Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Luka merupakan rusaknya suatu kesatuan atau komponen pada jaringan


kulit, dimana kondisi tersebut secara spesifik terdapat substansi jaringan yang
mengalami kerusakan atau hilang. Ketika terjadi luka maka akan terjadi hilangnya
seluruh atau sebagian fungsi organ, kematian sel, perdarahan & pembekuan darah,
respon stres simpatis, kontaminasi bakteri.¹

Faktor yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka dan potensi infeksi


yaitu; usia, penyakit yang mendasari (anemia, diabetes, pasien dengan
imunokompromis), devaskularisasi, luas cedera, hemostasis dan debridement,
serta waktu penutupan luka. Semakin dekat jarak antara waktu cedera dengan
pengobatan maka akan mempercepat penyembuhan luka.²

Perawatan luka sendiri merupakan suatu tindakan untuk merawat luka atau
teknik antiseptik dengan tujuan membersihkan kondisi luka agar proses
penyembuhan luka cepat berlangsung dan tidak terjadi risiko infeksi pada luka
tersebut.

Oleh sebab itu diperlukan perawatan luka yang tepat untuk mendapatkan
penyembuhan luka yang optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Acute Wound


Pada luka akut perlu dilakukan evaluasi baik melalui anamnesis maupun
melalui pemeriksaan fisik pada daerah-daerah di sekitar luka.¹

Anamnesis:¹

 Riwayat imunisasi tetanus


 Waktu terjadinya perdarahan saat kecelakaan
Adanya perdarahan berwarna merah cerah pada saat cedera harus
dipikirkan adanya kemungkinan cedera arteri yang mendasarinya,
meskipun pasien tidak mengalami perdarahan aktif saat itu. Pemeriksaan
pulsasi pada bagian distal dari cedera juga diperlukan memastikan
sirkulasi tetap baik.
 Penyakit yang mendasari
Pada kondisi malnutrisi, diabetes, HIV membuat pasien lebih
rentan terhadap infeksi dan membutuhkan perawatan lebih intensif. Pada
pasien dengan diabetes perlu dihimbau untuk menjaga gula darah mereka
dengan baik. Asupan protein dan vitamin yang cukup juga penting untuk
proses penyembuhan luka yang optimal.
 Riwayat merokok
Penggunaan rokok dapat memperlambat penyembuhan luka.

Pemeriksaan Luka:¹

 Debridement
Benda asing seperti rumput, kotoran, kayu, pakaian, harus
dihilangkan dari semua luka karena dapat menjadi sumber infeksi. Namun
pada luka akibat jarum atau peluru yang dalam tertanam di jaringan,

2
biasanya dibiarkan di tempat karena jika dikeluarkan dapat menyebabkan
lebih banyak cedera. Pada keadaan ini tubuh akan menutup benda asing ini
dan benda asing tersebut akan tetap di tempat tanpa masalah atau dapat
berjalan ke permukaan atau akan terinfeksi secara lokal.
 Pembersihan Luka
Semua luka harus dibersihkan secara menyeluruh untuk
memungkinkan pemeriksaan lengkap dan penutupan selanjutnya. Ini akan
hapus semua partikel yang lepas dan kurangi konten bakteri.
Irigasi luka dengan beberapa ratus cc steril saline. Untuk luka
tusuk, dll., mungkin perlu untuk memotong kulit untuk memperbesar
lubang untuk membersihkan luka.
Setelah luka diairi sepenuhnya, dengan lembut oleskan povidone
atau larutan antiseptik lainnya. Meskipun solusi ini bisa keras untuk
jaringan, itu berguna untuk menyeka luka dan kulit di sekitarnya dengan
lembut dengan solusi untuk lebih lanjut membersihkan luka. Itu

