FRAKTUR COSTA
Disusun Oleh :
Amalia Mufid
Fadhila 20230410023
Diajukan Kepada :
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. R
Umur : 02 Januari 1969 (54 tahun 10 bulan 13 hari)
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama :
sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri muncul setelah
ketika berbaring. Sesak (-), mual (-), muntah (-), kejang (-), batuk darah
(-).
tidak pedas. Pasien rajin makan sayur dan buah. Pasien menyukai air
putih.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
VAS 7
Kesadaran : Compos
TB/BB : 153/45
Tanda Vital
Nadi : 66 x/menit
Respiratory rate : 19
SpO2 : 98%
Keadaan Umum :
(-),
Perkusi : timpani
MCL Sinistra
kembang normal
Perkusi : sonor
1.4 Assessment
1.5 Plan
1. IVFD RL 20 tpm
Foto thorax AP ½ duduk atau antero posterior semi erect berfungsi untuk
memperlihatkan adanya cairan pada dada post trauma atau tidak (Simone
Cremers, 2010).
1.6.1 Radiologi
<0,5 kesan: pulmo dan besar Cor normal tak tampak tanda-tanda
intak.
1.6.2 Pemeriksaan Laboratorium (19-10-2023)
HASIL LABORATORIUM
Hematologi – Darah Rutin
Eosinofil 2–4 0
Basofil 0–1 0
Neutrofil Segmen 50 – 70 % 55
Limfosit 18 - 42 39
Monosit 2-8 6
1.8 DIAGNOSIS
1.9 PENATALAKSANAAN
1.10 FOLLOW UP
Lokasi Status
Tanggal Waktu Hasil Follw Up
Pemeriksaan Pasien
Pasien mengeluhkan
dirasakan seperti
bergerak, memperingan
saat
berbaring.
O : TD 120/83 mmHg ,
N 66 x/menit , RR 19
x/menit Saturasi O2
98% , T 36°C. KU
E4V5M6
6-8
P : IVFD RL 20 tpm
RPD disangkal
O : TD 120/83 mmHg ,
N 66 x/menit , T
36.9°C. KU Cukup,
6-8
P : IVFD RL 20 tpm,
1 amp
30/10/23 07.00 Bangsal At- Pre OP S : Pasien mengatakan
post jatuh
O : TD 115/70 mmHg ,
N 65 x/menit , T
36.3°C. KU Cukup,
CM,
tampak rileks, RR
15 E4V5M6
6-8
P : IVFD RL 20 tpm,
1 amp
31/10/23 07.30 Bangsal At- S : Pasien merasa nyeri
sensasi ditusuk-tusuk.
O : TD 102/77 mmHg ,
KU cukup, CM,
terpasang infus.
6-8
P : IVFD RL 20 tpm,
sensasi ditusuk-tusuk.
O : TD 102/77 mmHg ,
KU cukup, CM,
terpasang infus.
6-8
P : BLPL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi
inlet di superior dan thoracic outlet di inferior, dengan batas luar adalah
terletak diantara paru kiri dan kanan dan merupakan daerah tempat organ-
sterni terletak kira- kira setinggi vertebra thorakal II. Batas bawah rongga
thorax atau thoracic outlet (pintu keluar thorax) adalah area yang
A. Dinding Thorax
3. Sternum
C. Dasar Thorax
salah satu otot utama pernapasan dan mempunyai lubang untuk jalan
Rongga thorax adalah suatu ruangan yang ditutupi oleh dinding thorax
a. Mediastinum Superior
vertebra Th IV
b. Mediastinum Inferior
Anterior : Sternum
Posterior : Pericardium
: Anterior : Pericardium
Posterior : Pericardium
Anterior : Pericardium
(Lawrence, 2019)
lapis yaitu:
pada paru-paru
dinding thorax
2. Trauma Thorax
2.1 Definisi
rangka thorax
sehingga menyebabkan gangguan fungsiatau cedera pada organ
golongan, yaitu:
jaringan lunak
tamponade jantung
Patofisiologi
udara
dada dan bunyi napas harus diamati. Jika bunyi napas sedikit
- Tindakan pneumothorax/hemothorax
spine control)
2020)
3. Fraktur Costae
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
lentur. Oleh karenatulang ini sangat dekat dengan kulit dan tidak
sangat sedikit,
sedangkan tiga costae terbawah yakni costae ke 10-12 juga jarang
dalam 2 kelompok:
1. Disebabkan trauma
a) Trauma tumpul
akibat perkelahian.
b) Trauma Tembus
luka tembak.
2.3 Patofisiologi
dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur costae pada tempat
2016).
2.4 Klasifikasi
3), median (costae 4-9) dan inferior (costae 10-12). Menurut posisi
2.5 Diagnosis
1. Anamnesis
pada benda keras,kecelakan lalu lintas atau oleh sebab lain. Nyeri
dan akan bertambah pada saat bernafas. Pada saat inspirasi maka
menimbulkan gesekan
antara ujung fragmen dengan jaringanlunak sekitarnya dan keadaan
KC, 2000).
2. Pemeriksaan fisik
langsung dengan energi yang hebat. Pada fraktur daerah ini perlu
takipnea).
bernafas bertambahnyeri.
dan subclavia).
