Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah ≥140/90
mmHg secara kronis.1 Hipertensi juga merupakan salah satu penyakit tidak menular
(PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini yang disebut
sebagi the silent killer. Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6
kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena
serangan jantung.2
Hipertensi sering ditandai dengan pusing, sering terasa kaku pada leher
belakang, gangguan penglihatan, sulit berkonsentrasi, sulit tidur dan sering gelisah,
namun bias tanpa gejala. Terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain factor yang tidak bisa diperbaiki seperti genetic, usia, jenis kelamin, dan
factor yang bisa diperbaki seperti kelebihan garam, kolesterol, obesitas, stre,
merokok, kafein, kurang gerak, dan alcohol.3
Prevalensi hipertensi di dunia pada tahun 2000 menurut WHO di seluruh
dunia terdapat 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengalami kejadian
hiprtensi. Angka kejadian ini memungkinkan akan meningkat menjadi 29,2% di
tahun 2025. Dari 972 pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 63 juta
sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia.4
Berdasarkan hasil Riset Kesahan Dasar (Rikesdas) tahun 2013 menunjukkan
bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia adalah sebesar 26,5%. Prevalensi hipertensi
berdasarkan pengukuran (menggunakan criteria hipertensi JNC VII) cenderung turun
dari 31,7% pada tahun 2007 menjadi 25,8% tahun 2013. Prevalensi hipertensi lebih
tinggi di kelompok lanjut usia.5
Berdasarkan permasalahan tersebut dan tingginya kejadian hipertensi
dimasyarakat, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran angka
kejadian penderita hipertensi berdasarkan usia di desa Sapta Marga dan Matang Ara
2

Aceh Wilayah Kerja Puskesmas Manyak Payed Kab Aceh Tamiang Juli - Desember
Tahun 2019.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang dibahas
pada penelitian ini adalah: “Gambaran penderita hipertensi berdasarkan usia di Desa
Sapta Marga dan Desa Matang Ara Aceh Wilayah Kerja Puskesmas Manyak Payed
Kab Aceh Tamiang Juli - Desember Tahun 2019”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada mini project ini, meliputi:
1. Untuk mengetahui tekanan darah penduduk Desa Sapta Marga dan Matang
Ara Aceh Wilayah Kerja Puskesmas Manyak Payed bulan Juli -Desember
Tahun 2019
2. Untuk mengetahui hubungan profil tekanan darah dengan usia penduduk
Sapta Marga dan Matang Ara Aceh Wilayah Kerja Puskesmas Manyak Payed
Juli - Desember Tahun 2019
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dalam
melakukan penelitian di lapangan sekaligus mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah di peroleh terutama mengenai hipertensi.
2. Bagi masyarakat
Menambah pengetahuan penderita hipertensi tentang penyakit hipertensi di
Desa Sapta Marga dan desa Matang Ara Aceh sehingga masyarakat dapat
melakukan pencegahan agar tidak menderita komplikasi penyakit hipertensi.
3. Bagi instansi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan masukan
mengenai angka kejadian hipertensi sehingga menjadi bahan evaluasi untuk
meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk mencegah
hipertensi melalui perilaku hidup sehat.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTENSI
2.1 Definisi
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah ≥140/90 mmHg secara
kronis. Ia dapat menjadi hipertensi primer, esensial, atau idiopatik dimana
penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder dimana berasosiasi dengan
penyakit lain.1
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi dan pedoman penangan hipertensi yaitu menggunakan The Report
of The Joint National Committee n Prevention, Detection Evaluation, and Treatment
of High Blood Pressure (JNC 7).6
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Darah
Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prahipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 Atau ≥100
Tabel 2.1 Kalsifikasi Tekanan Darah JNC VII
Berdasarkan Joint Nationa Comitte 8 merekomendasi target tekanan darah
pasien pascastroke adalah <140/90 mmHg pada kelompok umur <60 tahun dan
<150/90 mmHg pada kelompok umur ≥60 tahun.5
Berdasarkan penyebabnya, klasifikasi hipertensi adalah:
1) Hipertensi primer
Penyebab dari hipertensi primer tidak diketahui walaupun genetik dan faktor
lingkungan sekarang sedang dipelajari menjadi faktor penyebabnya. Faktor
lingkungan meiputi konsumsi garam, obesitas dan gaya hidup. Penyebab
lainnya adalah bertambahnya umur menyebabkan pembuluh darah menjadi
lebih kaku.7
2) Hipertensi sekunder
4

