Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN FRAKTUR

Oleh :
KELOMPOK 6
 
Suwirna Afrini 1711316020
Nilam Martha Yulba 1711316026
Meina Mustika Sari 1711316034
Kodariyah 1711316057
Verawati 1711316062
PENGERTIAN

Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005) Fraktur adalah


diskontinuitas / terganggunya kesinambungan jaringan tulang
dan atau tulang rawan karena adanya trauma. Fraktur terjadi
bila daya traumanya lebih besar dari daya lentur tulang
(Hardisman, 2014).
ETIOLOGI

Menurut Abdul Wahid tahun 2013 penyebab fraktur adalah:


 Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur
terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
 Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan menyebabkan patah
tulang ditempatkan yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan,
yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vector kekerasan.
 Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, dan penekanan, kombinasi
dari ketiganya, dan penarikan.
Klasifikasi Fraktur

Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)


 Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih
(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
 Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit.
Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur
 Fraktur Komplit
 Fraktur Inkomplit 

Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan


mekanisme trauma.
 Fraktur Transversal
 Fraktur Oblik
 Fraktur Spiral
 Fraktur Kompresi
 Fraktur Avulsi
Berdasarkan jumlah garis patah.
 Fraktur Komunitif
 Fraktur Segmental
 Fraktur Multiple

Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.


 Fraktur Undisplaced (tidak bergeser)
 Fraktur Displaced (bergeser) 

Berdasarkan posisi frakur Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian


:
 1/3 proksimal
 1/3 medial
 1/3 distal
MANIFESTASI KLINIS

Gejala fraktur (Lukman & Ningsih, 2012):


 Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot ynang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antarfragmen
tulang.
 Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya
tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan
atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat ataupun teraba)
ekstremitas yang bias diketahui dengan membandingkan ekstremitas
normal.
 Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
 Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu
dengan lainnya.
 Pembengkakan dan perubahan warna local pada kult terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

 Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi/luasnya


fraktur/luasnyatrauma, skan tulang, temogram, scan CI:
memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
 Hitung darah lengkap : HB mungkin meningkat/menurun.
 Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
ginjal.
 Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah, transfusi multiple, atau cedera hati.
KOMPLIKASI

Menurut Muttaqin (2008), komplikasi yang dapat ditimbulkan


fraktur dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
A. Komplikasi awal
 Kerusakan arteri
 Syndrome kompartemen
 Fat embolism syndrome
 Infeksi
 Neksrosis avaskuler
 Syok
B. Komplikasi lama
 Delayed union
 Non-union
 Mal-union
Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan fraktur 4 R (Mutatqin, 2008)


Recognition (diagnosis dan penilaian fraktur)
Reduction (restorasi fragmen fraktur sehingga posisi
yang paling opytimal didapatkan)
Retention (imobilisasi fraktur)
Rehabilitation (megembalikan aktivitas fungsional
semaksimal mungkin)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
 Identitas klien: Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnose medis, no.
registrasi (Wijaya & Putri, 2013)
 Keluhan utama: rasa nyeri, kete rbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, dan
gangguan neurosensori (Suratun, dkk, 2008).
 Riwayat kese hatan sekarang: P ada pasien fraktur/patah tulang dapat
disebabkan oleh trauma atau kecelakaan, degeneratif dan patologis yang
didahului dengan perdarahan, kerusakan jaringan yang mengakibatkan
nyeri, bengkak, kebiruan, pucat atau perubahan warna kulit dan
kesemutan.
 Riwayat kese hatan dahulu: Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan
penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang terse but akan
menyambung. Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan
penyakit paget’s yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit
untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes de ngan luka di kaki
sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga
diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.
 Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur,
seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa
keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara
genetik
  Pemeriksaan fisik:
Menurut Muttaqin (2008) Hal yang perlu diketahui dalam
pemeriksaan fisik klien fraktur adalah sebagai berikut:
 Sistem integume n : Te rdapatnya erytema, suhu sekitar daerah trauma
meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan
 Kepala : Tidak ada gangguan , simetris, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri kepala
 Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan, reflek
menelan positif.
 Muka : Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, dan tidak ada oedema.
 Mata : Bisa terjadi anemis (karena terjadi perdarahan)
 Telinga : Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal, tidak ada
lesi atau nyeri te kan.
 Hidung : Tidak ada deformitas, tak ada pernapasan cuping hidung.
 Mulut dan faring :Tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
 Thoraks : Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada
simetris
 Paru
- Inspeksi : Pernapasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung
pada riwayat penyakit klien yang berhubungan dengan paru
- Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama
- Perkusi : Suara ketok sonor, tak ada redup atau suara, tambahan
lainnya.
- Auskultasi : Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara
tambahan lainya seperti stridor dan ronchi.
 Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak iktus cordis
- Palpasi : Nadi meningkat, iktus tidak teraba
- Auskultasi : Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur
  Abdomen
- Inspeksi : Bentuk datar, simetris
- Palpasi :Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba
- Perkusi : Suara thympani
- Auskultasi : Peristaltik usus normal 20 kali/menit

