Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan menurut (Depkes RI, 2009) adalah setiap
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Sistem pelayanan kesehatan
dewasa ini mengutamakan pelayanan berpusat pada pasien dan keluarga
(patient-and family-centered care) untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas, kepuasan kepada pasien dan terhindar dari kejadian yang tidak
diharapkan (Levey and Loomba, 1973 dalam Arsita, 2010).
Salah satu ilmu yang mempelajari tentang pelayanan kesehatan
individu dan keluarga adalah ilmu kedokteran keluarga. Ilmu kedokteran
keluarga adalah ilmu yang mempelajari dinamika kehidupan keluarga
dalam lingkungannya, pengaruh penyakit dan keturunan terhadap fungsi
keluarga, pengaruh fungsi keluarga terhadap timbul dan berkembangnya
penyakit serta permasalahan kesehatan keluarga, berbagai cara pendekatan
kesehatan untuk mengembalikan fungsi keluarga dalam keadaan normal
(Anggraini, et al. 2015).
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga,
ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi
sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif
tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya ( home
visit) agar tetap dalam kondisi kesehatan yang baik (IDI, 1982).
Kunjungan rumah (Home Visit) adalah kedatangan petugas kesehatan ke
rumah pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau
memberikan pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan pasien. Manfaat dari home visit adalah 1) dapat lebih
meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien, 2) dapat lebih menjamin

1
terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien, 3) dapat lebih
meningkatkan kepuasan pasien, 4) dapat lebih meningkatkan hubungan
dokter-pasien (Murti, 2011)
Mengingat bahwa pengetahuan tentang home visit yang dilakukan
dokter keluarga sangat penting untuk diketahui oleh mahasiswa
kedokteran, maka dari itu kami akan melakukan Tugas Pengenalan Profesi
yaitu Home Visit Bekerja Sama dengan Klinik Opina yang bertujuan untuk
meningkatkan dan mengembangkan ilmu kedokteran agar menjadi lebih
holistik dan komprehensif yang berorientasi pada keluarga dalam hal mutu
dan pembiayaan serta pendekatan keluarga.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pelaksanaan home visit di klinik Opina?

1.3 Tujuan Tugas Pengenalan Profesi


1.3.1 TujuanUmum
Setelah menyelesaikan Tugas Pengenalan Profesi ini, diharapkan
mahasiswa mampu memahami tentang pelaksanaan kegiatan home
visit oleh kedokteran keluarga di klinik Opina.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan Tugas Pengenalan Profesi ini, diharapkan
mahasiswa mampu :
a. Mahasiswa melakukan penetapan permasalahan pasien Klinik
Opina saat melakukan home visit ke rumah pasien tersebut.
b. Mahasiswa melakukan diagnosis secara holistik terhadap
permasalahan kesehatan pasien Klinik Opina saat melakukan
home visit ke rumah pasien tersebut.
c. Mahasiswa mengetahui bagaimana peranan keluarga dalam
mempengaruhi kesehatan pasien Klinik Opina saat melakukan
home visit ke rumah pasien tersebut.
d. Mahasiswa mengetahui cara penanganan masalah pasien dan
keluarganya.

2
1.4 Manfaat Tugas Pengenalan Profesi
1. Untuk penulis dapat menambah ilmu pengetahuan dan sebagai
bahan pembanding antara teori yang didapat selama kuliah tentang
home visit yang dilakukan kedokteran keluarga dan praktek di
lapangan.
2. Untuk pembaca diharapkan dapat menambah ilmu tentang kegiatan
home visit oleh dokter keluarga.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kedokteran Keluarga


Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan
penyediaanpelayanan komprehensif bagi semua orang yang
mencaripelayanan kedokteran, dan mengatur pelayanan oleh provider
lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima
semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokterantanpa adanya
pembatasan usia, gender, ataupun jenis penyakit. Dikatakan pula bahwa
dokter keluarga adalah dokter yangmengasuh individu sebagai bagian dari
keluarga dan dalam lingkupkomunitas dari individu tersebut. Tanpa
membedakan ras, budaya,dan tingkatan sosial. Secara klinis, dokter ini
berkompeten untukmenyediakan pelayanan dengan sangat
mempertimbangkan danmemperhatikan latar belakang budaya,
sosioekonomi, danpsikologis pasien. Dokter ini bertanggung
jawabatas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan bersinambun
g bagi pasiennya (WONCA, 1991).
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan
pelayanankesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat
kepadakeluarga, tidak hanya memandang penderita sebagai individu
yangsakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak hanyamenanti
secara pasif, tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderitaatau keluarganya
(Ikatan Dokter Indonesia, 1982).
Dokter keluarga (DK) merupakan dokter praktek umum (DPU) dan
dokter pelayanan primer (DPP) yang menerapkan pendekatan kedokteran
keluarga (Wonodirekso, 2009). Sebagai DPU, dokter keluarga memiliki
cakupan pelayanan tidak dibatasi oleh golongan usia, jenis kelamin,
organologi, jenis penyakit dan status sosial. Dan sebagai DPP, dokter
keluarga melakukan kontak pertama dengan pasien dan kewenangannya
sebatas pelayanan kesehatan tingkat primer atau bukan spesialistik.

4
Penerapan konsep kedokteran keluarga diperoleh dokter lulusan melalui
pendidikan lanjutan khusus (Abrori, 2010).

2.2 Karakteristik Kedokteran Keluarga


Karakteristik dokter keluarga menurut Kurniawan (2015) yaitu :
1) Tempat kontak medis pertama dalam sebuah sistem pelayanan
kesehatan, membuka dan menyelengarakan akses tak terbatas kepada
penggunanya, menggarap semua masalah kesehatan, tanpa
memandang golongan usia, jenis kelamin, atau karakter individual
yang dialayani.
2) Memanfaatkan sumber daya secara efisien, melalui sistem pelayanan
yang terkoordinasi, kerjasama dengan paramedis lainnya di layanan
primer, dan mengatur keperluan akan layanan spesialis dan dibuka
peluang untuk advokasi bagi pasien jika diperlukan.
3) Mengembangkan “person-centred approach” berorientasi pada
individu, keluarganya, dan komunitasnya.
4) Mempunyai cara konsultasi yang unik yang menggambarkan
hubungan dokter-pasien sepanjang waktu, melalui komunikasi efektif
antara dokter-pasien.
5) Mempunyai proses pengambilan keputusan yang istimewa
mempertimbangkan insidens dan prevalens penyakit di masyarakat.
6) Menangani masalah kesehatan akut dan kronik setiap individu pasien.
7) Menangani penyakit yang masih belum jelas dalam fase dini, yang
mungkin memerlukan intervensi segera.
8) Meningkatkan taraf kesehatan dan kesejahteraan melalui intervensi
yang pas dan efektif.
9) Mempunyai tanggung jawab khusus untuk kesehatan masyarakat.
10) Mengelola masalah kesehatan dalam dimensi jasmani, rohani
(psikologi) sosial, kultural, dan eksistensial.

5
2.3 Tujuan Pelayanan Dokter Keluarga
Menurut Wahyuni (2003), tujuan pelayanan dokter keluarga dibagi
atas dua, yaitu:
1) Tujuan Umum
Terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.
2) Tujuan Khusus
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran
yang lebih efektif.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran
yang lebih efisien.
Menurut Erdiyanto (2014), tujuan pelayanan dokter keluarga yaitu:
1) Memadukan setiap profesi Dokter Keluarga di Indonesia guna
meningkatkan harkat, martabat dan kehormatan diri profesi kedokteran
keluarga, mengembangkan ilmu pengetahuan dan
2) Teknologi kedokteran khususnya di bidang kedokteran keluarga Serta
meningkatkan
3) Derajat kesehatan setiap keluarga di Indonesia menuju masyarakat
sehat, adil dan makmur

2.4 Prinsip kedokteran Keluarga


Prinsip kedokteran keluarga yang dipraktekkan:
1) Komprehensif dan holistik
2) Kontinu
3) Mengutamakan pencegahan
4) Koordinatif dan kolaboratif
5) Personal sebagai bagian integral dari keluarganya
6) Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan
7) Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum
8) Sadar biaya dan sadar mutu
9) Dapat diaudit dan dipertangungjawabkan.
(Kurniawan, 2015)

6
2.5 Manfaat Pelayanan Dokter Keluarga
Sungguhnya apabila pelayanan dokter keluarga
dapatdiselenggarakan dengan baik, akan banyak manfaat yangdiperoleh.
Manfaat yang dimaksud antara lain adalah (cambridge research institute,
1976)
a. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit
sebagaimanusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan
yangdisampaikan.
b. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakitdan
dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan.
c. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akanlebih
baik dan terarah, terutama di tengah - tengahkompleksitas pelayanan
kesehatan saat ini.
d. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadusehin
gga penanganan suatu masalah kesehatan tidakmenimbulkan
berbagai masalah lainnya.
e. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan,
makasegala keterangan tentang keluarga tersebut, baik
keterangankesehatan dan ataupun keterangan keadaan sosial
dapatdimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yangsedang
dihadapi.
f. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang
mempengaruhitimbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan
psikologis.
g. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengantata
cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal dankarena itu akan
meringankan biaya kesehatan.
h. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokterancanggi
h yang memberatkan biaya kesehatan.

