Anda di halaman 1dari 48

Disusun Oleh :

Aulia Livia
1620221162

Pembimbing :
Letkol CKM dr. Aditya Wicaksana, Sp. BS

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Bedah


Rumah Sakit Tentara TK II dr. Soedjono, Magelang
IDENTITAS PASIEN

No RM : 156132
Nama : ny. S
Usia : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jungpasir, Kec. Wedung
Ruang Rawat : Cempaka
Tanggal Masuk : 17-08-2017
Tanggal Keluar : 31-082017
KU :
Nyeri punggung

RPS :
Pada tanggal 07 Agustus 2017, pasien datang ke poli saraf RST. dr.
Soedjono dengan keluhan nyeri pada bagian punggung. Nyeri punggung
dirasakan sudah sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri dirasakan semakin berat pada 2
bulan belakangan. Pasien menggunakan korset untuk mengurangi rasa nyerinya.
Keluhan nyeri disertai dengan adanya kelemahan pada anggota gerak
bagian bawah. Pasien mengatakan bahwa pasien tidak merasakan adanya
perbedaan sensasi raba pada bagian bawah pusar hingga kedua ujung kaki.
Pasien juga tidak mengeluhkan adanya gangguan pada BAK ataupun BAB.
Pasien tidak mengeluhkan adanya rasa mual, muntah, pusing nyeri kepala,
dan penurunan berat badan yang drastis. Keluhan batuk berdahak selama lebih
dari 3 minggu juga disangkal oleh pasien.
RPD RPO RPK
Riwayat trauma
sebelumnya (-) Keluhan yang sama (-)

Riwayat operasi (-)


Pasien sudah Riwayat alergi (-)
memeriksakan
Riwayat alergi (-)
keluhannya pada
dokter spesialis saraf Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Hipertensi (-)

Riwayat diabetes Riwayat diabetes


melitus (-) melitus (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis, GCS E4V5M6
Tanda Vital :
Tek. Darah : 210/1200 mmHg
Nadi : 84x/menit, reguler, isi cukup
Pernapasan : 24x/menit
Suhu : 36 º C
Kepala: Leher:
Normocephal, distribusi rambut Simetris, trakhea ditengah, jejas (-),
merata, tidak mudah dicabut, jejas (-) pembesaran KGB (-)
Mata: Thorax:
Conjungtiva anemik (-/-), sklera Normochest, pernafasan
ikterik (-/-), pupil isokor Ø 3mm, RCL thorakoabdominal, jejas (-)
(+/+), RCTL (+/+)
Hidung:
Deformitas (-), nafas cuping (-), sekret
(-), septum deviasi (-), rhinorrhea (-)
Telinga:
Normotia, deformitas (-/-),
sekret (-/-), ottorhea (-)
Mulut:
Bibir sianosis (-), parese (-/-)
Ins : Simetris statis dan dinamis
Ins : Ictus cordis tak tampak
Pal : Fremitus taktil kanan = kiri,
Pal : Ictus cordiskuat angkat
nyeri tekan (-)
Per : konfigurasi jantung dalam batas normal
Per : Sonor di seluruh lapangan paru
Ausk : Suara jantung I-II regular, bising (-),
Ausk : Suara dasar vesikuler, ronki -/-,
gallop (-)
wheezing -/-

Ins : Dinding perut sejajar dengan dinding


dada, jejas (-), massa (-)
Edema (-/-)
Ausk : Bising usus (+) normal
Akral dingin (-/-)
Pal : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba Sianosis (-/-)
Per : Timpani
Motorik Refleks Fisiologis

Kanan Kiri
Kekuatan Reflex Biseps (+) (+)

5 5 Refleks Triseps (+) (+)


Refleks Patella (+) (+)

3 4 Refleks Achilles (+) (+)

Refleks Patologis
Sensitabilitas
Kanan Kiri
Refleks Hoffman Trommer (-) (-)
Refleks Gordon (-) (-)
Refleks Gonda (-) (-) Taktil : (+)  pada regio umbilikus
Refleks Oppenheim (-) (-) sampai kedua ekstremitas bawah
Refleks Babinski (-) (-)
Refleks Chaddock (-) (-)
Refleks Schaeffer (-) (-)
ASSESMENT • Fraktur vertebrae lumbal I-II susp. Spondilitis TB