 Ekstremitas : Perbedaan ukuran pada ekstermitas bawah kiri


dan kanan, teraba adanya derik tulang (krepitus), terdapat
nyeri pada ekstermitas yang fraktur, edema, hematoma,
perubahan warna local pada kulit, pada fraktur terbuka
terdapat luka pada area femur, sedangkan pada fraktur
tertutup tidak terdapat kerusakan jaringan yang parah.
Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

 Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai


darah kejaringan.
 Resiko syok berhubungan dengan adanya perdarahan
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah,
emboli, perubahan membran, alveolar atau kapiler.
 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan cairan aktif
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka,
pemasangan traksi.
 Resiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan
aliran darah
 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (trauma)
 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal,
kerusakan integritas tulang
 Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka terbuka
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

( NANDA,2015)
1 Resiko Syok NOC: Pengurangan perdarahan: Luka
. berhubungan a. Syok prevention a. Terapkan tekanan
dengan adanya b. Syok management manual atas perdarahan
perdarahan Kriteria hasil: atau area perdarahan
  c. Nadi dalam batas yang diharapkan potensial
  d. Irama jantung dalam batas yang b. Terapkan kompres es ke
  diharapkan daerah yang terkena
  e. Frekuensi napas dalam batas yang dampak
  diharapkan c. Pantau tanda-tanda vital
f. Irama pernapasan dalam batas d. Memantau asupan dan
yang diharapkan output
g. Natrium serum dalam batas normal e. Ekstremitas tempat
h. Kalium dalam batas normal perdarahan di posisi
i. Klorida dalam batas normal tinggi
j. Kalsium dalam batas normal f. Memantau ukuran dan
k. Magnesium dalam bats normal karakter hematoma
l. PH darah dan serum dalam batas g. Instruksikan pasien untuk
normal membatasi aktivitas
Hidrasi h. Jelaskan pada
m. Mata cekung tidak ditemukan pasien/keluarganya
n. Demam tidak ditemukan tentang tanda-tanda
o. TD dalam bats normal perdarahan dan tindakan
p. Hematokrit dalam batas normal yang tepat (misal:
melaporkan ke perawata
apabila terjadi
perdarahan)

 
2 Ketidakefektifan NOC Peripheral sensation
perfusi jaringan a. circulation status management (manajemen
.
perifer b. tissue perfussion : cerebral sensasi perifer)
berhubungan Kriteria hasil: a. Memonitor adanya daerah
dengan 1. Mendemonstrasikan status tertentu yang hanya peka
penurunan suplai sirkulasi yang terhadap
darah kejaringan didemonstrasikan dalam panas/dingin/tajam/tumpul
  rentang yang diharapkan. b. Monitor adanya paretese
Batasan 2. Mendemonstrasikan c. Instruksikan keluarga untuk
karakteristik: kemampuan kognitif mengobservasi kulit jika ada
a. tidak ada nadi 3. Menunjukkan fungsi sensori lesi atau laserasi
b. perubahan motori kranial yang utuh: d. Batasi gerakan pada kepala,
karakteristik kulit tingkat kesadaran membaik, leher, dan punggung
(warna, elastisitas, tidak ada gerakan-gerakan e. Monitor kemampuan BAB
kelembapan, involunter. f. Kolaborasi pemberian
kuku, sensasi,   analgetik
suhu) g. Monitor adanya trombophlebitis
c. waktu pengisian h. Diskusikan mengenai
kapiler >3dtk penyebab perubahan sensasi
d. penurunan nadi
e. nyeri ekstremitas
 
