Oleh :
NIM 202311101079
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
A. Konsep Teori Penyakit
1. Anatomi Fisiologi
Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang berbentuk pipa yang mempunyai sebuah
batang dan dua ujung. Tulang ulna memiliki ukuran yang lebih panjang dibandingkan
dengan tulang radius. Ujung atas ulna kuat dan tebal. Semakin mendekati ujung bawah
ukuran batang ulna semakin mengecil. Hal ini ada kaitannya dengan otot-otot yang
mengendalikan gerakan pada pergelangan tangan dan jari. Otot-otot flexor datang dari
permukaan anterior dan otot-otot extensor datang dari permukaan posterior (Pearce,
2008).
Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah. Radius merupakan sebuah tulang
berbentuk pipa dengan sebuah tulang dan dua ujung yang ukurannya lebih pendek
daripada tulang ulna. Batang radius di sebelah atas lebih sempit dan lebih bundar dan
semakin melebar mendekati ujung bawah (Pearce, 2008).
Pada bagian radius dan ulna terdapat dua sendi yang dapat bergerak yakni sendi
radio-ulnaris superior dan anterior. Membrane interosa (antar tulang) membentuk sendi
ketiga yakni sendi radio-ulnaris tengah. Membrane ini juga memisahkan otot-otot
bagian depan dan bagian belakang lengan bawah (Pearce, 2008).
Pada bagian radius da ulna juga terdapat dua arteri yakni arteri radialis dan arteri
ulnaris. Arteri radialis berjalan kebawah di sebelah radial dan arteri ulnaris berjalan ke
bawah di sebelah ulna. Arteri ini memberikan pasokan darah pada strutur tangan dan
akhirnya membentuk lengkung arteri palmaris dalam dan lengkung palmaris tepi pada
tangan dan kemudian terdapat cabang-cabang arteri palmaris untuk telapak tangan dan
digitalis untuk semua jari-jari (Pearce, 2008).
Menurut Tyas (2016) manifestasi klinis pada fraktur antebrachii adalah sebagai
berikut:
a. Nyeri
b. Pembengkakan
c. Perubahan warna local
d. Deformitas
e. Gangguan atau bakhan hilangnya fungsi gerak
f. Krepitasi
Fraktur terjadi jika tulang mendapatkan tekanan yang berlebihan secara tiba-tiba
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga jaringan tidak mampu menahan
kekuatan atau tekanan yang terjadi dan mengakibatkan tulang menjadi patah,
perubahan posisi tulang dan kerusakan jaringan disekitarnya seperti ligament, otot,
tendon, pembuluh darah dan saraf. Kerusakan jaringan yang ditimbulkan tergantung
seberapa berat trauma yang dialami.
a. Fraktur Colles
Frakktur colles adalah patah tulang transvers di ujung tulang radius kira-kira sekitar
2,5 cm diatas pergelangan tangan dan fraktur distal mengalami angulasi kearah dorsal
sehingga menyebabkan deformitas seperti berbentuk sendok makan.
b. Fraktur Smith
Fraktur smith adalah kebalikan dari fraktur colles yakni angulasi terjadi ke arah anterior
dari fraktur radius. Fraktur ini biasanya terjadi jika pasien terjatuh dan menahan
tubuhnya dengan posisi pergelangan tangan fleksi dan pronasi. Garis patahan yang
terjadi biasanya transversal atau intraartikular.
c. Fraktur Galeazzi
Fraktur galeazzi adalah fraktur yang terjadi pada radius distal dan disertai dengan
dislokasi pada sendi radius ulna distal. Pada fraktur ini pergelangan tangan akan teraba
adanya tonjolan pada ujung ulna distal.
d. Fraktur montegia
Fraktur montegia adalah fraktur yang terjadi pada sepertiga proksimal ulna dan disertai
dengan adanya dislokasi pada sendi radius ulna proksimal.
8. Komplikasi Fraktur Antebrachii
Menurut Hamarno (2016), komplikasi yang dapat terjadi pada fraktur antebrachii
antara lain :
a. Pendarahan
b. Sindrom kompartemen
Menurut Hardianto Wibowo (1995) dalam Zulman dkk (2019), penanganan pertama
yang dilakukan pada fraktur antara lain :
Menurut Rohmah (2014), penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien yang
mengalami fraktur antebrachii adalah sebagai berikut :
a. Reduksi
Reduksi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengembalikan fragmen
tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomisnya. Jenis-jenis reduksi yang dapat
dilakukan antara lain :
1) Reduksi tertutup : dilakukan manipulasi dan traksi manual
2) Traksi : reduksi dan immobilisasi
3) Reduksi terbuka : menggunakan alat fiksasi interna seperti kawat, sekrup, plat,
batangan logam ataupun paku.