Kasus sebanyak 5% dari kasus hipertensi, biasanya disebabkan oleh gagal


ginjal kronis, renal arteri stenosis, terlalu banyak sekresi aldosterone,
pheochromocytoma, dan sleep apnea.7

2.3 Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan makin meningkatnya populasi
usia lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemugkinan besar juga akan
bertambah.7
Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES)
(2003-2004) menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada orang deasa dengan 18
tahun ke atas di Amerika adalah 29,6% atau 58-65 juta penduduk Amerika menderita
hipertensi. Berdasarkan analisi multivarian NHANES pada tahun 2003-2004,
meningkatnya usia dan indeks massa tubuh, ras kulit hitam non hispanik dan
rendahnya pendidikan terkait dengan hipertensi secara bermakna.8
Berdasarkan usia, pada penduduk di atas usia 50 tahun, penderita hipertensi
ditemukan lebih banyak pada wanita yaitu 37%, bila dibanding dengan pria yaitu
28%. Sedang pada usia di atas 25 tahun, ditemukan 29 % pada wanita dan 27% pada
pria.8
Hipertensi paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (African Ancestry)
dibandingkan orang kulit putih. Efek dari diet garam dan obesitas pada orag kulit
hitam lebih sensitive dibandingkan dengan orang kulit putih, dan mereka 3 sampai 5
kali rentan terkena stroke dan penyakit ginjal dibandingkan dengan orang kulit putih.7

2.4 Faktor Risiko


Dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu:
1. Faktor risiko yang tidak dapat diperbaiki
a. Genetik
Jika satu atau dua orang dari orang tua atau saudara kandung yang
menderita hipertensi, maka peluang untuk menderita hipertensi makin
besar. Penelitian menunjukkan bahwa 25% dari kasus hipertensi esensial
dalam keluarga memunyai dasaar genetik.9
5

b. Usia
Walaupun penuaan tidak selalu memicu hipertensi, tetapi tekanan darah
tinggi biasanya terjadi pada usia lebih tua. Pada usia anatara 30 dan 65
tahun, tekanan sistolik meningkat rata-rata sebanyak 20 mmHg dan terus
meningkat setelah usia 70 tahun.9
c. Jenis kelamin
Pria sering mengalami tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga puluhan,
sedangkan perempuan sering mengalami hipertensi setelah menopause.
Tekanan darah wanita, khususnya sistolik meningkat lebih tajam sesuai
usia. Setelah usia 55 tahun, wanita mempunyai risiko lebih tinnggi untuk
menderita hipertensi. Salah satu penyebab terjadinya pola tersebut adalah
perbedaan hormone kedua jenis kelamin.9
2. Faktor risiko yang dapat diperbaiki
a. Merokok
Rokok mengandung lebih kurang 4000 bahan kimia, diantaranya nikotin,
tar, karbon monoksida, dan hydrogen sianida. Nikotin mendorong
terjadinya adhesi platelet yang diasosiasikan dengan penyakit
kardiovaskuler dan hipertensi. Nikotin merupakan bahan yang mempunyai
aktivitas biologis yang potensial yang akan meningkatkan epinefrin dalam
darah meningkatkan tekanan darah, menunjukkan denyut jantung dan
menginduksi vasokonstriksi perifer.9
b. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan
lemak tubuh yang berlebihan. Kelebihan berat badan dan hipertensi erring
berjalan beriringan karena tambahan beberapa kilogram membuat jantung
bekerja lebih keras.9

c. Kolesterol
Dalam kondisi normal kolesterol adalah lemak (lipid) yang diproduksi oleh
hati dan sangat penting untuk fungsi tubuh. Namun jika seseorang memiliki
6