7
2.6 Definisi Kunjungan Rumah (Home Visit)
Secara sederhana yang dimaksud dengan kunjungan rumah (home
visit) adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien untuk lebih
mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Sedangkan yang dimaksud
dengan perawatan pasien di rumah (home care) adalah apabila pertolongan
kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut tidak termasuk lagi dalam
kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory services), tetapi dalam
kelompok rawat inap (hospital-ization). Jika diperhatikan kedua batasan di
atas, ruang lingkup kegiatan pada kunjungan rumah lebih bersifat terbatas
jika dibandingkan dengan ruang lingkup kegiatan pada perawatan pasien
di rumah. Ruang lingkup kegiatan pada kunjungan rumah hanya untuk
lebih mengenal kehidupan pasien serta melakukan pertolongan kedokteran
yang bersifat rawat jalan saja. Sedangkan pada perawatan pasien di rumah,
ruang lingkup kegiatan tersebut telah mencakup kegiatan pertolongan
kedokteran yang bersifat rawat inap (Prasetyawati, 2010).

2.7 Tujuan Dilakukan Kunjungan dan Perawat di Rumah dalam


Kedokteran Kelurga
Menurut Montauk (1998), alasan dilakukannya kunjungan dan
perawatan rumah adalah sebagai berikut:
1) Penyakit yang terjadi lebih sering pada pasien usia lanjut meningkat
bersamaan sebagai penduduk usia.
2) Kemajuan medis memungkinkan manajemen yang lebih baik dari
penyakit kronis dan tidak dapat disembuhkan.
3) Ketersediaan luas lebih dari layanan teknologi tinggi telah
mengakibatkan peningkatan biaya rumah sakit.
4) Pasien (atau pengasuh) sering keinginan untuk menghindari perawatan
mahal berkepanjangan pada akhir kehidupan.
Menurut Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (2006), banyak
alasan kenapa kunjungan dan perawatan pasien di rumah perlu dilakukan
oleh dokter keluarga, yakni :

8
1) Untuk lebih mengenal kehidupan pasien
Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran menyeluruh,
karena itu diperlukan tersedianya data yang lengkap tentang keadaan
pasien, sehingga dapat mengetahui kehidupan pasien secara lebih lengkap.
Untuk dapat mengumpulkan data ini dapat dilakukan dengan kunjungan ke
rumah pasien.
2) Untuk melakukan pertolongan kedokteran
Salah satu karakteristik pokok pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan
kedokteran yang berkesinambungan. Untuk dapat mewujudkan pelayanan
kedokteran yang seperti ini, pelayanan dokter keluarga yang baik harus
bersifat aktif, dalam arti, jika memang diperlukan, melakukan kunjungan
dan atau merawat pasien di rumah pasien.
Banyak alasan kenapa pertolongan kedokteran perlu dilakukan
melalui kunjungan dan ataupun perawatan di rumah tersebut. Di antaranya
yang dipandang mempunyai peranan yang amat penting, yakni :
a. Keadaan kesehatan pasien tidak memungkinkan untuk datang ke
tempat praktek
Keadaan kesehatan pasien yang tidak memungkinkan untuk datang
ke tempat praktek menjadi alasan dilakukan pertolongan kedokteran
melalui kunjungan dan atau perawatan di rumah. Keadaan tersebut
dibedakan atas tiga macam, yakni :
1) Pasien menderita penyakit akut yang tidak memungkinkan
pasien untuk dibawa ke tempat praktek.
2) Pasien menderita penyakit kronis.
3) Pasien menderita penyakit stadium.
b. Keadaan pasien yang sekarat
Keadaan pasien yang sekarat menjadi salah satu alasan pertolongan
kedokteran perlu dilakukan melalui kunjungan rumah, dengan tujuan
untuk:
1) Dukungan moral.
2) Terminal care.
c. Kunjungan penilaian rumah

9
Jenis utama dari kunjungan rumah adalah salah satunya dengan
melakukan penilaian rumah. Dengan melakukan penilaian rumah maka
dapat di identifikasi hal-hal yang menyebabkan permasalahan pada
pasien. Penilaian tersebut berupa:
1) Polifarmasi atau masalah kesehatan lainnya.
2) Pasien yang terisolasi secara sosial, misalnya lumpuh.

2.8 Faktor-Faktor Pendorong Kunjungan Rumah


Faktor - faktor pendorong yang dimaksudkan di sini secara umum
dapat dibedakan atas tiga macam, yakni :
1) Makin meningkatnya usia hidup rata - rata anggota masyarakat
Faktor pertama yang diperkirakan mempunyai peranan yang amat
besar dalam mendorong makin pentingnya pelayanan kunjungan
dalam perawatan pasien di rumah adalah makin meningkatnya usia
hidup rata - rata dari anggota masyarakat. Akibatnya jumlah penduduk
lanjut usia akan semakin banyak ditemukan. Keadaan yang seperti ini
pasti akan besar peranannya dalam mengubah sistem pelayanan
kedokteran. Sebagai akibat dari masalah kesehatan penduduk lanjut
usia yang bersifat khas, menyebabkan pelayanan kedokteran telah
tidak dapat lagi jika hanya mengandalkan diri pada pelayanan yang
bersifat pasif saja. Untuk hasil yang optimal dari pelayanan
kedokteran orang usia lanjut tersebut diperlukan pelayanan kedokteran
yang lebih aktif, yang antara lain dapat diwujudkan melalui pelayanan
kunjungan dan perawatan pasien di rumah.
2) Makin meningkatnya biaya pelayanan rawat inap di rumah sakit
Pada saat ini, sebagai pengaruh dari berbagai faktor, termasuk
penggunaan berbagai alat kedokteran canggih, menyebabkan biaya
pelayanan kesehatan, terutama pelayanan rawat inap di rumah sakit,
tampak semakin meningkat. Dalam keadaan yang seperti ini tidak
mengherankan jika banyak anggota masyarakat mencoba menghindar
dari perawatan rumah sakit. Atau kalaupun sempat dirawat, berusaha
untuk segera pulang, meskipun sebenarnya keadaan kesehatan orang

10
tersebut belum sepenuhnya pulih. Untuk dapat tetap memperoleh
pertolongan kedokteran sesuai dengan kebutuhan, banyak anggota
masyarakat akhirnya memang lebih suka memilih perawatan di rumah
saja untuk hasilnya yang optimal, jelas sangat memerlukan pelayanan
kunjungan dan ataupun perawatan pasien di rumah.
3) Karena desakan program asuransi kesehatan
Sebagai akibat dari makin meningkatnya biaya kesehatan, banyak
pihak mulai mengembangkan program asuransi kesehatan. Untuk
memperkecil risiko finansial, perusahaan asuransi kesehatan biasanya
tidak memperlakukan sistem pembiayaan atas dasar tagihan
(indemnity), melainkan atas dasar kapitasi (capitation). Dengan sistem
pembiayaan yang seperti ini, tidak ada pilihan lain bagi dokter kecuali
aktif menyelenggarakan pelayanan pencegahan penyakit, yang antara
lain dapat dilakukan melalui pelayanan kunjungan dan perawatan
pasien di rumah.
(Azwar dan Trihono, 2000)

2.9 Manfaat Kunjungan dan Perawatan di Rumah dalam Kedokteran


Keluarga
Menurut Azwar (1999), apabila kunjungan dan atau perawatan di
rumah dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, akan diperoleh banyak
manfaat. Beberapa dari manfaat tersebut antara lain adalah:
1) Dapat lebih meningkatkan pemahaman dokter tentang pasien
Adanya peningkatan pemahaman yang seperti ini mudah dimengerti,
karena memanglah dengan dilakukannya kunjungan dan atau
perawatan pasien di rumah tersebut, dokter akan memperoleh banyak
keterangan tentang pasien yang dimaksud.
2) Dapat lebih meningkatkan hubungan dokter - pasien
Sama halnya dengan pemahaman, peningkatan hubungan dokter -
pasien ini adalah juga sebagai hasil dari dilakukannya kunjungan dan
atau perawatan pasien di rumah.

11
3) Dapat lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pasien Dengan makin meningkatnya pemahaman dokter
tentang keadaan pasien, dan atau dengan makin baiknya hubungan
dokter - pasien, berarti sekaligus akan meningkatkan pula
pemahaman dokter tentang kebutuhan serta tuntutan kesehatan
pasien. Adanya pemahaman yang seperti ini jelas akan berperanan
besar dalam upaya lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan
tuntutan kesehatan pasien.
4) Dapat lebih meningkatkan kepuasan pasien
Pelayanan kedokteran yang dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan
kesehatan pasien, apalagi jika disertai dengan hubungan dokter -
pasien yang baik, pasti mempunyai peranan yang amat besar dalam
lebih meningkatkan kepuasan pasien (patient satisfaction). Sesuatu
yang pada akhir - akhir ini telah disepakati sebagai salah satu tolok
ukur yang paling penting dari pelayanan kesehatan yang bermutu.