Evaluasi Luka

Melihat apakah ada tanda-tanda cedera vaskular, cedera saraf, cedera


tendon, fraktur atau dislokasi.¹

2.2. Chronic Wound


Luka kronis adalah luka yang karena suatu alasan
tidak akan sembuh. Luka dapat terjadi selama berminggu-minggu atau
bulan atau bahkan bertahun-tahun. Pada keadaan ini, evaluasi pasien
dan luka diperlukan untuk menentukan penyebab yang mendasari luka tidak
segera sembuh. Setelah penyebabnya diidentifikasi dan dirawat dengan tepat,
perawatan luka dasar harus segera dilakukan.¹

Penyebab :¹

 Perawatan dasar luka yang buruk

3
Banyak luka tidak sembuh hanya karena luka tersebut tidak cukup
dirawat. Semua jaringan nekrotik harus dihilangkan, infeksi di sekitarnya
harus diobati dengan tepat dengan antibiotik, dan perawatan luka dasar
yang baik diterapkan.

 Benda asing (kayu, kaca, kerikil, logam) mungkin


menyebabkan reaksi pada jaringan yang mencegah
penyembuhan luka. Luka yang terinfeksi tidak akan sembuh.
Jika terdapat luka merah / hangat / bengkak / lunak pada kulit,
dapat diberikan antibiotik. Buka luka jika dicurigai terdapat
nanah

 Bersihkan luka dengan cairan desinfektan

 Tutup ringan luka dengan kasa lembap. Ganti balutan setiap


hari, lebih sering bila perlu

 Berikan antibiotik sampai selulitis sekitar luka sembuh


(biasanya dalam waktu 5 hari).

 Berikan kloksasilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali


sehari) karena sebagian besar luka biasanya
mengandung Staphylococus.

 Berikan ampisilin oral (25–50 mg/kgBB/dosis 4 kali


sehari), gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari)
dan metronidazol (7.5 mg/kgBB/dosis 3 kali sehari) jika
dicurigai terjadi pertumbuhan bakteri saluran cerna.

 Osteomielitis Kronik
Infeksi pada tulang mencegah jaringan lunak dan tulang yang
terluka karena penyembuhan, hal itu menjadi penyebab utama morbiditas
untuk pasien yang telah mengalami open patah. Pasien biasanya
memerlukan 6 minggu antibiotik dan tulang harus didebridasi hingga
terjadi penyembuhan.

4
 Penggunaan tembakau
Banyak orang tidak menyadari dampak buruk tembakau pada
penyembuhan luka. Nikotin dapat mengurangi aliran darah menjepit
pembuluh darah yang lebih kecil.
 Kanker
Luka lama yang menetap selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun yang terlihat mengkilap dan tidak sembuh dapat menjadi pertanda
kanker. Biasanya luka-luka ini terlihat sedikit berbeda tepi luka yang
terbuka biasanya tampak tidak teratur, kulit di sekitarnya mungkin lebih
tebal.
 Malnutrisi

Malnutrisi juga menjadi salah satu penyebab luka kronik.


Dibutuhkan protein dan kalori yang cukup untuk mempromosikan
penyembuhan luka. Vitamin C, A, zat besi, dan seng juga nutrisi penting
untuk penyembuhan luka.

 Diabetes

Pasien dengan diabetes juga lebih lama untuk mengalami


penyembuhan luka. Menjaga kontrol glukosa darah yang baik akan
meningkatkan penyembuhan.

 Obat-obatan

Steroid dan NSAID dapat mengganggu penyembuhan. Vitamin A


25.000IU / hari per oral atau 200.000 IU / 8 jam untuk 1-2 minggu dapat
melawan efek steroid.

 Terapi Radiasi

Luka pada bidang yang sebelumnya diradiasi dapat menghambat


penyembuhan luka. Pemberian singkat (1-2 minggu) suplemen vitamin E
oral (100-400 IU / hari) dapat membatu penyembuhan.

5
 Sirkulasi yang buruk

Untuk luka pada ekstremitas bawah, perlu meraba denyut nadi di


sekitar pergelangan kaki dan kaki. Jika nadi tidak teraba, menandakan
pasien memiliki aliran darah ke ekstremitas yang buruk dan menyebabkan
luka sulit sembuh.