terlalu banyak kolesteroldalam aliran darah kelebihannya dapat disimpan


dalam pembuluh darah. Kolesterol yang berlebihan tersebut akan
menempel dan menumpuk di pembuluh darah, yang pada akhirnya akan
menyebabkan diameter pembuluh darah semakin menyempit, sehingga
aliran darah yang melewati akan menjadi lebih deras.9
d. Olahraga
Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi karena
olahraga isotonic (seperti bersepeda, jogging, aerobic, berenang) yang
teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga menurunkan tekanan
dara. Olahraga juga dapat digunakan untuk mengurangi atau mencegah
obesitas dan mengurangi asupan garam kedalam tubuh. Orang yang sering
duduk secara signifikan lebih mungkin mengalami hipertensi dan seragan
jantung.9
e. Kelebihan garam
Garam yang dimaksud disini adalah garam natrium. Salah satu sumber
utama garam natrium adaah garam dapur. Fungsi garam dalam kadar noral
adalah sangat penting sebagai ion-ion penjaga kestabilan, garam tersebut
dapat menyebabkan tubuh menahan teralu banyak air sehingga volume
cairan darah akan meningkat tanpa diserta penambahan ruang pada
pembuluh darah, yang akibatnya akan menambah tekanan drah dalam
pembuluh darah.9
f. Kafein
Kafein terdapat pada kopi, the, cokelat, dan koka yang pengaruh terhadap
perangsangan otot jantung. Kafein mempunyai sifat antagonis endogenus
adenosine sehingga dapat menyebabkan vasokonstriksi dan peningkatan
resistensi pembuuh darah tepi.9

g. Penggunaan alcohol
Minuman alcohol secara berlebihan, yaitu tiga atau lebih dalam sehari
merupakan faktor penyebab 7% kasus hipertensi. Mengkonsumsi alcohol
atau etanol secara berlebihan dalam jumlah 30-75 ml dapat meningkatkan
7

denyut jantung dan cardiac output. Dimana terjadi perubahan tahanan pada
pembuluh darah perifer karena dipengaruhi oleh alcohol.9
h. Stress
Stress yang dialami seseorang akan embangkitkan saraf simpatetis yang
akan memicu kerja jantung dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Oleh karena itu bagi mereka yang sudah memiliki riwayat hipertensi,
disarankan untuk berlatih mengendalikan stress dalam hidupnya.9

2.5 Patofisiologi
ACE (Angiotensin Converting Enzyme), memegang peran fisiologi penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi
di hati selanjutnya oleh hormone, rennin akan diubah menjadi angiotensin 1, oleh
ACE yang terdapat di paru-paru angiotensin diubah menjadi angiotensin II (peranan
kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aki utama).1
a) Meningkatkan sekresi hormone antidiuretik (ADH) dan rasa haus, ADH di
produksi dihipotalamus (kelenjar pituitasi) dan bekerja pada ginjal untuk
mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH sangat
sedikit urin yang diekskresikan keluar tubuh sehingga menjadi pekat dan
tinggi osmolalitasnya untuk mengencerkannya volume cairan ekstraseluler
dan ditingkatkan dengan cara menarik cairan di bagien intra seluler
akibatnnya volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan
tekanan darah.1
b) Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal, aldosteron merupakan
hormone steroid yang mamiliki peranan penting pada ginjal untuk volume
cairan ekstraseluer, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara
mengabsorbsinya dari tubulus ginjal . naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstra seluler
yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah.9

2.6 Gejala klinis


8

Pada sebagian penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun


secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan
dengan tekanan darah tinggi.
Jika timbul hipertensi yang berat atau menahun dan tidak terobati, dapat
menimbulkan gejala:
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Jantung berdebar-debar
4. Mual
5. Muntah
6. Sesak nafas
7. Gelisah
8. Pandanga menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal
9. Telinga berdenging
10. Sering buang air kecil terutama di malam hari
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.9