2.10 Tata Cara Kunjungan Pasien di Rumah


Menurut Azwar (1999) Tata cara kunjungan pasien di rumah
mencakup bidang yang amat luas. Jika ditinjau dari tenaga pelaksana, dap
at dibedakan atas dua macam. Pertama, dilakukan sendiri oleh dokter
yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga. Kedua, dilakukan
oleh petugas kesehatan khusus, lazimnya tenaga paramedis, yang telah
mendapatkan pelatihan.
Sedangkan, jika ditinjau dari pihak yang mengambil inisiatif, juga
dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, atas inisiatif dokter keluarga
yang melaksanakan pelayanan dokter keluarga. Kedua, atas inisiatif pasien
yang memerlukan pertolongan kedokteran dari dokter keluarga.
Hanya saja, terlepas dari kategori tenaga yang akan melaksanakan
dan atau para pihak yang mengambil inisiatif, suatu kunjungan pasien di
rumah yang baik memang harus mengikuti suatu tata cara tertentu. Tata
cara yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam hal,
yaitu :

12
1) Untuk Mengumpulkan Data tentang Pasien
Jika tujuan kunjungan rumah adalah untuk mengumpulkan data
tentang pasien, tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi
Apabila memang ada kemampuan, seyogyanya dokter keluarga
dapat melakukan kunjungan rumah kepada semua keluarga yang
menjadi tanggung jawabnya, terutama apabila keluarga tersebut
merupakan pasien baru. Tetapi apabila kemampuan tersebut tidak
dimiliki, kunjungan rumah untuk pengumpulan data cukup
dilakukan terhadap keluarga yang sangat membutuhkan saja, yakni
keluarga yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi (high risk
family), seperti misalnya menderita penyakit menular, isteri sedang
hamil, atau keluarga dengan anak balita. Siapkanlah daftar nama
keluarga yang akan dikunjungi tersebut.
b. Mengatur jadwal kunjungan
Tidak ada gunanya melakukan kunjungan rumah apabila kepala
keluarga yang dapat menjelaskan tentang kehidupan keluarga yang
ingin diketahui danatau anggota keluarga yang ingin dikunjungi,
sedang tidak berada di tempat. Untuk menghindari kunjungan
rumah yang sia - sia ini, perlulah dilakukan pengaturan jadwal
kunjungan rumah yang sebaik - baiknya.
c. Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan
Macam data yang akan dikumpulkan banyak macamnya, yang
kesemuanya sangat tergantung dari masalah kesehatan yang ada
pada keluarga. Macam data minimal yang patut dikumpulkan
adalah tentang identitas keluarga, keadaan rumah dan lingkungan
pemukiman pasien, struktur keluarga (genogram), fungsi keluarga
serta interaksi anggota keluarga dalam menjalankan fungsi
keluarga. Data minimal ini sering disebut sebagai data dasar (data
base) keluarga dan atau disebut pula sebagai profil keluarga.

13
d. Melakukan pengumpulan data
Apabila ketiga persiapan di atas selesai dilakukan, kegiatan
dilanjutkan dengan melakukan kunjungan rumah serta
mengumpulkan data sesuai dengan yang telah direncanakan.
Kumpulkanlah data tersebut selengkap-lengkapnya, tetapi jangan
terburu-buru karena kecuali dapat meninggalkan kesan yang
kurang baik, juga biasanya data yang dikumpulkan melalui satu
kunjungan saja, sering tidak menggambarkan keadaan yang
sebenarnya.
e. Melakukan pencatatan data
Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah mencatat semua data
yang berhasil dikumpulkan. Catatan data dasar pasien ini biasanya
dilakukan pada rekam medis khusus yang disebut dengan nama
rekam medis keluarga.
f. Menyampaikan nasehat dan atau penyuluhan kesehatan
Sekalipun tujuan utama kunjungan rumah adalah untuk
mengumpulkan data pasien, namun sangat dianjurkan pada waktu
kunjungan rumah tersebut dapat sekaligus disampaikan nasehat dan
ataupun dilakukanpenyuluhan kesehatan, sesuai dengan hasil
temuan. Misalnya, menyampaikan nasehat tentang kebersihan
perseorangan, kebersihan lingkungan pemukiman, dan lain
sebagainya. Sesungguhnyalah melalui kunjungan rumah akan dapat
dikumpulkan data tentang pasien secara lengkap, yang jika
dilakukan hanya melalui wawancara di ruang praktek, hampir tidak
mungkin diperoleh. Pasien memang akan lebih bersikap terbuka
jika berada di lingkungan yang lebih dikenalnya, yakni lingkungan
rumah dan keluarganya,bukan lingkungan tempat praktek.

2) Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Dokter


Keluarga
Jika tujuan kunjungan rumah tersebut adalah untuk memberikan
pertolongan kedokteran atas inisiatif dokter keluarga, misalnya untuk

14
keperluan pelayanan tindaklanjut yang telah terjadwal dan disepakati
bersama, maka tata cara yang dilakukan mencakup enam kegiatan
pokok sebagai berikut :
a. Mempersiapkan jadwal kunjungan
Kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan
jadwal kunjungan yang berisikan daftar nama pasien yang akan
dikunjungi sesuai dengan tanggal dan jam kunjungan yang telah
ditetapkan dan disepakati oleh pasien. Ada baiknya jadwal
kunjungan tersebut disusun untuk satu minggu sekali.
b. Menyampaikan jadwal kunjungan yang telah disusun kepada
pasien
Jika keadaan memungkinkan ada baiknya jadwal kunjungan
tersebut disampaikan kepada pasien yang akan dikunjungi.
Misalnya melalui surat dan ataupun telepon, yang sebaiknya
disampaikan minimal tiga hari sebelum tanggal kunjungan.
Maksudnya untuk mengingatkan kembali pasien tentang
perjanjian kunjungan yang akan dilakukan, yang apabila ada
perubahan, masih sempat diperbaiki.
c. Mempersiapkan keperluan kunjungan
Sebelum berkunjung ke tempat pasien, dokter harus
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan
pertolongan kedokteran yang akan dilakukan. Jangan lupa pula
membawa rekam medis keluarga untuk pasien yang akan
dikunjungi tersebut.
d. Melakukan kunjungan dan pertolongan kedokteran
Sesuai dengan tanggal dan jam yang telah ditetapkan dalam
jadwal kunjungan, dokter keluarga berkunjung ke tempat pasien
serta melakukan pertolongan kedokteran sesuai dengan
keperluan pasien. Patut diingat dalam pertolongan kedokteran
ini termasuk pula pemberian nasehat atau penyuluhan kesehatan
yang ada hubungannya dengan kesehatan pasien.
e. Mengisi rekam medis keluarga

15
Kegiatan kelima yang dilakukan adalah mencatat semua hasil
temuan serta tindakan kedokteran yang dilakukan pada rekam
medis keluarga. lsilah rekam medis keluarga tersebut dengan
lengkap.
f. Menyusun rencana tidak lanjut
Kegiatan terakhir yang dilakukan adalah bersama pasien
menyusun rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu
dilakukan. Jika memang perlu pelayanan rawat inap di rumah
sakit, bicarakanlah dengan sebaik - baiknya.

3) Untuk Memberikan Pertolongan Kedokteran Atas Inisiatif Pasien Atau


Pihak Keluarga
Jika pihak yang mengambil inisiatif adalah pasien atau keluarganya,
yang biasanya terjadi apabila menderita penyakit yang bersifat
mendadak (acute), tata cara yang ditempuh adalah sebagai berikut :
a. Menanyakan selengkapnya tentang keadaan pasien
Kegiatan pertama yang dilakukan ialah menanyakan
selengkapnya tentang keadaan pasien yang memerlukan
kunjungan dan atau perawatan di rumah yang bersifat mendadak
tersebut. Jika panggilan melalui anggota keluarga, pertanyaan
dapat langsungditanyakan kepada anggota keluarga. Tetapi jika
panggilan diterima melalui telepon, usahakanlah berbicara
langsung dengan pasien yang memerlukan pertolongan
kedokteran di rumah tersebut.
b. Mempersiapkan keperluan kunjungan
Kegiatan kedua yang dilakukan adalah mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan, sesuai dengan pertolongan kedokteran
yang diperkirakan akan dilakukan. Bawalah semua alat dan
ataupun obat yangdiperlukan. Jangan lupa pula membawa rekam
medis keluarga untuk pasien yang akan memperoleh
pertolongan kedokteran tersebut.

