ORTHOPEDI
Anamnesis:
- Keluhan utama : Pasien mengeluhkan nyeri pinggang
RPS : Pasien datang ke RSPAD dengan keluhan nyeri pinggang sejak 6 bulan
SMRS. Keluhan dirasakan baik saat beraktivitas maupun beristirahat. Nyeri dirasakan seperti
ditusuk-tusuk dan disertai rasa panas. Nyeri menjalar hingga ke kedua tungkai. Pasien
menyangkal adanya kelemahan atau baal pada anggota gerak lain, demam, kejang, gangguan
buang air kecil maupun buang air besar. Riwayat trauma (+) jatuh terpeleset
- Riwayat jatuh terpeleset 2 tahun yang lalu.
- RPD : Ca Mamae
- RPO : Mastektomi (Oktober 2021), Saat ini menjalani terapi hormonal.
Pemeriksaan Fisik
● Keadaan Umum : Baik
● Kesadaran : GCS 15 E4M6V5
● Tanda-tanda Vital
- Tekanan darah : 132/89 mmHg
- Nadi : 98x / menit
- RR : 20x / menit
- Suhu : 36,3 °C
- Saturasi Oksigen : 99%
● Status Generalis
- Ekstremitas :
Kanan Kiri
Otot Eutrofi Eutrofi
Tonus Normotoni Normotoni
Massa Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Sendi Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan Normal Normal
Edema Tidak ada Tidak ada
Pemeriksaan Penunjang
MRI Lumbosacral (28/06/2022)
Kesan:
- Lesi hiperintens ireguler di hamper seluruh corpus dan pedikel thoracolumbal
dengan kompresi moderat corpus Th12 dan komresi ringan corpus Th7, Th8
(Genant classification), mendesak medulla spinalis setinggi Th12 suspek
metastasis.
- Degenerasi discus L5-S1
- Straight kurve thoracolumbal
Informed Consent: Pasien dengan diagnosis Fraktur Kompresi L1 dan akan dilakukan
prosedur dekompresi dengan pertimbangan berdasarkan gejala klinis yang dirasakan pasien dan
gambaran dari radiologi. Indikasi tindakan untuk melepaskan tekanan pada saraf pasien dibawah
anastesi. Komplikasi prosedur operasi yang dapat terjadi adalah perdarahan. Prognosisnya adalah
dubia ad bonam.
Laporan Operasi
Komplikasi
- Perdarahan
- Infeksi
Tinjauan Pustaka
Fraktur Kompresi
Definisi
Fraktur kompresi (wedge fractures) merupakan kompresi pada bagian depan corpus
vertebralis yang tertekan dan membentuk patahan irisan. Fraktur kompresi adalah fraktur
tersering yang mempengaruhi kolumna vertebra.
Fraktur ini dapat disebabkan oleh kecelakaan jatuh dari ketinggian dengan posisi
terduduk ataupun mendapat pukulan di kepala, osteoporosis dan adanya metastase kanker
dari tempat lain ke vertebra kemudian membuat bagian vertebra tersebut menjadi lemah
dan akhirnya mudah mengalami fraktur kompresi. Vertebra dengan fraktur kompresi akan
menjadi lebih pendek ukurannya daripada ukuran vertebra sebenarnya. Trauma vertebra
yang mengenai medula spinalisdapat menyebabkan defisit neorologis berupa kelumpuhan.4
Epidemiologi
Fraktur kompresi vertebra merupakan jenis fraktur yang sering terjadi dan
merupakan masalah yang serius. Setiap tahun sekitar 700.000 insidensi di Ameika Serikat,
dimana prevalensinya meningkat 25% pada wanita yang berumur diatas 50 tahun. Satu dari
dua wanita dan satu dari empat laki-laki berumur lebih dari 50 tahun menderita
osteoporosis berhubungan dengan fraktur. Insidensi fraktur kompresi vertebra meningkat
secara progresif berdasarkan semakin bertambahnya usia, dan prevalensinya sama antara
laki-laki (21,5%) dan wanita (23,5%), yang diukur berdasarkan suatu studi pemeriksaan
radiologi.
Etiologi
Penyebab terjadinya fraktur kompresi vertebra adalah sebagai berikut:
Trauma langsung ( direct )
Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung padajaringan tulang
seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan benturan benda keras oleh
kekuatan langsung.
Trauma tidak langsung ( indirect )
Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih disebabkan oleh
adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau otot, contohnya seperti pada
olahragawan yang menggunakan hanya satu tangannya untuk menumpu beban badannya.
Patofisiologi
Tulang belakang merupakan satu kesatuan yang kuat yang diikat oleh ligamen di
depan dan di belakang, serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya
absorpsi terhadap tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibilitas dan elastis.
Semua trauma tulang belakang harus dianggap suatutrauma yang hebat, sehingga sejak
awal pertolongan pertama dan transportasi ke rumah sakit penderita harus secara hati-hati.