2.7 Komplikasi
Hipertensi dapat menimbukan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada
pasien hipertensi adalah: janung (hipertrofi ventrikel kiri, angina/ Infark miokardium,
9

gagal jantung), otak (stroke, transient ischemic attack), penyakit ginjal kronis,
penyakit arteri perifer, retiopati.1
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut dapat melalu akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ atau
karena efek tidak langsung, antara lain adanya autantibodi terhadap resptor AT I
angotensinogen II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide syntase,
dan ain lain.1
Jantung
Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pmbuluh darah,
akan memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan dan
mortalitas pasien hipertensi terupama diseabkan timbunya penyakit kardiovaskular.1
Otak
Hipertensi adalah sebuah faktor risiko untuk infark dan perdarahan otak.
Kurang lebih 85% dari pasien stroke disebabkan infark dan sisanya disebabkan
perdarahn, baik intraserebral maupun sub arachnoid. Insidensi stroke meningkat
secara progresif dengan meningkatnya tekanan darah, khususnya pada tekanan
sistolik individu berusia >65 tahun. Pengobatan hipertensi secara pasti menurunkan
risiko stroke baik iskemik dan perdarahan.1
Ginjal
Penyakit ginjal primer adalah penyebab hipertensi skunder paling umum.
Sebaliknya, hipertensi adalah sebuah faktor risiko untuk kerusakan ginjal dan
penyakit ginjal stadium akhir. Risiko ginjal tampak lebih erat hubungannya dengan
tekanan darah sistolik daripada diastolic, dan orang kulit hitam lebih berisiko menjadi
penyakit ginjal stadium akhir disbanding orang kulit putih pada seluruh tingkat
tekanan darah.1

2.8 Diagnosis
2.8.1 Anamnesis
Penilaian awal pasien hipertensi harus mencakup riwayat lengkap dan
pemeriksaan fisik untuk memastikan diagnosis hipertensi, menyaring faktor risiko
penyakit kardiovaskuler yang lain, menyaring penyebab sekunder hipertensi,
10

identifikasi konsekuesi kardiovaskuler dari hipertensi dan kormobid yang lain,


menilai tekanan darah berhubungan dengan gaya hidup, dan menentukan kekuatan
untuk intervensi. Gejala tidak spesifik yang dapat berkaitan dengan peningkatan
tekanan darah termasuk pusing, berdebar-debar, mudah lelah, dan impotensi.1
Riwayat relevan dari pasien
1. Durasi hipertensi
2. Terapi sebelumnya: respon dan efek samping
3. Riwayat keluarga penyakit hipertensi atau penyakit kardiovaskular
4. Riwayat pola makan dan psikososial
5. Faktor risiko lain: perubahan berat badan, dislipidemia, merokok, diabetes,
inaktif fisik
6. Bukti hipertensi sekunder: riwayat penyakit ginjal, perubahan penampilan,
lemah otot, berkeringat, berdebar-debar, tremor, erratic sleep, mendengkur,
tidur di siang hari, gejala hipo atau hipertiroid, pamakaian agen yang
meningkatkan tekanan
7. Bukti kerusakan organ target: riwayat serangan ikemik sementara, stroke, buta
sementara, sakit dada, infark miokard, gagal jantung kongestif, fungsi seksual
8. Kormobid lainnya

2.8.2 Pemeriksaan fisik


Pada pemeriksaan awal, tekanan darah harus diukur pada kedua lengan, dan
lebih baik pada posisi berbaring, duduk, dan berdiri untuk mengevaluasi hipotensi
postural. Bahkan jika pulsasi femoralis normal pada palpasi, tekanan arteri harus
diukur paling tidak sekali di tungkai bawah pada pasien yang hipertensi ditemukan
sebelum usia 30 tahun. Denyut jantung harus dicatat.1

2.8.3 Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk memeriksa komplikasi yang
sedang atau telah terjadi.1

Sistem Organ Pemeriksaan


11

Ginjal Urinalisis mikroskopik, ekskresi albumin, serum BUN dan/atau


keratin
Endokrin Serum sodium, potassium, calcium, TSH
Metabolik Gula darah puasa, total cholesterol, HDL dan LDL, Triglycerides
Lainnya Hematokrit, elektrokardiogram
Tabel 2.2. Pemeriksaan yang direkomendasikan pada evaluasi awal pasien hipertensi