3. Pemeriksaan penunjang
2.6 Komplikasi
menimbulkan cedera
pada vasa dan nervus subclavia, fraktur costae ke 4-9 akan
terdapat fraktur dua atau lebih daricostae yang berurutan dan tiap-tiap
2.7 Penatalaksanaan
1. Pre Hospital
1-
2 buah ditujukan untuk menghilangkan nyeri dan memberikan
dilakukan
secara berkala dengan melakukan fotokontrol pada 6 jam,12 jam
DISKUSI
linea midaxilaris sinistra tampak jejas dan pasien sulit bergerak miring ke kanan
dan kiri. Pasien mengalami patah tulang pada bagian tulang costae akibat terjatuh
dari ketinggian atap rumah. Pada pemeriksaan fisik secara keseluruhan didapatkan
adanya kelainan pada thorax sinistra. Pada regio thorax sinistra tampak adanya
jejas, goresan luka, nyeri tekan (+), sulit digerakkan. Pada pasien ini juga melalui
pemeriksaan radiologis X-ray rontgen thorax sinistra tampak adanya fraktur pada
costae 6-8 sinistra. Disesuaikan dengan teori berdasarkan definisi fraktur adalah
yang tuba-tiba dan berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran dan
pemuntiran (Apley AG, 1995). Fraktur dapat disebabkan oleh trauma langsung
atau tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang mengakibatkan
fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu benturan dengan
analgesik ketolorac untuk mengurangi keluhan nyeri dari pasien serta ranitidine
sebagai anti stress ulcer post trauma. Intervensi bedah tidak perlu dilakukan
2018).
Prognosis pada pasien ini dubia ad bonam karena pasien secara fisik fungsi
vital dan fungsi organ dapat kearah baik. Aktivitas pasien dapat kembali
sebagaimana biasanya walaupun saat ini pasien masih merasakan nyeri dan kaku
KESIMPULAN
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Kebanyakan fraktur
oleh adanya kekerasan yang terjadi secara langsung, tidak langsung ataupun
akibat tarikan otot. Manifestasi klinis dapat berupa nyeri terus menerus dan
fase dan bila tidak segera ditangani memiliki risiko terkena komplikasi awal
seperti syok, sindrom emboli lemak atau sindroma kompartemen. Dan komplikasi
juga dapat terjadi seperti malunion, delayed union atau non union.
Apley AG, S. L. (1995). Buku ajar ortopedi dan fraktur sistem apley. Jakarta:
Widya Medika.
Brock, M., Mason, D., & Yang, S. (2005). Thoracic Trauma. In: Sellke FW, Nido
PJ,Swanson SJ. Sabiston and Spencer: Surgery of the Chest . Elsevier
Saunders, Volume 1.79-91.
Brunicardi, F., Anderson, D., Billiar, T., Dunn, D., & Hunter, J.
(2015). Schwartz’sPrinciples of Surgery. 10th ed. New York:
McGraw- HillEducation.
Chan KC, G. G. (2000). Cemented hemiarthroplasties for elderly patients with
intertrochanteric fractures. Clinical Orthopaedics, 1;371:206-15.
Chowdhury. (2020). Int J Crit Care Emerg Med. 6:113.
Chowdhury et al. Int J Crit Care Emerg Med 2020, 6. (n.d.).
DD, T. (1984). Thoracic trauma. In: Trunkey. 85–91.
Ernest, G., Erica, S., & Jonathan, D. (2016). Rib Fixation Following Trauma:
ACardiothoracic Surgeon's Perspective. J Trauma Treat.
Kaneda.H, Nakano, T., Taniguchi, Y., Saito, T., Konobu, T., & Saito, Y. (2013).
Three-stepmanagement of pneumothorax: time for a re-think on
initialmanagement. Interactive Cardiovascular and Thoracic Surgery,
16(2):186-192.
Keating JF, G. A. (2006). Randomized comparison ofreduction and fixation,
bipolar hemiarthroplasty, and total hip arthroplasty: treatment. JBJS,
1;88(2):249-60.
Kilic, D., Findikcioglu, A., Akin, S., Akay, T., Kupeli, E., Aribogan, A., & al, e.
(2011). Factors affecting morbidity and mortality in flail chest:comparison
of anterior and lateral location. Thorac Cardiovasc. 45-8.
Kokoroghiannis C, A. I. (2012 ). Evolving concepts os stability and
intramedullary fixation of interchanteric fractures-a review. Injury,
43(6);686-93.
Lawrence, M. (2019). Clinical Anatomy of The Pleural Cavity and Mediastinum.
Retrieved from http ://www.oucom.ohiou.edu/dbms-witmer/gs-rpab.htm.
Mansjoer A., e. I. (2007). Kapita Selekta Kedokteran edisi III. Jakarta:
Media Aesculapius.
Rasjad. (2007). Pengantar ilmu bedah ortopedi. Pt. Yarsif
Watampone. Sjamsuhidayat RW, D. j. (2005). Buku ajar ilmu bedah.
Jakarta: ECG. William, M. (2018). What to know about bone fracture
repair.