Anda di halaman 1dari 25

KEPERAWATAN ANAK

“HIPOSPADIA”
Kelompok 10
Nama Anggota Kelompok :

1. Alfianda Cinta Nurisma Chasanah (20052)


2. Diah Ayu Fitria Ningsih (20070)
3. Fadhilah Viananda (20075)
4. Rahma Safitri (20091)
Konsep dasar
Definisi Pemeriksaan
Hipospadia adalah kelainan kongenital Penunjang
berupa muara uretra yang terletak di 1. Rontgen
sebelah ventral penis dan 2. USG sistemkemihkelamin
proksimalujung penis. Letakmeatu 3. BNO-IVP karena biasanya pada
suretra bisa terletak pada grandular hipospadia juga disertai dengan
hingga perineal. (Basuki B. Purnomo) kelainan kongenital ginjal.
4. Kultur urine (Anak-hipospadia)

Etiologi Penatalaksanaan
Penyebab kelainan ini kemungkinan Penatalaksanaan hipospadia adalah dengan
bermula dari proses kehamilan juga karena jalan pembedahan. Tujuan prosedur
maskulinisasiin komplit dari genitalia pembedahan pada hipospadia adalah :
karena involusi yang prematur dari 1. Membuat penis yang lurus dengan
selinterstitial testis. Didalam kehamilan memperbaiki chordee
terjadi penyatuandigaris tengah lipatan 2. Membentuk uretra dan meatusnya yang
uretra tidak lengkap sehingga meatus uretra bermuara pada ujung penis (Uretroplasti)
terbuka pada sisi ventral penis. 3. Untuk mengembalikan aspek normal dari
genitalia eksterna (kosmetik)
Patofisiologi
Menurut Yudianto (2014)
Embrio yang berumur 2 minggu baru terbentuk lekukan ditengah-tengah yaitu
mesoderm yang kemudian bermigrasi keperifer, sehingga dapat memisah
kanektoderm dan endoderm, sedangkan dibagian kaudal nya tetap bersatu 2
lapisan yaitu ektoderm dan endoderm.

Menurut Sakti (2018)


Dalam jurnalnya menyebutkan bahwa terjadinya hipospadia terjadi pada saat
perkembangan embrio (pembentukan saluran kemih) pada minggu ke-7 sampai
minggu ke-16 usia kehamilan yang dipengaruhi oleh kadar hormon androgen dan
esterogen. Faktor resiko terjadinya hipospadia masih belum diketahui secara pasti,
namun peranan genetik, endokrin, dan lingkungan luar dapat mempengaruhi
esterogen.
Pathway Hipospadia
Klasifikasi
Klasifikasi yang paling sering
digunakan adalah klasifikasi Duckett
yang membagi hipospadia menjadi 3
lokasi, yaitu
1.Anterior (Glandular, coronal, dan
distal penile),
2.middle (midshaft dan proximal
penile)
3.Posterior (Penoscrotal, scrotal,
danperineal).Lokasi yang paling
seringditemukanadalahdisubcoronal.
.

Klasifikasi berdasarkan derajat

Mild hypospadia/ Grade 1, yaitu muara uretra dekat dengan lokasi normal dan berada pada ujung tengah glans (glanular,
coronal, subcoronal)
Moderate hypospadia/ Grade 2, muara urethra berada ditengah-tengah lokasi normal dan scrotal (Distal penile, Midshaft)

Severe hypospadia/ Grade 3 & 4, yaitu muara urethra berada jauh dari lokasi yang seharusnya (Perineal, Scrotal,
Penoscrotal).
Komplikasi
Hematoma Fistula Urethrokutaneus

Infeksi pada luka operasi Stenosis Meatal

Infeksi saluran kemih Rekuren atau persistent chordee

Retensi urine
Striktur Urethra
Pengkajian
 
1. Identitas pasien
Asuhan Nama
Umur
: An. P
: 10 thn
keperawatan Jenis Kelamin
Diagnosa Medis
: Laki-laki
: Hypospadia
Keluhan utama : Saat kencing pasti merembes didaerah
pangkal penisnya
2. Riwayat penyakit sekarang:
• Keluhan utama
Ibu pasien menyatakan ketika pasien buang air kecil, urinenya keluar dari bawah
penis bukan dari ujung penis
• Awal serangan
Ibu pasien menyatakan saat pasien kelas 2 SD pasien sudah melaksanakan
operasi pertama
• Timbul keluhan
Akut
• Upaya pengobatan
Pasien dibawa ke rumah sakit A dan dilakukan operasi yang pertama pada saat
pasien kelas 2 SD. Pasien sudah mengalami operasi hypospadia sebanyak 8 kali
Lanjutan…
 