2.9 Tatalaksana
2.9.1 Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi bagi hipertensi adalah dengan memodifikasi gaya
hidup. Berikut adalah langkah-langkah intervensi gaya hidup dalam pencegahan dan
terapi hipertensi sesuai yang direkomendasikan JNC 7:1
1. Menurunkan berat badan
 Rekomendasi: Menurunkan hingga menjaga berat badan normal (IMT
18,5-24,9 kg/m2)
 Kisaran pengukuran tekanan sistoik: 5-20 mmHg/ 10 kg
2. Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Aproaches to Stop Hypertension)
 Rekomendasi: Meningkatkan konsumsi buah, sayur, produk susu
rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh dan lemak total yang
sudah dikurangi.
 Kisaran pengurangan tekanan sistolik: 8-14 mmHg.
3. Menurunkan asupan garam pada diet
 Rekomendasi: Mengurangi pemasukan garam sampai tidak lebih dari
100 mmol per hari (2,4 gram natrium atau 6 gram natrium klorida)
 Kisaran pengurangan tekanan sistolik: 2-8 mmHg
4. Meningkatkan aktifitas fisik
 Rekomendasi: Aktifitas fisik aerobic secara regular seperti berjalan
minimal 30 menit per hari dan hampir setiap hari dalam satu minggu.
 Kisaran pengurangan tekanan sistolik: 4-9 mmHg

5. Mengurangi konsumsi alcohol yang berlebih


12

 Membatasi konsumsi alcohol sampai tidak lebih dari 2 porsi minuman


prhai untuk pria dan tidak lebih 1 porsi untuk wanita.
 Kisaran pegurangan tekanan sistolik: 2-4 mmHg.

2.9.2 Terapi Farmakologi


Guideline JNC 8 mencantumkan 9 rekomendasi penanganan hipertensi:4
1. Pada populasi umum berusia ≥60 tahun, terapi farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥150 mmHg
atau tekanan darah diastolic ≥90 mmHg dengan target sistolik <150 mmHg
dan target diastolic <90 mmHg.
Pada populasi umum berusia ≥60 tahun, jika terapi farmakologis hipertensi
menghasilkan tekanan darah sistolik lebih rendah (missal <140 mmHg) dan di
toleransi baik tanpa efek samping kesehatan dan kualitas hidup, dosis tidak
perlu disesuaikan.
2. Pada populasi umum <60 tahun, terapi farmakologis untuk menurunkan
tekanan darah mulai jika tekanan darah diastolic ≥90 mmHg dengan target
tekanan darah diastolic <90 mmHg.
3. Pada populasi umum <60 tahun, terapi farmakologis untuk menurunkan
tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dengan target
tekanan darah sistolik <140 mmHg.
4. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
farmakologis untuk menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥90 mmHg dengan target
tekanan darah sistolik <140 mmHg dan target tekanan darah diastolic <90
mmHg.
5. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan diabetes, terapis farmakologis untuk
menurunkan tekanan darah dimulai jika tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
atau tekanan darah diastolic ≥90 mmHg dengan target tekanan darahsistolik
<140 mmHg dan target tekanan darah diastolic <90 mmHg.
13

6. Pada populasi non-kulit hitam umu, termasuk mereka yang diabetes, terapi
antihipertensi awal sebaiknya mencakup diuretic tipe thiazide, calcium
channel blocker (CCB), angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEI), atau
angiotensin recetor blocker (ARB).
7. Pada popuasi kulit hitam umum, termasuk mereka dengan diabetes, terapi
antihipertensi awal sebainya mencakup diuretic tipe thiazide atau CCB.
8. Pada populasi berusia ≥18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi
antihipertensi awal (atau tambahan) sebaiknya mencakupi ACEI atau ARB
untuk meningkatkan outcome ginjal. Hal ini berlaku untuk semua pasien
penyakit ginjal kronik dengan hipertensi terlepas dari ras ataustatus diabetes.
9. Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan target
tekanan darah. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 bulan
perawatan, tingkatkan dosis obat awal atau tambahkan obat kedua dari salah
satu kelas yang direkomendasikan dalam rekomendasi 6 (thiazide-type
diuretic, CCB, ACEI, atau ARB).
14