Trauma pada tulang belakang dapat mengenai :8
a. Jaringan lunak pada tulang belakang, yaitu ligamen, diskus dan faset.
b. Tulang belakang sendiri
c. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
e. Fleksi lateral
Kompresi atau trauma distraksi yang menimbulkan fleksi lateral akan menyebabkan
fraktur pada komponen lateral yaitu pedikel, foramen vertebra dan sendi faset.
Pembagian trauma vertebra menurut BEATSON (1963) membedakan atas 4 grade:
a. Grade I = Simple Compression Fraktur
b. Grade II = Unilateral Fraktur Dislocation
c. Grade III = Bilateral Fraktur Dislocation
d. Grade IV = Rotational Fraktur Dislocation
Diagnosis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan dengan cara pasien berdiri,sehingga tanda-
tanda osteoporosis seperti kiposkoliosis akan lebih tampak. Kemudian pemeriksaan
dilakukan dengan menekan vertebra dengan ibu jari mulai dari atas sampai kebawah yaitu
pada prosesus spinosus. Fraktur kompresi vertebra dapat terjadi mulai dari oksiput
sampai dengan sacrum, biasanya terjadi pada region pertengahan torak (T7-T8) dan
pada thorakolumbal junction. Ulangi lagi pemeriksaan sampai benar-benar ditemukan
lokasi nyeri yang tepat. Nyeri yang berhubungan dengan pemeriksaan palpasi vertebra
mungkin disebabkan oleh adanya fraktur kompresi vertebra.5
Adanya deformitas pada tulang belakang tidak mengindikasikan adanya fraktur.
Jika tidak ditemukan nyeri yang tajam, kemungkinan hal tersebut merupakan suatu
kelainan tulang belakang yang berkaitan dengan umur. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan
dengan membantu pasien melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada tulang belakang,
gerakan ini akanmenyebabkan rasa nyeri yang disebabkan oleh adanya fraktur kompresi
vertebra. Spasme otot atau kekakuan otot dapat terjadi sebagai akibat dari kekuatan otot
melawan gravitasi pada bagian anterior dari vertebra. Pemeriksaan neurologis perlu
dilakukan. Tidak jarang pada kasus osteomielitis mempunyai gejala yang mirip dengan
fraktur kompresi vertebra.5
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :9
a. Roentgen : pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat tulang
vertebra untuk melihat fraktur dan pergeseran tulang vertebra
Gambar 2.10. Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 1
Penatalaksanaan
a. Nyeri akut fraktur kompresi vertebra
Jika pada pasien tidak ditemukan kelainan neurologis, pengobatan pada pasien dengan
akut fraktur harus menekankan pada pengurangan rasa nyeri, dengan pembatasan
bedrest, penggunaan analgetik, brancing dan latihan fisik.9
1) Menghindari bedrest terlalu lama
Bahaya dari bedrest yang terlalu lama pada orang tua adalah, meningkatkan
kehilangan densitas tulang, deconditioning, thrombosis, pneumonia, ulkus
dekubitus, disorientasi dan depresi.
2) Analgetik
Analgetik digunakan untuk mengurangi rasa nyeri, biasa diberikan sebagai terapi
awal untuk menghindari dari bedrest yang terlalu lama.
3) Calcitonin, diberikan secara subkutan, intranasal, atau perrektal mempunyai efek
analgetik pada fraktur kompresi yang disebabkan oleh osteoporosis dan pasien
dengan nyeri tulang akibat metastasis.
4) Bracing
Bracing merupakan terapi yang biasa dilakukan pada manegemen akut non operatif.
Ortose membantu dalam mengontrol rasa nyeri dan membantu penyembuhan
dengan menstabilkan tulang belakang. Dengan mengistirahatkan pada posisi fleksi,
maka akan mengurangi takanan pada kolumna anterior dan rangka tulang
belakang.Bracing dapat digunakan segera, tetapi hanya dapat digunakan untuk dua
sampai tiga bulan. Terdapat beberapa tipe ortose yang tersedia untuk pengobatan.
5) Vertebroplasty
Vertebroplasty dilakukan dengan menempatkan jarum biopsy tulang belakang
kedalam vertebra yang mengalami kompresi dengan bimbingan fluoroscopy atau
computed tomography. Kemudian diinjeksikan Methylmethacrylate kedalam tulang
yang mengalami kompresi. Prosedurini dapat menstabilkan fraktur dan megurangi
rasa nyeri dengan cepat yaitu pada 90% 100% pasien. Tetapi prosedur ini tidak dapat
memperbaiki deformitas yang terjadi pada tulang belakang.
Gambar 2.12. Teknik Vertebroplasty
6) Kypoplasty
Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan jarum yang berisikan tampon kedalam
tulang yang mengalami fraktur. Insersi jarum tersebut akan membentuk suatu
kavitas pada tulang vertebra. Kemudian kavitas tersebut diisi dengan campuran
methylmetacrylate dibawah tekanan rendah.