16
c. Melakukan kunjungan serta pertolongan kedokteran
Kegiatan ketiga yang dilakukan adalah mengunjungi rumah
pasien serta melakukan pertolongan kedokteran sesuai dengan
keperluan pasien. Sama halnya dengan kunjungan rumah atas
inisiatif dokter, dalam pertolongan kedokteran yang
dimaksudkan di sini termasuk pula pemberian nasehatatau
penyuluhan kesehatan yang ada hubungannya dengan kesehatan
pasien.
d. Mengisi rekam medis keluarga
Kegiatan keempat yang dilakukan adalah mencatat semua hasil
temuan serta tindakan kedokteran yang dilakukan pada rekam
medis keluarga. Isilah rekam medis keluarga tersebut dengan
lengkap.
e. Menyusun rencana tindak lanjut
Kegiatan kelima yang dilakukan adalah bersama pasien
menyusun rencana pelayanan tindak lanjut yang perlu
dilakukan. Jika memang diperlukan pelayanan rawat inap di
rumah sakit, bicarakanlah dengan sebaik-baiknya.

2.11 Penilaian pada Kunjungan Rumah


1) APGAR SCORE
a. Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari
anggota keluarga yang lain.
b. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut.
c. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut.

17
d. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga.
e. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

INDIKATOR
SKOR
FUNGSI
A – Adaptation
Jarang/tidak sama sekali = 0
P – Partnership
Kadang-kadang = 1
G – Growth
Sering/selalu = 2
A – Affection
R – Resolve
TOTAL

HASIL AKHIR = (TOTAL / 5)


(Beri tanda O pada Baik / Cukup / Kurang sesuai skor hasil akhir)
BAIK = 8 – 10
CUKUP = 6 – 7
KURANG = lebih dari sama dengan 5

18
Sering/Selalu Kadang- Jarang/Tidak
kadang
A Saya puas bahwa saya
dapat kembali ke
keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara
keluarga saya
membahas dan
membagi
masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara
keluarga saya
menerima dan
mendukung keinginan
saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara
keluarga saya
mengekspresikan kasih
sayangnya dan
merespon emosi saya
seperti kemarahan,
perhatian
dll
R Saya puas dengan cara
keluarga saya dan saya
membagi waktu
bersama-sama

2) SCREEM
a. Social
Melihat bagaimana interaksi dengan tetangga sekitar
b. Culture
Melihat bagaimana kepuasan keluarga terhadap budaya, tata
krama, dan perhatian terhadap sopan santun.
c. Religious
Melihat ketaatan anggota keluarga dalam menjalankan ibadah
sesuai dengan ajaran agamanya.
d. Economic
Melihat status ekonomi keluarga.

19
e. Educational
Melihat tingkat pendidikan anggota keluarga.
f. Medical
Melihat apakah anggota keluarga ini mampu mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai.

Sumber Pathology Keterangan


Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota +/-
keluarga juga dengan saudara
partisipasi mereka dalam masyarakat
cukup meskipun banyak keterbatasan.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap +/-


budaya baik, hal ini dapat dilihat dari
pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan,
Banyak tradisi budaya yang masih
diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran
dll. Menggunakan bahasa jawa, tata
krama dan kesopanan

Religius Pemahaman agama cukup. Namun +/-


Agama menawarkan penerapan ajaran agama kurang, hal
pengalaman spiritual ini dapat dilihat dari penderita dan
yang baik untuk orang tua hanya menjalankan sholat
ketenangan sesekali saja. Sebelum sakit penderita
individu yang tidak rutin belajar mengaji di sore hari di
didapatkan dari yang masjid dekat rumah.
lain
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong +/-
menengah ke bawah, untuk kebutuhan
primer sudah bisa
terpenuhi, meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder
rencana ekonomi tidak memadai,
diperlukan skala prioritas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup

Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang +/-


memadai. Tingkat pendidikan dan
pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti
buku-buku, koran terbatas.
Medical Tidak mampu membiayai pelayanan +/-
kesehatan yang lebih baik Dalam
Pelayanan kesehatan mencari pelayanan kesehatan
puskesmas keluarga ini biasanya menggunakan
memberikan Puskesmas dan hal ini mudah
perhatian khusus dijangkau karena letaknya dekat.
terhadap kasus
penderita

20
2.12 Fungsi Keluarga
Fungsi-fungsi keluarga harus dipahami oleh dokter keluarga untuk
membantu menegakkan diagnosis masalah kesehatan yang dihadapi oleh
para anggota keluarga dan juga dalam mengatasi masalah kesehatan setiap
anggota keluarga tersebut. Fungsi keluarga banyak macamnya. Di
Indonesia fungsi keluarga dibedakan menjadi 8 macam menurut PP no.2
tahun 1994.
1. Fungsi keagamaan
Yang dimaksud dengan fungsi keagamaan adalah fungsi keluarga
sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur
budaya bangsa untuk menjadi insan-insan agamis yang penuh iman dan
taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Fungsi budaya
Yang dimaksud dengan fungsi budaya adalah fungsi keluarga dan
memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya
untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam
dalam satu kesatuan.
3. Fungsi cinta kasih
Yang dimaksud dengan fungsi cinta kasih adalah fungsi keluarga dalam
memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan
anak, suami dengan isteri, orang tua dengan anak-anaknya, serta
hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi
wahana utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan
batin.
4. Fungsi melindungi
Yang dimaksud dengan fungsi melindungi adalah fungsi keluarga untuk
menumbuhkan rasa aman dan kehangatan bagi segenap anggota
keluarga.
5. Fungsi reproduksi
Yang dimaksud dengan fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga yang
merupakan mekanisme untuk melanjutkan keturunannya yang

21
direncanakan sehingga dapat menunjang terciptanya kesejahteraan umat
manusia di dunia yang penuh iman dan taqwa.
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan
Yang dimaksud dengan fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah fungsi
keluarga yang memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik
keturunannya agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam
kehidupannya dimasa depan.
7. Fungsi ekonomi
Yang dimaksud dengan fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga sebagai
unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga.
8. Fungsi pembinaan lingkungan Yang dimaksud dengan fungsi
pembinaan lingkungan adalah fungsi keluarga yang memberikan
kemampuan kepada setiap keluarga dapat menempatkan diri secara
serasi, selaras dan seimbang sesuai dengan daya dukung alam dan
lingkungan yang berubah secara dinamis.

Sedangkan Friedman (1981), membagi fungsi keluarga menjadi 6


macam:
1. Fungsi Afektif (affective function)
2. Fungsi Sosialisasi (Socialization and social placement function)
3. Fungsi Reproduksi (reproduction function)
4. Fungsi mengatasi masalah keluarga (family coping function)
5. Fungsi ekonomi (economic function)
6. Fungsi pemenuhan kebutuhan fisik (provision of physical necessity)

Ogburn (1969) membedakannya menjadi


1. Fungsi ekonomi (economic function)
Pada saat ini fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan ekonomi para
anggota keluarganya, dalam arti semua anggota keluarga ikut
bertanggungjawab sesuai dengan kemampuan masing-masing, telah
mengalami perubahan. Fungsi ekonomi tersebut telah diambil alih oleh
kepala keluarga.

22
2. Fungsi perlindungan (protective function)
Pada saat ini fungsi keluarga dalam melindungi para anggota keluarga
dan berbagai ancaman yang dapat membahayakan keluarga, baik
ancaman fisik maupun ancaman non-fisik seperti kehilangan
penghasilan karena sakit atau kecelakaan, telah mulai berkurang.
Perlindungan dan ancaman fisik berupa kekerasan misalnya telah
diambil alih oleh lembaga kepolisian, sedangkan ancaman non-fisik
seperti kehilangan penghasilan, telah diambil alih oleh lembaga
asuransi.
3. Fungsi agama (religious function)
Pada saat ini fungsi keluarga dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan
kepada para anggota keluarganya, terutama yang bertempat tinggal di
kota- kota besar, telah mulai berkurang. Fungsi agama ini telah diambil
oleh lembaga keagamaan yang telah ada di masyarakat.
4. Fungsi rekreasi (recreation function)
Pada saat ini fungsi keluarga sebagai wadah rekreasi bagi segenap
anggota keluarga, terutama yang bertempat tinggal di kota-kota besar,
juga telah mulai berkurang. Fungsi rekreasi tersebut telah diambil alih
oleh berbagai sarana rekreasi yang banyak ditemukan di masyarakat.
5. Fungsi pendidikan (educational function)
Pada saat ini fungsi keluarga dalam menyelenggarakan pendidikan bagi
para anggota keluarganya, tampak mulai berkurang. Fungsi pendidikan
ini telah diambil alih oleh berbagai lembaga pendidikan yang ada di
masyarakat.
6. Fungsi status sosial (status-conferring function)
Pada saat ini fungsi keluarga dalam menentukan status sosial para
anggota keluarga, hampir tidak berarti lagi. Sebagai akibat makin
majunya kehidupan masyarakat, status sosial seseorang dalam
masyarakat tidak lagi ditentukan oleh status sosial keluarganya,
melainkan oleh prestasi masing- masing orang tersebut.