b. Immobilisasi
Immobilisasi dilakukan untuk mempertahankan tulang tetap dalam posisi dan
kesejajaran yang benar sampai dilakukan penyatuan. Jenis-jenis immobilisasi yang
dapat dilakukan antara lain :
1) Fiksasi eksterna dengan menggunakan gipsi, bidai ataupun traksi
2) Fiksasi internal sengan menggunakan implant logam.
c. Rehabilitasi
Rehabiltasi dilakukan untuk mempertahankan reduksi dan immonilisasi yang telah
dilakukan, kemudian memantau status neurovaskuler pasien serta melakukan latihan
isometric untuk meminimalkan terjadinya kanatrofi disuse dan juga meningkatkan
peredaran darah.
a. Perioperative
1) Fase pengkajian dan persiapan pasien, fase ini meliputi riwayat pasien,
manajemen pengobatan pasien, manajemen alergi pasien, riwayat keluarga,
pengkajian fisik, pemeriksaan laboratorium, informed consent dan pendidikan
kesehatan untuk mengurangi kecemasan pada pasien. Perawat juga memberikan
pendidikan kesehatan mengenai persiapan operasi yang perlu dilakukan oleh
pasien yaitu pasien diminta melakukan puasa 6-8 jam,menghindari makan
makanan yang dapat meningkatkan sekresi asam lambung dan meminta pasien
untuk berhenti merokok. Perawatn juga melakukan persiapan pada pasien dengan
membantu pasien membersihkan bagian tubuh yang kan dilakukan operasi,
membantu pasien mengenakan baju operasi, memindahkan pasien ke ruang
operasi, dan memasang kateter jika diperlukan.
2) Fase presurgical clearance, yakni memastikan identitas pasien, prosedur operasi
yang akan dilakukan, bagian tubuh yang akan dilakukan operasi serta melakukan
checklist persiapan pasein untuk dilakukan tindakan operasi.
b. Intaoperatif
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada fase intraoperative adalah sebagai berikut:
Menurut Solomon dkk (2010) dalam Nugroo (2019), proses penyembuhan tulang
dibagi menjadi lima fase yakni antara lain :
a. Fase hematom
Fase hematom terjadi pada tifga hari pertama setelah fraktur. Pada fase ini
terjadi pembekuan daraha atau hematom disekitar fraktur, pada 1-2 mm ujung
fragmen tulang akan mati karena tidak mendapatkan suplai darah.
b. Fase proliferasi
Fase ini terjadi reaksi inflamasi akut dan proliferasi dari mesenchymal stem cell
(MSC) di bawah periosteum dan di dalam medulla. Ujung fragmen akan
dikelilingi jaringan seluler yang akan menjembatani patahan tulang. Kemudian
hematom akan diserap dan tumbuh kapiler baru.
c. Fase pembentukan kalus
Pada fase ini sel berproliferasi dan bersifat osteogenic dan kordogenik. Selian
itu juga terdapat osteoblast yang akan meresorbsi jaringan tulang yang mati.
Pada fase ini terbentuk woven bone atau immature fibre bone pada permukaan
periosteal dan endosteal. Fase ini berlangsung selama 4 minggu.
d. Fase konsolidasi
Pada fase ini bahan kalus yang teridiri dari immature fibrin bone akan berubah
menjadi imellar bone karena pengaruh dari aktivitas osteoklastik dan
osteoblastik. Kalus yang menetap akan menjad tulang yang kaku karena adanya
penumpukan garam kalsium. Pada fase ini tulang belum terbentuk secara
sempurna.
e. Fase remodeling
Fase remodeling adalah fase penyempurnaan untuk mendapatkan bentuk tulang
seperti semula sebelum fraktur. Fase ini akan berlangsung seama berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun.
B. Pathway
Trauma
Fraktur antebrachii
Gangguan
integritas kulit Kerusakan jaringan sekitar Krepitasi Deformitas
Nugroho, F., A. Prasetyo dan M. Hasan. 2019. Analisis Jumlah Sel Osteoblas pada
Femur Tikus Wistar Jantan yang Diberi Ekstrak Etanol Daun Bayam Merah
(Amaranthus tricolor L.). Journal of Agromedicine and Medical Sciences. 5 (1) :
45-49
Pearce, Evelyn. 2008. Anatomi dan Fisiologi Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Rohmah, Nikmatur. 2014. Diagnosis dan Tindakan Keperawatan pada Kasus Ortopedi
dan Traumatologi. Jember : LPPM Universitas Muhammadiyah Jember
Statin K. 2018. Decreased Hip, lower leg, and Humeral Fractures but increased forearm
fractures in Highly active individual. J Bone Miner . 33 :1842.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 2019. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indoensia. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Zulman., S.Abas dan D. Wandi. 2019. Pelatihan Pencegahan dan Pertolongan Pertama
Cedera Olahraga bagi Pelatih PPLP Sumatera Utara. Jurnal Berkarya
Pengabdian Pada Masyarakat. 1(1) : 27-40