 
 
 
 
3Kekurangan volume NOC: Fluid management
cairan berhubungan a. fluid balance a. pertahankan catatan intake dan
.
dengan kehilangan b. hydration output yang akurat
cairan aktif Kriteria hasil: b. monitor status hidrasi ( kelembapan
Batasan a. mempertahankan urine membrane mukosa, nadi adekuat,
karakteristik: output sesuai dengan usia tekanan darah ortostatik), jika
a. penurunan dan BB, BJ urine normal, Ht diperlukan
tekanan darah normal. c. monitor vital sign
b. penurunan b. tekanan darah, nadi, suhu d. monitor masukan makanan dan
tekanan nadi tubuh, dalam batas normal cairan dan hitung intake kalori harian
c. penurunan turgor c. tidak ada tanda-tanda e. kolaborasikan pemberian cairan IV
kulit dehidrasi, elastisitas turgor f. monitor status nutrisi
d. penurunan kulit baik, membrane  
pengisian vena mukosa lembab, tidak ada Hipovolemia management
e. peningkatan suhu rasa haus yang berlebihan. g. monitor status cairan termasuk
tubuh intake dan output cairan.
f. haus h. pelihara iv line
g. kelemahan i. monitor tingkat Hb dan hematocrit
j. monitor tanda vital
k. monitor respon pasien terhadap
penambahan cairan
l. dorong pasien untuk menambah
intake oral
TINJAUAN KASUS

Pengkajian
 Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 69 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Duda dengan 6 orang anak
Suku/Bangsa : Minangkabau/Indonesia
Pekerjaan : Pensiunan guru
Pendidikan : S1
Tanggal Masuk RS : 07 Juni 2016 pukul 05.45 WIB, melalui IGD
atas rujukan RSUD Pariaman, sekarang pasien dirawat di ruang
Trauma Centre.
Diagnosa Medis : Fraktur trokanter mayor femur dekstra.
 R i wayat Penyakit Sekarang
Kli en masuk R SUP Dr. M. Dj ami l Pada ng d engan keluhan nyeri pada
pangkal p aha sebel ah kanan sej ak 2 hari sebelum masuk rumah saki t. Skal a
nyeri 8. Nyeri di ra sakan terut ama saat bergerak. Kli en mengel uh tidak dapat
berakti vi t as sep erti bia sa nya. kli en telah dil akukan pemeriksaan rontgen
saat di R SUD Pariaman. Di dapatkan ga ris fraktur pad a trokanter mayor
femur dekst ra.
Sa at d il akukan pengkajia n pada tanggal 8 Juni 2016 j am 09.00 pasien
hari kedua dirawat di R S dan hari ke-4 pa sc a j atuh, pasien mengeluh nyeri
pada pangkal paha sebelah kanan, saat dit anya skal a nyeri seki tar 7, nyeri
di rasakan terut ama saat bergerak. Anak kl ien mengat akan ayahnya tampak
cema s dengan kondi sinya saat ini. Kli en mengatakan sudah dil akukan
pemeri ksaan di agnosti c (rontgen) p ada t anggal 6 j uni 2016 di R SUD
Pari aman. Pasien di rencanakan untu k operasi (OR IF).
Pada saat dil akukan pengkaji an kl ien mengat akan bahw a 4 hari yang l alu
kli en jat uh. Aw alnya pasien berjal an dari kamar mand i lalu tiba-tiba terjatuh.
Pasi en tet ap sadar setelah j atuh na mun kli en ti dak bi sa berdi ri lagi setelah
it u, dan mengeluh nyeri pada pangkal paha sebel ah kanan
 Riwayat Penyakit Dahulu
Klien pernah mengalami kecelakaan 12 tahun yang lalu. Pasien
mempunyai riwayat DM sejak tahun 2005, pasien minum obat
teratur. Pasien tidak mempunyai riwayat osteoporosis.
 Pola Persepsi dan Management
Keluarga mengatakan awalnya klien tidak mau dibawa kerumah
sakit, klien hanya beristirahat dan berbaring dirumah, namun
karena kondisi klien tak kunjung membaik dan nyeri yang tidak
kunjung hilang akhirnya klien mau dibawa ke rumah sakit.
 Pola Nutrisi dan Metabolic
Keluarga pasien mengatakan pasien hanya menghabiskan setengah
dari porsi makanan. Saat dirumah pasien juga makan dalam porsi
kecil dengan nasi dan lauk disertai buah dan sayur, pasien makan
3x sehari. Saat ini pasien mendapatkan diet makanan biasa yaitu
susu, nasi ditambah lauk, sayur, dan buah 3 kali sehari.  
Pola Eliminasi
Pasien menggunakan pampers sejak masuk RSUP Dr. M. Djamil, keluhan dalam
berkemih tidak ada. Pasien BAK sekitar 4 kali dalam sehari, urin berwarna kuning
b e r s i h . H a s i l p e m e r i k s a a n f u n g s i g i n j a l t a n g g a l 0 7 Ju n i 2 0 1 6 d i d a p a t k a n n i l a i
ureum Ureum darah: 54 mg/dl Kreatinin darah: 0,9 mg/dl, Tidak ada keluhan nyeri
saat berkemih, vesika tidak teraba pada sympisis, Selama dirawat pasien BAB 2 kali
sehari dengan konsistensi padat. BAB berwarna kekuningan, bau khas, tidak ada
perdarahan, bising usus 8 x/menit.
Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur, pasien terpasang traksi pada kaki
kanan, aktivitas sehari seperti makan dan eliminasi (BAB) belum bisa dilakukan
sendiri. 
Pola Istirahat dan Tidur
Pasien mengatakan tidur malam ± 5-6 jam/hari dan tidur siang ± 2jam/hari klien
mengatakan tidur tidak nyenyak karena tidak terbiasa dengan suasana di rumah
sakit dan merasakan nyeri pada kakinya.
Pola Konsep Diri dan Persepsi
Pasien mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini, pasien tidak nyaman berada
di rumah sakit dan ingin cepat pulang. Koping pasien baik, emosi pasien terkontrol
dan tidak ada kesulitan untuk mengungkapkan apa yang pasien rasakan.
 Pola Peran dan Hubungan
Pasien selalu ditemani oleh anaknya yang selalu bergantian
menjaganya, kerabat terdekat banyak yang mengunjunginya.
 Pola Reproduksi dan Seksual
Status pasien duda dengan 6 orang anak. Pasien menduda sejak 5
tahun yang lalu.
PEMERIKSAAN FISIK