23
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat Pelaksanaan


Lokasi : Rumah pasien yang terdaftar di Klinik Opina
Alamat : Jl. Kadir Tkr, Kelurahan 36 Ilir, Gandus, Kota
Palembang.

3.2 Waktu Pelaksanaan


Hari dan Tanggal : 10 Desember 2017
Waktu : 10.00-12.00 WIB

3.3 Subjek Tugas Mandiri


Melakukan kunjungan rumah (home visit) bekerja sama dengan Klinik
Opina Palembang.

3.4 Cara Pengambilan Data


Cara Pengambilan data dalam pelaksanaan TPP ini diperoleh dengan
observasi langsung pada msyarakat.

3.5 Instrumen Kegiatan


Instrumen kegiatan merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai
dengan tujuan kegiatan. Dalam kegiatan ini peralatan yang digunakan untuk
pengambilan data beserta pendukungnya adalah:
1. Proposal TPP dan Alat Tulis
Proposal digunakan sebagai panduan dalam klinik dokter keluarga Opina
Palembang.
2. Kamera
Kamera digunakan untuk dokumentasi, yakni sebagai bukti bahwa
mahasiswa telah melaksanakan tugas pengenalan profesi. Bukti tersebut
nantinya akan dilampirkan pada laporan akhir.
3. Komputer atau Laptop

24
Komputer atau Laptop digunakan sebagai sarana pembuatan proposal
dan laporan akhir kegiatan.

3.6 Cara Pengolahan Data


Data pada kegiatan TPP ini akan diolah menggunakan analisis
deskriptif dengan cara membandingkan antara hasil TPP dan teori.

3.7 Tahapan Kegiatan


Tahapan kegiatan meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Membuat proposal.
b. Melakukan konsultasi kepada pembimbing tugas pengenalan
profesi.
c. Mendapatkan izin atau ACC dari pembimbing tugas pengenalan
profesi.
2. Tahap pelaksanaan
Mahasiswa:
a. Mengobservasi kunjungan rumah (home visit) pada masyarakat.
3. Tahap Penyelesaian
a. Mengumpulkan semua data, mengolah, menganalisa dan
menyimpulkan.
b. Menyusun laporan hasil pengamatan dan pemeriksaan.
c. Mendapatkan ACC laporan hasil pengamatan dan pemeriksaan dari
pembimbing tugas pengenalan profesi.

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Kegiatan Tugas Pengenalan Profesi (TPP) home visit yang bekerja
sama dengan Klinik Opina dilakukan pada Minggu, 10 Desember 2017
dengan melakukan home visit pada salah satu penduduk yang terdaftar
sebagai pasien diabetes melitus disertai osteoarthritis di Klinik Opina.

a. Karakteristik Demografis Keluarga


Berdasarkan hasil home visit dan wawancara, diketahui bahwa
terdapat dua orang anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut,
yaitu sepasang suami-istri yang telah memasuki usia lanjut usia
(lansia). Bentuk keluarga nuclear family atau keluarga inti. Kepala
keluarga bernama Tn. A, berusia 73 tahun dengan tingkat pendidikan
terakhir sekolah dasar (SD). Sementara sang istri merupakan salah satu
pasien di klinik Opina, yang bernama Ny. S yang telah berusia 63
tahun, tingkat pendidikan terakhir sekolah dasar (SD).

Tabel 4.1 Status Keluarga


No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Penderita Ket
Klinik
1 A Kepala L 73 thn SD - - -
Keluarga
2 S Ibu Rumah P 63 thn SD - Penderita -
Tangga Klinik
Opina

b. Identitas Penderita
Ketika melakukan home visit pada 10 Desember 2017 pukul 10.30
WIB, didapatkan informasi bahwa penderita merupakan seorang
perempuan bernama Ny. S, usia 63 tahun, beragama Islam, dengan
pekerjaan ibu rumah tangga. Ny. S tinggal di Jl. Kadir Tkr, Kelurahan
36 Ilir, Gandus, Kota Palembang. Ny. S telah menikah dengan Tn.
Amancik.

26
c. Penetapan Masalah Pasien
Berdasarkan hasil wawancara, ketika melakukan home visit
diperoleh informasi bahwa Ny. S telah didiagnosis kencing manis sejak
tahun 2013. Pada tahun 2016, Ny. S mengaku pernah berobat ke
Rumah Sakit Paru dan didiagnosis menderita tuberculosis (TB). Ny. S
telah menjalani pengobatan enam bulan secara tuntas. Lalu pada tahun
2017, Ny. S menderita osteoarthritis. Ny. S mengeluh sering terjadi
kekakuan dan nyeri pada bahu, pinggang, panggul dan lutut. Selain itu
Ny. S juga mengeluh sering kesemutan.

2013 2016 2017


Kencing Manis Tuberculosis (TB) Kencing Manis
Osteoarthritis
Asam Urat
Didalam keluarga Ny. S, orang tua Ny. S tidak mengalami keluhan
dan penyakit yang serupa, namun Ny. S dan adik-adinya memiliki
riwayat penyakit kencing manis. Adapun faktor risiko yang dimiliki
Ny. S terkait gaya hidup yang dijalani, karena Ny. S suka
mengonsumsi makanan manis dan mengandung karbohidrat yang
cukup tinggi.
Keluarga Ny. S merupakan keluarga dengan tingkat ekonomi
menengah kebawah. Sebelumnya Ny. S bekerja di tempat catering,
namun sejak menderita kencing manis, osteoarthritis, dan asam urat
Ny. S tidak bekerja lagi. Sementara itu, suami Ny. S juga sudah tidak
bekerja lagi, sehingga kebutuhan sehari-hari hanya dari tabungan Ny. S
dan pemberian kerabat.
Sebelum menderita kencing manis, Ny. S suka mengonsumsi
makanan yang manis-manis. Namun, sejak menderita kencing manis,
osteoarthritis, dan asam urat Ny. S hanya makan lauk berupa ikan Nila,
tanpa menggunakan sayur. Karena, apabila Ny. S makan sayur, akan
mengeluh nyeri akibat tingginya asam urat.

27
Ny. S mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas, sehingga
Ny. S menggunakan alat bantu jalan-walker. Ny. S juga tidak lagi ikut
serta secara aktif dalam berbagai kegiatan di lingkungan sekitar
rumahnya.

d. Anamnesis
Berdasarkan hasil tanya jawab, ketika dilakukan home visit
diketahui bahwa Ny. S mengeluh sering mengalami kesemutan dan
nyeri. Kesemutan sering terjadi di bagian tangan. Sedangkan nyeri
sering dirasakan di bahu, pinggang, panggul dan lutut.
Empat tahun yang lalu, Ny. S didiagnosis menderita penyakit
kencing manis hingga sekarang dengan komplikasi osteoartritis.
Sedangkan pada tahun 2015, Ny.S pernah menderita penyakit
tuberculosis (TB).
Didalam keluarga Ny. S, orang tua Ny. S yaitu dari pihak ayah
mengalami keluhan dan penyakit yang serupa (Diabetes Mellitus),
namun Ny. S dan 2 orang adiknya yang kembar memiliki riwayat
penyakit kencing manis. Adapun faktor risiko yang dimiliki Ny. S
terkait gaya hidup yang dijalani, karena Ny. S suka mengonsumsi
makanan manis dan mengandung karbohidrat yang cukup tinggi.
Keluarga Ny. S merupakan keluarga dengan tingkat ekonomi
menengah kebawah. Sebelumnya Ny. S bekerja di tempat catering,
namun sejak menderita kencing manis, osteoarthritis, dan asam urat
Ny. S tidak bekerja lagi. Sementara itu, suami Ny. S juga sudah tidak
bekerja lagi, sehingga kebutuhan sehari-hari hanya dari tabungan Ny. S
dan pemberian kerabat.
Sebelum menderita kencing manis, Ny. S suka mengonsumsi
makanan yang manis-manis. Namun, sejak menderita kencing manis,
osteoarthritis, dan asam urat Ny. S hanya makan lauk berupa ikan Nila,
tanpa menggunakan sayur. Karena, apabila Ny. S makan sayur, akan
mengeluh nyeri akibat tingginya asam urat

28
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Ny. S yaitu compos mentis, dengan tekanan darah
110/70 mmHg

f. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang. Namun, Ny. S memiliki hasil
rontgen lumbosacral yang menunjukan bahwa terjadi osteoarthritis.

g. Follow Up
Subjektif : berdasarkan wawancara, Ny. S didiagnosis menderita
kencing manis dan osteoatritis.
Objektif : pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan
tekanan darah dan gula darah.
Assesment : Ny. S didiagnosis menderita kencing manis dan
osteoatritis.
Plan : Pemeriksaan gula darah secara rutin.

h. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologis
Fungsi biologis Ny. S sudah menurun, karena gerak yang terbatas
akibat penyakit yang dideritanya. Ny. S hanya tinggal bersama
suaminya, dan melakukan kegiatan sehari-hari yang terbatas.