• Rencana operasi (23 Agustus 2017) :


laminektomi
PLANNING • Konsul IPD + rontgen thoraks + EKG
• Lab : ureum/creatinin, SGOT/SGPT,
protein/albumin/globulin, elektrolit
HASIL LABOLATORIUM
Jenis Hasil Referensi
Pemeriksaan

WBC 6.9 3.5-10.0


LYM 0.8 0.5-5.0 Fosfatase Alkali 71 42-98
LYM% 11.6 15.0-50.0
MID 0.3 0.1-1.5
SGOT 22 0.000-31.00
MID% 3.8 2.0-15.0
GRA 5.8 1.2-8.0 SGPT 25 0.000-31.00
GRA% 84.6 35.0-80.0
HGB 11.2 11.5-16.5
Tota Protein 8.05 6.600-8.800
MCH 27.3 25.0-35.0 Albumin 3.98 3.500-5.200
MCHC 34.3 31.0-38.0
RBC 4.11 3.50-5.50 Chlorida 99.53 96.00-106.0
MCV 79.7 75.0-100.0
Kalium 2.910 3.480-5.500
HCT 32.8 35.0-55.0
RDWa 53.3 30.0-150.0 Natrium 146.0 135.0-145.0
RDW 13.1 11.0-16.0
PLT 223 100-400
Urea 18 17.00-43.00
MPV 6.3 8.0-11.0
Creatinin 0.9 0.600-1.100
PDW 9.4 0.1-99.9
PCT 0.14 0.01-9.99 Globulin 4.069 2.700-3.500
LPCR 5,4 0.1-99.9
LED 60
HASIL FOTO RONTGEN AP/LATERAL
Hasil :
– Corakan bronchovaskular meningkat
– Kedua sinus costophrenicus lancip
– Kedua diafragma licin, dumb diafragma
normal
– CTR > 0.56
– Trachea dan mediastinum ditengah
– Sistema tulang tak tampak kelainan

Kesan :
– Bronchitis
– Cardiomegaly
CT-Scan vertebrae lumbalis tanpa
Rontgen V. Thoracolumbale AP/L dan dengan kotras, potongan
View tegak lurus sumbu tubuh

Kesan :
Kesan :
– Curiga osteodestruksi VL I-III dengan
gibbus (+) – Osteodestruksi dan osteoabsorbsi
– Spondylolisthesis posterios corpus VL I-III, penyempitan DIV (+)
dengan paravertebrae abcess
terutama sinistra curiga spondilitid TB
Saran :
– Lain-lain tak tampak kelainan
– CT Scan V. Lumbalis dengan kontras
HASIL MRI
– Tak tampak spondilolidthesis/malaligment – Tampak facer joint effuse
lumbalis
– Diskus intervertebralis tak tamppak
– Tampak gibbus lumbalis L2-3 adanya tanda2 degenratif
– Tak tampak multiple osteophyte pada – Tampak stenosis spinalis setinggi
semua segmen lumbal segmen L2-3
– Tak tampak adanya spondiloarthrosis – Tampak neural Foramen segmen
disemua segmen lumbal lumbal masih baik
– Tak tampak deformitas corpus L2 dan L3 – Tampak caliber dan intensitas spinal
dengan stenosis spinalis cord naormal, tak tampak
ccuntosia/perdarahan
– Struktur tulang vertebrae lumbal L2 dan
L3 menunjukan addanya intesitas – Tak tampak massa intradural dan
patologis intramedulla
– Tak tampak hyperthropy joint facet, lig. – Jaringan lunak paravertebrae
Flacum dan Lig. Longitudinal anterior- menunjukan intensitas yang meningkat
posterior seinggi L2-3
Pre Operasi (21 Agustus 2017)

S O A P

 Nyeri KU: sakit sedang Spondylitis TB +  Cefixime 2x100


punggung Tanda vital: Fraktur vertebrae mg
Skala 3 - TD: 150/100 mmHg lumba 2-3  Pamol 3x500
 Kaki - Nadi: 86x/mnt  Kalofel 2x1
kanan - RR: 21x/mnt  Bioquinon 2x1
o
lebih - Suhu: 37.1  Pre op tanggal 23
lemah Status neurologis : Agustus 2017
daripada Motorik :  Pemeriksaan
kiri  Kekuatan : labolatorium :
5 5 ureum/kreatinin,
3 4 SGOT/SGPT,
Sensibilitas : Pritein/ Albumin/
 Taktil : (+)  pada Globulin,
regio umbilikus Elektrolit
sampai kedua
ekstremitas bawah
Pre Operasi (23 Agustus 2017)