2.1. Komplikasi
Apakah fraktur kompresi vertebra menunjukkan gejala atau tidak, komplikasi jangka
panjangnya sangat penting. Konsekuensinya dapat dikategorikan sebagai biomekanik,
fungsional, dan psikologis.9
a. Biomekanik
Pada beberapa pasien yang mengalami pemendekan segmen torakolumbal yang
signifikan, costa bagian terbawah akan bersandar pada pelvis, menyebabkan terjadinya
abdominal discomfort. Gejala-gejala pada gangguan abdomen dapat berupa anoreksia
yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan, terutama pada pasien yang berusia
lanjut. Konsekuensi pada paru akibat adanya frakturkompresi pada vertebra dan kyposis
umumnya ditandai dengan penyakit paru restriktif dengan penurunan kapasitas vital
paru. Dalam persamaan, setiap fraktur menurunkan kapasitas vital 9%. Meningkatkan
resiko terjadinya fraktur. Karena terjadinya kyposis, maka beban berlebih akan ditopang
oleh tulang disekitarnya, ditambah lagi dengan adanya osteoporosis semakin
meningkatkan resiko terjadinya fraktur. Adanya satu atau lebih vertebra mengalami
fraktur kompresi semakin meningkatkan adanya fraktur tambahan lima kali lipat dalam
satu tahun.
b. Fungsional
Pasien yang mengalami fraktur kompresi memiliki level yang lebih rendah dalam
performa fungsional dibandingkan dengan kontrol, lebih banyak membutuhkan
pembantu, pengalaman lebih sering mengalami sakit saat bekerja, dan mengalami
kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Penelitian terbaru pada pasien-pasien
ini memiliki nilai yang rendah pada indeks kulalitas hidup yang berhubungan dengan
kesehatan berdasarkan fungsi fisik, status emosi, gejala klinis dan keseluruhan performa
fungsional. Oleh karena itu, banyak pasien yang mengalami fraktur kompresi vertebra
akan menjadi tidak aktif, dengan berbagai alasan antara lain rasa nyeri akan berkurang
dengan terlentang, takut jatuh sehingga terjadi patah tulang lagi. Sehingga kurang aktif
atau malas bergerak pada akhirnya akan mengakibatkansemakin buruknya kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
c. Psikologis
Kejadian depresi meningkat sampai 40% pada pasien yang menderita fraktur
kompresi vertebra, akibat nyeri kronis, perubahan bentuk tubuh, detorientasi dalam
kemampuan untuk merawat diri sendiri, dan akibat bedrest yang lama. Pasien yang
mengalami depresi biasanya yang mengalami lebih dari satu fraktur dan akan menjadi
cepat tua dan terisolasi secara sosial
Prognosis
Nyeri dan fraktur yang dialami akan membaik dengan dukungan terapifarmakologis dan
farmakologis, namun dengan semakin bertambahnya usia, fungsi dan struktur fisiologi
tulang akan semakin menurun, diperlukan upaya kewaspadaan agar tetap menjaga
stabilitas tulang belakang dan pencegahan trauma pada usia lanjut.
Pencegahan
a. Hindari aktifitas fisik berat
b. Olah raga seperti jogging dan berjalan cepat
c. Jaga asupan kalsium (sayuran hijau, susu tinggi kalsium dll)
d. Hindari defisiensi vitamin D
e. Nutrisi dengan diet tinggi protein
f. Berjemur pada pagi dan sore hari
g. Diperlukan pendamping untuk usia lanjut
h. Memperhatikan lingkungan dan berbagai penyebab untuk
menghindariberulangnya jatuh
DAFTAR PUSTAKA
1. Jong WD, Samsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 2005. Hal 870-874
2. Andrew L Sherman, MD, MS; Chief Editor: Rene Cailliet, MD. Lumbar Compression Fracture.
(diakses tanggal 17 Juli 2014). Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/309615-
overview
3. Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi. Jakarta : PT. Yarsif Watampone. 2007.
4. Young W. Spinal cord injury level and classification (serial online) 2000 (diakses 10 April
2012); Diunduh dari: URL: http://www.neurosurgery.ufl.edu/Patients/fracture.shtml
6. Pearce, Evelyn C., Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama. 2006. Hal 89
7. Philips W. Ballinger, M.S., R.T.(R). (1995), Merrill’s Atlas of Radiographic Positions and
Radiologic Prosedures. Ohio : Mosby-Year Book.
8. Apley graham and Solomon Louis. Ortopedi Fraktur System Apley; edisi ketujuh. Jakarta:
Widya medika, 1995.
9. Aron B, Walter CO. Vertebral compreesion fractures : treatment and evaluation (serial online)
2006 ( diakses 10 April 2012); Diunduh dari: URL:
http://bjr.birjournals.org/cgi/reprint/75/891/207.pdf.
Nilai:
Mengetahui,
DPJP