Asuhan 3. Riwayat kesehatan masa lalu:
• Riwayat Pranetal
keperawatan Selama hamil, ibu control rutin di puskesmas dan bidan
terdekat tempat tinggalnya dan ANC dilakukan sebanyak 4-5 kali
selama kehamilan. Terdapat riwayat muntah. Tidak mempunyai
riwayat hipertensi, maupun pendarahan selama kehamilan.
• Riwayat Natal
Pasien (anak) lahir di klinik bidan, ditolong bidan, secara
spontan, pada umur kehamilan 38 minggu, BBL 3000 gram, PB
42 cm. Anak langsung menangis, tidak ada kejang maupun ikterik,
namun pasien tidak mempunyai lubang anus.
• Riwayat Postnatal
Ibu menyatakan rutin membawa anaknya untuk imunisasi di
bidan dan control di puskesmas. Imunisasi yang pernah dilakukan
ialah; vaksin BCG, Hepatitis B, DPT, Polio dan campak
Lanjutan…

4. Pemeriksaan fisik
Asuhan • Keadaan Umum
Post op
keperawatan Tingkat kesadaran : composmentis
• Tanda vital
a. Nadi : 100x/menit
b. Suhu : 36,6°C
c. Respira : 24x/menit
• Status Gizi
BB : 47 kg
TB : 137 cm
IMT: 47 kg/ (1,37)²
= 25,04 kg/m² (berat badan berlebih)
5. Pemeriksaan Cephalo Caudal
• Kulit
Kulit pasien berwarna kuning langsat, tidak ada ikterik, warna kulit bagian
kaki dan tangan sama dengan bagian sekitarnya. Capilarry refill <2 detik,
kulit pasien teraba hangat normal.
• Kepala
Bentuk kepala pasien normocephal. Rambut pasien berwarna hitam, lebat,
dan rapi, tidak ada ketombe, wajah simetris
Lanjutan…
 
• Mata
Asuhan Mata pasien tidak tampak sembab, konjungtiva tidak anemis,
keperawatan refleks terhadap cahaya baik, tidak terdapat udem palpebral, tidak
ikterik.
• Telinga
Bentuk normal, daun dan lubang telinga pasien bersih, tidak
keluar cairan, fungsi pendengaran baik
• Hidung
pernapasan cuping hidung tidak ada, posisi septum simetris,
tidak ada secret yang keluar dari hidung.
• Mulut
Mulut utuh, tidak ada bibir sumbing, palatum utuh, tidak ada
sariawan, membran mukosa bibir lembab.
• Leher
Bentuk leher pasien simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan tambahan, JVP tidak meningkat, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid.
Lanjutan…
 
• Dada (paru-paru dan jantung)

Asuhan 1) Inspeksi
Dada simetris, tidak ada retraksi, diameter anteroposterior : lateral 1:1,

keperawatan saat bernapas pergerakan sama dan tidak ada bagian yang tertinggal
Tidak ada lesi, ikterik, keloid, warna kulit merata,
pergerakkannya.
iktus kordis tidak terlihat.
2) Palpasi
tidak terdapat nyeri tekan, iktus kordis teraba normal
3) Perkusi
Suara sonor pada paru kanan dan kiri, suara IC 4-5 sinistra redup
4) Auskultasi
Seluruh lapang dada terdengar suara vesikuler, tidak ada murmur dan gallop
• Abdomen
1) Inspeksi
Bentuk simetris, terdapat luka bekas op dibagian abdomen kuadran kanan bawah
2) Auskultasi
Tidak terdengar suara bising usus
3) Perkusi
Terdengar suara timpani di semua kuadran abdomen
4) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat massa abnormal, tidak ada hepatomegaly dan
splenomegaly
Lanjutan
 
• Pemeriksaan penunjang
Asuhan 1) Pemeriksaan Lab

keperawatan
Analisa Data Post Operasi

Asuhan No Data Masalah Penyebab

keperawatan 1. Ds:
- Pasien mengatakan nyeri pada penis karena
Nyeri akut Agen cidera
fisik (proses
bekas operasi. (SDKI, pembedahan)
P : nyeri timbul saat diam atau bergerak D.0077 hal.
Q : nyeri seperti terkena benda tajam 172)
R : nyeri pada penis
S : skala nyeri 5 dari 10
T : semakin parah jika digerakan nyeri pada
bagian anus yang dilakukan operasi.