S O A P
Nyeri KU: sakit sedang Spondylitis TB +  Inf. RL
punggung Tanda vital: Fraktur vertebrae  Inj. Ceftriaxone
Skala 2 - TD: 150/100 mmHg lumba 2-3 2gr
- Nadi: 110x/mnt  konsul dr. Tatag:
- RR: 21 Aspar 2x1
o
- Suhu: 36
Status neurologis :
Motorik :
 Kekuatan :
5 5
3 4
Sensibilitas :
 Taktil : (+)  pada
regio umbilikus
sampai kedua
ekstremitas bawah
Pre Operasi (24 Agustus 2017)

S O A P

 Nyeri KU: sakit sedang Spondylitis TB +  Inf. RL


punggung Tanda vital: Fraktur vertebrae  Inj. Ceftriaxone
 Demam (-) - TD: 140/100 mmHg lumba 2-3 2gr
- Nadi: 84x/mnt Hipertensi  Tx. Dr. Tatag:
- RR: 21x/mnt Amlodipine
o
- Suhu: 36 1x10mg
Status neurologis : Captropil 3x25mg
Motorik : Bisoprolol 5mg
 Kekuatan :
5 5
3 4
Sensibilitas :
 Taktil : (+)  pada
regio umbilikus
sampai kedua
ekstremitas bawah
Laporan Operasi

1. Posisi tertelungkup dalam GA


2. Asepsis dan antisepsis daerah operasi
3. Insisi kulit di garis tengah
4. Otot-otot paraspinal disisihkan ke lateral
5. Tampak lamina L2-3 terdorong ke belakang
6. Processus L2-3 dipotong
7. Lamina L2-3, korpus L2 hancur, perkijuan (+), pus (+) PA
8. Dipasang plate di L1-L4-5
9. Fiksasi
10. Dipasang drain
11. Luka dijahit lapis demi lapis
Post Operasi (26 Agustus 2017)

S O A P

 Nyeri luka KU: sakit sedang Post op laminektomi  RL


post op Tanda vital: H+1  Ceftriaoxon
- TD: 130/70 mmHg 2x1amp
- Nadi: 86x/mnt  Ketorolac 3x1amp
- RR: 20x/mnt  Lapibal 2x1amp
- Suhu: 36o
Status lokalis :
Luka post op tertutup perban,
rembesan darah (-)
Status neurologis :
Motorik :
 Kekuatan :
5 5
4 4
Sensibilitas :
 Taktil : (+) pada regio
umbilikus sampai
kedua ekstremitas
bawah
Hb : 9.4
Post Operasi (28 Agustus 2017)

S O A P

 Nyeri luka KU: sakit sedang Post op laminektomi  RL


post op Tanda vital: H+3  Ceftriaxone
 Demam - TD: 130/80 mmHg 2x1amp
(+) - Nadi: 80x/mnt  Ketorolac 3x1amp
- RR: 20x/mnt
- Suhu: 36o
Status lokalis:
Perdarahan (-)
Status neurologis :
Motorik :
 Kekuatan :
5 5
4 4
Sensibilitas :
 Taktil : (+) pada regio
umbilikus sampai
kedua ekstremitas
bawah
Hb : 9.4
Post Operasi (30 Agustus 2017)

S O A P

 Nyeri luka KU: sakit sedang Post op laminektomi  RL


post op Tanda vital: H+5  Ceftriaxone
sudah - TD: 160/100 mmHg 2x1amp
berkurang - Nadi: 76x/mnt  Ketorolac
 Pasien - RR: 20x/mnt 3x1amp
o
sudah bisa - Suhu: 36  Lapibal 2x1amp
miring Status neurologis :
kanan dan Motorik :  Rifampisin 1x450
kiri  Kekuatan :  INH 1x100
 Pasien 5 5  PZA 1x1000
sudah 4 5
 Etambutol 1x1500
mulai Sensibilitas :
 Vit. B6 1x1
duduk  Taktil : (+) pada regio
sebentar umbilikus sampai
kedua ekstremitas
bawah
Post Operasi (31 Agustus 2017)

