Anda di halaman 1dari 16

PRESENTASI KASUS

STASE ORTHOPEDI

Maya Putri Kharisma

20174011064

Dosen Pembimbing : dr. Antoni, Sp. OT

KOAS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


ANGKATAN 55
2018
A. Identitas pasien
Nama : Nn. A
Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Magelang
Tanggal Lahir : 11 April 1993
No RM : 256440

B. Primary survey
Airway dan C-spine control :
Look : tanda hipoksia (-), sianosis (-), retraksi dada (-).
Listen : suara snoring (-), gurgling (-), stridor (-)
Feel : lokasi trakea simetris
Breathing :
RR : 20 x/menit
Pernapasan paradoksal (-)
Circulation :
Nadi : 70 x/menit, regular, kuat angkat
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Dissability :
GCS : E4 V5 M6
Exposure :
Lengan bawah kanan : luka terbuka (+) di medial, deformitas (+), oedem (+),
perdarahan (+)
Dahi : luka terbuka (+), perdarahan (+)
Diagnosa kerja
Suspek Fraktur os. Radius dan Ulna dextra
C. Secondary Survey
Anamnesis
- Keluhan utama :
Post jatuh dari motor 30 menit sebelum masuk Rumah Sakit
- RPS :
Pasien datang post jatuh dari motor 30 menit sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien
jatuh sendiri, di jalan turunan dengan kecepatan 40 km/jam dengan posisi jatuh ke
depan. Pasien mengeluh nyeri lengan kanan bawah saat digerakkan.
- RPD :
Pasien pernah mengalami riwayat trauma sebelumnya, riwayat alergi (-).
- RPK :
Riwayat hipertensi (-), DM (-)

Pemeriksaan fisik

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 70x / menit
RR : 20x / menit
Suhu : 36,7oC
Head to toe
Kepala : CA(-/-), SI (-/-),
Leher : Pembesaran limfonodi (-)
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi dada (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor
Auskultasi : SDV (+/+), ST (-/-)
S1-S2 regular
Abdomen : Inspeksi : Datar
Auskultasi : BU (+) N
Palpasi : supel, NT (-)
Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas : Piting Oedem (-), akral dingin (-)
Status lokalis regio antebrachii dextra :
Look : Vulnus laseratum (+), edema (+), deformitas (+), perdarahan
(+), pucat (-), kemerahan (-)
Feel : nyeri tekan (+), krepitasi (tidak didapatkan karena pasien
kesakitan saat dipegang), dingin (-)
Move : gerakan jari terbatas, gerakan elbow joint nyeri, gerakan wrist
joint terbatas dan nyeri

Pemeriksaan penunjang

a. Ro. Antebrachii Dextra AP/L :

Hasil :
- tampak diskontinuitas pada os. Radius dextra middle third
- tampak diskontinuitas pada os. Ulna dextra middle third

Kesan : Fracture komplit os radius dextra middle third dan os ulna dextra middle
third
b. Laboratorium :

Darah Lengkap Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 12.7 11,7-15,5
Hematokrit 39 35-47
Jumlah Leukosit 9.8 3,6-11,0
Jumlah Eritrosit 4.50 3,80-5,20
Jumlah Trombosit 220 150-440
Jumlah Neutrofil 64.9 50,0-70,0
D. Diagnosis
Open Fracture os. Radius dextra middle third et os Ulna dextra middle third
E. Planing
1. Penanganan di IGD
Pemasangan nasal canule 3 lpm
Disinfeksi luka
Bidai dan balut
Pemberian infus RL
Pemberian antibiotic golongan Sefalosporin generasi II
Pemberian Anti-Tetanus
Konsultasi spesialis bedah orthopedi
2. Terapi farmakologis
Pre-operasi
Infus RL + dexketoprofen 2A 20 tpm
Injeksi Cefuroxim 2x1 gr
Post-operasi
Infus RL + dexketoprofen 2A 20 tpm
Injeksi cefuroxym 2x1
Injeksi kalnex 3x500

3. Terapi operatif
Debridement
ORIF os Radius et Ulna dextra
4. Post operasi
Medikasi
Tutup luka dengan elastic band + imobilisasi
Edukasi pasien untuk makan makanan bergizi

PEMBAHASAN
Pengertian

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang berupa retakan,

pengisutan ataupun patahan yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser.

Etiologi Fraktur

Etiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat menyebabkan

terjadinya fraktur diantaranya peristiwa trauma (kekerasan) dan peristiwa patologis.

Peristiwa Trauma (kekerasan)

a) Kekerasan langsung

Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya

kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang akan

patah tepat di tempat terjadinya benturan. Patah tulang demikian sering bersifat

terbuka, dengan garis patah melintang atau miring.

b) Kekerasan tidak langsung

Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari

tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling

lemah dalam hantaran vektor kekerasan. Contoh patah tulang karena kekerasan

tidak langsung adalah bila seorang jatuh dari ketinggian dengan

tumit kaki terlebih dahulu. Yang patah selain tulang tumit, terjadi pula patah

tulang pada tibia dan kemungkinan pula patah tulang paha dan tulang belakang.

Demikian pula bila jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga, dapat

menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan tulang lengan bawah.

c) Kekerasan akibat tarikan otot

Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan patah tulang. Patah
tulang akibat tarikan otot biasanya jarang terjadi. Contohnya patah tulang akibat

tarikan otot adalah patah tulang patella dan olekranom, karena otot triseps dan

biseps mendadak berkontraksi.

