I.Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Usia : 31 tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Jambe
BB/TB : 65 kg / 170 cm
II.Anamnesis
Jenis anamnesis : Autoanamnesis
Tempat/Tanggal : Puskesmas Jambe, 7 Februari 2017
Keluhan utama : Nyeri ulu hati sejak lima hari sebelum datang ke puskesmas
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan adanya nyeri ulu hati sejak lima hari sebelum datang ke
puskesmas. Rasa nyeri seperti terbakar. Rasa nyeri diperparah ketika pasien berbaring.
Pasien biasanya duduk untuk meringankan rasa nyeri. Pasien merasa mual bila makan
makanan pedas, kopi, teh, dan susu. Pasien sempat mengkonsumsi obat anti maag untuk
mengatasi rasa nyeri yang dialami dua hari lalu. Pasien tidak mengalami demam. Pasien
sempat mengalami penurunan nafsu makan, namun tidak mengalami penurunan berat
badan. Pasien tidak mengalami konstipasi maupun diare. BAB normal, tidak ada darah.
Pasien juga tidak mengalami masalah dalam berkemih. Pasien juga mengalami batuk.
Pasien tidak mengalami kesulitan menelan. Pasien tidak mengalami kesulitan dalam
buang gas.
Riwayat penyakit dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit maag. Pasien tidak memiliki diabetes, hipertensi,
dan asam urat.
Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala seperti yang pasien alami tersebut.
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes, hipertensi, dan asam urat.
Kulit Normal
keseluruhan Tidak ada tanda pucat
Tidak ada kebiruan atau sianosis
Tidak ada Jaundice
Tidak ada kemerahan
Tidak ada bekas luka atau operasi
Tidak ada hyperpigmentasi
Tidak ada gatal
Kepala dan Rambut Rambut tersebar secara merata
wajah Rambut tidak mudah rontok
Kulit kepala Kulit kepala normal
Tidak ada lesi
Tidak ada bekas luka
Tidak ada masa
Fungsi Pergerakan kepala normal
Tidak ada keterbatasan gerak
Mata Mata normal
Tidak ada konjungtiva anemis (CA -/-)
Tidak ada sclera ikteris (SI -/-)
Tidak ada ptosis
Pupil bulat, sama besar dan bentuk (isokor)
Refleks pupil langsung dan tidak langsung normal (+/+)
Jarak antar mata simetris
Pergerakan bola mata normal
Terdapat benjolan di kelopak mata kiri dan nyeri tekan
Hidung Penampakan hidung normal
Septum nasal normal
Tidak ada bekasluka
Tidak ada nasal discharge
Tidak ada deformitas
Tidak ada pendarahan
Telinga Penampakan telinga kanan dan kiri normal
Tidak ada bekas luka
Tidak ada deformitas
Tidak ada discharge
Sinus Tidak ada nyeri tekan
Mulut Bibir normal dan tidak ada sianosis
Tidak ada tanda dehidrasi
Lidah normal
Palatum normal
Faring normal
Tonsil normal (T1/T1)
Leher Penampakan leher normal
Tidak ada bekas luka
Trakea simetris di tengah tanpa deviasi
Tidak ada pembesaran tiroid
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax
Jantung Inspeksi Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi Iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicular
sinistra
Perkusi Batas jantung normal, tanpa pembesaran
Auskultasi Suara jantung normal:
- S1 normal
- S2 normal
- Tidak ada murmur
- Tidak ada gallop
Paru-paru Inspeksi Gerakan napas paru-paru kanan dan kiri simetris,
tidak ada yang tertinggal
Tidak ada pigeon chest
Tidakada barrel chest
Tidak ada pectus excavatum ataupun pectus
carinatum
Tidak ada masa
Tidak ada bekas luka
Tidak ada spider angioma
Tidak ada bekas operasi
Palpasi Taktil fremitus simetris di kedua lapang paru
Perkusi Perkusi paru sonor dan simetris
Batas paru hepar normal
Auskultasi Bunyi nafas vesicular dan simetris
Tidak ada wheezing
Tidak ada ronchi
Tidak ada stridor
Inspeksi Abdomen normal
Tidak ada distensi abdomen
Tidak ada kemerahan
Tidak ada kekuningan
Tidak ada bekas luka
Tidak ada bekas operasi
Tidak ada caput medusa
Tidak ada spider navy
Tidak ada masa
Kontur usus tidak terlihat
Auskultasi Bising usus 16x/menit
Tidak ada bruit aorta abdominalis maupun bruit
arteri renalis
Tidak ada clicking sound maupun metallic sound
Perkusi Perkusi normal, timpani di seluruh bagian
abdomen
Tidak ada shifting dullness
Palpasi Ada nyeri tekan daerah epigastrium
Tidak ada hepatomegali
Tidak ada splenomegali
Ballotement test (-/-)
CVA test (-)
Ekstremitas Inspeksi Ekstremitas simetris
Tidak ada tremor
Tidak kebiruan
Tidak kekuningan
Tidak ada deformitas
Kuku normal, tidak ada clubbing finger
Palpasi Ekstremitas hangat
Tidak ada edema
Capillary Refill Time normal (<2detik)
Rentang Pergerakan ekstremitas atas maupun bawah
pergerakkan normal, tidak ada keterbatasan range of
movement.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Endoskopi
Tujuan : Mengetahui penyebab dari gejala yang dialami pasien, jika ditemukan
sel-sel radang pada biopsi maka pasien didiagnosa dengan gastritis, jika
ditemukan ulserasi maka didiagnosa dengan ulser peptik, jika ditemukan esofagus
yang meradang maka didiagnosa dengan refluks gastroesofageal. Hal yang jarang
terjadi juga jika ditemukan adanya kanker. Endoskopi baru dilakukan jika pasien
memiliki alarm sign yaitu disfagia, penurunan berat badan, hematemesis atau
melena, dan anemia.