Do:
- Terdapat luka bedah pada penis dan terbalut
kasa steril.
- Luka tampak bersih tidak ada rembesan darah,
dan tanda-tanda inflamasi.
- Pasien tampak menahan nyeri
- Nadi 100x/menit
Lanjutan…
No Data Masalah penyebab
2. Ds : Risiko infeksi Ketidakadekutan
- Pasien mengatakan nyeri pada pertahan tubuh
penis karena bekas operasi (SDKI, D.0142 primer ditandai
Hal 304) dengan kerusakan
Do : intergritas kulit
- Terdapat luka bedah pada (Luka post
penis dan terbalut kassa steril. pembedahan)
- Luka tampak bersih, tidak ada
rembesan darah, dan tidak ada
tanda-tanda inflamasi
- Pasien tampak menahan nyeri
- Suhu : 36,6C
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Dx. keperawatan Tanggal di Tanggal Paraf nama
temukan teratasi jelas
1. Nyeri akut b.d agen cidera fisik (proses pembedahan) yang 13 Maret Kelompok 6
ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada penis 2022
karena bekas operasi
P : nyeri timbul saat diam atau bergerak
Q : nyeri seperti terkena benda tajam
R : nyeri pada penis
S : skala nyeri 5 dari 10
T : semakin parah jika digerakan nyeri pada bagian anus
yang dilakukan operasi terdapat luka bedah penis dan
terbalut kassa steril, luka tampak bersih, tidak ada
rembasan darah, dan tidak ada tanda-tanda inflamasi

2. Resiko infeksi b.d Ketidakadekutan pertahan tubuh primer 13 Maret Kelompok 6


ditandai dengan kerusakan intergritas kulit (Luka post 2022
pembedahan)
Perencanaan Keperawatan
No. Tujuan Intervensi Rasional
Diagnosa
1. Setelah dilakukan tindakan Observasi : - Mengetahui tingkat
keperawatan selama 3 x 24 jam, - Identifikasi skala nyeri nyeri
diharapkan nyeri pada pasien - Identifikasi tanda-tanda vital - Tanda-tanda vital
berkurang sampai hilang dengan sebagai indikator
kriteria hasil : Terapeutik : terjadinya nyeri
- Pasien mengatakan nyeri - Berikan posisi yang nyaman - Posisi nyaman dapat
berkurang mengurangi rasa
- Skala nyeri 3 Edukasi : nyeri
- Ajarkan terapi non farmakologis - Napas dalam dapat
(SLKI, L.08066 Hal. 145) untuk mengurangi rasa nyeri (napas memaksimalkan
dalam ) kadar O2 dalam
tubuh sehingga
Kolaborasi : membuat relaks
- Kolaborasi pemberian analgetik - Analgetik membantu
mengurangi nyeri
(SIKI, I.08238 Hal. 201) secara farmakologis
Lanjutan…
No. Tujuan Intervensi Rasional
Diagnosa
2. Setelah dilakukan tindakan Observasi : - Indikator terjadinya
keperawatan selama 3 x 24 jam, - Identifikasi tanda-tanda vital infeksi
tidak terjadi infeksi pada pasien - Identifikasi post operasi meliputi - Mengetahui kondisi
dengan kriteria hasil: kebersihan dan tanda-tanda infeksi luka post operasi
-Tidak ada tanda-tanda inflamasi - Perawatan luka
(rubor, kalor, dolor) Terapeutik : dengan prinsip steril
- Suhu dalam batas normal (36,5 - - Lakukan perawatan luka dengan mencegah terjadinya
37,5°C) prinsip steril infeksi
- Mengurangi tingkat
(SLKI hal. 183) Edukasi : pajanan patogen
- Anjurkan keluarga untuk menjaga penyebab infeksi
area post operasi tetap bersih dan - Antibiotik bekerja
kering sebagai
bakterioskatis
Kolaborasi : (menghambat
- Pemberian antibiotik pertumbuhan
bakteri) secara
(SIKI hal. 505) farmakologi
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Diagnosa 1 : Nyeri Akut b.d agen cidera fisik (proses pembedahan
Tanggal/Waktu Implementasi Tanggal/Waktu Evaluasi
13/03/2022 13/03/2022 S : Paien mengatakan
12.30 Wib Mengkaji tingkat nyeri 13.00 Wib masih merasakan nyeri
12.30 Wib Mengkaji tanda-tanda vital dengan skala 5 pada
12.35 Wib Mengajarkan Teknik nafas dalam rentang 1-10
O:
• RR : 24 x/menit
• Nadi : 96 x/menit
• Pasien masih tampak
menahan nyeri
A : Nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
• Kaji tingkat nyeri
• Kaji tanda-tanda vital
• Ajarkan Teknik nafas
dalam
• Kolaborasi pemberian
Novalgin 2 x 300 mg
Lanjutan…
Tanggal/Waktu Implementasi Tanggal/Waktu Evaluasi
14/03/2022 14/03/2022 S : Pasien mengatakan
09.00 Wib Mengkaji tingkat nyeri 12.00 Wib nyeri berkurang menjadi 3
09.00 Wib Mengkaji tanda-tanda vital O:
09.00 Wib Mengajarkan Teknik nafas • RR : 20 x/menit
dalam • Nadi : 88 x/menit
10.00 Wib Memberikan analgetik • Suhu : 36℃
Nolavgin 300 mg IV • Pasien tampak relaks
A : Nyeri teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
Kaji tingkat nyeri
Kaji tanda-tanda vital
Kolaborasi pemberian
Novalgin 2 x 300 mg
Lanjutan…
Tanggal/Waktu Implementasi Tanggal/Waktu Evaluasi
14/03/2022 14/03/2022 S : Pasien mengatakan skala
22.00 Wib Mengkaji tingkat nyeri 21.30 Wib nyeri 3
O : Pasien tidak tampak
menahan nyeri
A : Nyeri teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
Kaji tingkat nyeri
Kaji tanda-tanda vital
15/03/2022 15/03/2022 S:
06.00 Wib Mengkaji tingkat nyeri 07.00 Wib • Pasien mengatakan sudah
06.00 Wib Mengkaji tanda-tanda tidak merasakan nyeri.
vital Skala nyeri 0
• Pasien mengatakan sejak
setelah operasi (Hari
senin) pasien tidak
menggosok gigi dan tidak
mandi
Tanggal/Waktum Implementasi Tanggal/Waktu Evaluasi