Peristiwa Patologis

a) Kelelahan atau stres fraktur

Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas berulang – ulang

pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat aktivitas yang lebih berat dari

biasanya. Tulang akan mengalami perubahan struktural akibat pengulangan

tekanan pada tempat yang sama, atau peningkatan beban secara tiba – tiba pada

suatu daerah tulang maka akan terjadi retak tulang.

b) Kelemahan Tulang

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya suatu tulang

akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang misalnya osteoporosis, dan

tumor pada tulang. Sedikit saja tekanan pada daerah tulang yang rapuh maka

akan terjadi fraktur.


Klasifikasi Fraktur

Fraktur dapat dibedakan jenisnya berdasarkan hubungan tulang dengan

jaringan disekitar dan bentuk patahan tulang.

Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar

Fraktur dapat dibagi menjadi :

a) Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar.

b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen

tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka

terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo), yaitu:

- Derajat I : Luka <1 cm, kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka
remuk, fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan,
kontaminasi minimal
- Derajat II : laserasi >1 cm, kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi,
fraktur kominutif sedang, kontaminasi sedang
- Derajat III : Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur
kulit, otot, dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi.
Berdasarkan bentuk patahan tulang

a) Transversal

Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang

tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya

mudah dikontrol dengan pembidaian gips.

b) Spiral

Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi

ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan

sedikit kerusakan jaringan lunak.

c) Oblik

Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis

patahnya membentuk sudut terhadap tulang.

d) Segmental

Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang

retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari

suplai darah.

e) Kominuta

Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan


jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.

f) Greenstick

Adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana

korteks tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis

ini sering terjadi pada anak – anak.

Fraktur Antebrachii

Fraktur Antebrachii atau radius-ulna tertutup adalah terputusnya hubungan

tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah, baik trauma

langsung maupun trauma tidak langsung. Menurut Nampira (2014) fraktur batang

radius dan ulna biasanya terjadi karena cedera langsung pada lengan bawah,

kecelakaan lalu lintas, atau jatuh dengan lengan teregang. Fraktur radius dan ulna

biasanya merupakan akibat cedera hebat. Cedera langsung biasanya menyebabkan

fraktur transversa pada tinggi yang sama, biasanya di sepertiga tengah tulang

Klasifikasi fraktur antebrachii :

1. Fraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulna

2. Fraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna
3. Fraktur Montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai dengan dislokasi sendi
radioulna proksimal

4. Fraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radius

5. Fraktur Galeazzi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi radioulna
distal

Stadium Penyembuhan Fraktur

Proses penyembuhan fraktur terdiri atas lima stadium yaitu :

 Pembentukan hematom

 Organisasi

 Kalus sementara

 Kalus definitif

 Remodeling
Penatalaksanaan

Menurut Mansjoer (2000) dan Muttaqin (2008) konsep dasar yang harus

dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu : rekognisi, reduksi, retensi, dan

rehabilitasi.

1. Rekognisi (Pengenalan )

Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk menentukan

diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai akan

terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan bentuk yang nyata dapat

menentukan diskontinuitas integritas rangka.

2. Reduksi (manipulasi/ reposisi)

Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen fragmen

tulang yang patah sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya.

Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau reduksi

terbuka. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk mencegah

jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan

perdarahan.

3. Retensi (Immobilisasi)

Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali

seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus

diimobilisasi, atau di pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai

terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau

interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi

kontinu, pin, dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat di

gunakan untuk fiksasi intrerna yang brperan sebagai bidai interna untuk

mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan diluar


kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan memasukkan dua atau

tiga pin metal perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal

dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan

menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan

untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada tulang femur,

humerus dan pelvis. Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan

pin yang diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah atau

zona trauma, kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu sama lain dengan

rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars yang berfungsi untuk

menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat digunakan sebagai temporary

treatment untuk trauma muskuloskeletal atau sebagai definitive treatment

berdasarkan lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada tulang dan jaringan

lunak

4. Rehabilitasi

Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin untuk menghindari

atropi atau kontraktur. Bila keadaan memungkinkan, harus segera dimulai

melakukan latihan-latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh

dan mobilisasi

Komplikasi Fraktur

Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom

kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.

1. Syok

Syok hipovolemik atau traumatic akibat perdarahan (banyak kehilangan

darah eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bias menyebabkan

penurunan oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang


rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra.

2. Sindrom emboli lemak

Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh

darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler

atau karena katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien akan

memobilisasi asam lemak dan memudahkan terdasinya globula lemak

pada aliran darah.

2. Sindroma Kompartement

Merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang

dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan

karena penurunan ukuran kompartement otot karena fasia yang

membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gibs atau balutan yang

menjerat ataupun peningkatan isi kompatement otot karena edema atau

perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misalnya : iskemi,dan

cidera remuk).

3. Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bias ditandai denagan tidak ada nadi, CRT

menurun, syanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada

ekstrimitas yang disbabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan

posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

4. Infeksi

Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada

trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke

dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bias juga

karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
5. Avaskuler nekrosis

Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak

atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan di awali

dengan adanya Volkman’s Ischemia

Komplikasi dalam waktu lama atau lanjut fraktur antara lain: mal union, delayed

union, dan non union.

1. Malunion

Malunion dalam suatu keadaan dimana tulang yang patah telah

sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Malunion merupaka

penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan

dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan

pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

2. Delayed Union

Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan

dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Delayed

union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan

waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan

karena penurunan suplai darah ke tulang.

Anda mungkin juga menyukai