Gambar 2.1 Daftar Obat Farmakologi Hipertensi


15
16
17

Gambar 2.2 Alogaritme penanganan hipertensi JNC 8

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancanagan Penelitian


Laporan ini merupakan deskriptif kuantitatif dengan mengambil data sekunder
dari rekam medis di petugas Sapta Marga dan Matang Ara Aceh Wilayah Kerja
Puskesmas Manyak Payed dengan metode pendekatan atau observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sapta Marga dan Matang Ara Aceh Wilayah
Kerja Puskesmas Manyak Payed Kab Aceh Tamiang
3.2.2 Waktu Penelitian
18

Penelitian akan dilakukan selama bulan Juli sampai bulan Desember 2019
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh masyarakat Desa Sapta Marga dan Matang
Ara Aceh yang terdata di petugas Puskesmas Manyak Payed.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Sapta Marga dan Matang
Ara Aceh yang terdata di petugas Puskesmas Manyak Payed, yang berdasarkan
kriteria inklusi dan kriteria eklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya
masuk sebagai sampel. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode non
probability sampling, dan teknik pengambilan secara accidental sampling.

3.3.3 Kriteria Sampel


A. Kriteria Inklusi
1. Usia 18 tahun ke-atas yang termasuk dalam masyarakat Sapta Marga
dan Matang Ara Aceh Menderita tekanan darah tinggi dan sedang
dalam tahap pengobatan.
2. Terdata di petugas Sapta Marga dan Matang Ara Aceh Puskesmas
Manyak Payed
B. Kriteria Eklusi
1. Seluruh pasien Sapta Marga dan Matang Ara Aceh yang menderita
hipertensi tetapi tidak terdata di petugas Puskesmas Manyak Payed.
3.4 Alat/Instrumen dan Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa data rekam medis
kunjungan masyarakat Sapta Marga dan Matang Ara Aceh yang dilakukan oleh
petugas Bidan Desa dari Puskesmas Manyak Payed.
19

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan
secara tidak langsung oleh peneliti melalui rekam medis pasien.

3.6 Metode Pengumpulan Data


1. Pengumpulan data: Data diambil dengan melihat rekam medis pasien yang
berkunjung ke petugas Sapta Marga dan Matang Ara Aceh Puskesmas
Manyak Payed pada bulan Juli-Desember 2019.
2. Pengolahan data: Data dimasukkan dalam computer melalui data entry yang
kemudian akan diverifikasi.
3. Penyajian data: Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi, teks dan juga
table.
4. Analisa data: Analisa data akan dilakukan dengan menggunakan distribusi
frekuensi dan prevalensi.
5. Interpretasi data: Data akan diinterpretasikan secara deskriptif.
6. Pelaporan hasil mini project: Hasil dari mini project dibuat dalam bentuk
makalah laporan yang akan dipresentasikan.

3.7 Pengolahan dan Analisa Data Penelitian


3.7.1 Pengolahan Data
1. Editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Apabila
data belum lengkap ataupun ada keslahan data dilengkapi dengan
mengobservasi ulang.
2. Coding, yaitu data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan
kelengkapannya kemudian diberi kode secara manual sebelum diolah dengan
computer.
3. Entry, yaitu ada yang telah dibersikan kemudian dimasukkan ke dalam
program computer.
20

4. Cleaning, yaitu pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam


computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.
5. Saving, yaitu penyimpanan data untuk siap dianalisis.

3.8.2 Analisa Data Penelitian


Analisa data penelitian dilakukan dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa univariat pada penelitian dilakukan pada setiap variable untuk deskripsi data.
Hasil analisa berupa distribusi dari frekuensi dan presentase setiap variable dalam
penelitian. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk table, grafik, dan
sebagainya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Setelah penelitian di lakukan di 2 desa selama bulan Juli-Desember di
temukan 82 pasien yang menderita hipertensi di desa Sapta Marga dan Matang Ara
Aceh Puskesmas Manyak Payed 2019. Data yang telah dikumpulkan, diolah dan
dianalisa berdasarkan laporan hasil medical record di petugas Sapta Marga dan
Matang Ara Aceh Puskesmas Manyak Payed Juli – Desember tahun 2019 yaitu
sebagai berikut:

