OLEH :
NAMA: DINNAR ANANDA
NIM : 22101059
OLEH :
Amilia Dwi Indrawati
3. Etiologi
Fraktur antebrachii disebabkan karena trauma baik secara langsung
maupun tidak langsung serta bisa disebabkan karena adanya tarikan otot yang
terlalu keras. Akan tetapi, fraktur antebrachii yang disebabkan karena tarikan
otot jarang terjadi. Selain itu, factor patologis juga dapat menyebabkan
terjadinya fraktur antebrachii karena adanya proses pelemahan pada tulang
akibat suatu proses penyakit seperti kanker atau osteoporosis.
4. Klasifikasi
Menurut Mansjoer (2008), fraktur antebrachii di klasifikasikan sebagai berikut
:
a. Fraktur Colles
Frakktur colles adalah patah tulang transvers di ujung tulang radius
kira-kira sekitar 2,5 cm diatas pergelangan tangan dan fraktur distal
mengalami angulasi kearah dorsal sehingga menyebabkan deformitas seperti
berbentuk sendok makan.
b. Fraktur Smith
Fraktur smith adalah kebalikan dari fraktur colles yakni angulasi
terjadi ke arah anterior dari fraktur radius. Fraktur ini biasanya terjadi jika
pasien terjatuh dan menahan tubuhnya dengan posisi pergelangan tangan
fleksi dan pronasi. Garis patahan yang terjadi biasanya transversal atau
intraartikular.
c. Fraktur Galeazzi
Fraktur galeazzi adalah fraktur yang terjadi pada radius distal dan
disertai dengan dislokasi pada sendi radius ulna distal. Pada fraktur ini
pergelangan tangan akan teraba adanya tonjolan pada ujung ulna distal
. d. Fraktur montegia
Fraktur montegia adalah fraktur yang terjadi pada sepertiga proksimal
ulna dan disertai dengan adanya dislokasi pada sendi radius ulna proksimal
5. Patofisiologi
6. Pathway
7. Manifestasi klinis
Menurut Tyas (2016) manifestasi klinis pada fraktur antebrachii
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri
b. Pembengkakan
c. Perubahan warna local
d. Deformitas
e. Gangguan atau bakhan hilangnya fungsi gerak
f. Krepitas
8. Pemeriksaan penunjang
a. X-Ray dilakukan untuk melihat dan mengetahui bentuk patahan atau
keadaan tulang yang cidera
b. Bone scans, tomogram atau MRI
c. Anteriogram dilakukan apabila terdapat kerusakan vaskuler
d. CCT dilakukan jika terjadi banyak kerusakan otot
e. Pemeriksaan darah lengkap, pada pemeriksaan darah akan ditemukan
teukosit turun/ meningkat, eritrosit dan albumin menurun, Hb, hematocrit
menurun akibat pendarahan, Laju Endap Darah (LED) meningkat apabila
terjadi kerusakan yang sangat luas pada jaringan lunak dan kreatinin ginjal
meningkat akbiat trauma otot serta pada masa penyembuhan akan terjadi
peningkatan kadar Ca dalam darah. (Rohmah, 2014)
9. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hardianto Wibowo (2006) dalam Zulman dkk (2019),
penanganan pertama yang dilakukan pada fraktur antara lain :
a. R (Rest) : diistirahatkan bagian yang cidera
b. I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit dengan kompres dingin
c. C (Compress) : dibalut tekan di bagian yang cidera dengan bahan yang
elastis, baut tekan digunakan apabila terdapat pendarahan atau
pembengkakan.
d. E (Elevasi) : ditinggikan atau dinaikkan bagian yang cidera Menurut
Rohmah (2014), penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien yang
mengalami fraktur antebrachii adalah sebagai berikut :
a. Reduksi
Reduksi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan
fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomisnya. Jenis-jenis
reduksi yang dapat dilakukan antara lain :
1) Reduksi tertutup : dilakukan manipulasi dan traksi manual
2) Traksi : reduksi dan immobilisasi
3) Reduksi terbuka : menggunakan alat fiksasi interna seperti kawat, sekrup,
plat, batangan logam ataupun paku.
b. Immobilisasi
Immobilisasi dilakukan untuk mempertahankan tulang tetap dalam
posisi dan kesejajaran yang benar sampai dilakukan penyatuan. Jenis-jenis
immobilisasi yang dapat dilakukan antara lain :
1) Fiksasi eksterna dengan menggunakan gipsi, bidai ataupun traksi
2) Fiksasi internal sengan menggunakan implant logam.
c. Rehabilitasi
Rehabiltasi dilakukan untuk mempertahankan reduksi dan
immonilisasi yang telah dilakukan, kemudian memantau status neurovaskuler
pasien serta melakukan latihan sometric untuk meminimalkan terjadinya
kanatrofi disuse dan juga meningkatkan peredaran darah.
10. Komplikasi
Menurut Hamarno (2016), komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur
antebrachii antara lain :
a. Pendarahan Tulang banyak mengandung pembuluh darah didalamnya
maupun di daerah sekitarnya. Fraktur dapat menyebabkan putusnya pembuluh
darah sehingga terjadi pendarahan pada area fraktur. Pada fraktur terbuka
kehilangan darah akan lebih banyak jika dibandingkan dengan fraktur
tertutup. Pendarahan yang terjadi dapat menyebabkan syok bahkan kematian
jika tidak segera dilakukan penanganan.
b. Sindrom kompartemen Sindroma kompartemen adalah suatu kondiri
dimana terjadi penurunan perfusi jaringan otot. Kondisi ini disebabkan karena
pembidaian dan pembalutan yang terlalu kencang. Selain itu juga bisa
disebabkan karena adanya pendaraan dalam jaringan atau edema. Apabila
anoreksia terjadi lebih dari 6 jam maka dapat mengakibatkan kemaian
jaringan sehingga harus dilakukan amputasi. Untuk memastikan terjadinya
sindrom kompartemen perlu dilakukan pemeriksaan
5P yakni pain (nyeri), paresthesia (penurunan sensasi raba), paralisis
(kelumpuhan), pale (pucat) dan pulseness (nadi tidak teraba).