dicari, bila
perlu penjahitan dibuka kembali. Bila perlu dapat diberikan obat hemostatik
seperti karbazokrom (Adona) atau asam traneksamat (Transamine) dan
sebagainya.
4) Hematoma kecil
Tidak apa-apa karena akan diserap kembali oleh tubuh.
5) Hematoma besar Bila terjadi saat melakukan sirkumsisi, sebaiknya hematoma
tersebut dikeluarkan, karena dapat memperlambat penyembuhan.
6) Infeksi
Tanda-tandanya : 1. Penis merah, bengkak; 2. Nyeri dan terdapat nanah; 3. Pada
keadaan berat, penderita mengalami demam Pengobatan dapat diberikan
antibiotika dan pengobatan simptomatis lainnya serta dapat ditambahkan kompres
pada penis dengan Betadine atau rivanol. Kalau keadaan tenang dapat diberikan
salep yang sesuai.
7) Penyakit Peyronie Merupakan komplikasi lambat dari infeksi. Terjadi karena
adanya jaringan fibrosis (parut) pada salah satu korpus kavernosum. Bila ereksi
maka penis akan miring kearah yang sakit dan terasa sangat nyeri. Pengobatannya
sukar antara lain dapat di coba pengobatan radiasi, pemberian vitamin E dosis
tinggi, operasi menghilangkan jaringan parut, tetapi hasilnya tidak memuaskan.
TEKNIK SIRKUMSISI

1 2

3 4

Anda mungkin juga menyukai