6
2.3. Basic Wound Care
2.3.1. Teknik Balutan
o Wet-to-Dry
Indikasi: membersihkan luka yang kotor atau terinfeksi.
Teknik: Basahi sepotong kain kasa dengan larutan dan memeras
kelebihan cairan. Kain kasa seharusnya basah, namun tidak basah
penuh. Kasa dibiarkan mengering .Tidak apa-apa untuk membasahi
kasa pada beberapa keadaan. Idealnya, diganti 3-4 kali per hari. Lebih
sering pada luka yang membutuhkan debridemen, lebih jarang pada
pembersih luka. Saat luka bersih, ganti ke balutan wet-to-wet atau salep
antibiotik.

o Wet-to-Wet
Indikasi: menjaga luka tetap bersih dan mencegah eksudat
Teknik: Basahi sepotong kain kasa dengan larutan dan tidak memeras
berlebihan. Buka kain kasa dan letakkan di atas luka untuk
menutupinya. Tempatkan kasa kering di atas. Kasa tidak boleh
dibiarkan mengering atau menempel pada luka. Idealnya, diganti 2-3
kali sehari. Jika kasa terlalu kering, dapat diberikan larutan normal
salin.

o Salep antibiotik
Indikasi: Salep antibiotik digunakan untuk menjaga kebersihan luka
bersih dan meningkatkan penyembuhan.
Teknik: oleskan salep pada luka, cukup pada lapisan tipis saja. Tutupi
dengan kain kasa kering, diberikan 1-2 kali per hari.

Pada prinsipnya, lingkungan yang lembab memudahkan penyembuhan

• Pada luka bersih, yang terbaik adalah menggunakan pembalut wet-to-


wet atau salep.

7
• Luka yang membutuhkan debridemen wet-to-dry teknik harus dilakukan
sampai luka bersih dan kemudian ganti ke perban yang berbeda.

2.4. Pemilihan Balutan Luka (Wound Dressing)

2.4.1 Balutan Luka Tradisional

Produk pembalut luka tradisional termasuk kain kasa, serat, plester,

perban (alami atau sintetis) dan kapas yang kering dan digunakan sebagai

pembungkus primer atau sekunder untuk melindungi luka dari

kontaminasi. Pembalut tradisional diindikasikan untuk luka bersih dan

kering dengan kadar eksudat ringan atau digunakan sebagai pembalut

sekunder.³

2.4.1.1. Gauze (kasa)

Balutan kasa terbuat dari tenunan dan serat non tenunan, rayon,
poliester, atau kombinasi dari serat lainnya. Berbagai produk tenunan ada
yang kasar dan berlubang, tergantung pada benangnya. Kasa berlubang
yang baik sering digunakan untuk membungkus, seperti balutan basah
lembab normal saline. Kasa katun kasar, seperti balutan basah lembab

8
normal saline, digunakan untuk debridement non selektif (mengangkat
debris dan atau jaringan yang mati).³

Fungsi  

o Absorpsi eksudat minimal hingga banyak


o Material/bahan penampung (packng)

Indikasi

 Luka’partial thickness’ dan ‘full thickness’


 Luka infeksi
 Luka berongga atau ada salurannya (terowongan)

Keuntungan

 Dapat berfungsi sebagai ‘absorbent/penyerap’


dan’protektiv/pelindung’
 Memberikan lingkungan penyembuhan luka kering (jka diperlukan)
 Bisa di gunakan untuk kompres lembab/basah
 Dapat di gunakan untuk debridement mekanik pada luka nekrotik/alat
membersihkannya,untuk membungkus rongga luka atau untul
menyerap eksudat luka.