4.1.1 Distribusi Pasien Hipertensi Desa Sapta Marga Juli-Desember Tahun 2019
Total pasien yang berobat dan terdata di petugas Bidan desa Sapta Marga
sebanyak 64 orang, pasien yang menderita hipertensi sebanyak 37 orang. Dengan
21

prevalensi usia 40-50 tahun sebanyak 5 orang (14%), usia 51-60 tahun sebanyak 14
orang (38%), dan usia ≥61 tahun sebanyak 18 orang (48,%).

Kelompok Usia Jumlah (Orang) Presentase (%)


40-50 tahun 5 14
51-60 tahun 14 38
≥61 tahun 18 48
Total 37 100
Tabel 4.1 Pasien Hipertensi Desa Sapta Marga Juli – Desember Tahun 2019

14%

40_50 Tahun
48% 51-60 Tahun
> 61 Tahun
38%

4.1.1 Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Usia di desa Sapta Marga Wilayah
Kerja Puskesmas Manyak Payed Juli – Desember Tahun 2019.

4.1.2 Distribusi Pasien Hipertensi Desa Matang Ara Aceh Juli-Desember Tahun 2019
Total pasien yang berobat dan terdata di petugas Bidan desa Sapta Marga
Matang Ara Aceh sebanyak 105 orang, pasien yang menderita hipertensi sebanyak 45
orang. Dengan prevalensi usia 40-50 tahun sebanyak 10 orang (22,5%), usia 51-60
tahun sebanyak 16 orang (35%), dan usia ≥61 tahun sebanyak 19 orang (42,5%).

Kelompok Usia Jumlah (Orang) Presentase (%)


40-50 tahun 10 22
51-60 tahun 16 36
≥61 tahun 19 42
Total 45 100
22

Tabel 4.2 Pasien Hipertensi Desa Matang Ara Aceh Juli – Desember Tahun 2019

22%

42% 40_50 Tahun


51-60 Tahun
> 61 Tahun

36%

4.1.2 Distribusi Penderita Hipertensi Berdasarkan Usia di desa Matang Ara Aceh
Wilayah Kerja Puskesmas Manyak Payed Juli – Desember Tahun 2019.
23

4.2 Pembahasan
Dengan peningkatan usia maka terjadilah proses-proses degenerasi pada
semua organ untuk sistem sirkulasi yaitu jantung dan pembuluh darah, semakin
meningkatnya usia maka makin meningkat juga risiko terjadinya hipertensi yang
disebabkan oleh proses degeneratif.10
Angka kejadian hipertensi sangat tinggi terutama pada lanjut usia (lansia),
usia diatas 60 tahun, dengan prevalensi mencapai 60% sampai 80% dari populasi
lansia. Diperkirakan 2 dari 3 lansia mengalami hipertensi meningkat seiring dengan
pertambahan usia.11
Di Indonesia, pada usia 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada
usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada usia >65 tahun sebesar 65%. Dibanding usia
55-59 tahun, pada usia 60-64 tahun terjadi peningkatan risiko hipertensi sebesar 2,18
kali, usia 65-69 tahun 2,45 kali dan usia >70 tahun 2,97 kali.3
Total seluruh penderita hipertensi yang berkunjung ke 2 desa di wilayah kerja
Puskesmas Manyak Payed periode Juli-Desember Tahun 2019 adalah sebanyak 82
orang. Dimana prevalensi tertinggi terjadi di kelompok usia ≥61 tahun sebanyak 37
orang (45%), dan pada kelompok usia 51-60 tahun sebanyak 30 orang (37%), dan
terakhir di kelompok usia 40-50 tahun sebanyak 15 orang (18%).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Hafiz
dan kawan-kawan menunjukkan sebagian besar subyek dengan tekanan darah tinggi
terjadi pada kelompok lanjut usia. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa tekanan
darah tinggi dapat disebabkan pula oleh berbagai faktor risiko seperti faktor
lingkungan, faktor genetic, dan interaksi antara faktor genetic dan lingkungan.
Tekanan darah, plasma glukosa, dan lipid dapat meningkatkan dosis-dependen pada
risiko kardiovaskular.12
24