S O A P

 Nyeri luka KU: sakit sedang Post op laminektomi  Rifampisin 1x450


post op Tanda vital: H+6  INH 1x100
- TD: 150/100 mmHg  PZA 1x1000
- Nadi: 90x/mnt  Etambutol 1x1500
- RR: 20x/mnt  Vit. B6 1x1
o
- Suhu: 36
Status neurologis :  Captopril 3x25
Motorik :
 Bisaprolol 1-0-0
 Kekuatan :
 Amlodipine 1x10
5 5
4 5
Sensibilitas :
 Taktil : (+) pada regio
umbilikus sampai
kedua ekstremitas
bawah
ANATOMI
Vertebrae

Ventral Dorsal
SPONDILITIS TB
DEFINISI

Spondilitis tuberkulosa atau


tuberculosis tulang belakang
merupakan peradangan granulomatosa
yang bersifat kronik destruktif oleh
mikobakterium tuberkulosa.

Spondilitis tuberkulosis atau Pott’s


disease : infeksi tuberkulosis (TB)
ekstrapulmonal yang mengenai satu
atau lebih ruas tulang belakang.
EPIDEMIOLOGI
•Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi di seluruh dunia dan biasanya
berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang
tersedia serta kondisi sosial di negara tersebut.

•Pada kasus-kasus pasien dengan tuberkulosa, keterlibatan tulang dan sendi


terjadi pada kurang lebih 10% kasus
•Lebih kurang 50% kasus tuberkulosa tulang adalah spondilitis tuberkulosa.

•Pada suatu penelitian, terhadap 42 pasien spondilitis tuberkulosa, destruksi


korpus vertebra paling sering melibatkan vertebra torakalis (83%), diikuti
vertebra lumbal (23%) dan vertebra servikal (13%).
ETIOLOGI

• Berbentuk batang
dengan ukuran panjang
Penyakit ini disebabkan
1-4/um dan tebal 0,3-
oleh karena bakteri
0,6/um
berbentuk basil (basilus).
• Merupakan basil tahan
asam
Mycobacterium • Sifat kuman ini lebih
Tuberculosis menyenangi jaringan
yang tinggi kandungan
oksigennya
GEJALA KLINIS

TB TB ekstraparu
Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri lokal tidak
Dahak bercampur darah, batuk darah spesifik pada daerah vertebra yang terinfeksi

Sesak nafas

Badan lemas Apabila sudah ditemukan deformitas berupa


lordosis, maka patogenesis TB umumnya
spinal sudah berjalan selama kurang lebih tiga
Nafsu makan menurun, berat badan menurun, sampai empat bulan.
Malaise

Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, Defisit neurologis terjadi pada 12 – 50 persen
penderita; paraplegia, paresis, hipestesia
Demam
vertebra servikal
•kekakuan kifosis angular sampai gibbus, nyeri sepanjang
bawah dan torakal pleksus brakialis. Abses retrofaringeal, supraklavikular
atas
•kifosis angular sampai gibbus, nyeri pada daerah tersebut
dapat menyebar ke ekstrimitas bawah, khususnya daerah
torakal dan lumbal lateral paha.
•Juga dapat ditemukan abses iliaka atau abses psoas.

•deformitas, nyeri yang menyebar ke ekstrimitas bawah,


lumbosakral abses psoas, dan gangguan gerak pada sendi panggul.
PATOFISIOLOGI

Dapat terjadi melalui penyebaran:


 Hematogen  infeksi awal / reaktivasi TB laten
 Nodus limfaticus para aorta
 Jalur limfatik ke tulang dari fokus tuberkulosa yang sudah ada
sebelumnya diluar tulang belakang

Sumber infeksi yang paling sering adalah berasal dari sistem pulmoner dan
genitourinarius
Jalur Utama Jalur Kedua
• Pleksus Batson :
• Sistemik : arteri  anyaman vena
perifer  corpus epidural dan
vertebra peridural.
• Dari a. segmental • Vena dari korpus
interkostal / a. Jalur Ketiga
vertebra mengallir ke
segmental lumbal pleksus Batson di • Penyebaran
• Setiap korpus diberi perivertebral perkontinuitatum dari
nutrisi 4 a. nutrisia • Pleksus abses paravertebral
• Di korpus : arteri beranastomose dgn  ligamentum
sbg end artery  pleksus pd dasar longitudinal anterior
perluasan infeksi otak, dinding dada, dan posterior ke
korpus vertebra interkostal, lumbal & korpus vertebra yang
sering di paradiskal pelvis berdekatan
DIAGNOSIS
Peridiskal / paradiskal Sentral