Kerugian

 Sangat sedikit kepuasan yang didapatkan dari yang dikatakan sebagai


‘balutan ideal’
 Membut luka kering.tidak tepat untuk luka pada bagian superficial
epidermis.
 Serat-serat katun pada luka bertindak sebagai benda asing dan dapat
menyebabkan penundaan penyembuhan luka
 Jaringan granulasi dapat tumbuh pada sela-sela lubang kassa
 Karena kassa perlu penggantian balutan yang sering,basanya 2-3 kali
sehari

9
2.4.1.2. Bandage

Perban yang terbuat dari kapas


alami dan selulosa atau perban sintetis
yang terbuat dari bahan poliamida
memiliki fungsi berbeda. Misalnya,
perban kapas digunakan untuk retensi
pembalut cahaya, perban kompresi
tinggi dan perban kompresi regangan
pendek memberikan kompresi
berkelanjutan jika terjadi ulkus vena.³

2.4.1.3. Kasa Tulle

Pembalut tulle
seperti Bactigras,
Jelonet, Paratulle adalah
beberapa contoh
pembalut tulle yang
tersedia secara komersial

10
sebagai pembalut yang diresapi dengan parafin dan cocok untuk luka
bersih superfisial.³

11
2.4.2 Balutan Luka Modern
Karena pembalut tradisional gagal memberikan lingkungan lembab
pada luka, pembalut modern diganti dengan pembalut yang lebih maju.
Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian
yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang
dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang
optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan
dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:⁴

1. Mempercepat fibrinolisis

Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih


cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.

2. Mempercepat angiogenesis

Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan


merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.

3. Menurunkan resiko infeksi

Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan


dengan perawatan kering.

4. Mempercepat pembentukan Growth factor

Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk


membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi
komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang
lembab.

5. Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif

Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag,


monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.

12
2.4.2.1 Film Dressing

 Semi-permeable primary atau secondary dressings


 Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
 Conformable, anti robek atau tergores
 Tidak menyerap eksudat

Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi

Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak

Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

13
2.4.2.2 Hydrocolloid

Hydrocolloid merupakan balutan yang tahan terhadap air yang membantu


pencegah kontaminasi bakteri. Hydroclloid menyerap eksudat dan melindungi
lingkungan dasar luka secara alami.

 Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers


 Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau slough
 Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport angiogenesis
 Waterproof

Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal

Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV

Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel

14
2.4.2.3 Alginate

Alginat lunak dan bukan tenunan yang dibentuk dari bahan dasar
ganggang laut. Alginate tersedai dalam bentuk ”pad” atau sumbu. Alginate dan
hidrofiber merupakan tipe produk yang sama. Paa kasus ini, alginate akan menjadi
lunak, tidak lengket dengan luka. Alginate juga digunakan pada luka dengan
drainase sedang hingga berat dan tidak dapat digunakan pada luka yang kering.
Balutan dapat dipotong sesuai kebutuhan, bentuk luka yang akan dibalut, atau
dapat dilapisi untuk menambah penyerapan.

 Terbuat dari rumput laut

 Membentuk gel diatas permukaan luka

 Mudah diangkat dan dibersihkan

 Bisa menyebabkan nyeri

 Membantu untuk mengangkat jaringan mati

 Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita

Indikasi : luka dengan eksudat sedang inggaberat

Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering

Contoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsa

15
2.4.2.4 Foam Dressings

 Foam/Busa
Balutan foam/busa dapat menyerap banyak cairan, sehingga digunakan
pada tahap awal masa pertumbuhan luka, bila luka tersebut banyak
mengeluarkan drainase. Balutan busa nyaman dan lembut bagi kulit dan
dapat digunakan untuk pemakaian beberapa hari. Bentuk, ukuran, dan
ketebalan dari busa tersebut sangat bervariasi, dengan atau tanpa perekat
pada permukaannya.

16
 Foam silikon lunak/balutan yang menyerap. Balutan jenis ini
menggunakan bahan silikon yang direkatkan, pada permukaan yang
kontak dengan luka. Silikon membantu mencegah balutan foam melekap
pada permukaan luka atau sekitar kulit pada pinggir luka. Hasilnya
menghindarkan luka dari trauma akibat balutan saat mengganti balutan,
dan membantu proses penyembuhan. Balutan luka silikon lunak ini
dirancang untuk luka dengan drainase dan luas.