2. Fungsi Sosial
Tetangga di sekitar rumah bersikap baik dan ramah, sehingga Ibu
S. senang berada di lingkungan tempat tinggalnya.

3. Fungsi Psikologis
Ibu S merasa tertekan karena suaminya sudah 30 tahun tidak
mencari nafkah. Ibu S hanya bekerja sendiri untuk menghidupi
keluargnya semasa ia sehat, namun sekarang ia sedang sakit
sehingga tidak bekerja lagi. Dan hanya mengharapkan bantuan dari
saudara-saudara terdekat untuk biaya hidup.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

29
Ibu S mengaku bahwa perekonomian mereka sangat susah.
Terlebih lagi saat ia sudah tidak bekerja lagi. Pada saat bekerja
dulu Ibu S digaji Rp.200rb/minggu.

5. Fungsi Fisiologis
Tabel 4.2 Fungsi Fisiologis
Sering Kadang- Jarang/
/Selalu kadang Tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi 
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi 
masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru 
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi saya
seperti kemarahan, perhatian 
dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya
dan saya membagi waktu bersama-sama 
Kesimpulan Kurang

6. Fungsi Patologis
Tabel 4.3 Fungsi Patologis
Sumber Pathology Keterangan
Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota +
keluarga juga dengan saudara
partisipasi mereka dalam masyarakat
cukup meskipun banyak keterbatasan.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap -


budaya baik, hal ini dapat dilihat dari
pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan,
Banyak tradisi budaya yang masih
diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran
dll. Menggunakan bahasa jawa, tata
krama dan kesopanan

Religius Pemahaman agama cukup. Namun +


Agama penerapan ajaran agama kurang, hal ini
menawarkan dapat dilihat dari penderita dan orang
pengalaman tua hanya menjalankan sholat sesekali
spiritual yang baik saja. Sebelum sakit penderita rutin
untuk ketenangan belajar mengaji di sore hari di masjid

30
individu yang dekat rumah.
tidak didapatkan
dari yang lain
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong +
menengah ke bawah, untuk kebutuhan
primer sudah bisa terpenuhi, meski
belum mampu mencukupi kebutuhan
sekunder rencana ekonomi tidak
memadai, diperlukan skala prioritas
untuk pemenuhan kebutuhan hidup

Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang +


memadai. Tingkat pendidikan dan
pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti
buku-buku, koran terbatas.
Medical Tidak mampu membiayai pelayanan +
kesehatan yang lebih baik Dalam
Pelayanan mencari pelayanan kesehatan
kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan
puskesmas Puskesmas dan hal ini mudah
memberikan dijangkau karena letaknya dekat.
perhatian khusus
terhadap kasus
penderita

i. Struktur Keluarga (Genogram)

Interaksi Keluarga : Kurang Harmonis

31
Keterangan :

: wanita yang sehat

: wanita yang mengalami diabetes melitus

: Laki-laki normal

j. Denah Rumah
Ukuran : 5 x 12 m
Ruang tamu :4x6m
Kamar tidur :2x4m
Kamar mandi/WC :1x2m
Dapur :2x4m
Dinding rumah : papan
Ventilasi : tidak ada
Lantai rumah : papan
Tempat pembuangan sampah : Tidak ada
Sumber air : Air PDAM
Septik tank : Tidak ada

32
Ruang Tamu

Kamar Tidur

Dapur

Gambar 4.1 Denah rumah Ny. S

k. Daftar Masalah
1. Masalah Medis
Masalah medis yang dialami oleh Ny. S yaitu Diabetes Melitus
dan osteoartritis
2. Masalah Non-Medis
Ny. S memiliki masalah sosial ekonomi dan psikologis

l. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Ny. S memiliki bentuk keluarga nuclear family, menderita kencing
manis dan osteoarthritis memiliki kekhawatiran terhadap penyakit

33
yang diderita dan berharap penyakitnya lekas sembuh. Sejak
didiagnosis kencing manis, Ny. S mulai merubah gaya hidup
dengan tidak mengonsumsi makanan yang manis. Keadaan
keluarga Ny. S kurang harmonis. Ny. S juga memiliki keterbatasan
dalam melakukan aktivitas, sehingga memerlukan bantuan orang
lain.

2. Saran
1. Promotif :
Ny. S diharapkan rajin mengikuti kegiatan penyuluhan
kesehatan mengenai diabetes melitus dan osteoartritis.
2. Prevenif:
Ny. S diharapkan rajin memeriksakan diri kedokter untuk
mengontrol penyakitnya. Serta mengurangi mengonsumsi
makanan manis, kacang-kacangan dll serta rajin berolahraga
ringan.
3. Kuratif:
Ny. S diharapkan dapat secara teratur mengkonsumsi obat
yang diberikan oleh dokter.

4. Rehabilitatif:
Ny. S menggunakan bola-bola duri untuk melatih persarafan
telapak tangannya.

4.2 Pembahasan
a. Identifikasi Masalah Kesehatan pada Pasien
Berdasarkan hasil wawancara, ketika melakukan home visit
diperoleh informasi bahwa Ny. S telah didiagnosis kencing manis sejak
tahun 2013. Pada tahun 2016, Ny. S mengaku pernah berobat ke
Rumah Sakit Paru dan didiagnosis menderita tuberculosis (TB). Ny. S
telah menjalani pengobatan enam bulan secara tuntas. Lalu pada tahun
2017, Ny. S menderita osteoarthritis. Ny. S mengeluh sering terjadi

34
kekakuan dan nyeri pada bahu, pinggang, panggul dan lutut. Selain itu
Ny. S juga mengeluh sering kesemutan.

2013 2016 2017


Kencing Manis Tuberculosis (TB) Kencing Manis
Osteoarthritis
Asam Urat

Didalam keluarga Ny. S, orang tua Ny. S tidak mengalami keluhan


dan penyakit yang serupa, namun Ny. S dan adik-adinya memiliki
riwayat penyakit kencing manis. Adapun faktor risiko yang dimiliki
Ny. S terkait gaya hidup yang dijalani, karena Ny. S suka
mengonsumsi makanan manis dan mengandung karbohidrat yang
cukup tinggi.
Keluarga Ny. S merupakan keluarga dengan tingkat ekonomi
menengah kebawah. Sebelumnya Ny. S bekerja di tempat catering,
namun sejak menderita kencing manis, osteoarthritis, dan asam urat
Ny. S tidak bekerja lagi. Sementara itu, suami Ny. S juga sudah tidak
bekerja lagi, sehingga kebutuhan sehari-hari hanya dari tabungan Ny. S
dan pemberian kerabat.
Sebelum menderita kencing manis, Ny. S suka mengonsumsi
makanan yang manis-manis. Namun, sejak menderita kencing manis,
osteoarthritis, dan asam urat Ny. S hanya makan lauk berupa ikan Nila,
tanpa menggunakan sayur. Karena, apabila Ny. S makan sayur, akan
mengeluh nyeri akibat tingginya asam urat.
Ny. S mengalami kesulitan dalam melakukan aktifitas, sehingga
Ny. S menggunakan alat bantu jalan-walker. Ny. S juga tidak lagi ikut
serta secara aktif dalam berbagai kegiatan di lingkungan sekitar
rumahnya.
Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh (Azwar, 2000),
sebagai dokter keluarga untuk menegakkan diagnosis holistik,
memerlukan 5 aspek, yaitu:

35
Aspek 1 (Aspek Individu) keluhan utama, harapan, kekhawatiran
pasien ketika datang.
Aspek 2 (Aspek Klinik) diagnosis klinis dan diagnosis
bandingnya
Aspek 3 (Aspek Internal) faktor internal pasien yg memicu
penyakit/masalah kesehatannya,
(misalnya usia, perilaku kesehatan,
persepsi kesehatan, dsb)
Aspek 4 (Aspek Keadaan keluarga, lingkungan
Eksternal) psikososial & ekonomi keluarga,
keadaan lingkungan rumah & pekerjaan
yg memicu atau menjadi hazsard pada
penyakit/masalah ini atau kemungkinan
dapat menghambat penatalaksanaan
penyakit/massalah kesehatan yang ada.
Aspek 5 (Aspek dokter menilai derajat fungsional pasien
Fungsional) pada saat ini.
\

b. Identifikasi Fungsi Keluarga Terhadap Kesehatan Pasien


1. Fungsi Biologis
Fungsi biologis Ny. S sudah menurun, karena gerak yang terbatas
akibat penyakit yang dideritanya. Ny. S hanya tinggal bersama
suaminya, dan melakukan kegiatan sehari-hari yang terbatas.

2. Fungsi Sosial
Tetangga di sekitar rumah bersikap baik dan ramah, sehingga Ibu
S. senang berada di lingkungan tempat tinggalnya.