• Infeksi pada daerah yang • Infeksi terjadi pada bagian


bersebelahan dengan diskus sentral korpus vertebra
(di area metafise di bawah • >> regio torakal , >> anak-
ligamentum longitudinal anak
anterior / area subkondral. • Menimbulkan kolaps
• >> regio lumbal, orang vertebra lebih dini
dewasa. dibandingkan dengan tipe
• Dapat menimbulkan lain deformitas spinal
kompresi, iskemia dan yang lebih hebat
nekrosis diskus. • Dapat terjadi kompresi
spontan atau akibat trauma.
Anterior Bentuk atipikal
• Infeksi karena perjalanan • Tersebar luas dan fokus
perkontinuitatum dari primernya tidak dapat
vertebra di atas dan diidentifikasikan.
dibawahnya. • Termasuk tuberkulosa spinal
dengan keterlibatan lengkung
• Gambaran radiologisnya syaraf saja dan granuloma yang
mencakup adanya terjadi di canalis spinalis tanpa
scalloped karena erosi di keterlibatan tulang
bagian anterior dari (tuberkuloma), lesi di pedikel,
sejumlah vertebra lamina, prosesus transversus
(berbentuk baji) dan spinosus, serta lesi
artikuler yang berada di sendi
intervertebral posterior.
DIAGNOSIS
Anamnesa
 Gambaran adanya penyakit sistemik :
— kehilangan berat badan
— keringat malam
— demam yang berlangsung secara intermitten terutama sore dan malam hari
serta cachexia.
— hilangnya berat badan dan berkurangnya nafsu makan
 Adanya riwayat batuk lama (lebih dari 3 minggu) berdahak atau berdarah disertai
nyeri dada.
 Nyeri terlokalisir pada satu regio tulang belakang atau berupa nyeri yang menjalar.
 Pola jalan merefleksikan rigiditas protektif dari tulang belakang. Langkah kaki
pendek, karena mencoba menghindari nyeri di punggung.
— Nyeri yang terasa di dada dan intercostal. Pada
lesi di bagian torakal bawah maka nyeri dapat
— Infeksi yang mengenai tulang servikal akan
berupa nyeri menjalar ke bagian perut. Rasa nyeri
tampak sebagai nyeri di daerah telingan atau nyeri
ini hanya menghilang dengan beristirahat. Untuk
yang menjalar ke tangan
mengurangi nyeri pasien akan menahan
— Pasien tidak dapat menolehkan kepalanya,
punggungnya menjadi kaku.
mempertahankan kepala dalam posisi ekstensi
— Punggung tampak menjadi kaku. Bila berbalik ia
dan duduk dalam posisi dagu disangga oleh satu
menggerakkan kakinya, bukan mengayunkan dari
tangannya, sementara tangan lainnya di oksipital.
sendi panggulnya. Saat mengambil sesuatu dari
— Rigiditas pada leher dapat bersifat asimetris
lantai ia menekuk lututnya sementara tetap
sehingga menyebabkan timbulnya gejala klinis
mempertahankan punggungnya tetap kaku (coin
torticollis.
test).
— Pasien juga mungkin mengeluhkan rasa nyeri di
— Jika terdapat abses, maka abses dapat berjalan di
leher atau bahunya.
bagian kiri atau kanan mengelilingi rongga dada
— Jika terdapat abses, maka tampak
dan tampak sebagai pembengkakan lunak
pembengkakan di kedua sisi leher.
dinding dada. Jika menekan abses ini berjalan ke
— Kompresi medulla spinalis pada orang dewasa
bagian belakang maka dapat menekan korda
akan menyebabkan tetraparesis.
spinalis dan menyebabkan paralisis.
— Pasien tampak berjalan dengan lutut dan hip
dalam posisi fleksi dan menyokong tulang
belakangnya dengan meletakkan tangannya
diatas paha.
— Abses akan tampak sebagai suatu
pembengkakan lunak yang terjadi di atas atau di
bawah lipat paha.
— Adanya kontraktur otot psoas akan menimbulkan
deformitas fleksi sendi panggul.
Adanya gejala dan tanda dari kompresi medula spinalis (defisit
neurologis). Terjadi pada kurang lebih 10-47% kasus. Insidensi
paraplegia pada spondilitis lebih banyak di temukan pada infeksi di area
torakal dan servikal. Jika timbul paraplegia akan tampak spastisitas dari
alat gerak bawah dengan refleks tendon dalam yang hiperaktif, pola
jalan yang spastik dengan kelemahan otorik yang bervariasi. Dapat
pula terjadi gangguan fungsi kandung kemih dan anorektal.
Px. FIsik