 Polyurethane

 Non-adherent wound contact layer

 Highly absorptive

 Semi-permeable

 Jenis bervariasi

 Adhesive dan non-adhesive

Indikasi : eksudat sedang s.d berat

Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam

Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

2.4.2.5 Hidrofiber

17
Hidrofiber merupakan balutan yang sangat lunak dan bukan tenunan atau
balutan pita yang terbuat dari serat sodium carboxymethylcellusole, beberapa
bahan penyerap sama dengan yang digunakan pada balutan hidrokoloid.
Komponen-komponen balutan akan berinteraksi dengan drainase dari luka untuk
membentuk gel yang lunak yang sangat mudah dieliminir dari permukaan luka.
Hidrofiber digunakan pada luka dengan drainase yang sedang atau banyak, dan
luka yang dalam dan membutuhkan balutan sekunder. Hidrofiber dapat juga
digunakan pada luka yang kering sepanjang kelembaban balutan tetap
dipertahankan (dengan menambahkan larutan normal salin). Balutan hidrofiber
dapat dipakai selama 7 hari, tergantung pada jumlah drainase pada luka.

Pemilihan balutan  yaitu menentukan balutan yang dapat mempertahankan


kelembapan dengan memperhatikan warna dasar luka,jumlah eksudate dan ada
tidaknya infeksi.⁵

Tujuan pemilihan balutan :


 Dapat mendukung proses penyembuhan luka
 Mengontrol rasa nyaman : nyeri dan bau
 Menampung dan menyerap eksudat/cairan luka
 Mencegah perdarahan
 Mengimobilisasi luka
 Melindungi kulit sekitar luka
 Mencegah dan mengatasi infeksi

18
Metode untuk mempertahankan kelembaban lingkungan area luka, dimulai
dengan wound bed preparation menggunakan metode TIME untuk
memperoleh agar jaringan luka yang sehat berwarna
merah/red. TIME merupakan singkatan dari :⁴

(T) Tissue ialah tissue management dengan debridement jaringan nekrotik


untuk menjadikan dasar luka menjadi berwarna merah (Red Yellow Black),

(I)  Infection/Inflamation ialah pengendalian infeksi dengan PHMB


antiseptik pencuci luka & antimicrobial dressing untuk mengontrol pada
infeksinya,

(M)  Moisture ialah moisture balance dengan absorb dressing untuk


menyerap adanya eksudat, atau melakukan hidrasi pada luka yang kering
sehingga diperoleh keseimbangan kelembaban,

(E) Edge of wound dengan mengevaluasi kondisi epitelisasi pada tepi luka.


Tepi luka yang keras & kering akan menghambat proses epitelisasi dalam
proses penyembuhan luka. Sehingga tepi luka harus di siapkan sejak dini.
Luka yang sehat ditandai dengan munculnya epitelisasi pada tepi luka, jika
dalam 2-4 minggu tidak ada kemajuan tepi luka mesti dilakukan
reassessment untuk TIM.

A Balutan primer (primary dressing)         Tulle grass


         Zinc cream
         Hidrogel
         Hydrocolloid
B Balutan sekunder (secondary Absorbent,seperti kassa,kassa anti
dressing) lengket,pedding, dan lain-lain
C Balutan primer-sekunder          Transparant film
         Hydrocolloid
         Calcium alginate
         Polyurethene/hydroselulosa
         Polyurethene foam

19
DAFTAR PUSTAKA

1. S. Nadine, B. Hugh. Basics of Wound Care. 2003.


2. World Health Organization. Wound Mangement. 2009.
3. D. Shelvaraj, et al. Wound Dressings. 2015.
4. Calne Suzie, Moffatt Christine, et al. Wound Bed Preparation. Smith &
Nephew. European Wound Management Association (EWMA). 2004.
5. Hospital Care of Children. Prinsip Perawatan Luka. 2016.

20

Anda mungkin juga menyukai