36
3. Fungsi Psikologis
Ibu S merasa tertekan karena suaminya sudah 30 tahun tidak
mencari nafkah. Ibu S hanya bekerja sendiri untuk menghidupi
keluargnya semasa ia sehat, namun sekarang ia sedang sakit
sehingga tidak bekerja lagi. Dan hanya mengharapkan bantuan dari
saudara-saudara terdekat untuk biaya hidup.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Ibu S mengaku bahwa perekonomian mereka sangat susah.
Terlebih lagi saat ia sudah tidak bekerja lagi. Pada saat bekerja
dulu Ibu S digaji Rp.200rb/minggu.

5. Fungsi Fisiologis
Tabel 4.2 Fungsi Fisiologis
Sering Kadang- Jarang
/Selalu kadang /Tidak
A Saya puas bahwa saya dapat
kembali ke keluarga saya bila 
saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga
saya membahas dan membagi 
masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga
saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup 
yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga
saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi
saya seperti kemarahan, perhatian 
dll
R Saya puas dengan cara keluarga
saya dan saya membagi waktu 
bersama-sama

37
Fungsi fisiologis dihitung menggunakan nilai APGAR, sehingga
didapatkan nilai:
f. Adaptation
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari
anggota keluarga yang lain.
g. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut.
h. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut.
i. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota keluarga.
j. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan
dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

INDIKATOR
SKOR
FUNGSI
A – Adaptation 1
P – Partnership 0 Sehingga, berdasarkan
G – Growth 1 indikator fungsi keluarga diketahui
A – Affection 1 bahwa fungsi fisiologis keluarga
R – Resolve 1 pada keluarga Ny. S kurang.
TOTAL 4
6. Fungsi Patologis
Tabel 4.3 Fungsi Patologis
Sumber Pathology Keterangan
Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota +
keluarga juga dengan saudara
partisipasi mereka dalam masyarakat

38
cukup meskipun banyak keterbatasan.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap -


budaya baik, hal ini dapat dilihat dari
pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan,
Banyak tradisi budaya yang masih
diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran
dll. Menggunakan bahasa jawa, tata
krama dan kesopanan

Religius Pemahaman agama cukup. Namun +


Agama penerapan ajaran agama kurang, hal ini
menawarkan dapat dilihat dari penderita dan orang
pengalaman tua hanya menjalankan sholat sesekali
spiritual yang baik saja. Sebelum sakit penderita rutin
untuk ketenangan belajar mengaji di sore hari di masjid
individu yang dekat rumah.
tidak didapatkan
dari yang lain
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong +
menengah ke bawah, untuk kebutuhan
primer sudah bisa terpenuhi, meski
belum mampu mencukupi kebutuhan
sekunder rencana ekonomi tidak
memadai, diperlukan skala prioritas
untuk pemenuhan kebutuhan hidup

Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang +


memadai. Tingkat pendidikan dan
pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti
buku-buku, koran terbatas.
Medical Tidak mampu membiayai pelayanan +
kesehatan yang lebih baik Dalam
Pelayanan mencari pelayanan kesehatan
kesehatan keluarga ini biasanya menggunakan
puskesmas Puskesmas dan hal ini mudah
memberikan dijangkau karena letaknya dekat.
perhatian khusus
terhadap kasus
penderita

Berdasarkan hasil wawancara, ketika melakukan home visit


diperoleh informasi, Ny. S masih berhubungan baik dengan lingkungan
sekitar, meskipun tidak terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan seperti
acara pengajian ataupun pernikahan. Ny. S masih menjalankan kewajiban

39
sholat lima waktu, meskipun dilakukan di rumah. Dalam hal pelayanan
kesehatan, Ny. S puas akan pelayanan yang diberikan oleh dokter.

c. Identifikasi Struktur Keluarga

Didalam keluarga Ny. S, Didalam keluarga Ny. S, orang tua Ny. S


yaitu dari pihak ayah mengalami keluhan dan penyakit yang serupa
(Diabetes Mellitus), namun Ny. S dan 2 orang adiknya yang kembar
memiliki riwayat penyakit kencing manis. Diabetes melitus tipe II
adalah penyakit kronis mengalami resistansi terhadap aksi insulin dan
ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan cukup insulin. WHO
memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM tipe II di Indonesia
meningkat menjadi 12 juta pada tahun 2030. Pola makan yang buruk,
riwayat keluarga dan kurangnya olahraga sangat mempengaruhi
terjadinya DM tipe II (Sudaryanto dkk,2014).
Berdasarkan hasil pembuatan genogram (struktur kelaurga) Ny.S
diketahui bahwa interaksi dalam keluarga pasien kurang harmonis.
Dimana suaminya tidak mau bekerja sehingga peran Ny.S selain
sebagai seorang istri dan ibu dalam keluarga juga sebagai tulang
punggung keluargnya dalam mencari nafkah. Hal ini sesuai teori
bahwa struktur dan fungsi keluarga merupakan hal yang berhubungan

40
erat dan terus menerus berinteraksi satu sama lain. Struktur
dilaksanakan pada organisasi yaitu perilaku anggota keluarga dan pola
hubungan dalam keluarga. Hubungan yang ada dapat bersifat
kompleks, misalnya seorang wanita bisa sebagai istri, sebagai ibu,
sebagai menantu, dan lain-lain ya g semua itu mempunyai kebutuhan,
peran dan harapan yang berbeda. Pola hubungan itu akan menbentuk
kekuatan dan struktur peran dalam keluarga (Syaripudin, 2008).

d. Identifikasi Keadaan Rumah dan Lingkungan Pasien


Diketahui berdasarkan pengamatan dan wawancara dari pasien
didapatkan keadaan rumah pasien sebagai berikut:
 Ukuran : 5 x 12 m

 Ruang tamu :4x6m

 Kamar tidur :2x4m

 Kamar mandi/WC :1x2m

 Dapur :2x4m

 Dinding rumah : papan

 Ventilasi : tidak ada

 Lantai rumah : papan

 Tempat pembuangan sampah : Tidak ada

 Sumber air : Air PDAM

 Septik tank : Tidak ada, jamban cemplung

Ketika dilakukan observasi lingkungan rumah pasien berada di atas


rawa yang sudah tercemar, dinding dan lantai rumah pasien terbuat
dari kayu, terlihat juga lantai kayu sudah terbuka sedikit. Di rumah
pasien terdapat 1 ruang tamu, 1 kamar,1 dapur, dan 1 jamban
cemplung. Ventilasi rumah tidak ada hanya ada jendela yang dibuka

41
lebar tanpa ada teralis. Menurut (Suparto, 2015), lingkungan adalah
sesuatu yang ada diluar host (pejamu) baik benda mati, benda hidup,
nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi
semua elemen-elemen termasuk host yang lain. Lingkungan rumah
merupakan salah satu faktor yang memberikan pengaruh besar pada
status kesehatan penghuninya, seperti pada pasien, faktor lingkungan
merupakan penyebab penyakit Tuberculosis yang pernah diderita
penyakit sebelumnya. Rumah sehat merupakan salah satu sarana
untuk mencapai derajat kesehatan yang optimum. Untuk memperoleh
rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi
perumahan. Penyakit atau gangguan saluran pernafasan dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan yang buruk (Suparto, 2015).

42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Tugas Pengenalan Profesi mengenai home visit
yang dilakukan di rumah warga didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Didapatkan 1 orang pasien di daerah Klinik Opina dengan diagnosis
Diabetes Mellitus dan Osteoatritis.
2. Identifikasi fungsi keluarga terhadap kesehatan pasien yang didapat
pada Ny S skor fungsi fisiologis (APGAR) adalah 4, termasuk kategori
kurang. Pada Ny. S ditemukan 5 fungsi patologis yaitu sosial, religius,
ekonomi, edukasi dan medical.
3. Ny. S tinggal hanya tinggal dengan seorang suami dengan hubungan
yang tidak harmonis yang mempengaruhi kesehatan Ny. S
4. Identifikasi kondisi rumah dan lingkungan pasien. Pada Ny belum
cukup baik.

5.2. Saran
Sebelum melakukan kunjungan rumah (Home Visit) sebaiknya
dilakukan survei tempat dahulu.

43
DAFTAR PUSTAKA

Abrori. 2010. Perbedaan antara Dokter dan Dokter Keluarga. http://unila.ac.id.