 Pa da s aa t dila ku k a n pem e rik sa a n f isi k dida patk a n k e a da an um um pa sie n


s e dan g , T D: 130/ 80 m m Hg, N adi: 96 x/m e n it, pe rn a fa s a n: 22 x/m e n it, s u hu :
36, 8 o C. K epa la tida k a da le s i, ta m pak be ka s lu k a pa da t e m pora l, k u lit k e pa l a
a ga k be rm in ya k , dis tribu si ra m bu t m e r a ta , wa rn a pu tih k e h i tam an , ra m bu t
ti da k m u dah di cabu t, kon j u ngt iva t ida k a n e m is, s kl e ra tidak ik te r ik, m a ta
s im e t ris k ir i da n k a na n , pe rn a pa s a n c u pin g h idun g tida k a da , ke ada a n h idun g
u tu h , t ida k a da devi as i se pt um , fu n gs i m as ih ba ik , t idak a da le si , k on k a n a sa l
ti da k m e ra da n g. M uk os a bibir a ga k ke rin g, gig i le n gk ap, tida k ada ka ri e s gig i.
 Pa s ie n m en ga ta k a n tida k a da se sa k, bu ny i n a fa s ve sik u le r, da da si m e t ris k ir i
dan ka n a n , per ger a ka n da da sa m a sa a t m e n a rik na fa s . Pe m e r ik sa a n pa da
ja n tu n g ik tu s cor dis t ida k te rl ih at , s a at dipal pas i ikt us kor dis te r a ba , da n
ir am a ny a re gu ler . P a da a bdo m e n tida k ada dis te n s i abdom e n , n ye ri te k a n da n
le pa s ti da k a da da n bis in g u su s te rde n ga r.
 Pa da pe m e rik s aa n eks tr e m i ta s ta m pak s k in tr a ks i te r pa s a ng pa da k a ki k an a n
de n ga n beba n 4 k g. Ha si l pe m e ri ks a a n ro nt ge n A P la te r al fe m u r t a m pa k g ar is
fra k tu r pa da tr ok a n ter m a yo r fe m u r . Ti da k a da pe n on jo lan fra gm e n tu la n g
k e lu a r, tida k a da pe ru ba h a n wa rn a k u lit pada a re a tr a um a, tida k a da be n gka k
dan e de m a, C RT < 2 dtk , a k ra l h an ga t .
Diagnosa Keperawatan