O:
• Nadi : 80 x/menit
• Suhu : 36℃
• Pasien tampak berganti
pakaian
• Rambut pasien tampak acak-
acakan
• Gigi pasien tampak sedikit
kuning
A : Defisit perawatan diri
P:
• Anjurkan pasien mandi 2x
sehari
• Anjurkan pasien menggosok
gigi setelah makan dan
sebelum tidur
• Anjurkan keluarga untuk
membantu menjaga
kebersihan anaknya
Diagnosa 2 : Resiko Infeksi b.d Luka post pembedahan

Tanggal/Waktu Implementasi Tanggal/Waktu Evaluasi


13/03/2022 13/03/2022 S : Pasien mengatakan daerah
12.30 Wib Mengkaji tanda-tanda vital 13.00 Wib sekitar post operasi tidak gatal
12.30 Wib Mengkaji luka post operasi dan panas
O:
• Nadi : 96 x/menit
• Suhu : 36,6℃
• Balutan luka post operasi
tampak bersih, tidak
kemerahan, tidak bengkak
A : Resiko infeksi teratasi
sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
• Kaji tanda-tanda vital
• Kaji luka post operasi
• Kolaborasi pemberian
cefotaxime 2 x 500 mg
Lanjutan…
Tanggal/Waktu Implementasi Tanggal/Waktu Evaluasi

14/03/2022 14/03/2022 S : Pasien mengatakan daerah sekitar


09.00 Wib Mengkaji tanda-tanda 11.00 Wib post operasi tidak gatal dan panas
09.30 Wib vital O:
10.00 Wib Mengkaji luka post • Nadi : 88 x/menit
operasi • Suhu : 36℃
Memberikan antibiotic • Balutam luka post operasi tampak
Cefotaxime 500 mg IV bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi
(kemerahan, bengkak, panas, dan
nyeri)
A : Resiko Infeksi teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
• Kaji tanda-tanda vital
• Kaji luka post operasi
• Lakukan perawatan luka
• Kolaborasi pemberian Cefotaxime 2
x 500 mg IV
Kesimpulan

Hipospadia adalah suatu keadaan dengan lubang uretra


terdapat pada penis bagian bawah, bukan diujung penis.
Kondisi hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra
terletak disekitar ujung penis yaitu pada glands penis.
Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika lubang uretra
terdapat ditengah batang penis atau pada pangkal penis, daan
kadang pada skrotum atau dibawah skrotum. Kelainan ini sering
berhubungan dengan kordi. Yaitu suatu jaringan vibrosa yang
kencang yang menyebabkan penis melengkung ke bawah saat
ereksi.

Anda mungkin juga menyukai