Diakses pada tanggal 20 November 2017.
Anggraini, et al. 2015. Buku Ajar Kedokteran Keluarga. Website:
http://repository.unimus.ac.id/290/1/BUKU%20ajar%20kedokteran%20kelu
arga.pdf (diakses 23 November 2017).
Arsita, Prasetyawati E. 2010. Kedokteran Keluarga. Jakarta : Rineka Cipta. Ikatan
Dokter Indonesia. 1982. Dokter Keluarga. IDI, Jakarta, Indonesia
Azwar, A. 1999. Pemanfaatan Dokter Keluarga dalam Pelayanan Kesehatan
Indonesia. Disampaikan pada Semiloka Standarisasi Pelayanan dan
Pelatihan Dokter Keluarga. Jakarta : PB IDI.
Azwar dan Trihono. 2000. Puskesmas Peduli Keluarga. Disampaikan pada
Semiloka Penerapan Pendekatan Kesehatan Keluarga di Puskesmas.
Semarang.
Depkes RI. 2009. Sistem Pelayanan Kesehatan Nasional. Jakarta : Depkes.
PDKI (Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia). Peran Dokter Keluarga di
Ranah. Pelayanan Primer. Disampaikan pada Perhimpunan Dokter Keluarga
Jambi.
Ikatan Dokter Indonesia. 1982. Dokter Keluarga. Jakarta: IDI.
Kurniawan, H. 2015. Dokter di Layanan Primer dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga dalam Sistem Pelayanan Kesehatan. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala Volume 15 Nomor 2 Agustus 2015.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/3263/3074
Murti, 2011. Keterampilan Kedokteran Keluarga: Kunjungan Pasien di Rumah (
Home Visit). Di unduh dari
http://fk.uns.ac.id/static/file/Home_Visit_2011.pdf (Diakses pada 26
November 2017).
Wahyuni, A.S.2003. Pelayanan Dokter Keluarga. http://usu.ac.id (Diakses pada
tanggal 26 November 2017)
Wonodirekso, Sugito. 2009. Sistem Pelayanan Dokter Keluarga meningkatkan
Kadar Kesejawatan dan Profesionalisme. Majalah Kedokteran Indonesia.
Ikatan Dokter Indonesia.
World Organization of National Colleges, Academies and Academic Associatons
of General Practitioner or Family Physicia (WONCA).1991. Making
Medical Practice and Education More Relevant to People’s Needs: The
Role of Family Doctor

44
LAMPIRAN

Gambar 1. Kelompok TPP 4

Gambar 2. Kunjungan Rumah Pasien

45
FORMULIR KUNJUNGAN RUMAH
A. Karakteristik Demografis Keluarga

Nama Kepala Keluarga :


Alamat Lengkap :
Bentuk Keluarga : Nuclear/Extended

B. Identitas Penderita
1. Nama
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Agama
5. Pekerjaan
6. Alamat
7. Status Pernikahan
8. Tanggal Kunjungan

C. Penetapan Masalah Pasien


1. Riwayat Medis
2. Riwayat Penyakit Keluarga
3. Riwayat Kebiasaan
4. Riwayat Sosial Ekonomi
5. Riwayat Gizi
6. Diagnostik Holistik (Biopsikososial)

D. Anamnesis
1. Keluhan Utama
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3. Riwayat Penyakit Dahulu
4. Riwayat Penyakit Keluarga
5. Riwayat Kebiasaan
6. Riwayat Sos-Ek
7. Riwayat Gizi
E. Anamnesis Sistem
1. Kulit
2. Kepala
3. Mata
4. Hidung
5. Telinga
6. Mulut
7. Tenggorokan

46
8. Pernapasan
9. Kardiovaskular
10. Gastrointestinal
11. Genitourinaria
12. Neuropsikiatri
13. Muskuloskeletal
14. Ekstremitas
F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
2. Tanda Vital
G. Pemeriksaan Penunjang
H. Resume
I. Patient Centered Diagnosis
1. Diagnosis Biologis
2. Diagnosis Psikologis
3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya
J. Penatalaksanaan
K. Follow Up
S
O
A
P
L. Follow sheet

No Tanggal Tensi BB TB Status Gizi Mantoux Test Rontgent Mata Ket


Thorax

M. Fungsi Keluarga
8. Fungsi biologis
9. Fungsi sosial
10. Fungsi psikologis
11. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
12. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
13. Fungsi fisiologis (skor APGAR - Adaptation, Partnership, Growth,
Affection, Resolve)
14. Fungsi patologis (SCREEM – Social, Cultural, Religion, Education,
Economic, Medical)
15. . Kesimpulan permasalah fungsi keluarga

N. Struktur Keluarga (Genogram)


Identifikasi ada/tidaknya:
 Penyakit menurun
 Penyakit menular

47
O. Pola Interaksi Keluarga
: Harmonis

: Kurang/tidak harmonis
P. Keadaan Rumah dan Lingkungan

1. Ukuran rumah
2. Ruang tamu
3. Ruang keluarga
4. Kamar tidur e. Kamar mandi/WC
5. Dapur
6. Dinding rumah
7. Ventilasi rumah
8. Lantai rumah
9. Sumur/sumber air
10. Septic tank
11. Tempat pembuangan sampah

Q. Denah Rumah

R. Daftar Masalah
1. Masalah Medis
2. Masalah Non-medis
S. Kesimpulan dan Saran
3. Kesimpulan (pasien, bentuk keluarga, diagnosis biopsikososial dan
keadaan lingkungan)
4. Saran (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif)

48
PENETAPAN MASALAH PASIEN
Riwayat Medis :

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat Kebiasaan :

Riwayat Sosial Ekonomi :

Riwayat Gizi :

Diagnosis Holistik (biopsikososial) :

49
DIAGNOSIS HOLISTIK

Pendekatan
Penjelasan Diagnosis Holistik
Aspek
Aspek I Keluhan utama
(Individu) Harapan
Kekhawatiran pasien ketika
datang.

Aspek II Diagnosis klinis


(Klinik) Diagnosis banding penyakit

Aspek III Contoh:


(Internal) usia,
perilaku kesehatan,
persepsi kesehatan, dsb.

Aspek IV Contoh:
(Eksternal) keadaan keluarga,
lingkungan psikososial
ekonomi keluarga,
keadaan lingkungan rumah
pekerjaan, dsb
Aspek V Penilaian terhadap derajat
(Fungsional) fungsional pasien pada saat ini
(diwaktu yang bersangkutan).

50
FUNGSI KELUARGA

1) Fungsi Biologis

2) Fungsi sosial

3) Fungsi Psikologis

4) Fungsi Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan

5) Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi

51
FUNGSI KELUARGA (Fisiologis) – SKOR A-P-G-A-R
Sering/Selalu Kadang- Jarang/Tidak
kadang
A Saya puas bahwa saya
dapat kembali ke
keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara
keluarga saya
membahas dan
membagi
masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara
keluarga saya
menerima dan
mendukung keinginan
saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara
keluarga saya
mengekspresikan kasih
sayangnya dan
merespon emosi saya
seperti kemarahan,
perhatian
dll
R Saya puas dengan cara
keluarga saya dan saya
membagi waktu
bersama-sama

52
FUNGSI KELUARGA (Patologis) – SKOR S-C-R-E-E-M
Sumber Pathology Keterangan
Sosial Interaksi sosial yang baik antar +/-
anggota keluarga juga dengan
saudara partisipasi mereka dalam
masyarakat cukup meskipun banyak
keterbatasan.

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap +/-


budaya baik, hal ini dapat dilihat dari
pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan,
Banyak tradisi budaya yang masih
diikuti. Sering mengikuti acara-acara
yang bersifat hajatan, sunatan,
nyadran dll. Menggunakan bahasa
jawa, tata krama dan kesopanan

Religius Pemahaman agama cukup. Namun +/-


Agama menawarkan penerapan ajaran agama kurang, hal
pengalaman spiritual ini dapat dilihat dari penderita dan
yang baik untuk orang tua hanya menjalankan sholat
ketenangan sesekali saja. Sebelum sakit
individu yang tidak penderita rutin belajar mengaji di
didapatkan dari yang sore hari di masjid dekat rumah.
lain
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong +/-
menengah ke bawah, untuk
kebutuhan primer sudah bisa
terpenuhi, meski belum mampu
mencukupi kebutuhan sekunder
rencana ekonomi tidak memadai,
diperlukan skala prioritas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup

Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang +/-


memadai. Tingkat pendidikan dan
pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti
buku-buku, koran terbatas.
Medical Tidak mampu membiayai pelayanan +/-
kesehatan yang lebih baik Dalam
Pelayanan kesehatan mencari pelayanan kesehatan
puskesmas keluarga ini biasanya menggunakan
memberikan Puskesmas dan hal ini mudah
perhatian khusus dijangkau karena letaknya dekat.
terhadap kasus
penderita

53
Kesimpulan permasalahan fungsi keluarga:

STRUKTUR KELUARGA (GENOGRAM)

Interaksi Keluarga :
Keadaan Rumah dan Lingkungan :
Ukuran :
Ruang tamu :
Ruang keluarga :
Kamar tidur :
Kamar mandi/WC :
Dapur :

54
Dinding rumah :
Ventilasi :
Lantai rumah :
Tempat pembuangan sampah :
Sumur/sumber air lain :
Septik tank :
DENAH RUMAH

DAFTAR MASALAH

Masalah medis :

Masalah non medis :

55
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan (pasien, bentuk keluarga, boipsikososial) :

Saran (Promotif, Preventif, Kuratif, Rehabilitatif) :

(Prasetyawati, 2010)

56

Anda mungkin juga menyukai