 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (trauma)


 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
fungsi muskuloskletal
 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
 Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
immobilisasi
No Diagnosa NOC/Kriteria Hasil NIC
. Keperawatan
1. Nyeri akut NOC a. lakukan pengkajian manajemen secara
komprehensif termasuk lokasi karakteristik,
berhubungan a. pain level durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
dengan agen b. pain control b. Observasi reaksi nonverbal dari
cedera fisik c. comfort level ketidaknyamanan.
(trauma)   c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kriteria Hasil: d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
a. mampu mengontrol nyeri e. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
(tahu penyebab nyeri, f. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
mampu menggunakan lampau
teknik nonfarmakologi untuk g. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
mengurangi nyeri, mencari menemukan dukungan.
bantuan) h. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan
b. melaporkan bahwa nyeri kebisingan.
berkurang dengan i. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
menggunakan manajemen j. pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal)
nyeri k. kaji tipe dan sumber nyeri untuk menemukan
c.mampu mengenali nyeri intervensi.
(skala, intensitas,frekuensi, l. Ajarkan tentang eknik nonfarmakologi
dan tanda nyeri) m. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
n. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
d. mengatakan rasa nyaman o. Tingkatkan istirahat
setelah nyeri berkurang. p. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil
q. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri
2 Hambatan NOC: Exercise therapy: ambulation
mobilitas fisik a. Joint movement: Active a. Monitoring vital sign sblm/sesudah
berhubungan b. Mobility Level latihan dan lihat respon pasien saat
dengan gangguan c. Self care: ADLs saat latihan
muskuloskletal d. Transfer performance b. Konsultasikan dengan terapi fisik
  Kriteria hasil: tentang rencana ambulasi sesuai
  e. Klien meningkat dalam dengan kebutuhan
a.   aktivitas fisik c. Bantu klien untuk menggunakan
f. Mengerti tujuan dari tongkat saat berjalan dan cegah
peningkatan mobilitas terhadap cedera.
g. Memverbalisasikan d. Ajarkan pasien atau tenaga
perasaan dalam kesehatan lain tentang teknik
meningkatkan kekuatan ambulasi
dan kemampuan e. Latih pasien dalam kebutuhan ADLs
berpindah secara mandiri sesuai kemampuan
h. Memperagakan f. Dampingi dan bantu penuhi
penggunaan alat kebutuhan ADLs pasien
i. Bantu untuk mobilisasi g. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
h. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
 
3 Ansietas NOC Anxiety reduction (penurunan
berhubungan a. Anxiety self-control kecemasan)
dengan status b. Anxiety level a. Gunakan pendekatan yang
kesehatan c. Coping menyenangkan.
    b. Nyatakan dengan jelas harapan
  Kriteria hasil : terhadap pelaku pasien.
d. Klien mampu c. Jelaskan semua prosedur dan apa
mengidentifikasi dan yang dirasakan selama prosedur.
mengungkapkan gejala d. Pahami prespektif pasien terhadap
cemas. situasi stres.
e. Mengidentifikasi, e. Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut.
menunjukkan tehnik f. Dorong keluarga untuk menemani
untuk mengontrol cemas. pasien.
f. Vital sign dalam batas g. Identifikasi tingkat kecemasan
normal. pasien.
g. Postur tubuh, ekspresi h. Bantu pasien mengenal situasi yang
wajah, bahas tubuh dan menimbulkan cemas.
tingkat aktivitas i. Dorong pasien untuk
menunjukkan mengungkapkan perasaan,
berkurangnya ketakutan, persepsi.
kecemasan. j. Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi.
k. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat untuk mengurangi
rasa cemas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai