Anda di halaman 1dari 8

Indetitas diri pasien

Nama : Anak B
Usia : 8 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Suku : Jawa
Agama : Muslim
Pendidikan terakhir : TK
Pekerjaan : Pelajar
Status :-
I. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dirumah pasien pada
kunjungan kedua pada Puskesmas Sindang Jaya
• Keluhan utama:
pasien mengeluh gatal pada bagian anus
• Riwayat penyakit sekarang:
pasien mengeluh gatal pada bagian anus selama 1 minggu, dialami pada
malam hari, ibu pasien menyadari bahwa pasien sulit untuk tidur pada malam hari
karena gatal di bagian bokong yang tidak kunjung hilang

• Riwayat penyakit dahulu:


pasien mengaku tidak pernah mengalami gejala ini sebelumnya
• Riwayat penyakit keluarga:
tidak ada yang mengalami gejala seperti ini di rumah pasien
• Riwayat kebiasaan:
sering tidak mencuci tangan sebelum makan dan sering mengendus tangan
sehabis menggaruk bokong
• Riwayat operasi:
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya
• Riwayat pengobatan:
Tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya
• Riwayat alergi:
Tidak ada riwayat alergi

II. Pemeriksaan Fisik


1) Status generalis
Keadaan umum : Pasien tidak tampak sakit
Kesadaran : Compos mentis, GCS 15
2) Berat badan : 32 kg
Tinggi badan : 100 cm
3) Tanda-tanda vital
• Suhu tubuh : 37 oC
• Laju napas : 18kali/menit
• Denyut jantung: 70kali/menit
• Tekanan darah : 120/80
4) Kepala
• Mata : Mata pasien normal, konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, gerakan bola mata normal.
• Mulut : Bibir tidak kering dan tidak pucat, tidak ada
sianosis sentral, gigi normal, lidah tidak kotor, gusi
tidak berdarah, tidak ada pembesaran tonsil
5) Leher
• Lymph node : Lymph node tidak membesar
6) Thoraks
• Inspeksi : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan dalam keadaan
statis dan simetris
Saat bernafas, bentuk dada normal, tidak ada retraksi
intercostal, tidak ada bekas luka, tidak ada spider navy.
Tidak terlihat otot bantu pernafasan. Tidak ada tanda barrel
chest, pectus excavatum
• Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris, tactile fremitus
normal pada lapang dada depan dan belakang, ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : Bunyi sonor pada kedua lapang paru, batas paru-
hati normal
• Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler, tidak terdapat
wheezing atau rhonki
7) Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Apex jantung tidak teraba
• Perkusi : Batas paru-jantung normal
• Auskultasi : S1 dan S2 normal, tidak terdapat murmur ataupun
gallop
8) Abdomen
• Inspeksi : Bentuk perut datar, tidak ada bekas luka, tidak ada
striae, tidak ada caput medusa, tidak tampak adanya massa
yang menonjol
• Auskultasi : Bising usus normal 8 kali/menit, tidak ada
metallic sound ataupun bruits
• Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan ataupun massa yang
teraba di 9 regio abdomen, tidak terdapat
pembesaran hepar, spleen, ataupun ginjal
• Perkusi : Timpani di 9 regio abdomen, tidak terdapat
shifting dullness, tidak terdapat nyeri ketok CVA
9) Kulit : Kulit berwarna sawo matang, tidak ada perubahan warna
kulit, terdapat bekas luka garukan pada bokong pasien

10) Genitalia
• Tidak dilakukan

III. Resume

Pasien bernama B berusia 8 tahun datang dengan keluhan sering terasa


gatal pada bagian anus sejak 1 minggu yang lalu. Gatal tersebut dirasakan pada
malam hari pada saat pasien hendak tidur. Pasien mengaku rasa gatal yang
dirasakan sangat menganggu tidur pasien, sehingga orang tua pasien mengaku
bahwa anaknya tampak kurang tidur. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
bekas garukan dan luka pada bagian bokong pasien
Masalah pasien yaitu rasa gatal pada bokong yang dirasakan pada malam
hari dan mengganggu tidur
Target yaitu dengan dilakukan scotch tape examination dan complete
blood count dapat menegakan diagnosis pasien tersebut