— Tampak adanya deformitas, dapat berupa : kifosis (gibbus/angulasi tulang


belakang), skoliosis, bayonet deformity, subluksasi, spondilolistesis, dan
dislokasi.
— Bila terdapat abses maka akan teraba massa yang berfluktuasi dan kulit
diatasnya terasa sedikit hangat (disebut cold abcess, yang membedakan
dengan abses piogenik yang teraba panas). Dapat dipalpasi di daerah lipat
paha, fossa iliaka, retropharynx, atau di sisi leher (di belakang otot
sternokleidomastoideus), tergantung dari level lesi. Dapat juga teraba di
sekitar dinding dada. Perlu diingat bahwa tidak ada hubungan antara ukuran
lesi destruktif dan kuantitas pus dalam cold abscess.
— Spasme otot protektif disertai keterbatasan pergerakan di segmen yang
terkena.
— Pada perkusi secara halus atau pemberian tekanan diatas prosesus
spinosusvertebrae yang terkena, sering tampak tenderness.
Px. Penunjang

Lab Rontgen CT-Scan MRI


Laju endap darah
meningkat (tidak Tahap awal tampak lesi
spesifik) osteolitik di bagian
anterior superior atau
sudut inferior corpus Terutama bermanfaat
vertebrae, untuk memvisualisasi
Untuk membedakan
regio torakal dan
komplikasi yang
keterlibatan iga yang
bersifat kompresif
Tuberculin skin test / sulit dilihat pada foto
dengan yang bersifat
Mantoux test polos. Keterlibatan
non kompresif pada
lengkung syaraf
tuberkulosa tulang
Osteoporosis regional posterior seperti
belakang.
yang kemudian pedikel tampak lebih
berlanjut sehingga baik dengan CT Scan.
Apus darah tepi
menunjukkan tampak penyempitan
leukositosis dengan diskus intervertebralis
limfositosis yang yang berdekatan
bersifat relatif
DIAGNOSIS BANDING
Tumor Metastatik
Spondilitis Piogenik Skoliosis Idiopatik
Spinal
• Staphylococcus • Insiden tertinggi • Tanpa gibus dan
aureus, kasus tumor tanda paralisis (-)
Streptococcus, dan metastasik spinal
Pneumococcus pada usia di atas 50
• lebih sering tahun
menyerang usia
produktif, sekitar usia
30–50 tahun
• Vertebra servikal dan
lumbal lebih sering
terlibat,peningkatan
CRP lebih bermakna
dibandingkan
peningkatan LED
PENATALAKSANAAN
Panduan OAT
Kategori Diagnosis
Pasien TB Tahap Awal (harian Tahap Lanjutan (harian
TB
atau 3x seminggu) atau 3x seminggu)
I  TB paru kasus
baru
 TB paru BTA
negative kasus
baru dengan lesi 2 HRZE 4H3R3 atau 4 HR
luas
 TB berat + HIV
atau TB
ekstraparu berat

II TB paru BTA positif


dengan pengobatan
terdahulu :
 Kasus sembuh
2 HRZES/1 HRZE 5 H3R3E3 atau 5 HRE
 Kasus putus
berobat
 Kasus gagal

III TB paru BTA negative


kasus baru (selain 4 H3R3 atau 4 HR atau
2 HRZE
kategori I) 6 H3E3 atau 6 HE
TB ekstraparu ringan
Tindakan Operatif

Operasi
Dekompresi Stabilisasi
lainnya

Pemasangan
Pendekatan Pendekatan Lumbar disc
Diskektomi Flavektomi Laminektomi interspinosus
anterior posterior replacement
device

Anda mungkin juga menyukai