Urea breath test, stool/fecal antigen test, H. pylori antibody testing, Kultur
Tujuan : Mendeteksi adanya H. pylori pada lambung yang dapat menimbulkan
gejala dyspepsia.
V. RESUME
Pasien usia 31 tahun datang dengan keluhan adanya nyeri ulu hati sejak lima
hari sebelum datang ke puskesmas. Rasa nyeri seperti terbakar. Rasa nyeri diperparah
ketika pasien berbaring. Pasien juga sempat mengalami mual dan penurunan nafsu
makan. Pasien juga mengalami batuk. Rasa mual dipicu ketika makan makanan
pedas, kopi, teh, dan susu. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri pada saat palpasi
daerah epigastrium.
VI. ANALISIS
Diagnosis Kerja : Refluks gastroesofageal
Pasien datang dengan keluhan rasa nyeri daerah ulu hati. Pasien juga
mengatakan rasa nyeri yang dialaminya seperti terbakar yang diperparah ketika
mengkonsumsi makanan-makanan yang memicu sekresi asam. Salah satu gejala
khas dari penyakit refluks gastroesofageal sendiri yaitu adanya nyeri seperti
terbakar atau ‘heartburn’. Refluks gastroesofageal sendiri terjadi akibat adanya
asam dari lambung yang naik ke esofagus dan hal ini dapat dipicu oleh makanan
seperti kopi, teh dan makanan pedas yang dapat mengiritasi lambung.
Berdasarkan riwayat kebiasaan pasien yang gemar mengkonsumsi kopi dan
makanan pedas, ini dapat menjadi salah satu faktor resiko pasien mengalami
penyakit refluks gastroesofageal. Namun dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk menegakkan diagnosis ini. Pada pemeriksaan endoskopi dapat ditemukan
adanya mucosal break di esofagus (esofagitis refluks). Batuk yang dialami pasien
dapat terjadi akibat adanya refluks dari pada asam lambung itu sendiri.
Diagnosis Banding :
o Ulser Peptik, Gastritis
o Kanker Lambung
Definisi
Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi yang dihasilkan oleh
kontraksi LES. Pada individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada
saat terjadinya aliran antegrad yang terjad pada saat menelan atau aliran retrograd
yang terjadi pada saat sendawa atau muntah. Aliran balik dari gaster ke esofagus
melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak ada atau sangan rendah (<3
mmHg). Terjadinya aliran balik/refluks pada penyakit GERD dapat diakibatkan oleh
gangguan motilitas atau pergerakan esofagus bagian bawah. Pada bagian ujung ini
terdapat LES yang berfungsi mengatur arah aliran pergerakan isi saluran cerna dalam
satu arah dari atas ke bawah menuju usus besar. Pada GERD akan terjadi relaksasi
spontan otot tersebut atau penurunan kekuatan otot tersebut sehingga terjadi arus balik
atau refluks cairan dari gaster ke esofagus.
Patogenesis terjadinya GERD menyangkut keseimbangan antara faktor
defensif dari esofagus dan faktor ofensif dari bahan reflukstat. Faktor defensif
esofagus yaitu pemisah antar refluks, bersihan asam dari lumen esofagus, dan
ketahanan epitel esofagus. Yang termaksuk faktor ofensif yaitu sekresi gastrik dan
daya pilorik.
Gejala
Faktor Resiko
o Obesitas atau kegemukan
o Hernia hiatus
o Pengosongan lambung yang tertunda
o Kehamilan
o Merokok
o Diabetes melitus
Diagnosis
o Endoskopi saluran cerna bagian atas: pemeriksaan ini merupakan standar baku
untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break di esofagus
(esofagitis refluks). Dengan melakukan pemeriksaan ini dapat dinilai
perubahan makroskopik dari mukosa esofagus, serta dapat menyingkirkan
keadaan patologis lain yang dapat menimbulkan gejala GERD. Jika tidak
ditemukan mucosal break pada pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian
atas pada pasien dengan gejala khas GERD, keadaan ini disebut sebagai non-
erosive reflux disease (NERD).
Pengobatan
Pengobatan pada pasien GERD dapat dilakukan baik dengan medikamentosa maupun
non-medikamentosa.
Non-medikamentosa
o Meninggikan posisi kepala pada saat tidur serta menghindari makan sebelum
tidur untuk mencegah refluk asam dari lambung ke esofagus
o Menghindari makanan/minuman seperti coklat, teh, kopi, dan minuman
bersoda karena dapat menstimulasi sekresi asam
o Menurunkan berat badan pada pasien obesitas untuk menurunkan tekanan
intra abdomen
Medikamentosa
o Antasida (Aluminium Hidroksida, Magnesium Hidroksida
o Proton pump inhibitor (Omeprazole, Lansoprazole, Rabeprazole,
Esomeprazole, Pantoprazole)
o H-2 blocker (Ranitidine, Famotidine, Cimetidine, Nizatidine)
Daftar Pustaka
MSD Manual Professional Edition. (2016). Peptic Ulcer Disease. [online] Available at:
http://test.msdmanuals.com/en-kr/professional/gastrointestinal-disorders/gastritis-and-
peptic-ulcer-disease/peptic-ulcer-disease [Accessed 10 Apr. 2016].
Updated by: Todd Eisner, a. (2016). Gastritis: MedlinePlus Medical Encyclopedia. [online]
Nlm.nih.gov. Available at:
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001150.htm [Accessed 10 Apr.
2016].