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan usia di Desa Sapta Marga dan
Desa Matang Ara Aceh Wilayah Kerja Puskesmas Manyak Payed Periode
Juli-Desember tahun 2019 menunjukkan Prevalensi tertinggi kelompok usia
>61 tahun.
2. Distribusi penderita hipertensi berdasarkan usia di Desa Sapta Marga dan
Matang Ara Aceh Wilayah Kerja Puskesmas Manyak Payed periode Juli-
Desember tahun 2019 menunjukkan prevalensi tertinggi terjadi di desa
Matang Ara Aceh dan prevalensi terendah terjadi di Desa Sapta Marga.
5.2 Saran
1. Bagi penderita hipertensi
Meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi dan patuh menjalankan
pengobatan hipertensi sampai tuntas, sera selalu menjaga pola hidup secara sehat dan
rutin kotrol ulang untuk memeriksa kondisinya.
2. Bagi masyarakat/kader
Meningkatkan pengetahuan tentang hipertensi dan kemampuan melakukan
penjaringan terhadap masyarakat yang berpotensi tinggi terdiagnosis hipertensi serta
turut melakukan pengawasan terhadap proses pengobatan sehingga dapat berperan
aktif untuk mencegah dan mengurangi angka kejadian hipertensi.
3. Bagi puskesmas
Meningkatkan frekuensi dan intensitas pemantauan terhadap pasien penderita
hipertensi dan pembinaan terhadap kader sehingga masyarakat dapat berperan aktif
dan agresif dalam upaya menekan angka kejadian hipertensi, dan menyediakan obtat-
obatan yang sesuai untu penyakit hipertensi, agar pasien bisa sembuh dengan
sempurna dan tidak meningkatan angka kejadian dan angka kematian menjadi gagal
jantung.
25

DAFTAR PUSTAKA

1. Carissa, A. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Anti Hipertensi. Jurnal


Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan. Mei. 2016.
2. D.R. (2015). Kejadian Hipertensi di Puskesmas Pangkajene. Jurnal Penelitian
dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan.
3. Rahajeng E, Tuminah S. (2009), “Prevalensi hipertensi dan determinannya di
Indonesia”, Maj Kedokt Indon, vol 59, no. 12, pp. 580-87.
4. Muhadi. (2016). JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan Pasien
Hipertensi Dewasa. CDK-236, vol. 43, no 1, pp. 54-59
5. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Tahun 203. Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) 2013 [internet]. 2013.
Avaible from;
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Rikesdas20
13.PDF
6. Sudoyo, et al (ed). Hipertensi Esensial. Buku Ajar Penyakit Dalam.2017.
Edisi VI. Jilid II. Jakarta, Interna Publishing.
7. Weber, et al. (2013). Clinical Practise Guidelines for Management of
Hypertension in The Community. The Journal of Clinical Hypertension 16 (1):
1-13. Diakses pada 27 Juni 2017.
8. Miranti, L. (2017). Hipertensi. Refarat. Universitas YARSI. RSUD Pasarrebo,
Jakarta Timur.
9. Dr. Rifqi, AD. (2016). Pengaruh Hipertensi Terhadap Fungsi Kognitif Pasien
Usia Lanjut Di Wiayah Kerja Puskesmas Sutojayan. Mini Poject. Puskesmas
Sutojayan, Blitar.
10. Fajar, A. (2010). Hubungan Antara Peningkatan Usia Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Jalan di Rumah Sakit Bhineka Bakti
Husada Pada Tanggal 19 Sampai 31 Juli 2010. Laporan Penelitian. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
26

11. Mateos-C’aceres PJ, et al (2012). New and Old Mechanisms Associated with
Hypertension in the Eldery. International Journal of Hypertension. 2012: hlm.
1-10.
12. Muhammad Hafiz, et al (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Petang I Kabupaten Badung Tahun 2016. E-jurnal Medika, vol. 5,
no. 7, pp 2-22.

Anda mungkin juga menyukai