IV. Pemeriksaan penunjang


Tidak dilakukan
V. Diagnosis kerja
Rasa gatal pada bokong

VI. Diagnosis dugaan


Enterobiasis, ascariasis, scabies

VII. Terapi Farmakologis

Tidak diberikan

VIII. Rencana
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan:
• stool examination
• scotch tape test

Terapi medikamentosa:
albendazole/ mebendazole/ pyrantel pamoat
IX. Management dan edukasi
• Memeriksakan kondisi tersebut ke dokter
• Melakukan pemeriksaan scotch tape test agar bisa diamati di laboratorium
 Menjaga kebersihan diri dan berikan bedak untuk mengurangi gatal

IX. Tinjauan Pustaka


Enterobiasis / penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang
disebabkan oleh cacing Enterobius vermicularis. Enterobiasis merupakan infeksi
cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan dengan infeksi cacing lainnya.
Hal ini disebabkan karena adanya hubungan yang erat antara parasit ini dengan
manusia dan lingkungan sekitarnya. Parasit ini lebih banyak didapatkan diantara
kelompok dengan tingkat sosial yang rendah, tetapi tidak jarang ditemukan pada
orang-orang dengan tingkat sosial yang tinggi. Enterobiasis relatif tidak berbahaya,
jarang menimbulkan lesi yang berarti dan dapat sembuh dengan
sendirinya.(Soedarto, 1995) Enterobiasis juga merupakan penyakit keluarga yang
disebabkan oleh mudahnya penularan telur baik melalui pakaian maupun alat
rumah tangga lainnya. Anak berumur 5-14 tahun lebih sering mengalami infeksi
cacing Enterobius vermicularis dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih bisa
menjaga kebersihan.(Depkes RI, 1989) Penyebaran Enterobius vermicularis lebih
luas daripada cacing lain. Penularan dapat terjadi pada suatu keluarga atau
kelompok-kelompok yang hidup pada dalam satu lingkungan yang sama. Dari
hasil penelitian di daerah Jakarta timur melaporkan bahwa kelompok usia
terbanyak yang menderita enterobiasis adalah kelompok usia antara 5-10 tahun
yaitu terdapat 46 anak (54,1%) dari 85 anak yang diperiksa. (Gandahusada,2003)
(1)
Diagnosa dibuat dengan menemukan cacing dewasanya atau telurnya. Sering
tanda-tanda infeksi pertama adalah ditemukannya cacing dewasa didalam tinja
setelah enema atau didaerah sekitar anus. Telurnya jarang ditemukan didalam tinja
hanya dalam 5% orang-orang yang menderita infeksi ini. Telur paling mudah
ditemukan dengan menghapus daerah sekitar anus dengan “Scotch adhesive tape
swab” menurut Graham memberi hasil positif dengan presentase tertinggi dan
jumlah telur terbesar. Dengan cara ini sepotong “Scotch tape” ditempelkan pada
daerah sekitar anus, diambil dan diratakan di atas kaca sediaan untuk diperiksa.
“Swab” untuk menemukan telur sebaiknya dibuat pada pagi hari sebelum mandi
atau sebelum defekasi. (Onggowaluyo, 2001) (1)

Cara penularan Enterobius vermicularis dapat melalui 3 jalan : a. Penularan dari


tangan ke mulut penderita sendiri (autoinfeksi) atau pada orang sesudah
memegang benda yang tercemar telur infektif misalnya alas tempat tidur atau
pakaian dalam penderita. b. Melalui pernafasan dengan menghisap udara yang
tercemar telur cacing infektif. c. Penularan secara retroinfektifyaitu penularan yang
mengadakan migrasi kembali ke usus penderita dan tumbuh menjadi cacing
dewasa (Soedarto, 1995)(1)
Pengobatan untuk penderita Enterobiasis adalah mebendazole, albendazole dan
pyrantel pamoat. Obat teersebut diberikan dengan dosis satuan/ single dose dan
diulangi setelah 2 minggu. Apabila terdapat anggota keluarga yang mengalami
kejadian serupa anggota keluarga tersebut dapat diberikan obat yang sama dengan
penderita (2)
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan tangan,
tempat tidur atau pakaian yang dikenakan penderita juga harus ditangani dengan
hati-hati agar tidak terjadi penyebaran ke anggota keluarga yang lain (2)
Daftar Pustaka

1. Ii BAB, Enterobiasis A. No Title. 1995;4–12.


2. Pinworm (Enterobiasis, Oxyuriasis, Threadworm) - Chapter 3 - 2016 Yellow Book
| Travelers’ Health | CDC [Internet]. [cited 2017 Apr 27]. Available from:
https://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2016/infectious-diseases-related-to-
travel/pinworm-enterobiasis-oxyuriasis-threadworm

Anda mungkin juga menyukai